Baejuri-fitk.pdf

  • Uploaded by: Sergio Busquets
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Baejuri-fitk.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 16,897
  • Pages: 87
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi

berjudul

PERBEDAAN

HASIL

BELAJAR

SISWA

DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN METODE PEMBELAJARAN PORTOFOLIO DALAM MATA PELAJARAN KIMIA, yang disusun oleh: Baejuri, NIM: 102016023880, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Kimia telah melalui bimbingan dinyatakan syah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosyah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Jakarta, 01 September 2010

Yang Mengesahkan,

Pembimbing (I)

Dra. Etty Sofyatiningrum, M.Ed NIP. 19600422 198812 2 001

Pembimbing (II)

Dedi Irwandi, M.Si NIP. 19710528 200003 1 002

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN METODE PEMBELAJARAN PORTOFOLIO DALAM MATA PELAJARAN KIMIA”, disusun oleh Baejuri, NIM 102016023880, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 31 Agustus 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Studi Pendidikan Kimia. Jakarta, 31 Agustus 2010 Pada Ujian Munaqasyah Tanggal

Tanda Tangan

..............

......................

..............

......................

..............

......................

..............

......................

Ketua Panitia (Ketua Prodi Pendidikan Kimia) Dedi Irwandi, M.Si NIP. 19710528 200003 1 002 Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA) Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 19790510 200604 2 001 Penguji I Prof. Dr. Hj. Zurinal Z NIP. 19490801 197611 2 001 Penguji II Tonih Feronika, M.Pd NIP. 19760107 200501 1 007

Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005 198703 1 003

ABSTRAK

BAEJURI.

PERBEDAAN

HASIL

BELAJAR

SISWA

DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN METODE

PEMBELAJARAN

PORTOFOLIO

DALAM

MATA

PELAJARAN KIMIA. Skripsi jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan tentang pengaruh pembelajaran berbasis portofolio terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem periodik unsur dan ikatan kimia. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN I Pondok Aren Tangerang (SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan) pada tanggal 22 Agustus s.d 25 Oktober 2006. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Sampel diambil sebanyak 80 siswa secara random sampling dan dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen hasil belajar kemudian hasil diuji melalui statistik uji-t. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 3,44 sedangkan untuk ttabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar 1,99 atau thitung > ttabel. Dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio.

i

KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah kepada penulis karena dengan karunia-Nya tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengetengahkan judul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan Metode Pembelajaran Konvensional dan Metode Pembelajaran Portofolio dalam Mata Pelajaran Kimia.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyelesaian skripsi ini, telah banyak bimbingan dan bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ibu Nengsih Junaengsih, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. 3. Ibu Etty Sofyatiningrum, M.Ed, selaku pembimbing I dan selaku pembimbing II Bapak Dedi Irwandi. M.Si, yang telah memberikan pengarahan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak/Ibu Dosen dan staf Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan dan dukungannya. 5. Bapak Drs. Dedi Hidayat selaku Kepala SMAN 1 Pondok Aren Tangerang (SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan), dewan Guru khususnya Ibu Hiliasih, S.Pd dan

ii

staf di SMAN Pondok Aren Tangerang (SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan) yang telah banyak membantu Penulis selama penelitian. 6. Ayahku tercinta, Ibuku tersayang, kakak dan adik-adikku serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan bantuan baik secara materil maupun moril kepada penulis. 7. Rekan-rekan sesama anak bimbingan Ibu Etty Sofyatiningrum, M.Ed dan Bapak Dedi Irwandi, M.Si yang telah memberikan dorongan dan semangat serta bantuannya kepada penulis. 8. Muhammad Yusuf S.Pd, Islahul Karim, S.Pd, dan Yahya, S.Pd serta teman-teman Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam angkatan 2002. 9. Keluarga Besar Yayasan Pendidikan Risalatul Ummah, SMP Syekh Abdurrauf dan SMK Bina Karya Insan Kota Tangerang Selatan yang merupakan lembaga yang berperan aktif untuk mengangkat penulis menjadi manusia pembelajar sejati. 10. KH. Muhammad Syafii Hadzami (Alm), KH. Benyamin, Drs. KH. Saifudin Amsir, Drs. KH. Sofwan Nizhomi, KH. Muhammad Abrais serta KH. Bahrudin, S.Ag selaku Pimpinan Pesantren Daar el-Hikam yang semuanya telah memberikan pendidikan agama sehingga penulis berusaha menjadi hamba Allah yang religius dan muttaqiin. 11. Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abi Bakar bin Salim selaku pimpinan Pondok Pesantren al-Ashriyyah Nurul Iman desa Waru Jaya Parung Bogor yang setiap detik selalu mendoakan penulis. 12. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daar El-Hikam sebagai tempat mengeksplorasi ilmu-ilmu Agama Islam. 13. Keluarga Besar Bimbel Primagama Kampung Utan dan Smart Ciledug yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan atas jasa dan segala pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Dalam sains kimia sang penyumbang mendapat nilai positif dan stabil dalam sifat kimiawi, bernilai negatif

iii

bagi sang duafa (penerima) karena konsekuensi ketidakmampuan keluar dari sifat meminta adalah patologi sosial kemasyarakatan. Berdasarkan prinsip hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, akhirnya segala kekurangan yang ada, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat, baik kepada penulis sendiri maupun kepada seluruh pembaca. Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 31 Januari 2011

Penulis

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ......................................................................................

ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ............................................................................................

viii

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR ................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah .....................................................................

1

B.

Identifikasi Masalah ...........................................................................

6

C.

Pembatasan Masalah ..........................................................................

6

D.

Perumusan Masalah ............................................................................

7

E.

Manfaat Penelitian ..............................................................................

7

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis .............................................................................

9

1. Hakikat Pembelajaran dan Metode Pembelajaran ........................

9

2. Hakikat Pembelajaran Portofolio.................................................

12

a. Pembelajaran Portofolio ........................................................

12

b. Jenis – jenis Portofolio ..........................................................

15

c. Isi Portofolio .........................................................................

16

d. Manfaat Portofolio ................................................................

17

e. Penilaian Portofolio..................................................................

18

f. Prinsip Penilaian Portofolio.....................................................

19

g. Karakteristik Pembelajaran Portofolio.....................................

21

v

h. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Portofolio dan Pembelajaran Konvensional.....................................................

22

i. Langkah-langkah Pembelajaran Portofolio..............................

25

j. Pelaksanaan atau langkah-langkah Penilaian Portofolio..........

28

k. Sistem Periodik Unsur dan Ikatan Kimia.................................

30

3. Hakikat Pembelajaran Ekspository..............................................

34

4. Definisi Hasil Belajar ..................................................................

36

5. Tes Hasil Belajar ........................................................................

39

6. Pembelajaran Kimia.......................................................................

40

B. Hasil Penelitian yang Relevan.............................................................

43

C. Kerangka Pikir..................................................................................

43

D. Pengajuan Hipotesis Penelitian .........................................................

45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ...........................................................................

46

B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................

46

C. Variabel Penelitian .......................................................................

46

D. Metode dan Desain Penelitian ........................................................

47

1. Metode Penelitian ....................................................................

47

2. Desain Penelitian .....................................................................

47

E. Populasi dan Sampel ......................................................................

48

1. Populasi.......................................................................................

48

2. Sampel.........................................................................................

49

F. Teknik Pengambilan Sampel..........................................................

49

G. Instrumen Pengumpulan Data........................................... ...............

49

H. Tekhnik Pengumpul Data ..............................................................

50

1. Validitas Instrumen ..................................................................

50

2. Realibilitas Instrumen ..............................................................

53

I. Teknik Analisis Data .....................................................................

53

vi

1. Pengujian Prasyarat Penelitian .................................................

53

2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t ............................................

55

J. Hipotesis Statistik..............................................................................

55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ...............................................................................

56

B. Analisis Data.....................................................................................

58

1. Pengujian Prasyarat Penelitian...................................................

58

2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t...............................................

59

C. Interpretasi Data ............................................................................

64

D. Pembahasan ...................................................................................

65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................

68

B. Saran ................................................................................................

68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Portofolio .......................

23

Tabel 2.2. Golongan Sistem Periodik Unsur .......................................................

31

Tabel 3.1. Desain Penelitian ...............................................................................

48

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi hasil belajar kelas eksperimen ............................

56

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi hasil belajar kelas kontrol...................................

57

Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen .........................

58

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ................................

59

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Hipotesa dengan Uji-t ............................................

60

Tabel 4.6. Hasil Penilaian Artikel Portofolio Kelas Eksperimen .........................

60

Tabel 4.7. Hasil Penilaian Artikel Portofolio Kelas Kontrol ................................

62

Tabel 5. Skenario Pembelajaran .......................................................................... 144 Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Penelitian...............................................................

154

Tabel 7. Analisis Butir Instrumen.......................................................................

162

Tabel 8. Perhitungan Uji Validitas .....................................................................

165

Tabel 9. Perhitungan Tingkat Taraf Kesukaran ..................................................

168

Tabel 10. Perhitungan Daya Pembeda ................................................................

170

Tabel 11.Daftar Validitas Soal, Tingkat Kesukaran Soal, dan Daya Pembeda.....

171

Tabel 12.Skor Hasil Belajar Kimia Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...........

180

Tabel 13.Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol...........................................

186

Tabel 14.Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ...................................

188

Tabel 15.Perhitungan Uji-t ................................................................................

191

viii

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR

Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar Kimia Siswa menggunakan Pembelajaran Portofolio ..............................................................

56

Gambar 4.2. Histogram Hasil Belajar Kimia Siswa tanpa menggunakan Pembelajaran Portofolio ............................................................

57

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir ..................................................................

118

x

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 yang tercantum pada pasal 3 secara lengkap berbunyi:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

UNESCO mengemukakan dua prinsip pendidikan yang sangat relevan dengan makna yang terkandung dalam ideologi pancasila. Pertama; pendidikan haruslah diletakkan pada lima pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), pembelajaran yang lebih diarahkan dalam upaya membentuk kepribadian untuk memahami mengenai keanekaragaman (pluralitas) sehingga terbentuk sikap dan perilaku positif dalam melakukan respon terhadap perbedaan dan keanekaragaman (learning to live together), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), belajar bagaimana belajar yang baik, efektif dan efisien (learning how to learn). Kedua; Belajar seumur hidup (life long to learning).2 Dua prinsip pendidikan tersebut harus dikembangkan pada pembangunan sistem pendidikan nasional, salah satunya dalam pembelajaran kimia. 1 Permin silaban, dkk. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional , (Jakarta: PT. Kloang Klede Putra Timur dan DEPDAGRI, 2005), h.6 2 Puskur, Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Sekolah Menengah Tingkat Atas, (Jakarta: Depdiknas, 2001), h.77

2

Pelajaran kimia merupakan salah satu pelajaran yang dipelajari siswa sekolah formal dari SMP hingga SMA dan bahkan sampai ke perguruan tinggi. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, dan sifat, transformasi, dinamika, dan energetika zat. Oleh karena itu mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses kerja ilmiah. Oleh sebab itu, dalam penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses.3 Di samping itu pembelajaran kimia di SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif , terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain; memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, di mana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang

percobaan

melalui

pemasangan

instrumen,

pengambilan,

pengolahan, dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat; memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

3

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional; Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA, (Jakarta: Pusat Kurikulum, balitbang Depdiknas, 2003), Cet.ke-4, h. 7

3

Kondisi yang terjadi dalam pembelajaran kimia saat ini antara lain pembelajaran kimia hanya menitikberatkan pada aspek kognitif dan belum maksimal merambah pada aspek afektif dan psikomotorik. Untuk mendukung hal ini maka dalam pembelajaran kimia perlu menggunakan model pembelajaran

portofolio

yang

mencakup

pendekatan

dan

metode

pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan adalah Portofolio Kerja Harian (working portofolio) dan Portofolio Dokumentasi (documentacy Portofolio) Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan berbagai upaya peningkatan komponen yang terdapat di dalamnya . Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berperan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan kualitas pendidikan tentunya tak terlepas dari upaya peningkatan komponen-komponen yang terdapat di dalamnya. Di antara komponen itu antara lain adalah metode pembelajaran dan guru. Di sekolah tentunya berlangsung kegiatan belajar mengajar. Agar kegiatan tersebut dapat terwujud dengan baik, maka dibutuhkan sumber daya manusia guru yang baik dan professional. E. T. Ruseffendi (1988:73) mengatakan bahwa terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Diantara faktor itu hampir separuhnya tergantung siswa, yaitu faktor kecerdasan anak, kesiapan anak, dan bakat anak. Sedangkan faktor penyebab yang lain tergantung pada guru, yaitu kemampuan kompetensi guru, suasana belajar dan kepribadian guru serta kondisi masyarakat. Kompetensi guru mencakup penguasaan metodologi (cara mengajar) yang akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih sistematik, penguasaan konsep (materi) sebagai salah satu bukti profesionalisme seorang guru, penguasaan sosial yang akan membuat interaksi positif antara kedua stake holder (guru dan murid) dalam pembelajaran. Kompetensi terakhir adalah penguasaan kepribadian (personal) yang akan menjadi tolak ukur siswa untuk meneladani sikap dan tingkahlaku seorang guru dalam proses pembelajaran.

4

Dari beberapa faktor yang telah dijabarkan di atas, guru merupakan salah satu faktor penyebab dari keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas pada proses belajar mengajar. Di samping itu juga guru harus membuat strategi dan metode mengajar dengan tepat

serta

memberikan

motivasi

kepada

siswa

agar

dapat

menumbuhkembangkan semangat dan minat siswa dalam belajar sehingga diperoleh hasil belajar yang diinginkan. Berdasarkan pengaruh guru terhadap keberhasilan belajar siswa di atas maka dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu metode mengajar yang tepat sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat. Metode ini pula yang akan mengantarkan siswa mencapai kompetensi, yakni perpaduan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pengertian kompetensi yang dikemukakan McAshan dalam Mulyasa bahwa kompetensi itu adalah “...a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, afective, and psychomotor behaviors”. Menurut McAshan, kompetensi itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. 4 Kondisi yang terjadi saat ini dalam pelajaran kimia pada materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia tidak mudah dicerna dan diterima oleh siswa. Beberapa penyebab kesulitan tersebut antara lain siswa beranggapan bahwasanya pelajaran kimia bersifat abstrak, memerlukan hafalan, serta menjadi pelajaran yang ditakuti oleh siswa. Banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran kimia dan menganggap pelajaran ini sulit. Anggapan sulit ini karena telah tertanam dalam benak mereka bahwasanya pembelajaran kimia hanya didominasi oleh aspek kognitif belaka. Di samping itu telah 4

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, dan Implementasi (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), Cet.Ke-8.,h. 38

5

tertanam dalam jiwa mereka bahwasanya guru kimia umumnya sering menggunakan metode mengajar yang kurang menarik, pembelajaran berpusat kepada guru (teacher oriented), monoton, serta membosankan. Di sini penulis akan mengemukakan salah satu solusi bagaimana materi pelajaran diharapkan mudah diterima siswa dan agar tujuan pembelajaran itu tercapai dengan baik. Penulis akan mengambil salah satu metode pembelajaran yang diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa secara positif sehingga animo siswa terhadap pelajaran kimia menjadi semakin meningkat. Pembelajaran tersebut yakni pembelajaran berbasis portofolio. Pembelajaran yang tercakup dalam portofolio yang digunakan adalah seluruh peserta didik dilibatkan untuk membuat artikel kimia selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung. Di samping itu tes formatif, tes sumatif dan ulangan remedial dan tugas-tugas lainnya menjadi seluruh rangkaian penilaian yang menjadi bahan pembelajaran dalam portofolio Pembelajaran ini mengacu pada sejumlah prinsip dasar pembelajaran, diantaranya prinsip belajar kooperatif, belajar siswa aktif, pembelajaran partisipatorik dan mengajar yang reaktif.5 Menurut Paulson (1991:69) portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan siswa dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian, dan bukti refleksi diri. Pembelajaran berbasis portofolio termasuk dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang merupakan inovasi dalam pendidikan dan improvisasi pembelajaran. Melalui pendekatan ini siswa tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi juga belajar dari luar kelas seperti lingkungan masyarakat, ahli suatu bidang atau ilmuwan, media cetak maupun elektronika serta saranasarana yang tersedia. Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. 5

Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), h. 8

6

Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa. Mengingat

begitu

banyaknya

jenis

portofolio,

guru

dapat

mengumpulkannya melalui berbagai macam cara. Cara yang akan dipakai disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan siswa dan jenis kegiatan yang dilakukan siswa.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah berikut ini: 1. Kondisi pembelajaran kimia yang terjadi bersifat monoton, pembelajaran berpusat pada pengajar/guru (teacher oriented), metode pembelajaran yang kurang menarik dan membosankan. 2. Pembelajaran kimia adalah pembelajaran yang abstrak dan hal ini telah tertanam dalam benak siswa bahwasanya pembelajaran kimia di kelas hanya mengeksplorasi aspek kognitif saja tidak merefleksikan diri sebagai pengamalan dari aspek afektif dan aspek psikomotorik.

C. Pembatasan Masalah Dari masalah yang telah diidentifikasi di atas, peneliti akan membatasi ruang lingkup masalah, agar pemecahannya terfokus dengan jelas. Masalah yang akan diteliti adalah mengenai Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan Metode Pembelajaran Konvensional dan Metode Pembelajaran Portofolio dalam Mata Pelajaran Kimia. Apakah dengan digunakannya kedua jenis pembelajaran tersebut akan menghasilkan perbedaan hasil belajar. Maksud dari pembelajaran berbasis portofolio di sini adalah pembelajaran yang mengacu kepada penilaian portofolio. Portofolio yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi:

7

1. Portofolio Kerja Harian (Working Portofolio) Portofolio jenis ini merupakan koleksi bahan bukti pembelajaran yang dikumpulkan dalam satu jangka waktu (satu semester/satu tahun) dan bahan atau materi dipilih oleh peserta didik. 2. Portofolio Dokumentasi (Documentacy Portofolio) Portofolio jenis ini mempunyai bahan bukti pembelajaran yang dikumpul secara selaras, relevan, dan objektif. Bisa juga disebut sebagai hasil pembelajaran untuk tugas tertentu (task based). Proses menghasilkan bahan tugasan perlu ditunjukkan dengan jelas. Penilaian jenis ini meliputi penilaian secara formatif dan penilaian sumatif. Metode pembelajaran konvensional yang digunakan adalah metode pembelajaran expository learning yakni pengajaran dengan sistem menyampaikan materi melalui metode ceramah. Hasil belajar kimia siswa yang dimaksud pada penelitian ini selain dibatasi pada aspek kognitif tetapi juga ditambah dengan penilaian portofolio. Dan untuk lebih memfokuskan pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penelitian ini dibatasi pada siswa kelas X SMA Negeri I Pondok Aren (SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan) Tahun Pelajaran 2006/2007. Mata Pelajaran kimia dibatasi pada bab Sistem Periodik Unsur dan Ikatan Kimia.

D. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Konvensional dan Metode Pembelajaran Portofolio?

E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

8

1. Untuk mengembangkan kurikulum kimia, sehingga dapat membantu para guru atau calon guru MIPA dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa. 2. Sebagai sumbangan kepada dunia pendidikan mengenai hasil belajar siswa atau peserta didik yang dikembangkan lewat pembelajaran ini. 3. Sebagai

bahan

perbandingan

bagi

sekolah-sekolah

yang

belum

melaksanakan metode pembelajaran berbasis portofolio. 4. Untuk Pihak terkait yakni Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan . Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai input dalam menyusun program peningkatan kualitas dan mutu sekolah sekolah.

9

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pembelajaran dan Metode Pembelajaran Pembahasan tentang pembelajaran tidak terlepas dari belajar dan proses belajar. Belajar dan proses belajar adalah suatu sistem yang tidak bisa saling terpisah, keduanya saling berhubungan erat. Karena proses belajar tidak akan terjadi apabila tidak ada yang mengajar, begitu juga sebaliknya apabila tidak ada yang belajar maka tidak ada yang mengajar. Dalam proses belajar mengajar sebenarnya yang mengajar dan belajar pada kondisi yang unik, karena sedikit tidak sengaja masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi sebenarnya secara tidak langsung, seorang pengajar juga melakukan kegiatan belajar. Belajar mengandung pengertian yang sangat kompleks, sehingga banyak ahli yang menemukan pengertian belajar dengan ungkapan dan pandangan yang berbeda. Secara umum belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang, dan belajar adalah suatu proses, bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Kaitannya dengan belajar, proses belajar serta pembelajaran, ada beberapa definisi belajar, antara lain sebagai berikut: 1) Chaplin dalam Dictionary of Phsycology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Pertama belajar diartikan sebagai perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan

10

pengalaman. Kedua belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus 2) Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Barow dalam bukunya Educational Phsycology: The Teaching Learning Process, bahwa belajar seperti yang dikutip oleh Muhibin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar adalah: “Suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif” 3) Biggs dalam bukunya Teaching for Learning: The few from cognitive Phsycology mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu: Rumusan kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti suatu kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai oleh siswa. Rumusan institusional (tujuan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah dipelajari. Ukurannya adalah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru, maka semakin baik pula mutu perolehan siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Rumusan kuantitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia sekeliling siswa. 1 Hakikat belajar sebenarnya adalah proses pengajaran yaitu proses berubahnya tingkah laku siswa melalui berbagai pengalaman yang dilaluinya. Proses belajar atau proses berubahnya tingkah laku tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien apabila didukung oleh faktorfaktor yang mempengaruhi belajar siswa. Reigeluth dan Merill berpendapat bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori pembelajaran yang bersifat preskiptif, yaitu teori yang memberikan resep untuk mengatasi masalah belajar. Teori

1

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 64-67

11

pembelajaran yang preskiptif itu harus memperhatikan tiga variabel, yaitu variabel kondisi, metode, dan hasil.2 Menurut Joyse dan Weil “ ada banyak cara untuk belajar, sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang berbeda pula. Dengan banyaknya variasi metode pembelajaran yang ada telah membuktikan bahwasanya masing-masing metode memiliki kelemahan dan keunggulan. Oleh karena itu ketepatan dalam memilih metode pembelajaran memainkan peranan penting dan signifikan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa”. 3 Menurut Soeparman, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut Surachmad mengemukakan bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan salah satu untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar) maupun bagi murid (metode belajar). Metode

pembelajaran

harus

mengandung

rumusan

pengorganisasian bahan pelajaran, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan faktor tujuan belajar, karakteristik siswa agar dapat diperoleh efektifitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran. Makin baik metode itu maka pencapaian tujuan akan makin efektif. Dengan demikian,

pembelajaran merupakan proses belajar

mengajar yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Bukan hanya penyampaian pesan berupa materi

2

Yusuf Hadimiarso, Strategi Pembelajaran, Jurnal Pendidikan, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan Pustekom dan Informasi Pustek Diknas, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 529 3 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), Cet Ke-23, h. 4

12

pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran didasarkan kepada metode dalam proses pembelajaran. Salah satu alat untuk mencapai suatu tujuan dalam proses pembelajaran disebut dengan metode

2. Hakikat Pembelajaran Portofolio a. Pembelajaran Portofolio Pembelajaran berbasis portofolio merupakan pembelajaran yang melaksanakan empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO, yaitu: “learning to know, learning to be, leaning to do, and learning to live together”, yang merupakan salah satu pendekatan di kelas. Pembelajaran tidak seharusnya memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah dari guru, bagaikan botol kosong yang diisi dengan ilmu pengetahuan. Siswa harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksinya terhadap lingkungan fisik dan sosialnya sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to know). Diharapkan

hasil interaksi

dengan lingkungannya dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan diri (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau

kelompok

individu

yang

bervariasi

akan

membentuk

kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikapsikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup (learning to live together).4 Pembelajaran portofolio merupakan satu bentuk perubahan pola pikir tersebut, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Pembelajaran ini 4

Arnie Fajar, Portofolio dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), Cet ke-4, h. 89

13

dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat. Selain perubahan pola pikir dalam hal pembelajaran maka pola pikir penilaian pun perlu diubah. Penilain tidak dilakukan hanya sesaat. Penilaian harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Bukan hanya menaksir sesuatu secara parsial melainkan harus menaksir sesuatu secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dicapai oleh warga belajar. Pembelajaran portofolio pada umumnya mengacu pada prinsip-prinsip dasar tesebut. Namun secara khusus, portofolio sebenarnya dapat diartikan sebagai wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience (kumpulan pengalaman belajar) yang terdapat di dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). 5 Adapun sebagai suatu adjective, portofolio memberi keragaman bentuk. Banyak para ahli memberi batasan tentang definisi portofolio;

Menurut Paulson

mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan, dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian, dan bukti refleksi diri.6 Menurut Grounlund, portofolio mencakup contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada kelulusan tujuan, apa yang harus tergantung kepada

5

Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio, (Bandung: PT. Genesindo, 2002), h. 1 6 Elin Rusoni, Portofolio dan Paradigma Baru dalam Penilaian Matematika, http://www.depdiknas.go.id/publikasi/buletin/Pppg tertulis/082001/Portofolio & Paradigma Baru. htm, 24 April 2004

14

subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan ini memberikan dasar bagi perkembangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua, serta pihak lain yang berkepentingan atau terkait. Ketiga; portofolio merupakan strategi yang menghasilkan bukti belajar tuntas pengembangan kompetensi dan aktualisasi diri peserta didik tingkat sekolah menengah atau kompetensi rekayasa sosial untuk mahasiswa. 7 Portofolio adalah suatu kaidah yang digunakan oleh guru untuk mengumpulkan dan merekap bukti pencapaian belajar dalam jangka waktu tertentu. Pendapat lain mengatakan bahwa Portofolio berbentuk dokumentasi yang berstruktur. Di samping itu portofolio memerlukan perancangan, pelaksanaan, dan penilaian yang teliti. Proses pembelajaran dijalankan

secara

kolaboratif

untuk mencapai

kepahaman

dan

mendokumentasikan pemikiran secara kritis dan kreatif serta pemilihan fakta dari awal hingga akhir.8 Portofolio

dapat

digunakan

untuk

mendokumentasikan

perkembangan siswa. Karena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup. Portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap, keterampilan, dan ekspresinya terhadap sesuatu. Di samping itu portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini para siswa membuat artikel tentang sistem periodik unsur dan ikatan kimia yang proses dan hasilnya dijadikan sebagai bahan portofolio.

7

Dadan Supratman, Menyikapi Perubahan Pendidikan, Merdeka.com/harian/0312/015/kha 1. htm, 24 Maret 2004 8 http://mahirkmm.tripod.com/taksir 1. htm h. 1, 07 agustus 2004

http://www.Suara

15

Dengan

demikian

terjadilah

suatu

pembelajaran

yang

dikenal

pembelajaran berbasis portofolio.

b. Jenis-jenis Portofolio Berikut ini adalah jenis portofolio, diantaranya:9 1) Portofolio Kerja Harian (working portofolio) Portofolio jenis ini merupakan koleksi bahan bukti pembelajaran yang dikumpulkan dalam satu jangka waktu (satu semester/satu tahun) dan bahan atau materi dipilih oleh peserta didik. 2) Portofolio Dokumentasi (documentacy portofolio) Portofolio jenis ini mempunyai bahan bukti pembelajaran yang dikumpul secara selaras, relevan, dan objektif. Bisa juga disebut sebagai hasil pembelajaran untuk tugas tertentu (task based). Proses menghasilkan bahan tugasan perlu ditunjukkan dengan jelas. Penilaian jenis ini meliputi penilaian secara formatif dan penilaian sumatif. 3) Portofolio Hasil Terbaik (show portofolio) Portofolio jenis ini merupakan bahan bukti pembelajaran yang dipilih dari hasil yang terbaik dalam portofolio kerja harian. Penilaian adalah penilaian sumatif. Dalam portofolio jenis ini menghasilkan tugasan tidak penting. Yang terpenting adalah hasil akhir yang terbaik yang kemudian akan disajikan ke khalayak ramai atau peserta didik lainnya untuk dipresentasikan. Dari uraian di atas yang digunakan penulis dalam pembelajaran portofolio adalah portofolio dokumentasi dan portofolio Kerja Harian. Penilaian yang meliputi penilaian secara formatif dan penilaian sumatif serta penilaian yang merupakan bahan bukti pembelajaran yang dikumpulkan dalam jangka wktu tertentu. 9

Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran ..., h. 2

16

c. Isi Portofolio Portofolio dapat memuat kumpulan hasil karya atau hasil belajar siswa seperti tugas-tugas atau catatan-catatan, ide-ide siswa, karangan siswa, rangkuman materi yang disajikan dalam berbagai bentuk (tabel, diagram), karya seni dan lain sebagainya. Setiap portofolio harus memuat bahan-bahan yang merupakan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya serta mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting untuk ditampilkan. Tampilan portofolio berupa tampilan visual dan audio yang tersusun sistematis serta melukiskan proses berpikir yang didukung oleh data yang relevan, dan secara utuh melukiskan “integrated learning experiences” atau pengalaman belajar yang terpadu dan dialami siswa dalam kelas sebagai suatu kesatuan. Johnson and Johnson mengemukakan butir-butir yang relevan untuk portofolio, yakni:10 1) pekerjaan rumah lengkap, tugas-tugas di kelas. 2) tes (buatan guru, curriculum supplied). 3) komposisi (essay, laporan, cerita). 4) presentasi (rekaman, observasi). 5) investigasi, penemuan, proyek. 6) buku harian atau jurnal. 7) ceklis observasi (guru, teman sekelas). 8) seni visual (mengambar, melukis, memahat, puisi). 9) refleksi diri dan ceklis (analysis check list). 10) hasil-hasil kelompok. 11) bukti kecakapan sosial. 12) bukti kebiasaan dan sikap kerja. 13) catatan anekdot, laporan naratif. 10

T.G. Ratumanan, Penilaian Portofolio (Portofolio Assesment) dalam Penilaian Berbasis Kelas, Jurnal Pendidikan dan Humaniora, Vol. 2. No. 1. SSN 1412-5706. h. 172

17

14) hasil-hasil tes baku. 15) foto, sketsa, otobiografi. 16) kinerja (menari, thespian activities).

d. Manfaat Portofolio Penilaian portofolio digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya seperti yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer berikut ini:11 1) Mendokumentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu 2) Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki 3) Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar 4) Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar Sedangkan menurut Grounlund, portofolio memiliki beberapa keuntungan antara lain sebagai berikut:12 1) Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas 2) Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar 3) Membandingkan pekerjaan sekarang dengan pekerjaan yang lalu serta

memberikan

motivasi

yang

lebih

besar

dari

pada

membandingkan dengan milik orang lain 4) Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik 5) Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai tingkat level mereka tapi sama-sama menuju tujuan umum) 6) Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.

11

Elin Rusoni, Portofolio dan Paradigma Baru dalam Penilaian Matematika, http://www.depdiknas.go.id/publikasi/buletin/Pppg tertulis/082001/Portofolio & Paradigma Baru. htm, 24 April 2004 12 http://www.depdiknas.go.id/publikasi/buletin/Pppg tertulis/082001/Portofolio & Paradigma Baru. htm

18

Portofolio meliputi koleksi kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu, dapat dalam satu semester, satu tahun. Portofolio sangat berguna bagi siswa dalam mengembangkan keahliannya untuk menilai diri sendiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan introspeksi diri dan refleksi pengembangan dirinya.

e. Penilaian Portofolio Penilaian merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Menurut Arrend istilah penilaian (assessment) biasanya mengacu pada pengumpulan informasi dengan sistematis oleh guru mengenai siswa dan kelasnya. Informasi dapat dikumpulkan pada siswa dengan cara informal seperti melalui observasi dan percakapan. Informasi juga dapat dikumpulkan secara formal seperti melalui pekerjaan rumah, tes, dan laporan tertulis. Johnson dan Johnson mengemukakan bahwa informasi yang diperoleh melalui penilaian dapat digunakan untuk mengevaluasi diantaranya:13 1) siswa, yakni tingkatan, penghargaan, dan lulusan yang sesuai dengan kriteria 2) guru, apakah program pembelajaran efektif? Dan apakah guru berhak mendapat pengakuan dan peningkatan pendapatan 3) sekolah dan distrik, yakni untuk menentukan efektifitas sekolah dan distrik Penilaian portofolio ini menempatkan kegiatan penilaian yang terjalin erat dengan kegiatan pembelajaran. Artinya pembelajaran dan penilaian berlangsung pada saat yang sama. Karena meliputi penilaian terhadap proses dan hasil karya, maka model penilaian portofolio ini 13

T.G. Ratumanan, Penilaian Portofolio ..., h. 169

19

dapat berfungsi sebagai penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian

formatif

berlangsung

pada

saat

terjadinya

proses

pembelajaran dengan dimaksudkan memberikan umpan balik (feed back) kepada siswa dalam rangka pengembangan portofolionya. Sasaran pengamatan guru dalam penilaian formatif ini adalah apakah siswa telah belajar secara maksimal dan efisien. Bila hasil pengamatan guru menunjukkan gejala positif, maka kegiatan pembelajaran dilangsungkan

terus

dan

bila

sebaliknya

pengamatan

guru

menunjukkan gejala negatif, maka kegiatan pembelajaran mungkin perlu dimodifikasi. Pada penilaian formatif ini, siswa perlu diinformasikan mengenai kemajuan yang dicapainya serta dimotivasi untuk menggairahkan kegiatannya. Penilaian sumatif dilakukan pada akhir semester, akhir tahun, atau program. Maksudnya adalah untuk memberikan penilaian akhir terhadap hasil belajar siswa dalam kaitannya dengan perbandingan antara seorang siswa dengan siswa lainnya, perbandingan antara hasil yang dicapai oleh siswa sebelum dan setelah melewati proses belajar. Lebih jauh, hasil penilaian sumatif dapat dijadikan sebagai masukan untuk memberikan penilaian yang komprehensif terhadap kesuksesan program atau kurikulum.

f. Prinsip Penilaian Portofolio Berbeda dengan penilai lainnya, keterlibatan peserta didik dalam penilaian portofolio merupakan sesuatu yang harus dikerjakan. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:14 1) Saling percaya Dalam penilaian portofolio guru dan peserta didik ataupun antar peserta didik dengan peserta didik lainnya harus memiliki 14

Sumarna Surapranata & Muhammad Hatta, Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 77-80

20

rasa saling mempercayai. Mereka harus merasa sebagai pihakpihak yang saling memerlukan dan memiliki semangat untuk saling membantu. Oleh karena itu semua pihak harus saling terbuka dan jujur satu sama lain 2) Kerahasiaan bersama Kerahasiaan objek penilaian peserta didik merupakan hal yang amat penting dalam portofolio. Hasil pekerjaan peserta didik secara individu atau kelompok sebaiknya tidak diperlihatkan kepada peserta didik lain, sebelum diadakan pameran. 3) Milik bersama Semua

pihak,

guru

maupun

peserta

didik

harus

menganggap bahwa semua objek penilaian merupakan milik bersama yang harus dijaga bersama-sama pula sehingga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri mereka 4) Kepuasan dan kesesuaian Hasil

akhir

portofolio

adalah

ketercapaian

standar

kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Kepuasan semua pihak terletak pada tercapai atau tidaknya standar kompetensi, kompetensi dasar atau indikator tersebut yang dimanifestasikan melalui objek penilaian peseta didik 5) Penciptaan budaya mengajar Sebagian orang berpendapat bahwa portofolio adalah metode pengajaran, sedangkan yang lainnya menganggap sebagai salah satu alat penilaian. Sebenarnya antara penilaian dan pengajaran portofolio tidak dapat dipisahkan. Penilaian portofolio hanya dapat dilakukan jika pengajarannya menggunakan metode atau pendekatan portofolio. Jika dalam pembelajaran guru hanya menuntut peserta didik untuk menghafal fakta atau pengetahuan pada taraf yang rendah, maka penilaian portofolio menjadi tidak bermakna. Penilaian portofolio akan efektif jika pengajarannya menuntut peserta didik untuk menunjukkan kemampuan yang

21

nyata serta menggambarkan pengembangan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada taraf yang lebih tinggi. 6) Refleksi bersama Penilaian

portofolio

memberikan

kesempatan

untuk

melakukan refleksi bersama-sama, di mana peserta didik dapat merefleksikan tentang proses berpikir mereka sendiri yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah dan pengalaman belajar peserta didik. 7) Proses dan hasil Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian peserta didik (anecdot) mengenai sikapnya dalam belajar, antusi tidaknya dalam mengikuti pelajaran dan sebagainya. Aspek lain dari penilaian portofolio adalah peniaian hasil, yaitu menilai hasil akhir suatu tugas yang diberikan oleh guru.

g. Karakteristik Pembelajaran portofolio Menurut Barton & Collin seperti dikutip oleh Sumarna Surapranata dalam bukunya yang berjudul Penilaian Portofolio (Implementasi Kurikulum 2004) terdapat beberapa karakteristik esensial dalam pennembangan berbagai bentuk portofolio, yaitu: 1) Multisumber, artinya portofolio memungkinkan untuk menilai berbagai macam objek penilaian mencakup orang, foto, rancangan, jurnal, audio, dan video tape 2) Authentic, artinya objek penilaian ditinjau dari konteks maupun fakta harus saling berkaitan satu sama lain 3) Dinamis,

artinya

portofolio

mencakup

perkembangan

dan

perubahan dari waktu ke waktu 4) Eksplisit, artinya portofolio harus jelas dalam arti semua tujuan pembelajaran berupa kompetensi dasar dan indikator harus dinyatakan secara jelas

22

5) Integrasi, artinya portofolio senantiasa berkaitan antara program yang dilakukan peserta didik di kelas dengan kehidupan nyata sehingga peserta didik tidak jauh dari apa yang mereka alami 6) Kepemilikan, artinya peserta didik harus merasa memiliki semua objek penilaian yang mereka hasilkan 7) Beragam tujuan, dengan menggunakan proses pembelajaran berbasis portofolio dapat dilihat keefektifan suatu program dan pada saat yang sama mengevaluasi perkembangan individu atau kelompok sebagai komunitas peserta didik.

h. Keunggulan dan

Kelemahan Pembelajaran Portofolio

dan

pembelajaran konvensional P. Slamet Widodo berpendapat bahwa pembelajaran berbasis portofolio memungkinkan siswa untuk:15 1) Berlatih memadukan konsep yang diberikan guru atau buku sumber 2) Mempunyai kesempatan dan kebebasan mencari informasi di luar kelas 3) Memiliki kemampuan dalam memutuskan sesuatu bersama teman 4) Membuat alternatif untuk mengatasi masalah/objek yang dikaji 5) Berlatih merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Kelemahan penilaian portofolio dapat berasal dari kondisi guru atau bahkan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dan peserta didik yang belum mengenal penilaian portofolio dan adanya kebiasan guru dalam menggunakan tes sebagai alat penilaian yang mendarah daging, derajat reliabilitasnya kurang karena penilaian melibatkan siswa dalam menilai diri mereka sendiri (self assesment),

15

P. Slamet Widodo, Mengajarkan Mata Pelajaran Kewarganegaraan Materi Kebijakan Publik dengan Metode Portofolio Tampilan (Show Case), http://www.bpk penabur.or.id/jurnal/05/015-028. pdf 26 Januari 2007

23

memerlukan ketekunan, kesabaran, dan keterampilan guru serta keterbatasan waktu dan fasilitas. Dalam pembelajaran konvensional guru merasa lebih puas karena dapat menuntasan materi pelajaran dalam waktu singkat. Namun dibalik kepuasan guru tersebut terdapat hal-hal yang merugikan siswa antara lain materi tidak terkuasai semua karena akibat dijelaskan terburu-buru. Di samping itu kompetensi siswa tidak terkembangkan

terutama

konsep

mengemukakan

pendapat,

menyanggah, bertanya, berargumentasi dan lainnya karena guru terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran. Dan siswa tidak merasa leluasa serta kurang berani. Tabel 2.1 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Portofolio Keunggulan

No 1

Kelemahan

Dalam kurikulum baru, diharapkan Diperlukan waktu yang cukup topik materi pembelajaran tidak banyak, bahkan diperlukan waktu terlalu banyak, namun dimuat satu di luar

jam

sampai 2 topik atau materi pelajaran sekolah, per

semester,

pembelajaran dilaksanakan

pembelajaran

sehingga

untuk

sehingga

model menuntaskan satu studi kasus atau

portofolio

dapat suatu kebijakan publik diperlukan

tanpa

kekurangan lebih dari 20 jam pelajaran seperti

waktu atau menyalahi apa yang telah yang

telah

ditentukan

dalam

digariskan dalam kurikulum. Model jadwal; ini dapat dilakukan satu tahun satu kali;

2

Hak otonomi mengajar pada guru

dalam

Kurangnya pengetahuan/daya

mengembangkan nalar guru yang bersangkutan

kemampuan, kemauan, daya nalar, serta

fungsi

di

perannya

sebagai

fasilitator, mediator, motivator, dan

24

rekonstruktor pembelajaran di dalam kelas;

3

Tukar

informasi, Kurang kesadaran guru dalam

pendapat,

pengetahuan untuk meningkatkan mengembangkan kemampuan dan daya nalar dan pengetahuan dengan kemauan

dalam

melaksanakan

rekan guru pada MGMP setempat; fungsi perannya;

4

Siswa

dapat

mengunjungi Kurangnya

jalinan

komunikasi

instansi/lembaga pemerintah yang antara pihak sekolah, keluarga, terkait

untuk

memperoleh

atau dan masyarakat khususnya para

mencari

yang birokrat/instansi yang dikunjungi

informasi

dibutuhkan.

oleh para siswa untuk dimintai keterangannya;

5

dan

Kerjasama/kolaborasi antara Kepala Tidak ada dukungan moril serta Sekolah

dan

Sekolah/Komite menangani

pihak Sekolah

masalah

Dewan bantuan dana dari pihak sekolah; untuk

pendanaan;

Berdasarkan keunggulan dan kelemahan pembelajaran portofolio dan pembelajaran konvensional dapat disimpulkan kelebihan pembelajaran portofolio antara lain : 1) Pembelajaran portofolio mengembangkan kemampuan, kemauan, daya nalar serta berperan sebagai fasilitator, mediator, motivator dan rekonstruktor pembelajaran didalam kelas 2) Pembelajaran portofolio mengembangkan tukar pendapat, tukar informasi pengetahuan 3) Pembelajaran

portofolio

meningkatkan

aspek

kerjasama

kolaborasi yang terbingkai dalam pembelajaran kooperatif

atau

25

4) Pembelajaran portofolio mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran . hal ini berkaitan dengan pendekatan belajar aktif. i. Langkah-langkah Pembelajaran Portofolio16 1) Mengidentifikasi masalah. Salah satu warga negara yang baik adalah peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya. Untuk meningkatkan kepekaan siswa tersebut tiada pilihan lain guru hendaknya menjadikan masalah-masalah tersebut sebagai sumber belajar. Hal yang pertama dilakukan adalah: a) Kegiatan Kelompok Kecil Untuk mengidentifikasi masalah, perlu diawali dengan diskusi kelas guna berbagai pengetahuan tentang maslah-maslah yang terjadi dimasyarakat. Di sini guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (5-6 orang). Maslah yang dikaji adalah masalah yang berasal dari kaitan mata pelajaran kimia khususnya materi sistem periodik unsur dan ikatan kimia yang berkembang di masyarakat selain polusi tanah, air dan udara. Di sini penulis menjadikan artikel yang berjudul ‘Betapa signifikanya air dan Ada Apa dengan Ikatan’untuk dijadikan bahan kajian. b) Pekerjaan Rumah Untuk mengidentifikasi lebih mendalam mengenai masalah masalah yang dikaji maka siwa melanjutkan diskusi mereka di rumah. 2) Memilih Masalah untuk kajian kelas Apabila kelas menganggap telah memiliki cukup informasi, maka kelas harus memastikan memilih satu masalah yang akan dikaji. Masalah

yang

telah

dipilih

adalah

artikel

berjudul

Betapa

Signifikannya air dan artikel yang berjudul Ada apa dengan Ikatan

16

Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran ..., h. 14

26

3) Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas Mencari informasi lebih banyak adalah hal yang harus dilakukan berikutnya. Kemudian sumber-sumber informasi yang mana yang akan dijadikan rujukan. Di sini Penulis menjadikan majalah, koran, internet, buku pelajaran (pustaka) sebagai sumber informasi 4) Mengembangkan Portofolio Kelas Portofolio ini meliputi penayangan dan dokumentasi. Dalam penelitian ini portofolio yang digunakan adalah portofolio dokumentasi yang merupakan kumpulan dokumen atau bukti penelitian yakni berupa artikel, pembuatan artikel sendiri dan lainnya. 5) Penyajian Portofolio Setelah

mengembangkan portofolio

kelas,

kemudian

dilakukan gelar kasus (show case). Penulis di sini menjadikan siswa sebagai juri yang akan menilai karya masing-masing dengan penyajian lisan dan tanya jawab antar kelompok. 6) Kriteria dan format penilaian Kriteria portofolio meliputi:17 a) Kejelasan (1) Apakah portofolio disusun dengan baik? (2) Apakah portofolio ditulis dengan jelas sesuai dengan kaidah tata bahasa, dan menurut ejaan yang benar? (3) Apakah hal-hal pokok dan argumen-argumen mudah untuk dipahami b) Informasi (1) Apakah informasi akurat? (2) Apakah informasi mencakup fakta utama dan konsep-konsep penting? (3) Apakah informasi yang dimasukkan penting untuk memahami masalah kajian kelas? c) Kelengkapan 17

Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran ..., h. 74-76

27

(1) Apakah setiap siswa telah memasukkan lebih dari yang diperlukan? d) Dukungan (1) Apakah portofolio memuat contoh-contoh untuk menjelaskan atau mendukung hal-hal pokok? (2) Apakah portofolio memuat penjelasan yang mendalam untuk hal-hal pokok? e) Koordinasi (1) Apakah setiap paragraf dalam artikel portofolio saling berkaitan antara satu dan lainnya? (2) Apakah portofolio dokumentasi memberikan bukti

untuk

artikel portofolio? f) Persuasif (1) Apakah artikel portofolio yang disusun mengarah kepada masalah? (2) Apakah isi portofolio yang disusun mendapat dukungan publik? (3) Apakah portofolio yang disusun mengajak kepada kebijakan positif? g) Refleksi (1) Apakah bagian refleksi dan evaluasi

pembuatan portofolio

menunjukkan bahwa para siswa telah memikirkan secara cermat tentang pengalaman belajarnya? (2) Apakah para siswa memperlihatkan bahwa dirinya telah belajar dari pengalaman membuat portofolio? Format penilaian dengan memberikan skor kepada bagian portofolio dengan skala 1-5. Skor 1 = rendah, skor 2 = cukup, skor 3 = rata-rata, skor 4 = di atas rata-rata, dan skor 5 = istimewa. Format penilaian terlampir.

28

7) Refleksi pengalaman belajar Refleksi merupakan satu cara untuk belajar, yaitu belajar untuk menghindari kesalahan di masa datang dan untuk meningkatkan kinerja.

Merefleksi

pada

pengalaman

belajar

dalam

rangka

mengerjakan tugas portofolio merupakan prose dan upaya kelas yang bersifat kooperatif. Diantara nilai itu adalah bertanggung jawab mengatasi masalah, menyelesaikan masalah dan mengambil kebijakan terhadap suatu masalah.

j. Pelaksanaan atau Langkah-langkah Penilaian Portofolio Pelaksanaan penilaian portofolio mensyaratkan kejujuran siswa dalam melaporkan hasil belajarnya dan sikap guru dalam menilai siswa sesuai dengan kriteria yang telah disepakati. Guru harus mampu menunjukkan urgensi laporan yang jelas dari siswa. Hal ini terlihat jelas pada tahap pelaksanaan berikut ini:18 1) Tahap orientasi Tahap orientasi ini biasanya berupa pemberian informasi mengenai portofolio yang diharapkan untuk dihasilkan siswa setelah selesai mengikuti pelajaran untuk jangka waktu satu semester, satu tahun, atau tiga tahun. Informasi yang perlu disampaikan pada tahap orientasi ini adalah: (1) jadwal yang mencakup uraian tentang waktu pelaksanaan untuk setiap tugas, (2) beban tugas yang menggambarkan beberapa buah tugas yang harus diwujudkan dalam bentuk karya siswa, (3) tema untuk setiap tugas, (4) hasil kerja yang perlu tercakup pada portofolio. Termasuk didalamnya adalah karya final beserta unsur-unsur pendukungnya seperti sket, komponen, bahan referensi, berbagai eksperimen media, catatan-catatan dan komentar sumber dan siswa mengenai karyanya.

18

Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran ..., h. 117

29

2) Tahap penilaian formatif Tahap penilaian formatif seiring dengan langkah-langkah siswa dalam memecahkan masalah artistik akan mengikuti tahap: (1) studi pendahuluan untuk mendalami masalah, (2) pembuatan beberapa alternatif pemecahan masalah dalam bentuk sket kasar, (3) pembuatan karya berdasarkan salah satu karya yang terpilih. Selama proses penciptaan karya ini berlangsung, guru memberikan umpan balik kepada siswa berdasarkan pengamatan terhadap apa yang dilakukan atau apa yang dibuatnya. Fokus pengamatan guru terarah pada dua hal yakni ide siswa dan bagaimana ide tersebut dinyatakan dalam kegiatan pencarian sumber-sumber nantinya. Dari kegiatan tersebut terjadi diskusi dalam proses pembelajaran dalam rangka menemukan tema atau topik yang hendak dijadikan hasil karya nanti, diskusi ini memungkinkan seorang guru untuk menilai tiga aspek yakni: (1) argumentasi tentang tema yang dipilih, (2) gambaran mengenai pemilihan tema, (3) mengambil keputusan bersama-sama untuk hasil karya yang akan dibuat. Dalam penelitian ini aspek yang digunakan adalah kebenaran konsep, logika berpikir,

keserasian antar

paragraf,

keserasian antar

kalimat,

penggunaan tanda baca, kualitas dan kuantitas tulisan, dan kerapihan tulisan. 3) Tahap penilaian sumatif Tahap penilaian sumatif dilakukan pada akhir semester, tahun, atau program setelah portofolio sebagaimana yang telah ditugaskan pada tahap orientasi yag telah dirampungkan siswa. Penilaian sumatif diberikan untuk menunjukkan prestasi hasil belajar siwa yang tercermin dalam portofolio yang dikembangkannya.Dalam pelaksanaannnya guru dapat memberikan penilaian terhadap prestasi belajar siswa dengan cara: a) Membandingkan antara prestasi seorang siswa dengan siswa lainnya dengan pendekatan referensi

30

b) Membandingkan antara prestasi siswa dengan standar kualitas artistik yang ditetapkan berdasarkan pendekatan referensi kriteria c) Membandingkan antara prestasi belajar siswa antara masa sebelum belajar dan masa sesudah belajar. Dalam penelitian ini Penulis membandingkan antar artikel. Penulis membandingkan antar artikel kesatu, kedua, dan artikel ketiga dari tiap siswa. k. Sistem Periodik Unsur dan Ikatan Kimia 1. Sistem Periodik19 1) Perkembangan penggolongan unsur (a). Penggolongan berdasarkan sifat logam dan non logam (b). Triad Dobereiner J.W Dobereiner mengolongkan unsur-unsur yang memiliki kesamaan sifat. Masing-masing kelompok terdiri atas tiga unsur yang disebut Triad. Dalam suatu Triad massa atom unsur yang terletak di tengah meupakan harga rata-rata massa atom unsur pertama dengan unsur ketiga. (c). Oktaf Newlands Jhon Newland menyusun unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relative, yang kemudian disebut dengan hukum oktaf. (d). Sistem Periodik Mendeleyev Lothar

Meyer

dan

Mendeleyev

dengan

menggunakan prinsip dari Newlands melakukan penggolongan unsur-unsur berdasarkan massa atom dan sifat-sifat unsur. Menurut Mendeleyev sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari massa atom relatifnya. (e). Sistem Periodik Modern (Sistem Periodik Panjang)

19

Rokhmad, Kimia Strategi Tembus Perguruan Tinggi Favorit, (Yogyakarta: Andi, 2005), h. 7-15

31

Hendry

Moseley

melakukan

eksperimen

dan

menyimpulkan bahwa sifat dasar atom adalah nomor atom bukan massa atom relativ. Dengan penemuan ini maka hukum periodik modern dengan sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya. (2). Periode dan Golongan Periode adalah jumlah kulit dari suatu unsur-unsur. Unsur-unsur yang sama jumlah kulitnya ditempatkan pada periode (baris) yang sama. Golongan adalah jumlah elektron valensi dari suatu unsurunsur. Unsur-unsur yang memiliki jumlah elektron valensi sama ditempatkan pada golongan (kolom) yang sama. Golongan terbagi atas golongan utama dan golongan transisi. Adapun golongan utama terbagi atas delapan golongan, sebagaimana tercantum pada tabel berikut: Tabel 2.2 Golongan Sistem Periodik Unsur Golongan

Nama Golongan

Elektron valensi

IA

Alkali

1

II A

Alkali tanah

2

III A

Boron

3

IV A

Karbon

4

VA

Nitrogen

5

VI A

Oksigen

6

VII A

Halogen

7

VII A

Gas Mulia

8

(3). Sifat-sifat Periodik Sifat-sifat periodik adalah sifat yang hubungannya dengan letak unsur pada sistem periodik. Sifat-sifat ini berubah secara periodik sesuai dengan perubahan nomor atom dan

32

konfigurasi elektron. Beberapa sifat periodik

diantaranya

adalah: 1). Jari-jari atom Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron yang terluar. Semakin besar nomor atom unsurunsur semakin banyak pula jumlah kulit elektronnya, sehingga semakin besar pula jari-jari atomnya. Dalam suatu periode dari kiri ke kanan nomor atom bertambah berarti semakin bertambahnya muatan inti, sedangkan jumlah kulit elektron tetap yang menyebabkan semakin kecilnya jari-jari atom. 2). Energi ionisasi Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan atom netral dalam bentuk gas untuk melepaskan satu elektron membentuk ion bermuatan + 1. Dalam satu periode dari kanan ke kiri, semakin kuat daya tarik inti terhadap elektron terluar mengakibatkan elektron semakin sukar dilepaskan, sehingga energi ionisasinya bertambah. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi akan berkurang, yang diakibatkan bertambahnya jari-jari atom dan menyebabkan gaya tarik menarik inti atom semakin lemah. 3). Keelektronegatifan Keelektronegatifan adalah suatu ukuran kemampuan atom untuk menarik elektron dalam suatu ikatan kimia. Dalam satu periode, keelektronegatifan semakin bertambah dari kiri ke kanan . Hal ini menyebabkan gaya tarik menarik antar inti terhadap elektron semakin kuat. Akibatnya kemampuan atom untuk menarik elektron menjadi semakin besar. Adapun dalam satu golongan, keelektronegatifan berkurang dari atas ke bawah.

33

4). Afinitas elektron Afinitas elektron adalah energi yang terlibat jika suatu atom atau ion dalam fase gas menerima satu elektron membentuk ion negatif. Dalam satu periode, afinitas elektron cenderung berkurang dari kiri ke kanan. Adapun dalam satu golongan, afinitas elektron akan bertambah dari atas ke bawah.

2. Ikatan Kimia 1). Pengertian ikatan kimia Ikatan kimia adalah ikatan yang terbentuk karena unsurunsur ingin memiliki struktur elektron stabil (Golongan). Agar dapat mencapai struktur elektron seperti gas mulia, antara unsur mengadakan hal-hal berikut: a) Perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain (serah terima elektron). Atom yang melepaskan elektron akan membentuk ion positif, sedangkan atom yang menerima elektron akan berubah menjadi ion negatif sehingga terjadi gaya elektrostatik atau tarik-menarik antara kedua ion yang berbeda muatan. Ikatan ini disebut ikatan ion. b) Pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua atom sehingga terbentuk ikatan kovalen. Selain itu dikenal juga adanya ikatan lain seperti ikatan logam, ikatan hidrogen, ikatan Vanderwaalls 2) Jenis-jenis ikatan kimia a) Ikatan ion Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk sebagai akibat adanya gaya tarik-menarik antara ion positif dan ion negatif. Ikatan ion terbentuk antara: (1) ion positif dengan ion negatif,

34

(2) atom-atom berenergi potensial ionisasi kecil dengan atom-atom berafinitas elektron besar (Atom-atom unsur golongan IA, II A dengan atom-atom unsur golongan VIA, VIIA), (3) atom-atom dengan keelektronegatifan kecil dengan atom -atom yang memiliki keelektronegtaifan besar. b) Ikatan kovalen Ikatan Kovalen adalah ikatan yang terjadi antara unsur non logam dengan unsur non logam yang lain dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron. Berdasarkan pemakaian elektron, ikatan kovalen dibagi menjadi 3: 1) Ikatan kovalen tunggal 2) Ikatan kovalen rangkap 3) Ikatan kovalen rangkap tiga Berdasarkan kepolaran, ikatan kovalen terbagai menjadi: 1) ikatan kovalen polar 2) ikatan kovalen non polar 3) ikatan kovalen semi polar (ikatan kovalen koordinasi) Ikatan kovalen yang lain seperti ikatan hidrogen, ikatan logam, ikatan vanderwaals.

3. Hakikat Pembelajaran Expository Pembelajaran dengan metode exspository adalah pengajaran dengan sistem menyampaikan materi dengan metode ceramah. Guru terlebih dahulu menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapih, sistematik dan lengkap sehinga peserta didik dipersilakan untuk menyimak dan mencernanya saja secara tertatur dan tertib. Prosedur pembelajaran expository ialah sebagai berikut:20 20

Syaiful Bahri Diamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 62

35

(a) Preparasi: Guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapih (b) Apersepsi: Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian peserta didik pada materi yang akan diajarkan (c) Presentasi: Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau memerintahkan peserta didik membaca bahan yang telah dipersiapkan dari teks tertentu atau ditulis oleh guru. (d) Resitasi: guru bertanya dan peserta didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau peserta didik diperintahkan untuk menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri mengenai pokok-pokok bahasan yang telah dipelajari (lisan atau tertulis). Metode pembelajaran expository merupakan pendekatan yang seringkali guru gunakan. Hal ini telah menjadi kebiasaan berahun-tahun. Guru merasa belum puas dan belum mengajar bila tidak banyak menyajikan informasi mengenai suatu mata pelajaran. Pola interaksi dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan tersebut memang banyak didominasi oleh guru atau dikenal dengan istilah “teacher centered”. Pendekatan tersebut hanya membuat siswa menjadi menerima informasi materi pelajaran yang baik. Rasa bosan, jenuh, serta berkurangnya kepuasan belajar pada diri siswa merupakan situasi yang menekan emosi siswa. Perasaan-perasaan demikian akan mempengaruhi proses belajar pada diri siswa. Hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan oleh para guru karena penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran tersebut setidaknya dapat merugikan pengetahuan dan hasil belajar siswa. Namun demikian bukan berarti pendekatan atau metode expository tidak baik sama sekali. Ada beberapa keunggulan yang dimiliknya, antara lain: pendekatan ini mudah dilakukan guru karena hanya menyampaikan informasi mengenai materi pelajaran saja. Waktu yang digunakan lebih singkat, guru dapat menguasai kelas dan pengorganisasian kelaspun lebih sederhana.

36

Dalam penelitian ini guru menjelaskan materi pada konsep sistem periodik unsur dan ikatan kimia tanpa disertai pembelajaran yang lain. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran portofolio yang mengandung penilaian portofolio.

4. Definisi Hasil Belajar Secara kodrati manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar yang dimiliki manusia itu tidaklah

sama

bagi

masing-masing

manusia.

perkembangan yang optimal diperlukan belajar.

Untuk

mencapai

21

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu dan individu dengan lingkunganya. Burton menyatakan “Learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which feel a need and make him more capable of dealing adeguately with his environment.” Dalam ungkapan di atas terdapat kata “change” atau perubahan yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tak bisa menjadi bisa, dan tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Kriteria keberhasilan dalam belajar ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku individu yang belajar.22 Menurut Gonbach, belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dengan mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya. Sedangkan menurut Hilgard, belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan

21

H. Sunarto & Agung hartono, Perkembangan Peseta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet Ke-2, h. 170 22 M. Uzer Usman, Menjadi Guru ..., Cet. Ke-8, h. 5

37

perubahan yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh yang lainnya. 23 Abdurrahman Abror membuat definisi belajar dengan tiga kriteria, yaitu:24 (1) Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan (dalam arti tingkah laku, kapasitas) yang relatif tetap. (2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan setelah melakukan belajar. (3) Bahwa perubahan itu dilakukan melalui kegiatan, usaha, atau praktik yang disengaja atau diperbuat. Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar ini nyata terlihat dari apa yang dilakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya. Dalam hal ini terjadi perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat dibuktikan dengan perbuatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan S. Nasution yang mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu perbuatan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaaan, dan penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar.25 Belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan dapat diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman dapat berupa interaksi dengan lingkungan eksternal dan melibatkan proses yang tidak nampak. Belajar juga merupakan perilaku aktif siswa dalam menghadapi lingkungan untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan makna. Menurut Wortman, Loftus, dan Marshall, belajar merupakan kegiatan mental individu yang kompleks dan biasanya menghasilkan perubahan tingkah laku dan pola pikir pelajar, sehingga 23 Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), Cet. Ke-4, h. 66 24 Abd. Rachman Abror, Psikologi ..., h. 67 25 S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, (Bandung: Jemars, 1982), h. 25

38

dengan adanya perubahan maka dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar (learning) telah terjadi. Menurut Gagne, hasil belajar dapat dikaitkan dengan terjadinya perubahan kepandaian, kecakapan, atau kemampuan seseorang yang terjadi secara bertahap. Hasil belajar diwujudkan dalam lima kemampuan, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap.26 Pendapat di atas sama dengan pendapat Bloom yang menyatakan bahwa ada tiga dimensi hasil belajar yaitu dimensi kognitif, dimensi afektif, dan dimensi psikomotorik. Dimensi kognitif adalah kemampuan

yang berhubungan dengan berpikir,

mengetahui, dan memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif. Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Sedangkan dimensi psikomotorik adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan motorik. 27 Hasil belajar akan lebih baik apabila peserta didik memiliki hasrat atau tekad untuk mempelajari sesuatu. Tentu kuatnya tekad itu bergantung pada beberapa faktor antara lain nilai tujuan pelajaran itu bagi peserta didik. Berbeda

dengan

ilmu-ilmu

teoritis

yang

berlandaskan

matematika, di mana perkembangannya didasarkan atas cara deduktif, maka bagi ilmu-ilmu yang berlandaskan pengamatan dan eksperimen seperti kimia perkembangannya didasarkan atas cara induktif. Langkah pertama adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan dan eksperimen. Mengingat pengumpulan data adalah langkah pertama, maka kecermatan dan keobjektifan dari pengamatan ini sangat menentukan makna data tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan usaha untuk mendapatkan cara yang cermat dan objektif tadi.

26 Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2008) Cet. Ke-11, h. 22 27 H. Veitthzai Riva’I, Prestasi Hasil Belajar Peserta Program MM, (http://www.depdiknas.co.id, 2004), Jurnal Pendidikan

39

Hal terpenting dalam kaitannya dengan pengajaran kimia adalah menyebarluaskan kemampuan untuk dapat memahami adanya keragaman sifat zat di alam serta kemampuan untuk menemukan keteraturan di antara keragaman tersebut. Melalui pengamatan tentang adanya berbagai keteraturan dalam sifat ini, dimungkinkan untuk melakukan pengubahan sifat zat yang satu menjadi sifat zat yang lain. Hal ini akan membuka jalan bagi penjelajahan lebih lanjut tentang sifat-sifat zat di alam. Dengan demikian hasil belajar kimia dapat diartikan sebagai hasil perubahan tingkah laku yang disengaja sebagai hasil belajar kimia yang ditunjukkan oleh adanya perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, atau peningkatan pengetahuan tentang kimia, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri siswa yang bersangkutan setelah menerima pelajaran terutama pelajaran sains kimia.

5. Tes Hasil Belajar Tes terambil dari kata testum, suatu pengertian dalam bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Dalam bahasa Inggris ditulis test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan tes, ujian atau percobaan. Seperti yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dari Amir Daien Indrakusuma dikatakan bahwa “tes” adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keteranganketerangan yang diinginkan seseorang dengan cepat dan tepat. Sedangkan dilihat dari wujud fisiknya tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau yang harus dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek

kognitif

tertentu

berdasarkan

jawaban

terhadap

pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hasil subjek dalam melakukan tugastugas tersebut. Perlu diketahui bahwa evaluasi sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar tersebut telah mencapai tujuan

40

pengajaran yang telah ditetapkan atau tidak, dan juga untuk memberikan umpan balik bagi siswa maupun bagi bagi guru berdasarkan hasil evaluasi tersebut.

6. Pembelajaran Kimia Dalam kamus besar bahasa Indonesia kimia diartikan sebagai ilmu tentang susunan sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat kimia. Kimia juga dibagi menjadi kimia analisis; cabang ilmu kimia yang berkaitan dengan penentuan macam dan kadar suatu zat, kimia anorganik; cabang kimia yang mempelajari tentang unsur dan senyawa yang meliputi air, gas, logam, asam, basa, dan mineral, kecuali karbon, kimia farmasi; cabang kimia tentang susunan pembuatan, dan pengujian obat-obatan, kimia fisika; cabang kimia yang mempelajari tentang aspek teori partikel materi dan hukumnya seperti dirumuskan oleh fisika, kimia inti; cabang kimia yang mempelajari tentang reaksi inti dan sifat jenis inti yang dibentuk, kimia listrik; kimia tentang proses terjadinya energi kimia menjadi energi listrik dan sebaliknya serta penggunaannya, kimia organik dan ilmu kimia yang lainnya. Pembelajaran kimia berkaitan dengan pembelajaran sains. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga sains bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta ataupun konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

41

Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dan dinamika serta energetika zat. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu dalam penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses. Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Belajar adalah suatu

proses bukan sekedar pengalaman seperti

dikemukakan oleh James O. Whitaker bahwa “Belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tinglah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.” Sedangkan Chaplin dalam Dictionary of Phscycology membatasi belajar dengan dua macam rumusan, yaitu: 1) Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman 2) Belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Sedangkan konsep pembelajaran merujuk kepada penataan lingkungan (fisik, sosial, cultural, dan psikologis atau spiritual) yang memberi suasana bagi tumbuh dan berkembangnya proses belajar. Jadi dilihat dari individu yang belajar (siswa), proses belajar bersifat internal dan unik, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal adalah proses pembelajaran yang sengaja dirancang dan bersifat rekayasa. Karena pembelajaran bersifat rekayasa, yakni rekayasa perilaku akan proses tersebut terkait tujuan. Atas dasar itu maka terjadinya proses belajar adalah kriteria dasar dari proses pembelajaran. Dengan kata lain proses pembelajaran dinilai berhasil bila siswa dapat belajar sesuai dengan tujuan yang dirancang sebelumnya. Belajar karena proses pembelajaran akan lebih terarah dan terkendali dari pada belajar karena pengalaman semata-mata.

42

Proses pembelajaran secara keseluruhan dari awal sampai akhir kegiatan harus dapat membangkitkan aktivitas siswa sebagai objek sekaligus sebagai subjek dalam pembelajaran. Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kegiatan awal atau pendahuluan dalam pembelajaran. Oleh

sebab

itu

kegiatan

pembelajaran harus direncanakan

dan

dilaksanakan secara sistematis, fleksibel, efektif, dan efisien. Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara siswa dan guru serta antara siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap. Karena itu baik konseptual maupun operasional konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap akan selalu melekat dalam pembelajaran. Proses komunikasi pembelajaran melibatkan dua pihak, yakni guru dan siswa yang lebih dari satu orang. Dalam ukuran kelas normal berjumlah 35-40

orang.

Guru

memegang

peran

utama sebagai

komunikator dan siswa memegang peran utama sebagai komunikan. Masing-masing pihak pada giliranya bertukar peran menjadi pemberi dan penerima informasi. Dengan adanya komunikasi siswa akan mendapatkan kemudahan untuk dapat melakukan proses belajar. Makin tinggi intensitas proses belajar yang terjadi sebagai dampak dari komunikasi maka proses pembelajaran akan semakin baik pula. Alport menjelaskan antara komunikasi dengan perubahan sikap sebagai berikut: 1) Sikap merupakan satu kecenderungan dalam diri individu yang diwujudkan dalam bentuk kesiapan mental dan kesiapan fisik 2) Sikap terwujudkan dalam bentuk respon atau tanggapan individu terhadap suatu atau sejumlah objek dan situasi yang dihadapi. 3) Sikap berfungsi pemberi arah dan langkah kepada individu yang diwujudkan dalam bentuk respon terhadap objek sikap. Dari penjelasan di atas sikap memiliki tiga unsur yakni kognisi, perasaan, dan kecenderungan bertindak. Untuk dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran

yang baik seorang guru

seharusnya

43

menerapkan konsep psikologi perkembangan anak. Ketiga teori tersebut seyogyanya melandasi para pengajar dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang dijadikan bahan perbandingan dalam penulisan skripsi ini adalah hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Portofolio terhadap Motivasi Belajar Biologi Siswa Semester Genap Tahun 2005” dan “Pengaruh penilaian portofolio terhadap kemampuan keterampilan proses sains pada konsep laju reaksi kimia”. Penelitian tersebut terbukti bahwa motivasi belajar biologi siswa yang diajar menggunakan

model pembelajaran berbasis portofolio lebih baik dari

motivasi belajar biologi yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional, sehingga pembelajaran portofolio ini memberikan pengaruh yang positif untuk menambah motivasi belajar biologi siswa.

C. Kerangka Pikir Pembelajaran portofolio akan berhasil apabila proses pembelajaran yang dialami siswa sesuai dengan karakteristik siswa itu sendiri, yaitu dengan melibatkan intelektual siswa secara optimal serta dengan memperhatikan pengembangan emosi positif dan keterampilan. Proses pembelajaran akan berjalan secara optimal apabila pembelajaran dapat dikelola dengan sebaikbaiknya sehingga siswa yang terlibat dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi senang dan merasa nyaman. Keberhasilan belajar erat kaitannya dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Kemampuan guru tersebut dapat memotivasi potensi siswa serta mampu membawa siswa untuk mengevaluasi diri melalui tugastugas portofolio yang diberikan oleh guru. Diharapkan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran membawa siswa belajar lebih aktif, kreatif, dan kritis sehingga hasil belajar dapat dicapai dengan optimal.

44

Pendekatan tradisional dalam pembelajaran yang didominasi ceramah satu arah dari guru sebaiknya dikurangi tidak dapat menghasilkan beragam bentuk hasil kerja siswa sebagai produk proses belajar mengajar. Jika dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab singkat, dan penugasan menjawab soal pemahaman bacaan pada akhir bab buku pelajaran maka bentuk hasil kerja siswa sangat jauh dari yang diharapkan. Pendekatan belajar aktif dalam pembelajaran menekankan agar anak mendapatkan pengalaman belajar, terutama melalui berbuat atau melakukan kegiatan. “Successful learning comes from doing” (Wyatt & Looper). Suatu kegiatan belajar cenderung sukses jika siswa berbuat atau melakukan kegiatan nyata dalam kegiatan belajar tersebut. Selain itu pendekatan pembelajaran aktif menekankan adanya pengalaman belajar yang menghasilkan produk atau hasil karya siswa berdasarkan mata pelajaran yang relevan. Di samping itu proses belajar mengajar berciri pendekatan belajar aktif memiliki urutan kegiatan belajar mengajar yang bervariasi antara kegiatan seluruh kelas, individual, pasangan dan kelompok. Dalam pembelajaran portofolio agar hasil kerja siswa dapat dikoleksi dan diseleksi maka kegiatan individual perlu ditingkatkan dan lebih divariasikan. Misalnya untuk materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia guru dapat memberikan tugas yang bervariasi kepada siswa melalui tugas portofolio. Diharapkan hasil kerja tiap siswa bisa bervariasi, sehingga dapat menambah wawasan dan membuat pembelajaran lebih menarik. Guru juga dapat memberikan tugas yang sama kepada tiap individu, namun hasil kerja individu lebih bervariasi, sesuai dengan kesenangan masing-masing siswa. Misalnya guru menugaskan tulisan tentang jari-jari atom dalam sistem periodik unsur. Siswa boleh memilih untuk membuat grafik, deskripsi, gambar, puisi, peta konsep, atau tugas lainnya. Hasilnya dapat ditelaah dan dikomentari oleh temannya atau dipresentasikan kemudian siswa sendiri harus memperbaiki sesuai ide masukan dari teman atau gurunya. Dengan digunakannya metode pembelajaran berbasis portofolio sebagai metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa pada mata pelajaran

45

kimia diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar kimia siswa sehingga diduga adanya perbedaaan hasil belajar kimia antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran portofolio dengan siswa yang diberi pengajaran yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Dengan demikian metode cukup menarik dan siswa termotivasi untuk belajar dengan baik dan proses pembelajaran terlaksana dengan baik pula maka hasil belajar pun meningkat (lihat lampiran 4).

D. Pengajuan Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi dan kerangka pikir di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ho:

Tidak ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio.

Ha: Ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio

46

46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bukti empiris tentang perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran

portofolio pada mata pelajaran kimia di SMA Negeri 5 Kota

Tangerang Selatan (SMA Negeri I Pondok Aren Tangerang) .

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan (SMA Negeri I Pondok Aren Tangerang). Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian adalah semester ganjil tahun ajaran 2006/2007 yaitu pada tanggal 22 Agustus sampai tanggal 22 Oktober 2006.

C. Variabel Penelitian Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. 1 Variabel adalah suatu sifat benda atau kemampuan manusia yang dapat kita ukur atau amati secara langsung. Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Selanjutnya Kidder menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) di mana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Dengan demikian variabel itu merupakan suatu yang bervariasi berupa kondisi-kondisi yang dimanipulasi, dikontrol atau diobservasi dalam suatu penelitian. Jadi variabel penelitian adalah obyek penelitian yang bervariasi.2 Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan 1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), Cet. Ke-2, h. 60 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1993), Cet. Ke-9, h. 89

47 yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpuannya.Adapun secara rinci variabel penelitian dijelaskan sebagai berikut: Variabel bebas (X)

:

Metode Pembelajaran Konvensional dan Metode Pembelajaran Portofolio

Variabel Terikat (Y)

: Hasil Belajar Siswa

D. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode quasi eksperimen yaitu eksperimen yang belum seperti apa adanya atau tidak murni.

Penulis mencoba

melaksanakan pembelajaran kimia dengan menerapkan metode pembelajaran portofolio dan melihat seberapa besar perbedaannya terhadap hasil belajar kimia siswa. 2. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pre experimental design. Desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel terikat itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian postes, bentuk desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Desain Penelitian Pemilihan Sampel

Perlakuan

Postes

Kelas X A

XA

OA

Kelas X B

XB

OB

Keterangan: XA = Pembelajaran dengan cara konvensional XB = Pembelajaran dengan pembelajaran portofolio OA = Nilai yang didapat tanpa diterapkan pembelajaran portofolio

48 OB = Nilai yang didapat dengan diterapkan pembelajaran portofolio Desain penelitian: 1. Pemilihan sampel dari populasi terjangkau. 2. Pembelajaran tentang Sistem periodik unsur dan ikatan kimia. Dalam hal ini Pembelajaran dipisah menjadi dua perlakuan. 3. Perlakuan pertama yaitu pembelajaran tanpa menggunakan pembelajaran portofolio yang diterapkan pada kelas kontrol (XA). 4. Perlakuan kedua yaitu pembelajaran dengan menggunakan portofolio yang diterapkan pada kelas eksperimen (XB). Dalam hal ini siswa diberikan lembar portofolio yang wajib diisi di setiap akhir pelajaran. Dan mengumpulkan hasil karyanya ke dalam sebuah amplop berdasarkan urutan hari belajar. 5. Memberikan posttest (O) kepada siswa untuk mengukur variabel terikat. 6. Menghitung perbedaan hasil post test kelas kontrol dengan kelas eksperimen. 7. Mengaitkan tes statistik yang cocok dengan desain penelitian ini untuk menentukan apakah perbedaan dalam skor ini signifikan atau tidak, yaitu apakah perbedaan yang dihasilkan dapat menolak hipotesis nol.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek pendidikan. Menurut Aminudin Rasyad populasi adalah sejumlah massa (baik manusia atau bukan) yang terdapat di suatu kawasan tertentu atau berada dalam suatu unit kesatuan. 3 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa/I SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan (SMA Negeri I Pondok Aren Tangerang). Populasi terjangkaunya adalah siswa-siswi kelas X (Sepuluh) yang berjumlah lima (5) kelas. 2. Sampel

3

Aminudin Arsyad, Metode Riset Pendidikan, (Jakarta: Fakultas tarbiyah, IAIN Jakarta, 1987), Jilid I, h. 62

49 Sampel yang diambil sebanyak dua kelas. Satu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sampel menurut Drs. Mardalis adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian dengan tujuan memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati sebagian dari populasi-populasi. 4 Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kelas X A dan X B yang berjumlah 80 orang.

F. Teknik Pengambilan Sampel Metode atau teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purpossive sampling, yaitu teknik yang dipakai apabila peneliti ingin menentukan sampel sesuai tujuan yang diinginkan yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran berbasis portofolio terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia.

G. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik secara objektif adalah tes formatif, tes sumatif, format penilaian portofolio untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa yang terdiri dari 40 soal pilihan ganda, setiap jawaban betul diberi nilai 1 (satu) dan jawaban salah diberi nilai 0. Sebelum instrumen tes dibuat, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen tes. Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam membuat dan menyusun soal menjadi tes. Tes formatif ini terdiri dari pretes atau tes uji coba soal yang berfungsi untuk mengetahui apakah instrumen tes tersebut dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitas atau tidak, dan posttes yang berfungsi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa siswa setelah diterapkannya pembelajaran portofolio. Sedangkan tes sumatif terdiri dari penilaian dalam ulangan akhir semester. Untuk penilaian portofolio adalah penilaian hasil karya yang disusun berdasarkan penilaian kebenaran konsep, logika berpikr, keseasin paragraf, keserasian antar kalimat, penggunaan tanda baca, kualitas dan kuantitas tulisan, serta kerapihan tulisan.

4

Mardalih, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), Edisi I. Cet. Ke-5, h. 55

50 H. Teknik Pengumpul Data Penelitian yang bersifat ilmiah harus menggunakan alat ukur yang valid dan reliabel. Untuk itu sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilaksanakan uji coba terhadap alat ukur yang akan digunakan. Apakah instrumen tersebut dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitas atau tidak. Uji coba instrumen ini dimaksudkan untuk melihat tingkat kesukaran, daya beda, pengecoh, validitas, dan reliabilitas instrumen. 1. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. a. Tingkat Kesukaran (difficulty index) Tingkat kesukaran adalah bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu item. Tingkat kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyak siswa yang menjawab benar.5

Rumus: P

Ketentuan:

 jawaban benar  jumlah siswa

P = 0.00 – 0,25 (Sukar) P = 0,26 – 0,75 ( Sedang) P = 0,76 – 1,00 (Mudah)

Tingkat kesukaran yang baik adalah P = 0, 5 atau 0,5
D

Keterangan:

(B a  B b ) 0,5N

Ba = Jumlah benar kelompok atas

5

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h.

6

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 390

137

51 Bb = Jumlah benar kelompok bawah N = Jumlah peserta tes Daya beda yang baik adalah D > 0,30 c. Pengecoh (distractor) Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh peserta tes berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu mencolok dan menyesatkan. Sebaliknya sebuah pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami konsep atau materi. Untuk soal pilihan ganda, alternatif jawaban harus homogen dan logis sehingga setiap pilihan dapat berfungsi. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% peserta tes.

d. Validitas Butir Soal Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini digunakan beberapa langkah di bawah ini, yaitu : 7 1) Mencari Proporsi menjawab benar (p) setiap butir soal (no. 1)  x a , dimana : p  tingkat kesukaran p N  x a  jumlah benar soal no.a N  jumlah siswa

2) Mencari q setiap butir soal (no. 1) q  1 p

3) Mencari Rerata skor peserta tes (Mp) setiap butir soal (no. 1) Mp 

jumlah skor total tes yang menjawab benar jumlah peserta tes yang menjawab benar

4) Mencari Mean Total  xt Mt  N 5) Mencari Standar Deviasi Total 2

7

 xt 2   xt  SDt    Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 258-261 N  N 

52

6)Mencari angka indeks korelasi poin biserial (untuk menguji validitas soal) rpbi 

Mp  Mt SD t

p q

Jika rpbi > rtabel, maka soal dikatakan valid Keterangan : rpbi = angka indeks korelasi poin biserial Mp = rata-rata skor yang dicapai oleh peserta tes yang menjawab betul, yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan Mt = mean skor total SDt = standar deviasi total (standar deviasi dari skor total) p

= proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan

2. Reliabilitas Reliabilitas dalam suatu pengukuran memiliki maksud bahwa sejauh mana alat yang digunakan dalam penelitian memberikan suatu keajegan pengukuran sesuai dengan yang akan diukur dan dimaksud. Untuk mengukur reliabilitas soal dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus KR. 20 (Kuder Richardson):8

r1 

n  St 2   p  q    (n  1)  St 2 

dimana,

n  jumlah item dalam instrumen p  proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada nomor item q  1 p St 2  var ians total

I. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t, yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah mean sampel yang diambil dari populasi yang sama tidak terdapat perbedaan yang signifikan. 9 Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan pengujian awal, yaitu :

8 9

Fo’aroata T, Pengolahan Data Penelitian Perbandingan dan Hubungan, (Jakarta: UKI, 2005), h. 22 Anas Sudijono, Pengantar Statistik ..., h. 278

53 1. Pengujian Prasyarat Penelitian a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi sampel yang diteliti. Uji normalitas yang digunakan yaitu uji Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut:10 1. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar 2. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data berikut dengan rumus: Zi =

 S

Keterangan: Zi = skor baku X = nilai rata-rata X = skor data SDt = standar deviasi total 3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi

berdasarkan tabel Zi

sebutkan dengan F (Zi) dengan aturan jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel, jika Zi < 0, maka F (Zi) = 1- (0,5 + nilai tabel). 4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika, proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka: S (Zi) =

banyaknya Ζ1 , Ζ2 ...Ζ.. yang  Ζn n

5. Hitung selisih F (Zi) – S (Zi), kemudian tentukan harga mutlak. 6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini dinamakan Lo. 7. Memberi interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Lt, Lt adalah harga yang ambil dari tabel harga kritis uji liliefors. 8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah didapat, apabila Lo < Lt maka sampel berasal dari distribusi normal. b. Uji Homogenitas

10

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: C.V Alfabeta, 2007), Cet. Ke-12, h. 75-82

54 Pengujian dilakukan dengan uji homogenitas dua varians, rumus uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, yaitu :11 2

F=

S1 2 S2

n  Χ 2   Χ  S = n n  1

2

2

Keterangan : F

= homogenitas

S12 = varians terbesar atau data pertama S22 = varians terkecil atau data kedua Fhitung < Ftabel = sampel homogen Fhitung > Ftabel = sampel tidak homogen 2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t Pengujian hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus:12

to 

M1  M 2 SE M1 M 2 2

SE MI  SE M 2

SEMI-M2 = SEM1 =

SD1 N 1

SEM2 =

SD 2 N 1

2

Keterangan: to

= t hasil perhitungan

M1

= rata-rata skor, sampel dengan menggunakan pembelajaran portofolio

M2

= rata-rata skor, sampel tanpa menggunakan pembelajaran portofolio

SD1

= simpangan baku, sampel dengan menggunakan pembelajaran portofolio

SD2

= simpangan baku, sampel tanpa menggunakan pembelajaran portofolio

11

12

Sugiyono, Statistika untuk ..., Cet. Ke-12, h. 140 Anas Sudijono, Pengantar Statistik ..., h. 324

55 SEM1 = standar eror mean sampel dengan menggunakan pembelajaran portofolio SEM2 = standar eror mean sampel tanpa menggunakan pembelajaran portofolio SEM1- M2

= standar eror mean sampel gabungan

J. Hipotesis Statistik Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut: Ho : XA ═ XB Ha : XA ≠ XB Keterangan: Ho = Hipotesis nihil Ha = Hipotesis alternatif XA = Nilai siswa dengan pembelajaran konvensional. XB = Nilai siswa dengan pembelajaran portofolio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data 1. Hasil

Belajar

Kimia

Kelas

Eksperimen

dengan

Menggunakan

Pembelajaran Berbasis Portofolio Dari data skor tes hasil belajar siswa terhadap pelajaran kimia dengan menggunakan pembelajaran berbasis portofolio diperoleh nilai tertinggi (95) dan nilai terendah (55) (lihat lampiran 20) dengan skor ratarata (77,78) sedangkan untuk median (72) dan modus (79) (lihat lampiran 21). Maka penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Distribusi frekuensi Kelas eksperimen Nilai Frekuensi Interval Nilai Nyata Tengah Fk(a) No Absolut Relatif Kelas (X) 1. 55 – 61 54,5 – 61,5 62 7 17,5 7 2. 62 – 68 61,5 – 68,5 67 3 7,5 10 3. 69 – 75 68,5 – 75,5 72 6 15 16 4. 75,5 – 82,5 20 76 – 82 77 8 24 5. 83 – 89 82,5 – 89,5 82 9 22,5 33 6. 89,5 – 96,5 17,5 90 – 96 87 7 40

Fk(b) 7 16 26 30 33 40

Dari data distribusi frekuensi pada tabel dapat dibuat histogram, seperti dapat dilihat pada gambar

10 8 6 Frekuensi Relatif

4 2 0 61,5

68,5

75,5

82,5

89,5

96,5

Batas Nyata

Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar Kimia Siswa Menggunakan Pembelajaran Portofolio

56

2. Hasil Belajar

kimia

kelas

kontrol tanpa

menggunakan

Metode

Pembelajaran Portofolio. Dari data skor tes hasil belajar siswa terhadap pelajaran kimia dengan mengunakan metode konvensional diperoleh nilai tertinggi (90) dan nilai terendah (50) (lihat lampiran 20) dengan skor rata-rata (68,58) sedangkan untuk median (67,79) dan modus (72,17) (lihat lampiran 22). Maka penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Data Distribusi frekuensi Kelas kontrol No

Interval Kelas

Nilai Nyata

1. 2. 3. 4. 5. 6.

50 – 56 57 – 63 64 – 70 71 – 77 78 – 84 85 – 91

49,5 – 56,5 56,5 – 63,5 63,5 – 70,5 70,5 – 77,5 77,5 – 84,5 84,5 – 91,5

Nilai Tengah (X) 53 60 67 74 81 88

Frekuensi Absolut

Relatif

7 7 7 8 6 5

17,5 17,5 17,5 20 15 12,5

Fk(a)

Fk(b)

7 14 21 29 35 40

5 11 19 26 33 40

Dari data distribusi frekuensi pada tabel dapat dibuat histogram, seperti dapat dilihat pada gambar

8 7 6 5 Frekuensi Relatif 4 3 2 1 0 56,5

63,5

70,5

77,5

84,5

91,5

Batas Nyata

Gambar 4.2. Histogram Hasil Belajar Kimia Siswa Tanpa Menggunakan Pembelajaran Portofolio

57

B. Analisis Data Berdasarkan data yang telah dikemukakan di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar kimia kelas eksperimen pada materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia dengan menggunakan metode pembelajaran portofolio berbeda dengan hasil belajar kelas kontrol dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Kelas eksperimen mempunyai skor rata-rata sebesar 77,78 sedangkan kelas kontrol mempunyai skor rata-rata sebesar 68,58. Hal ini belum dapat menjawab hipotesis yang diajukan, karena itu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar, perlu dilakukan analisis dengan menggunakan uji-t untuk memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematis). Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu pemeriksaan terlebih dahulu terhadap data penelitian yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Pengujian Prasyarat Penelitian a. Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji lilifors. Hasil yang didapat untuk uji normalitas kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran portofolio pada materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia adalah sebagai berikut: Dengan hipotesis: Ha

= Data Berdistribusi Normal

Ho

= Data Berdistribusi Tidak Normal Oleh karena Lo < Lt, maka hipotesis nol (Ho) diterima, maka

kelas eksperimen berdistribusi normal. Hasil yang didapat untuk uji normalitas kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran portofolio pada materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia adalah sebagai berikut: Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Uji Normalitas A

Lo Kelas Eksperimen

0,05 0,1179

Lt 0,14

58

Keputusan Terima Ho

Oleh karena Lo < Lt, maka hipotesis nol (Ho) diterima, maka kelas eksperimen berdistribusi normal (lihat lampiran 24) Hasil yang didapat untuk uji normalitas kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional pada materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia adalah sebagai berikut: Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Uji Normalitas A

Lo Kelas kontrol

0,05 0,1080

Lt

Keputusan

0,14

Terima Ho

Oleh karena Lo < Lt, maka hipotesis nol (Ho) diterima, maka kelas eksperimen berdistribusi normal (lihat lampiran 23).

b. Uji Homogenitas Dalam penelitian ini digunakan uji homogenitas dengan mengunakan distribusi F. Hasil uji homogenitas kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran portofolio dan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional pada materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia didapat data sebagai berikut: Ha

= data berdistribusi homogen

Ho

= data berdistribusi tidak homogen

Fhitung

= 1,09

F0,05(40,38) = 1,72 Oleh karena F

hitung

< F

tabel

, maka dapat disimpulkan bahwa kedua

sample tersebut berdistribusi homogen (lihat lampiran 25).

2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t Setelah diketahui bahwa data hasil penelitian ini berdistribusi normal dan homogen maka perbedaan mean kedua kelas tersebut selanjutnya dianalisa dengan uji-t. Dalam pengujian diperoleh pengujian hipotesis sebagai berikut: Dengan hipotesis:

59

Ha = Ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode

pembelajaran

konvensional dan

metode pembelajaran

portofolio Ho = Tidak ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio. Hasil perhitungan uji-t kelas eksperimen yang mengunakan metode pembelajaran portofolio dan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional pada materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia didapat data sebagai berikut: Tabel 4.5. Hasil perhitungan pengujian hipotesa dengan uji-t Kelas

N

X

thitung

ttabel

Keputusan

X1

N = 40

77,78

3,442

2,75

Tolak Ho

X2

N = 40

68,58

Oleh karena thitung > t

tabel

maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran portofolio (lihat lampiran 26). Di samping hasil belajar siswa, namun secara terpisah terdapat penilaian dalam pembelajaran portofolio (artikel siswa) secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.6. Hasil Penilaian Artikel Portofolio Kelas Eksperimen (X1) Nilai No

Nama Siswa

Artikel Artikel Artikel 1

2

3

Rata-rata

1.

A

71

86

100

86

2.

B

60

77

97

78

3.

C

83

74

97

85

60

4.

D

51

74

91

72

5.

E

80

89

100

90

6.

F

77

71

100

83

7.

G

74

80

89

81

8.

H

74

94

94

87

9.

I

74

94

94

87

10.

J

66

66

91

74

11.

K

80

94

89

88

12.

L

66

66

86

73

13.

M

66

77

86

76

14.

N

60

66

77

68

15.

O

60

66

74

67

16.

P

66

71

91

76

17.

Q

63

63

74

67

18.

R

63

63

77

68

19.

S

66

60

69

65

20.

T

66

71

69

69

21.

U

51

74

86

70

22.

V

54

71

83

69

23.

W

77

71

69

72

24.

X

69

71

80

73

25.

Y

63

71

89

74

26.

Z

66

71

86

74

27.

AA

63

69

77

70

28.

AB

77

71

89

79

29.

AC

63

63

71

66

30.

AD

63

63

71

66

31.

AE

60

60

71

64

32.

AF

63

63

71

66

33.

AG

63

71

89

74

61

34.

AH

80

89

100

90

35.

AI

63

63

71

66

36.

AJ

63

69

77

70

37.

AK

63

71

89

74

38.

AL

63

63

71

66

39.

AM

54

71

83

69

40.

AN

80

94

89

88

JUMLAH TOTAL

2980

RATA-RATA TOTAL

75

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Artikel Portofolio Kelas Kontrol (X2) Nilai No

Nama Siswa

Artikel Artikel Artikel 1

2

3

Rata-rata

1.

BA

70

65

70

68

2.

BB

50

60

50

40

3.

BC

65

60

60

62

4.

BD

50

50

50

50

5.

BE

60

65

60

62

6.

BF

70

55

70

72

7.

BG

65

60

60

62

8.

BH

50

55

50

52

9.

BI

60

55

50

55

10.

BJ

70

60

50

60

11.

BK

60

60

60

60

12.

BL

55

60

60

58

13.

BM

50

50

50

50

14.

BN

65

50

55

57

15.

BO

55

55

55

55

16.

BP

75

60

60

65

62

17.

BQ

60

60

55

58

18.

BR

70

70

70

70

19.

BS

65

65

65

65

20.

BT

55

55

50

53

21.

BU

50

50

50

50

22.

BV

60

55

50

55

23.

BW

70

60

50

60

24.

BX

70

70

70

70

25.

BY

55

60

60

58

26.

BZ

50

50

50

50

27.

CA

60

60

60

60

28.

CB

70

70

50

63

29.

CC

60

50

50

53

30.

CD

65

65

65

65

31.

CE

70

70

50

63

32.

CF

55

55

55

55

33.

CG

50

55

60

55

34.

CH

70

50

50

56

35.

CI

60

60

55

58

36.

CJ

60

60

60

60

37.

CK

65

60

60

62

38.

CL

55

60

60

58

39.

CM

60

60

60

60

40.

CN

70

70

75

72

JUMLAH TOTAL

2357

RATA-RATA TOTAL

59

Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan (berarti) antara siswa yang menggunakan metode metode pembelajaran konvensional dengan

63

siswa yang menggunakan metode pembelajaran portofolio (lihat lampiran 27).

C. Interpretasi Data Dari hasil perhitungan uji normalitas kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran portofolio pada materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia didapat Lo sebesar 0,1179 dan Lt sebesar 0,14. Oleh karena Lo < Lt, maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Dari hasil data skor tes hasil belajar kelompok konvensional diperoleh nilai tertinggi (90) dan nilai terendah (50) dengan skor rata-rata (68,58) sedangkan unuk median (71,37) dan modus (81,26). Sedangkan untuk skor tes hasil belajar kelompok eksperimen diperoleh nilai tertinggi (95) dan nilai terendah (55) dengan skor rata-rata (77,78) sedangkan untuk median (72) dan modus (79). Kemudian dianalisis dengan menggunkan uji-t. Dari hasil perhitungan uji-t kelas eksperimen yang mengunakan pembelajaran berbasis portofolio dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional diperoleh harga thitung sebesar 3,00. Setelah dibandingkan dengan harga t dalam tabel pada taraf signifikansi α = 0,05 (5%) dan derajat kebebasan 98, ternyata harga t hasil perhitungan lebih besar dari pada harga t dalam tabel. Dengan demikian maka thitung; 3,442 > ttabel; 2,75 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak. Sedangkan pada penilaian artikel siswa didapatkan rata-rata nilai artikel siswa tertinggi sebesar 90 dan rata-rata nilai artikel siswa terendah sebesar

64. Sedangkan jumlah rata-rata keseluruhan sebesar 75. Hanya

terdapat 4 siswa yang tidak mengalami peningkatan secara bertahap. Hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio pada kelas eksperimen.

64

D. Pembahasan Analisis data membuktikan bahwa hasil belajar siswa pada materi pokok sistem periodik unsur dan ikatan kimia yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis portofolio lebih baik dari pada siswa yang diajarkan dengan mengunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Hal ini terlihat dari skor rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dengan metode portofolio sebesar 77,78 dan kelas kontrol sebesar 68,58. Hasil ini membuktikan bahwa dengan pembelajaran berbasis portofolio hasil belajar yang didapat oleh siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar kelas kontrol . Hal ini membuktikan bahwa potensi siswa kelas eksperimen lebih berkembang

sehingga siswa kelas eksperimen dapat

menguasai tujuan pembelajaran dengan baik. Pengujian hipotesa melalui uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05 (5%) memperlihatkan secara signifikan bahwa menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan (t-hitung = 3,442 > t-tabel = 2,75) antara metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran berbasis portofolio terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada siswa pada kelas kontrol pada materi pokok materi sistem periodik unsur dan ikatan kimia. Salah satu peningkatan yang terlihat adalah kualitas hasil rata-rata belajar siswa. Sedangkan pada penilaian artikel berbasis pembelajaran portofolio dapat disimpulkan bahwasanya hampir seluruh siswa memperoleh hasil refleksi kegiatan belajarnya yang menggambarkan proses belajar yang selama ini dilakukan. Nilai artikel yang mereka dapat adalah meningkat secara keseluruhan. Hal ini membuktikan bahwasanya terdapat perbedaan hasil belajar akibat dari metode pembelajaran berbasis portofolio. Namun di satu sisi upaya yang dilakukan terhadap kepuasan hasil belajar adalah perlu perbaikan hasil belajar dengan cara memperbaiki proses kegiatan belajarnya. Siswa yang diajar dengan menggunakan suasana pembelajaran metode portofolio dirasakan lebih kondusif karena faktor kognitif, afektif serta psikomotorik siswa lebih dioptimalkan secara maksimal. Suasana interaksi

65

antar siswa di kelas sebagai penghantar dalam rangka menciptakan perbedaan signifikan mengenai hasil belajar siswa di kelas. Dengan demikian siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis portofolio mendapatkan hasil belajar yang lebih tinggi. Hal ini diindikasikan ketika siswa menguasai tujuan pembelajaran baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya sehingga hasil belajar siswa eksperimen menjadi lebih tinggi dari siswa kontrol. Kemajuan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran portofolio sangat berbeda dengan hasil belajar siswa dengan metode konvensional. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran portofolio mendidik siswa memiliki kemampuan merefleksi pengalaman belajarnya sehingga siswa termotivasi untuk beljar lebih baik dari yang sudah mereka lakukan dan meningkatkan dan mengembangkan wawasan siswa mengenai isu atau masalah-masalah kemasyarakatan atau lingkungannya sehingga memiliki rasa peduli atau peka terhadap lingkungan. 1 Namun metode pembelajaran portofolio ini uga tak terepas dari beberapa kelemahannya seperti yang diungkapkan oleh Arnie fajar dalam bukunya yang berjudul Portofolio dalam Pelajaran IPS antara lain metode pembelajaran ini mengunakan waktu yang relatif lama; memerlukan ketekunan, kesabaran, dan keterampilan guru; memerlukan biaya; serta memerlukan adanya jaringan komunikasi yang erat antara siswa, guru, sekolah, keluarga, masyarakat dan lembaga atau instansi pemerintah atau swasta. Kesimpulan dari hal di atas membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio. Hal ini diperkuat dengan hasil pengujian hipotesis dengan uji “t” di peroleh t hitung > t tabel

yaitu 3,442 > 2,750 sehingga terdapat perbedaan hasil belajar yang

signifikan dari populasi yang sama antara metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio. Namun faktor kelemahan suatu metode 1

Arnie Fajar, Portofolio dalam Pelajaran IPS, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2005), Cet. Ke-4, h. 98

66

menjadi bahan pertimbangan untuk lebih mengembangkan metode tersebut menjadi lebih baik, sebagaimana diharapkan oleh para stake holder pendidikan.

67

68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan analisa data dan pengujian hipotesis pada bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran portofolio. Hal ini dapat terlihat jelas dari hasil belajar siswa pada konsep sistem periodik unsur dan ikatan kimia setelah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran portofolio lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa setelah pembelajaran tanpa menggunakan metode pembelajaran portofolio atau metode konvensional. Dengan demikian, hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan (thitung > ttabel yaitu 3,442 > 2,750) antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio dalam mata pelajaran kimia pada konsep sistem periodik unsur dan ikatan kimia.

B. Saran Berdasarkan data dan analisis penelitian serta kesimpulan di atas maka dapat penulis sarankan: 1. Guru diharapkan mampu memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan 2. Dalam memberikan tugas hendaknya dijadikan fokus perhatian bagi guru untuk lebih meningkatkan kekonsistensian dalam meningkatkan kualitas hasil belajar siswa 3. Bila terjadi ketidaksesuaian dalam hasil yang diperoleh setiap siswa maka perlu diadakan evaluasi bersama yang melibatkan siswa dan guru untuk mendapatkan solusi (cara pemecahan) bagaimana cara meningkatkan kualitas hasil belajar.

69

4. Agar terjadi suasana yang lebih kondusif, sebaiknya guru menjadi mediator yang baik serta lebih meyakinkan siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil 5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah metode pembelajaran portofolio dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada materi pelajaran kimia dengan materi pokok yang berbeda.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Portofolio Semester ...........................................................

75

Lampiran 2. Lembar Portofolio Harian dan Portofolio Dokumentasi ..................

116

Lampiran 3. Tabel Lembar Penilaian Portofolio Artikel .....................................

126

Lampiran 4. Bagan Kerangka Pikir ....................................................................

128

Lampiran 5. Silabus dan Sistem Penilaian ..........................................................

129

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...............................................

138

Lampiran 7. Skenario Pembelajaran Menggunakan Pembelajaran Portofolio .....

154

Lampiran 8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................................................

164

Lampiran 9. Tabel Analisis Butir Instrumen ........................................................ 172 Lampiran 10. Perhitungan Uji validitas Soal Uji Coba Tes .................................. 173 Lampiran 11. Tabel Perhitungan Uji Validitas.................................................... 175 Lampiran 12. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba Tes ..................................

176

Lampiran 13. Perhitungan Tingkat Taraf Kesukaran ..........................................

177

Lampiran 14. Tabel Perhitungan Tingkat Taraf Kesukaran .................................. 178 Lampiran 15. Perhitungan Daya Pembeda ..........................................................

179

Lampiran 16. Tabel Perhitungan Daya Pembeda ................................................

180

Lampiran 17.Tabel Daftar validitas soal, Tingkat Kesukaran Soal, dan Daya Beda ..............................................................................................

181

Lampiran 18. Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar ...................................................

182

Lampiran 19. Soal Tes Hasil Belajar

.......................................

187

Lampiran 20.Tabel Skor Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .....

190

Lampiran 21. Perhitungan Daftar Distribusi Kelas Eksperimen ..........................

191

Lampiran 22. Perhitungan Daftar Distribusi Kelas Kontrol ................................

193

Lampiran 23. Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ...................................

195

Lampiran 24. Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen .............................

197

Lampiran 25. Perhitungan Uji Homogenitas .......................................................

199

Lampiran 26. Perhitungan Uji-t ..........................................................................

201

Lampiran 27. Perhitungan Penilaian Artikel Portofolio ......................................

203

xi

70

DAFTAR PUSTAKA Abror, Abd. Rachman., Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana, Cet. IV, 1993. Arifin, H.M., Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Arikunto, Suharsimi., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Cet. XII, 2002. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif, Jakarta: Pusat Kurikulum, Cet. IV, 2003. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Stándar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA, Jakarta: Pusat Kurikulum, Cet. IV, 2003. Belen, S., Pendekatan Multi Kecerdasan, Jakarta: Pusat Kurikulum, 2005. Belen, S., Penilaian Menurut KBK dengan Beragam Contoh Alat Penilaian, Jakarta: Pusat Kurikulum, 2004. Belen, S., Portofolio dan Penilaian dalam Pelaksanaan KBK dan Multigrade Teaching dalam Pendidikan Agama, Jakarta: Pusat Kurikulum, 2004. Budimansyah, Dasim, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002. Departement of National Education Directorate General of Primary and Secondary Education Directorate of Kindergarten and Primary School. Portofolio Asessment in Evaluation, USA: Websites Collection, 2003. Djaali, H., Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. II, 2008.

71

Fajar, Arnie, Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. II, 2002. Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. II, 2007. http://mahirkmm.tripod.com/taksir 1. htm h. 1, 07 agustus 2004 Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Romaja Rosda Karya, Cet. . VII, 2008. Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. II, 2003. Munir, Abdullah, Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, Cet. I, 2010. Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. VII, 2000. Nasution, S., Didaktik Azas-azas Mengajar, Bandung: Jemars, 1982 Popham, James, Classroom Asessment: What Teacher Need to Know, Boston: Allyn and Bacon, 1995 Rasyad, Aminudin, Metode Riset Pendidikan, Jakarta: Fakultas Tarbiyah, IAIN Jakarta, 1987. Ratumanan, T.G., Penilaian Portofolio (portofolio assesment) dalam Penilaian Berbasis Kelas, Jurnal Pendidikan dan Humaniora, Vol. 2. No. 1. SSN 14125706 Riva’i Veitthzai, H., Prestasi Hasil belajar Peserta Program MM, Google, http://www.depdiknas.com.id, 2004, Jurnal Pendidikan

72

Rusoni, Elin, Portofolio dan Paradigma Baru dalam Penilaian matematika, http://www.depdiknas.go.id/publikasi/buletin/Pppg tertulis/082001/portofolio & Paradigma Baru. htm, 24 April 2004 Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2009. Sekarwinahyu, Mestika, Dina Mustafa, Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Kimia di Perguruan Tinggi, Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, Cet. Ke-1 Shirran, Alex, Mengevaluasi Siswa, Jakarta: PT. Grasindo, 2008. Sudjana, Nana, Penilaian Hasl Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosda Karya, 1995. Sudjiono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabetha, Cet. XII, 2007. Sunarto, H & Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2002. Surapranata, Sumarna, Panduan Tertulis Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. III, 2004. Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta, Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. I, 2004. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, 2008.

73

Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. VIII, 1997. Winarto SS. Penilaian dalam KBK. http://suaramerdeka.com/harian/0411/04/kot14.htm 4 November 2004 Wycoff, Joyce, Menjadi Super Kreatif melalui Metode Pemetaan Pikiran. Bandung: Kaifa, Cet. IV, 2003.

More Documents from "Sergio Busquets"

Modul_excel_deky.pdf
December 2019 8
Baejuri-fitk.pdf
December 2019 11
Elima
June 2020 3
Nm_simplex_sl.pdf
November 2019 20