Bab. 2 (Hal.15-21) Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan: Persamaan dan Perbedaan Ilmu keperilakuan menekankan pada penjelasan dan prediksi atas perilaku manusia, berbeda dengan akuntansi keperilakuan yang menekankan pada hubungan antara perilaku manusia dengan akuntansi itu sendiri. Ilmu keperilakuan merupakan cabang dari ilmu sosial dan akuntansi, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan cabang dari akuntansi dan ilmu keperilakuan. Ilmu keperilakuan terikat pada penelitian aspek-aspek teori motivasi, stratifikasi sosial, atau bentuk-bentuk sikap. Bagaimanapun, akuntansi keperilakuan hanya akan mengaplikasikan unsur spesifik dari teori-teori tersebut atau hasil penelitian yang relevan terhadap situasi akuntansi saat ini. Akuntansi keperilakuan dapat diaplikasikan dan dipraktikkan menggunakan hasil penelitian dari disiplin ilmu lain, ilmu keperilakuan, yang menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia. Akuntansi selalu menggunakan konsep, prinsip-prinsip, dan pendekatanpendekatan dari disiplin ilmu lain untuk mengembangkan utilitasnya. Akuntansi keperilakuan akan banyak menjelaskan dan memberikan pemahaman mengenai struktur dan dan fungsi dari sistem akuntansi, serta hubungan manusia terhadap hal tersebut. Sedangkan, Ilmu keperilakuan akan lebih banyak menyinggung ilmu-ilmu lain yang lebih luas terhadap dinamisasi organisasi dan pengembangan pola perilaku. Keduanya dapat Bersama-sama menjelaskan masalah serta mengembangkan strategi untuk mengumpulkan bukti-bukti terkait. Selain itu juga dapat bekerjasama dalam memilih metode penelitian, dalam analisis data, serta pada penulisan dan pelaporan. Untuk perbedaan ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan digambarkan pada Tabel 1.1.
Perspektif pada Perilaku Manusia : Psikologi, Sosial, dan Psikologi Sosial Tiga bahasan pokok dalam ilmu keperilakuan adalah psikologi, sosiologi, dan psikologi sosial. Semua menggambarkan dan menjelaskan mengenai perilaku manusia. Namun, perbedaannya dari segi perspektif terhadap perilaku manusia. Psikologi secara khusus
membahas bagaimana individu berperilaku, fokus pada aksi manusia itu sendiri sebagai respon untuk menstimuli lingkungan mereka. Sosiologi dan psikologi sosial, dilain sisi, fokus pada kelompok, atau sosial, perilaku. Keduanya menekankan pada interaksi antara individu, bukan pada stimuli fisikal. Perilaku menjelaskan pada hubungan sosial, pengaruh sosial, dan kelompok yang dinamis. Percobaan dibuat untuk memahami bagaimana individu berpikir, merasa, dan aksi yang dipengaruhi oleh imajinasi, atau kehadiran orang lain. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, termasuk kebutuhan individual dan motivasi-motivasi, tekanan kelompok, permintaan organisasional, sejarah personal, latar belakang yang unik dari individu itu sendiri, konflik dari dalam dan luar organisasi, waktu permintaan, tanggung jawab personal dan sosial.
Tabel 1.1 Perbedaan akuntansi keperilakuan dan ilmu keperilakuan Perbedaan Bidang Keahlian Kemampuan untuk mendesain dan menjalankan proyek penelitian keperilakuan Pemahaman kerja bisnis organisasi secara umum dan system akuntansi Orientasi Pendekatan pada masalah
Fungsi
Minat ilmu perilaku
Akuntansi Keperilakuan
Ilmu Keperilakuan
Ilmu dasar: dasar
Ilmu sosial dasar: tidak
pengetahuan ilmu sosial
membahas akuntansi
Tidak ada bagian/elemen
Elemen kunci pada
pada training
training
Elemen kunci pada
Elemen kunci bukan pada
training
training
Sesuai dengan bidang (professional) Praktik Melayani klien: manajemen saran
Keilmuan (scientist) Teori dan praktik Memajukan ilmu pengetahuan dan menyelesaikan masalah
Terbatas pada ilmu
Terbatas pada subdisiplin
akuntansi yang terkait
luas dalam ilmu perilaku
Organisasional Mempengaruhi Perilaku Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yang bekerja dalam organisasi, termasuk ukuran dan struktur organisasi, gaya manajemen, otoritas/tanggung jawab dalam hubungan kerja, status hubungan, norma kelompok juga mempengaruhi perilaku dan fungsi organisasi. Penerimaan dalam memperoleh informasi dalam sebuah perusahaan juga berbeda. Ada informasi yang akurat, kurang jelas ataupun tidak terkait sama sekali. Berdasarkan informasi tersebut, individu meprosesnya, kemudian keputusan dibuat dan bersikap. Misalnya, official menyatakan bahwa hal tersebut merupakan pekerjaan yang berat dan akan terus menerus mengembangkan dan meyakinkan tingkat promosi kita, tapi nonofficial kemungkinan megindikasi yang sebaliknya. Keputusan didasarkan pada informasi yang masing kurang akurat dan akan mempengaruhi sikap kerja dan sikap ke depannya terhadap organisasi, dan hal itu tidak kondusif untuk efisiensi operasional.
Bab.5 (Hal.58-61) Mengidentifikasi jenis informasi yang dikumpulkan Langkah selanjutnya dalam proses riset adalah mengidentifikasi jenis informasi yang harus dikumpulkan. Arah riset seharusnya mempertimbangkan manfaat dan kerugian dari sumber data primer maupun sekunder.
Data Primer dan Data Sekunder Sumber data riset merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data riset terdiri atas sumber data primer dan sumber data primer. Data primer merupakan sumber data riset yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset. Data primer dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau
kegiatan, dan hasil pengujian. Ciri dari data primer umumnya mencerminkan kebenaran yang dilihat, membutuhkan dana yang besar dan membutuhkan waktu yang lama untuk penelitian. Data sekunder merupakan sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu, mengklasifikasikan
permasalahan-permasalahan,
menciptakan
tolok
ukur
untuk
mengevaluasi data primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi.
Validitas dan Reliabilitas Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan perencanaan riset perilaku, yang pertama adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang salah (validitas) dan yang kedua adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal tidak representatif (keandalan). Validitas Ada beberapa jenis validitas. Validitas isi (content validity) mengacu pada bagaimana sebaiknya peneliti menggambarkan dimensi-dimensi dan konsep atau masalah-masalah yang ingin diukur, khususnya yang berkaitan dengan tingkat ukuran yang diberikan untuk menutupi rentang terhadap arti maupun terhadap suatu konsep. Validitas isi merupakan pokok pertimbangan untuk setiap pertanyaan yang diajukan dan diukur dalam istilah-istilah yang berhubungan dengan relevansi terhadap konsep yang diukur. Kriteria yang berkaitan dengan validitas ditentukan dengan membandingkan antara konsep yang diukur dan suatu kriteria eksternal atau asumsi yang diketahui untuk mengukur konsep yang akan diteliti. Ada dua jenis kriteria yang berhubungan dengan validitas, yaitu validitas prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity). Validitas prediktif adalah validitas yang berkaitan dengan apakah suatu pengujian atau pengukuran dapat secara akurat memprediksi perilaku. Validitas prediktif mengharuskan adanya suatu kriteria atau indikator eksternal terhadap apa yang harus diprediksi. Validitas konkuren adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan antara alat ukur dan kriteria sekarang atau masa lalu. Oleh karena itu, berbeda dengan validitas prediktif yang
merupakan ukuran untuk memprediksi perilaku yang dihasilkan pada waktu yang sama sebagai ukuran eksternal terhadap perilaku, pengujian validitas konkuren membantu seorang peneliti untuk membedakan individu-individu berdasarkan beberapa kriteria. Validitas konstruksi (construct validity) adalah validitas yang berdasarkan pada suatu pertimbangan apakah hasil dari pengukuran tersebut sesuai dengan teori. Validitas konstruksi sangat bermanfaat untuk mengukur fenomena yang tidak memiliki kriteria eksternal. Reliabilitas Suatu instrumen alat ukur yang andal akan menghasilkan alat ukur yang stabil di setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen pengukuran.