Bab Vi.docx

  • Uploaded by: Agustina Elfira Ridha
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Vi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,134
  • Pages: 44
BAB VI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, LINGKUNGAN, PERIJINAN DAN CSR

6.1.Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri Pertambangan akhir-akhir ini terus berkembang seiring dengan teknologi dalam bidang industri pertambangan.Kemajuan tersebut telah mengakibatkan munculnya berbagai persoalan dan dampak industri pertambangan yang semakin komplek dan telah mengundang perhatian banyak orang.Hal ini terbukti dari banyaknya tekanan yang datang dari masyarakat luas terhadap pengelolaan dan kehadiran industri pertambangan di tengahtengah kehidupan mereka.Munculnya persaingan yang ketat antar industri pertambangan, sering dikaitkan dengan berbagai isu masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat digunakan sebagai alat dalam memasuki pasar dunia. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. X sebagai berikut : 1. Mengetahui hal-hal yang menyebabkan peningkatan resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tambang bawah tanah PT. X 2. Menganalisa manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tambang bawah tanah PT. X 3. Memberikan solusi untuk meningkatkan program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada tambang bawah tanah PT. X

6.1.1. Keselamatan kerja a. Penyebab kecelakaan kerja oleh Heinrinch dibagi dalam 3 bagian,dengan prosentase : -

Tindakan karyawan yang tidak aman sebesar 88%

-

Kondisi kerja yang tidak aman sebesar 10%

-

Diluar kemampuan manusia sebesar 2%

Sedangkan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada kegiatan penambangan disebabkan oleh beberapa faktor : 1. Faktor Kondisi Pekerja Sendiri

76

Dari faktor ini keselamatan pekerja tergantung pada pengaruh fisik dan psikologis dari pekerja itu sendiri yang biasanya berkaitan dengan: -

Faktor kelelahan pekerja

-

Konsentrasi pekerja dalam melakukan kegiatan penambangan

-

Kecerobohan pekerja ( Human Error)

-

Tidak menggunakan peralatan pengaman

-

Penggunaan peralatan pengaman yang tidak benar

-

Kurangnya pengawasan terhadap pekerja

2. Faktor kondisi kerja yang tidak aman Faktor kondisi kerja yang tidak aman seperti: -

Penyangga yang rapuh

-

Runtuhan batuan atap

-

Kadar oksigen pada front kerja penambangan

-

Penerangan pada area penambangan

-

Genangan air pada lantai kerja penambangan

-

Mesin berbahaya tidak diberikan pengaman

-

Peralatan pengamanan yang sudah tidak layak pakai

-

Bahan bakar dan oli mesin – mesin tambang yang digunakan tidak tertata

b. Upaya penanggulangan Untuk mengatasi hal – hal tersebut diatas PT. X melakukan pencegahan diantaranya: 1. Kecelakaan akibat faktorkondisi pekerja sendiri dilakukan upaya pencegahan dengan: -

Mengatur jumlah asupan gizi makanan pekerja

-

Pengecekan kesehatan pekerja secara teratur

-

Membuat rambu-rambu penggunaan APD

-

Melakukan pengawasan terhadap pekerja dan memberi sanksi bagi pekerja yang melanggar peraturan

-

Melakukan safety talk sebelum memulai bekerja

-

Melakukan evaluasi kerja saat berakhirnya jam kerja

-

Membuat SOP dari setiap alat yang beresiko menimbulkan kecelakaan

-

Memberikan reward terhadap pekerja 77

2. Kecelakaan akibat faktor kondisi kerja yang tidak aman dilakukan upaya pencegahan dengan: -

Pengecekan secara teratur terhadap penyangga

-

Pengecekan berkala terhadap atap terowongan

-

Melakukan test kadar oksigen sebelum masuk kedalam tambang

-

Mengatur jadwal mesin pompa drainase dan melakukan monitoring terahadap saluran terbuka

-

Memberi pengaman pada mesin-mesin yang berbahaya dan melakukan perawatan terhadap alat pengaman tersebut

-

Penyediaan peralatan (maintenance service)

-

Mengawasi dan memberikan pengaman kepada mesin – mesin yang berbahaya

-

Monitoring terhadap peralatan dengan melakukan pengecekan terhadap kelayakannya

6.1.2. Kesehatan Kerja Kegiatan penambangan bijih manganPT. X dapat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja dan masyarakat terutama yang berlokasi sepanjang jalan angkut.dan bagi para pekerja tambang diwajibkan menggunakan alat- alat safety. Agar terhindar dari penyakit baik itu berakibat langsung maupun di waktu yang akan datang. a. Faktor yang biasanya mempengaruhi kesehatan tenaga kerja PT. X serta upaya untuk menanggulanginya adalah sebagai berikut: 1. Kapasitas kerja -

Ketrampilan Ketrampilan pekerja dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi dan kejelian pekerja yang berhubungan dengan kesehatan fisik sehingga kesehatan pekerja harus tetap terjaga dengan memberikan asupan gizi yang baik terhadap pekerja.

-

Kesegaran jasmani Perusahaan akanmemfasilitasi sarana-sarana olahraga dan setiap Jumat pagipekerja diwajibkan mengikuti senam kesegaran jasmani agar kondisi kesehatan tetap terjaga. Selain itu juga diadakan pengecekan

78

kesehatan berkala kepada para pekerja di poliklinik perusahaan yang tersedia. -

Gizi Perusahaan akan mengatur pola makan dan gizi yang diatur dari komposisi makanan, jumlah, dan ketepatan penjadwalan waktu makan.

-

Usia Regenerasi pekerja, artinya apabila usia pekerja tinggi akan diadakan pergantian penempatan di tempat yang tidak beresiko tinggi atau diwajibkan pensiun.

-

Motivasi Motivasi – motivasi diberikan melalui baliho-baliho yang ditempatkan di perusahaan atau dengan pertemuan – pertemuan, sehingga pekerja menjadi tambah semangat dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya.

2. Lingkungan kerja -

Fisik Lingkungan yang nyaman dan sarana – sarana pendukung yang baik serta tatanan lingkungan yang baik akan meningkatkan semangat dan konsentrasi pekerja sehinga dapat mengurangi dampak kecelakaan yang terjadi.

-

Kimia Pencemaran lingkungan yang berasal dari peralatan penambangan maupun pengolahan akan menimbulkan dampak negatif bagi pekerja, jadi perusahaan harus menekan dampak pencemaran agar tidak menggangu para pekerja dengan pemantauan dan perbaikan secara berkala terhadap peralatan penambangan dan pengolahan.

-

Biologi Pencemaran sampah organik akan menimbulkan bakteri dan virus yang akan berkibat buruk bagi pekerja, jadi sampah – sampah organik harus dikelola dengan baik oleh perusahaan dengan cara membuat tempat penimbunan sampah jauh dari lokasi penambangan.

-

Fisiologi

79

Lingkungan yang menimbulkan rasa nyaman akan menimbulkan semangat kerja, sehingga lingkungan kerja dibuat agar pekerja menjadi betah dan merasa nyaman serta aman setiap melakukan pekerjaannya.

3. Beban kerja -

Fisik Pengaturan waktu istirahat dan pembagian waktu kerja akan mengurangi dampak kelelahan pekerja, sehingga fisik pekerja tetap terjaga dari rasa lelah yang dapat berakibat fatal khususnya pada dirinnya dan perusahaan pada umumnya.

-

Mental Kurangnya motivasi serta pelatihan kepada pekerja akan menimbulkan pekerja menjadi kurang tanggap, gugup dan kebingungan sehingga untuk mengatasi hal tersebut perusahaan melakukan koordinasi sebelum mulai bekerja dan melakukan evaluasi setelah usai bekerja serta memberikan safety talk agar pekerja bisa bekerja dengan aman, nyaman dan tentram.

-

Sosial Mengadakan pertemuan – pertemuan antar pekerja agar pekerja tidak kaku dan segan apabila mereka berada pada satu kelompok kerja, sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik.

b. Macam-macam penyakit yang dapat timbul akibat dari kegiatan penambangan dan pengolahan bijih mangan pada PT. X

serta cara

penanggulangannya, yaitu : 1. Iritasi mata disebabkan oleh debu penanggulangannya dengan menggunakan kacamata pelindung atau safety glasses. 2. Gangguan

pernapasan

disebabkan

oleh

debu

tambang

penanggulangannya dengan menggunakan masker debu. 3. Gangguan telinga disebabkan kebisingan alat pembongkaran, alat muat dan alat angkut penanggulannya dengan menggunakan pelindung telinga. 4. Penyediaan P3K untuk mengatasi pertolongan pertama.

80

Selain itu agar kesehatan para pekerja dapat terkontrol, perusahaan mengadakan cek kesehatan berkala setiap satu bulan sekali.

6.1.3 Management K-3 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan bagian dari proses manajemen keseluruhan mempunyai peranan penting di dalam pencapaian tujuan perusahaan melalui pengendalian rugi perusahaan tersebut. Alasan ini adalah tepat mengingat penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam suatu perusahaan betujuan mencegah, mengurangi dan menanggulangi setiap bentuk kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian yang tidak dikehendaki. Keberhasilan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam suatu industri sangat bergantung pada pandangan manajemen terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu sendiri. Ungkapan ini didasarkan pada kenyataan dimana masih banyak terdapat perusahaan yang berpandangan bahwa penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam kegiatannya akan mengurangi perolehan keuntungan perusahaan. Pandangan ini sama sekali tidak dapat dibenarkan, karena pada hakekatnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja justru akan melipatgandakan keuntungan melalui pencegahan kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian dan peningkatan produktifitas. Bahkan tidaklah berlebihan kiranya apabila suatu industri yang memiliki resiko tinggi seperti industri pertambangan berpandangan bahwa pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan tanggung jawab seluruh karyawan dan tidak semata-mata tanggung jawab suatu bagian atau pimpinan perusahaan. Hal ini dimungkinkan mengingat adanya pernyataan manajemen yang mengidentikkan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu segala perlakuan terhadap produk tidak dapat dibedakan dengan perlakuan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kerangka dasar manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat disusun sebagai berikut : a. Fungsi utama manajemen yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian,

pelaksanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Contoh dari kelima fungsi ini ditentukan oleh konsep dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dianut industri tersebut.

81

b. Kegiatan utama manajemen yang meliputi pembiayaan dan pelaporannya, pengoperasian, produk pemasaran dan penjualan serta sistem komunikasi dan informasi. Kegiatan-kegiatan ini merupakan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. c. Sumber daya dan pembatas yang meliputi manusia, materialisme dan peralatan, kebutuhan konsumen, kondisi ekonomi, masyarakat dan lingkungan kerja serta peraturan pemerintah dapat merupakan masukan kegiatan manajemen dan fungsi manajemen. Dengan melandaskan pada kerangka dasar manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut diatas maka tujuan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah melakukan pencegahan kecelakaan atau kerugian perusahaan dengan merealisasikan setiap fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan yang dibatasi oleh sumber atau masukan yang dimiliki. Berikut merupakan management K-3 pada PT. X : a. Organisasi Tujuan dari organisasi K3 ialah menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja

sehingga

tidak

mengganggu

jalannya

produktivitas

perusahaan.penanganan K3 merupakan tanggung jawab kepada kepala teknik atau manajer tambang. Divisi Perencanaan, K3 dan Lingkungan

Perencanaan

Staf

K3

Staf

Lingkungan

Staf

Gambar 6.1 Struktur Organisasi K3 PT. X b. Peralatan Peralatan untuk menunjang keselamatan dan kesehatan kerja yang akan disediakan oleh perusahaan dilokasi kegiatan penambangan, pemuatan, pengangkutan dan pengolahan bijih manganadalah seperti terlihat pada Tabel 6.1

82

Tabel 6.1 Peralatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja No. Lokasi

Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1.

a. Helm pengaman + Headlamp

Tambang

b. Sepatu pengaman c. Kacamata pelindung d. Sarung tangan e. Masker debu dan earplug f. Reflector vest g. Alat pemadam api dan perlengkapan K-3 pada masingmasing kendaraan pengangkut personil dan alat-alat tambang h. Bendera merah atau kuning (tinggi 2m) untuk kendaraan pengangkutan personil, pengawas i. Rambu lalu lintas batas kecepatan truk ≤ 40 km/jam dan kendaraan personil ≤ 60 km/jam 2.

3.

Manganese

a.

Helm pengaman

Processing

b.

Sepatu pengaman

Plant

c.

Sarung tangan kulit

d.

Masker debu dan earplug

e.

Jas laboratorium

f.

Kacamata pelindung

g.

Penampung minyak pelumas bekas

h.

Alata pemadam kebakaran

i.

Perlengkapan PPPK

j.

Ban pinggang pengaman dengan tali pengikat

k.

Penampung besi bekas dan suku cadang bekas

l.

Material pembersih minyak tumpah

Maintenance a. Helm pengaman + Headlamp b. Sepatu pengaman c. Sarung tangan kulit d. Masker debu

83

No. Lokasi

Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja e. Perlengkapan P3K f. Alat pemadam kebakaran

4.

Gudang

a. Helm dan sepatu pengaman b. Sarung tangan kulit c. Masker debu d. Perlengkapan P3K e. Alat Pemadam Kebakaran

c. Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melaksanakan K-3 adalah seperti terlihat pada Tabel 6.2

Tabel 6.2 Langkah-langkah pelaksanaan K-3 No 1.

Kegiatan

Uraian

Patroli keamanan

a. Implementasipeninjauan/pengecekan untuk mengantisipasi kekurangan dan kondisi yang tidak aman b. Melakukan tindakan pencegahan dengan peringatan dan pemberhentian jika terdapat hal-hal yang bertentangan dengan peraturan K-3 c. Melaporkan

secara

lisan/tertulis

ke

supervisor dari pelanggar peraturan d. Batas kecepatan truk bermuatan ≤ 40 km/jam dan kendaraan personil ≤ 60 km/jam 2.

Inspeksi keamanan

a. Cek kondisi dari alat pemadam api, membuat inventaris b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel

84

d. Cek kondisi dan penataan dari gedung e. Cek kondisi dan penataan dari camp utama dan lokasi kerja 3.

Diskusi masalah keselamatan

a. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu dan memonitor realisasi dari diskusi pagi b. Evaluasi berjalannya K-3 saat berakhirnya jam kerja

Kampanye keselamatan

4.

Implementasi pengutamaan keselamatan kerja pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan

dengan

sistem

pendekatan

pribadi, pemberian pelajaran dan slogan yang diedarkan

5.

Pelindung keamanan

a. Inventarisasi alat b. Melengkapi kekurangan alat K-3 c. Memonitor pemakaian alat keselamatan d. Cek dan lengkapialat keselamatan pada peralatan tambang yang digunakan e. Cek dan lengkapi rambu-rambu K-3

6.

Pemilihan operator

a. Cek jenis peralatan b. Cek kesehatan fisik dan psikologi operator

7.

Laporan keselamatan kerja

a. Laporan kecelakaan b. Laporan bulanan c. Laporan pelatihan

Organisasi Penanganan K-3 merupakan tanggung jawab Divisi Perencanaan, K3 dan Lingkungan yang langsung akan bertanggung jawab kepada Kepala Teknik atau manajer tambang dapat dilihat pada struktur organisasi pada bab IX Peralatan Salah satu faktor penyebab kecelakaan adalah peralatan.Karena itu, setiap peralatan yang digunakan untuk operasi perusahaan harus mendapat perawatan yang memadai. Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang akan disediakan diberbagai 85

lokasi kegiatan penambangan, pemuatan, pengangkutan dan penumpukan Mangan adalah seperti terlihat pada Tabel 6.3

Tabel 6.3 Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja No. 1.

Lokasi Tambang

Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Helm pengaman + Headlamp b. Sepatu pengaman c. Kacamata pelindung d. Sarung tangan e. Masker debu dan earplug f. Reflector vest g. Alat pemadam api dan perlengkapan K-3 pada masingmasing kendaraan pengangkut personil dan alat-alat tambang h. Bendera merah atau kuning (tinggi 2m) untuk kendaraan pengangkutan personil, pengawas i. Rambu lalu lintas batas kecepatan truk ≤ 40 km/jam dan kendaraan personil ≤ 60 km/jam

2.

Manganese

a. Helm pengaman

Processing

b. Sepatu pengaman

Plant

c. Sarung tangan kulit d. Masker debu dan earplug e. Jas laboratorium f. Kacamata pelindung g. Penampung minyak pelumas bekas h. Alata pemadam kebakaran i. Perlengkapan PPPK j. Ban pinggang pengaman dengan tali pengikat k. Penampung besi bekas dan suku cadang bekas l. Material pembersih minyak tumpah

3.

Maintenance a. Helm pengaman + Headlamp b. Sepatu pengaman

86

No.

Lokasi

Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja c. Sarung tangan kulit d. Masker debu e. Perlengkapan P3K f. Alat pemadam kebakaran

4.

Gudang

a. Helm dan sepatu pengaman b. Sarung tangan kulit c. Masker debu d. Perlengkapan P3K e. Alat Pemadam Kebakaran

Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melaksanakan K-3 pertambangan adalah seperti terlihat pada Tabel 6.4

Tabel 6.4 Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan No. 1.

Kegiatan Patroli keamanan

Uraian a. Implementasi

peninjauan/pengecekan

untuk

mengantisipasi kekurangan dan kondisi yang tidak aman b. Melakukan tindakan pencegahan dengan pemberhentian dan peringatan atau menyarankan jika terdapat hal-hal yang bertentangan dengan peraturan K-3 c. Melaporkan secara lisan/tertulis ke supervisor dari pelanggar peraturan d. Batas kecepatan untuk truk bermuatan ≤ 40 km/jam dan kendaraan personil ≤ 60 km/jam.

2.

Inspeksi

a. Cek kondisi dari alat pemadam api

keamanan

b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel d. Cek system e. Cek kondisi dan penataan dari gedung 87

No.

Kegiatan

Uraian f. Cek kondisi dan penataan dari camputama dan lokasi kerja

3.

Diskusi

a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja

masalah

b. Diskusi pagi dengan karyawan membantu memonitor

keselamatan 4.

Kampanye keselamatan

realisasi dari diskusi pagi. a. Implementasi pengutamaan keselamatan pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan dengan sistem pendekatan pribadi, pemberian pelajaran dan slogan yang diedarkan. b. Evaluasi kontes keselamatan

5.

Perlindungan a. Inventarisasi alat pencegahan sendiri keselamatan

b. Melengkapi kekurangan c. Memonitor pemakaian d. Cek dan melengkapi perlindungan keselamatan pada alat-alat. e. Cek dan melengkapi rambu-rambu.

6.

Pemilihan operator

7.

Cek jenis peralatan

Laporan

a. Laporan kecelakaan

keselamatan

b. Laporan bulanan

kerja

c. Laporan pelatihan

6.2 Lingkungan PT. X sebagai salah satu perusahaan penambangan bijih manganyang berwawasan lingkungan di Indonesia berusaha ingin menepis dan memulihkan anggapan masyarakat sekitar lokasi penambangan bahkan dunia internasional yang menyatakan bahwa kegiatan penambangan mulai dari tahap eksplorasi sampai ke tahap mine closure merupakan suatu kegiatan yang menganggu

serta merusak rona /

eksosistem lingkungan hidup. Baik itu dampak lingkungan terhadap komponen fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, dan budaya. Maka dari itu rencana pelaksanaan penambangan bijih manganPT. X yang dilaksanakan di Dusun Anjir Desa Hargoredjo Kecamatan Kokap Kabupaten 88

Kulonprogo dengan luas areal kuasa pertambangan (KP) seluas 24 ha dimana berpatokan pada sistematika penyusunan dokumen analisa dampak lingkungan (AMDAL) yang didasari atas PP. No. 7 Tahun 1999 ayat 1 serta keputusan bersama antara kementrian energi dan sumber daya mineral dan kementrian Negara lingkungan hidup yang dituangkan dalam bentuk perundang-undangan yang berlaku dimana berkaitan terhadap pengelolaan lingkungan hidup yaitu UU LH No. 23 Tahun 1999, dikarenakan dampak yang ditimbulkan oleh segala susunan kegiatan PT. X tidak termasuk pada dampak penting, juga produksi yang tidak berskala besar juga luasan IUP yang tidak terlampau luas maka kami tidak diwajibkan untuk menyusun AMDAL, namun kami diwajibkan untuk menggunakan RKL-UPL, Fungsi dan pedoman penyusunan dokumen RKL-UPL yang diterapkan oleh PT. X: 

Pedoman umum penyusunan dokumen RKL-UPL digunakan sebagai pedoman teknis penyusunan RKL-UPL atau sebagai dasar penyusunan RKL-UPL, apabila kegiatan penambangan belum ditetapkan.



Pedoman umum penyusunan RKL-UPL ditujukan bagi keperluan penyusunan RKL-UPL kegiatan terpadu atau multisektor. Selain itu juga PT. X juga memperhatikan aspek – aspek dalam penyusunan

dokumen RKL-UPL antara lain : 1. Latar belakang pembangunan proyek 2. Proses tahapan terwujudnya laporan 3. Metodologi penelitian 4. Tujuan studi RKL-UPL : - Mengidentifikasikan rencana kegiatan pertambangan umum sejak dari tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi terutama pada kegiatan yang diperkirakanberpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. - Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup awal, yaitu kondisi dan tatanan lingkungan wilayah setempat sebelum adanya kegiatan pertambangan umum, terutama yang akan terkena dampak baik pada tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi. - Memperkirakan dan mengevaluasi dampak yang akan terjadi pada tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi kegiatan pertambangan 5. Kegunaan studi RKL-UPL : 89

- Sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan dari rencana penambangan. - Sebagai wahana untuk memberi informasi bagi masyarakat untuk dapat menghindari dampak negatif dan memanfaatkan dampak positif yang potensial ditimbulkan oleh kegiatan penambangan. - Sebagai masukan untuk penyusunan desain penambangan yang berwawasan lingkungan. - Sebagai pembanding data masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan. - Sebagai Rencana Kelola dan Pengawasan untuk lingkungan

6.2.1 Dampak Kegiatan Penambangan Kegiatan penambangan bawah tanah bijih ManganPT. X diperkirakan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar. Dampak yang terjadi berdasarkan tahap kegiatan adalah sebagai berikut : a. Tahap Persiapan 1) Pembebasan lahan 2) Pembersihan lahan 3) Pembangunan sarana dan prasarana yang meliputi : -

Pembuatan jalan tambang.

-

Persiapan pembukaan lubang bukaan(Development open/entri).

-

Pembangunan kantor, instalasi jaringan listrik, pabrik pengolahan, gudang, kolam pengendapan (setling pond), stock pile, dan Sarana peribadatan.

4) Penerowongan tambang bawah tanah (Tunnel). 5) Mobilisasi peralatan dan pengangkutan. 6) Penerimaan tenaga kerja.

b. Tahap Operasi 1) Pembukaan lubang bukaan. 2) Kajian kondisi geoteknik dan geokimia. 3) Kajian Hidrologi dan hidrogeologi.

90

4) Penambangan bijih Mangan (pembongkaran, penyangaan, ventilasi, penerangan dan penyaliran tambang bawah tanah). 5) Pemuatan dan pengangkutan bijih Mangan (jenis, kapasitas dan jumlah peralatan dan pengangkutan). 6) Pengolahan bijih Mangan (pengurangan kadar air, kominusi, konsentrasi, pengeringan, penggilingan). 7) Recovery penambangan. 8) Recovery pengolahan. 9) Penanganan limbah hasil penambangan dan pengolahan. 10) Penimbunan bijih. 11) Pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi penambangan (Community development).

c. Tahap Pasca Operasi 1) Penutupan tambang 2) Reklamasi/rehabilitasi tambang 3) Pemutusan hubungan kerja 4) Pemindahan dan pembongkaran sarana tambang 5) Pemanfaatan sarana dan prasarana tambang Secara garis besar dampak Kegiatan penambangan bawah tanah bijih Mangan PT. X terhadap lingkungan sekitarnya dapat dilihat pada gambar 5.2

91

POTENSI SUMBER DAYA BIJIH MANGAN :

DATA KOMPONEN LINGKUNGAN :

- CADANGAN - GEOLOGI LOKAL - HIDROGEOLOGI

-

ASPEK TEKNIS

IKLIM MIKRO FLORA DAN FAUNA KUALITAS TANAH KUALITAS AIR

ASPEK LINGKUNGAN

PERSIAPAN LUBANG BUKAAN

DAMPAK YANG TERJADI

BENTANG ALAM PEMBUKAAN LUBANG BUKAAN

SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH EROSI & SEDIMENTASI

PENAMBANGAN BIJIH MANGAN

BENTANGAN ALAM VEGETASI & SATWA DEBU EROSI & SEDIMENTASI

PENGANGKUTAN DARI FRONT PENAMBANGAN BAWAH TANAH KE PABRIK PENGOLAHAN

DEBU KEBISINGAN VEGETASI DAN SATWA DEBU

PENGOLAHAN KEBISINGAN BIJIH MANGAN KUALITAS AIR PENGOLAHAN, PENGEPAKAN & PENJUALAN BIJIH MANGAN

EROSI & SEDIMENTASI DEBU KEBISINGAN EROSI & SEDIMENTASI

Gambar 6.2 Bagan Alir Kegiatan Penambangan Bawah Tanah PT. Centrino Manganese dan Dampak yang Terjadi

92

Pengolahan Dalam menindaklanjuti kinerja perusahaan penambangan agar berjalan konsisten sesuai

dengan pencapaian target, maka salah satu aspek yang perlu

diperhatiakan yaitu bagaimana proses penanganan tailing berupa waste. Tailings berasal dari batu gamping maupun andesit yang terpisah setelah Mangan dipisahkan dari batuan di pabrik pengolahan. Maka dari itu, PT. X sebagai salah satu perusahaan penambangan bawah tanah bijih Mangan tidak tinggal diam, melainkan berusaha semaksimal mungkin untuk mengolah tailing yang berupa waste tersebut sebelum tailing tersebut dibuang. Proses pengolahan bijih ManganPT. X menggunakan Jaw Crusher (Mereduksi Ukuran Butir), Tramol Screen (Pengelompokan ukuran butir), Jig (Peningkatan Kadar Mangan). Waste tersebut ditakutkan akan membahayakan bagi lingkungan dan ekosistem. Hasil pengolahan berupa tailing yang berupa padatan atau larutan harus terlebih dulu ditangani secara sistematis sebelum dibuang ke sungai atau ditimbun dibawah tanah.

Sarana Penunjang Untuk memperlancar kegiatan pengolahan serta pemantauan lingkungan penambangan, maka PT. X didukung oleh adanya sarana penunjang diantaranya temapat cadangan air, Intalasi tenaga listrik, gudang dan klinik kesehatan.

6.2.2 Rehabilitasi Lahan Rehabilitasi lahan merupakan pekerjaan – pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan tata dan ekosistem lingkungan hidup agar lebih berdaya guna dan berhasil.Usaha ini harus dilaksanakan setiap perusahaan pertambangan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Dalam pelaksanaannya, PT. X mengalami beberapa kendala merehabilitasi lahan bekas penambangan bawah tanah apabila tanpa perencanaan yang sistematis. Kendala – kendalanya antara lai : 1. Tidak dilaksanakan pengamatan terhadap adanya gerakan permukaan tanah, rembesan air tambang dan kajian terhadap kualitas air tanah. 2. Kurang dioptimalkannya pemeliharaan stope bekas penambangan bijih

93

3. pergerakan arah penambangan maju mengikuti arah pesebaran bijih mangan (lensa) tidak sebanding dengan penutupan bekas lubang penggalian sebelumnya. 4. Tidak melakukan kajian geoteknik secara mendetail khususnya terhadap penyanggaan terowongan yang nantinya dapat mengakibatkan resiko fatal yaitu keruntuhan terowongan Walaupun sistem penambangan bawah tanah bijih manganPT. X tidak menimbulkan pencemaran maupun kerusakan yang sangat berarti terhadap lingkungan di permukaan seperti yang dihadapi oleh kegiatan penambangan terbuka (open pit). Yang perlu diperhatikan adalah setelah Cribbing ialah bila lubang terdebut akan digunakan atau dijadikan studi maka perlu diperhatikan apakah lubang bukaan tersebut masih kuat untuk menopang dirinya atau tidak (harus dikaji lebih lanjut).

Pemantauan Lingkungan Upaya pemantauan lingkungan yang diusahakan PT. X antara lain : 1. Mengantisipasi masalah – masalah lingkungan yang telah terjadi. 2. Perawatan secara berkala terhadap lubang bukaan. 3. Pembuatan kolam pengendapan (settling pond) yang bertujuan menampung limbah hasil pengolahan. 4. Pemanfaatan dan pengelolaan SDA/SDM dalam lingkup keilmuan lingkungan yang selektif dan bijaksana. 5. Pengendalian penyebaran air bawah tanah. 6. Pemantauan Kualitas air dan pencemaran air akibat limbah pengolahan 7. Proses daur ulang limbah pengolahan 8. Pengelolaan pembuangan gas polutan alat berat kegiatan penambangan 9. Pengendalian pencemaran debu/partikel Adapun rincian kegiatan pemantauan Tabel 8.5berikut: Peraturan dan Kebijaksanaan Lingkungan Hidup a. Kebijaksanaan Konsep pembangunan di Indonesia seperti yang tercantum di Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982 tentang ketentuan pokok lingkungan hidup adalah suatu pola Pembangunan Berwawasan Lingkungan.Hal ini dapat diartikan sebagai upaya sadar

94

dan berencana dalam pembangunan yang berkesinambunga untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia. Konsep ini tetap dijaga secara konsisten, bahkan Undang-Undang Nomor 23 taun 1997 telah memberikan kesemoatan peran serta yang lebih besar dan luas bagi masyarakat untuk berpartisipasi bagi pengendalian dampak lingkungan. Pihak perusahaan akan menjalankan strategi pengelolaan lingkungan, yaitu sebagai berikut : 1. Mengelola seoptimal mungkin dampak negatif yang mungkin timbul seperti yang diidentifikasikan dalam matriks identifikasi dampak, agar daya dukung lingkungan tetap terpelihara. 2. Mengembangkan seluas-luasnya dampak positif yang terjadi agar penambangan bijih mangan berwawasan lingkungan yang diapresiasikan positif oleh masyarakat dapat terjadi. b. Peraturan Perundangan Peraturan dan perundangan telah banyak ditetapkan untuk mengelolah lingkungan hidup di Indonsia, yaitu berupa Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri (KepMen), Keputusan Ketua Bapedal, serta Keputusan Gubernur Propinsi. Secara Garis Besar pearaturan perundangan mengatur masalah : 1) Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup 2) Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam 3) Penataan Ruang 4) Penetapan Kawasan Lindung 5) Pengendalian pencemaran air 6) Baku mutu Lingkungan ( Udara, Air, Getaran, Limbah, dan lain-lain) 7) Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan 8) Kajian Aspek Sosial Dalam AMDAL 9) Pedoman Ukuran Dampak Penting

c. Pengelolaan dampak negatif Dampak kegiatan penambangan bijih mangan yang akan dikelolah adalah dampak negatif yang penting. Nilai pentingnya dampak mengacu pada Keputusan Ketua Bapedal KEP No. 056 Tahun 1994 , yang ditentukan oleh : 1) Jumlah manusia yang terkena dampak 2) Lamanya dampak berlangsung 95

3) Intesitas dampak 4) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak 5) Sifat kumulatif dampak 6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka tidak seluruh dampak kegiatan penambangan bijih mangan dapat dikategorikan sebagai dampak penting.Tingkat pentingnya dampak harus dapat dianalisis secara tepat yaitu dengan melakukan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999. Pengelolaan dampak tidak penting dilaksanakan dengan menggunakan format, yaitu sebagai berikut : 1) Jenis dampak 2) Lokasi Dampak 3) Metoda pengelolaan 4) Pengawasan 5) Periode pengelolaan 6) Biaya pengelolaan Adapun rincian kegiatan pengelolaan Tabel 6.7 berikut Komponen Lingkungan yang terkena Dampak Kegiatan pertambangan bijih Mangan tersebut akan menimbulkan dampak baik dampak positif maupun dampak negatif terhadap komponen lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini akan terjadi pada tahap persiapan, operasi, dan pasca operasi. Dampak yang ditelaah akan dikonsentrasikan pada dampak yang penting yang dikaitkan dengan penyebab dan akibat dampak, sifat dan karakteristik dampak, serta luas dan pola penyebaran dampak. Dampak yang tidak penting tidak akan ditelaah lebih mendalam. Dampak yang terjadi dengan adaya kegiatan pertambangan bijih mangan ini akan mengakibatkan perubahan tehadap rona lingkungan hidup awal yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :

96

Tabel 6.5 Metrik Identifikasi Dampak Rencana Kegiatan Pertambangan Bijih ManganPT.

NO

Kegiatan Komponen/ Sub komponen Lingkungan

Tahap Persiapan

Tahap Operasi

Pasca Operasi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

13

14

15

16

X

Keterangan

I. GEOFISIK-KIMIA

A. Tahap Persiapan

1

Iklim Mikro

-

-

x

x

x

X

x

-

-

-

x

x

-

x

x

1. Pembebasan Lahan

2

Kualitas Udara dan Kebisingan

-

x

x

x

-

X

-

-

x

x

x

x

-

x

X

2. Pembersihan Lahan

3

Bentang Alam

-

x

x

x

x

-

x

-

-

x

x

x

-

x

x

3. Mobilitas Peralatan dan Pengangkutan

4

Kesuburan Tanah

-

x

x

x

-

X

-

-

x

x

x

x

-

x

X

5

Pola Aliran Permukaan

-

x

x

x

-

X

-

-

x

x

x

x

-

x

x

4. Pembangunan Sarana Prasarana 5. Penerimaan Tenaga Kerja

6

Debit Aliran Air Tanah

-

x

X

x

-

X

-

-

X

x

X

x

-

x

X

7

Erosi Tanah

-

X

X

X

-

X

-

-

-

X

X

X

-

X

X

B. Tahap Operasi

8

Kualitas Air Permukaan

-

X

X

X

-

X

-

-

-

X

X

X

-

X

X

6. Pembukaan Lubang Bukaan

9

Air Tanah

-

X

X

X

-

X

-

-

X

X

X

X

-

X

X

7. Kajian Kondisi Geoteknik dan Geokimia

10 Tata Ruang, Lahan dan Tanah II. BIOLOGI

-

X

X

X

-

X

-

-

-

X

X

X

-

X

X

8. Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

1

-

Biota Darat

9. Penambangan Bijih Mangan (Room and Pillar) X

X

X

-

X

-

-

-

X

X

X

-

X

X

10. Pemuatan dan Pengangkutan Bijih Mangan 11. Pengolahan Bijih Mangan

III SOSIAL, KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

12. Penanganan Limbah Hasil Penambangan dan Pengolahan

1

Perub. Fungsi dan Penguasaan lahan

X

X

X

X

-

X

-

-

X

X

X

X

-

X

X

2

Kesempatan Kerja dan Berusaha

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

C. Tahap Pasca Operasi

3

Mata Pencaharian dan Pendapatan

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

13. Rehabilitasi dan Reklamasi Tambang

4

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

5

Persepsi Masyarakat Meningkatnya Kegiatan Perkonomian Lokal

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

14. Penanganan Tenaga Kerja 15.PemanfaatanSarana dan PrasaranaTambang

6

Gangguan Kesehatan Masyarakat

-

X

X

X

-

X

-

-

X

X

X

X

-

-

x

16. Penutupan Tambang

97

Tabel 6.6 Tingkat Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Penambangan

Komponen Lingkungan Hidup

Tingkat Kerusakan Kerusakan Lingkungan Hidup Rendah Sedang

Tanah

Air

Udara

Tinggi

1. Kerusakan tanah permukaan

X

2. Tanah berlubang-lubang

X

3. Pemadatan tanah

X

4. Tanah lahan terbuka

X

1. Air sungai keruh

X

2. Pendangkalan sungai

X

1. Debu

X

2. Asap

X

3. Suara bising

X

98

KOMPONEN KEGIATAN Pembebasan Lahan

KOMPONEN LINGKUNGAN Persepsi Masyarakat

DAMPAK PRIMER

Persepsi Masyarakat

DAMPAK SEKUNDER

Keresahan Masyrakat

Tata Guna Lahan

Perubahan Fungsi dan Penguasaan Lahan

Pengembangan Wilayah

Migrasi

Persepsi

Kependudukan

Penerimaan

Mata Pencaharian

Tenaga Kerja

& Pendapatan Peluang Kerja

Pendapatan Penduduk

Masyarakat

Mobilisasi Peralatan Pembangunan Sarana & Prasarana

Pembersihan lahan

Morfologi

Pola Aliran

Debit Air

Kualitas Udara

Debu & Kebisingan

Gangguan

Tanah

Erosi

Hidrologi

Kualitas Air

Iklim Mikro

Suhu & Kelembaban

Gangguan Kenyamanan

Flora Penutup

Jumlah & Jenis Keanekaan Flora

Satwa Daerah Sekitar

Gambar 6.3 Diagram Alir Hubungan Penyebab akibat Antara Sumber Dampak dengan

99 Dampak pada Tahap Persiapan Komponen Lingkungan yang Terkena

Kesehatan Masyarakat Kesuburan Tanah

KOMPONEN KEGIATAN

Reklamasi/Rehabilitasi Lahan Setelah Operasi

Penanganan Tenaga Kerja Setelah Operasi

KOMPONEN LINGKUNGAN

DAMPAK

DAMPAK

PRIMER

SEKUNDER

Morfologi

Pola Aliran

Tanah

Erosi

Flora Penutup

Jumlah dan Jenis Keanekaragaman Biota

Satwa

Iklim Mikro

Persepsi Masyarakat

Peluang Kerja

Mata Pencaharian dan Pendapatan

Gambar 6.4 Diagram Alir Hubungan Penyebab Akibat Antara Sumber Dampak dengan Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak pada Tahap PascaOperasi

100

Kualitas dan Debit Air

a. Tahap Persiapan Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah: 1) Geofisik – kimia, meliputi : iklim mikro, kualitas udara, bentang alam, erosi, kualitas air sungai dan air tanah, perubahan fungsi lahan struktur dan tekstur tanah serta kesuburannya. 2) Biologi, meliputi vegetasi hutan, vegetasi kebun, satwa, biota perairan di sungai dekat area KP. 3) Sosial ekonomi, meliputi kesemptan kerja, kegiatan ekonomi masyarakat, tersedianya fasilitas yang dpat dimanfaatkan masyarakat serta persepsi masyarakat, kesehatan masyarakat. 4) Sosial budaya, yaitu perubahan budaya dan pembauran etnis/budaya

b. Tahap Operasi Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah: 1) Geofisika – kimia, meliputi bentang alam, erosi dan perlumpuran, kelongsoran pada jenjang tambang dan timbunan tanah penutup, kualitas udara (debu, suhu, kelembaban, dan iklim mikro), kualitas air sungai dan air tanah. 2) Biologi, meliputi vegetasi hutan, vegetasi binaan (kebun), satwa di dekat area KP. 3) Sosial ekonomi, meliputi kesemptan kerja, berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat dan meningkatnya pendapatan masyarakat daerah, tersedianya fasilitas yang dapat dimanfaatkan masyarakat, persepsi masyarakat, serta kesehatan masyarakat. 4) Sosial budaya, meliputi perubahan sikap budaya, pembauran budaya, dan toleransi budaya terutama di desa Hargorejo.

c. Tahap Pasca Operasi Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah: 1) Fisika – kimia, yaitu menurunya intesitas dampak terhadap bentangan alam, erosi dan pelumpuran, kualitas udara, kualits air, kualitas tanah dan kepadatan transportasi bijih Mangan. 2) Biologi, Berkurangnya gangguan terhadap tanah di area KP dan sekitarnya yang merupakan tegalan dan perkebunan. 101

3) Sosial ekonomi, yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja, menurunnya aktifitas perekonomian masyrakat, serta permasalahn sosial lainnya. Untuk memudahkan melihat dampak setiap tahapan kegiatan pertambangan terhadap aspek lingkungan, maka dibuat matriks seperti tertera pada tabel 8.1.Selanjutnya untuk melihat kaitan antara dampak primer, dampak sekunder dan tersier dan turunannya, dibuat bagan alir yang disajikan seperti gambar 8.2 s/d 8.4. Melaui matriks dan bagan alir tersebut, terlihat dampak negatif dari kegiatan pertambangan bijih mangan tersebut terhadap komponen lingkungan. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut : a. Perubahan topografi Akhir kegiatan penambangan bijih mangan dapat menimbulkan berbagai perubahan yaitu perubahan topogrfi daerah di tambang. Bentuk Akhir penambangan biasanya akan meninggalkan bekas lubang bukaan yang tidak terawat sama sekali.

b. Kualitas udara Pengangkutan bijih Mangan dari front penambangan ke pabrik pengolahan dan stock pile, serta lalu lalangnya kendaraan yang masuk menuju stock pile yang merupakan tempat penjualan PT. X akan menimbulkan debu dan kebisingan. Dampak ini dapat dirasakan pekerja di lokasi ataupun penduduk yang tinggal di sepanjang jalan angkut.peningkatan debu terutama pada musim kemarau. Peningkatan kadar debu ini akan menyebabkan ganggauan terhadap penduduk dan juga tetumbuhan yang hidup sepanjang jalan angkut.

c. Kualitas air permukaan Aliran air permukaan (surface runoff) pada lahan terbuka akan mengerosi permukaan tanah, bijih Mangan, dan tanah penutup. Keadaan ini dapat menyebabkan sedimentasi, serta kekeruhan air disekitar lokasi penambangan. Kegiatan penambangan bijih mangan dapat menurunkan kualitas air permukaan di dusun Anjir, terutama di sekitar area penmbangan yang pada umumnya lahan masyarakatnya digunakan sebagai tegalan, sawah dan perkebunan. Pada permukaan kerja, air yang masuk ke dalam lubang bukaan akan mengerosi endapan bijih Mangan yang mengakibatkan kekeruhan air. Selain itu, air yang digunakan di pengolahan bijih Mangan (pengolahan) akan menghasilkan air yang keruh 102

karena tercampur dengan material yang halus. Air ini akan dikeluarkan ke tempat yang lebih rendah yaitu di sisi utara area IUP. Agar air yang keluar dari lubang bukaan tambang dapat dimanfaatakan oleh penduduk di bawah lereng tersebut, maka dibuat kolam-kolam pengendapan yang ditempatkan pada areal penambangan dan pabrik pengolahan tersebut.

d. Penurunan kesuburan tanah dan erosi Pengupasan tanah penutup pada lokasi lokasi yang akan membantu kegiatan penambangan akan menimbulkan dampak penurunan terhadap kesuburan tanah dan peningkatan erosi. Secara fisik, Pengupasan tanah mengakibatkan tanah tidak berprofil dan mengalami pemadatan oleh kegiatan alat-alat berat.Hilangya lapisan tanah pucuk (top

soil)

mengakibatkan

unsur-unsur

hara

tanah

sehingga

menciptakan

ketidaksesuaian bagi pertumbuhan jenis tanaman lokal. Berkurangnya vegetasi penutup tanah dan serasah dari lapisan tanah pucuk akan meningkatkan laju erosi tanah karean hilangnya bahan-bahan organik tanah. Pemindahan (penimbunan) lapisan penutup serta pembongkaran bijih Mangan menimbulkan dampak perubahan bentuk lahan (morfologi) berupa lahan bekas galian tambang.

e. Penurunan keanekaragaman flora dan fauna darat Penurunan keanegaragaman flora dan fauna darat dapat terjadi terutama di daerah IUPPT. X yang merupakan bekas lahan perkebunan dan tegalan serta beberapa lahan yang terdiri dari semak belukar. Oleh karena itu aktifitas penambangan seperti pembersihan lahan, mobilitas peralatan, pembuatan jalan, pembangunan sarana dan prasarana penunjang, akan menyebabkan menurunnya keaneka ragaman flora darat, terutama jenis pohon yang berada dalam vegetasi hutan, habitat satwa liar, menjadi terganggu sehingga dapat menurunkan keaneka ragamannya.

f. Masalah sosial dan perekonomian masyarakat Kegiatan penambangan akan menarik penduduk sekitar dan penduduk pendatang. Permasalahan yang mungkin akan timbul antara lain friksi sosial budaya, tuntutan peluang kerja, ganti rugi lahan, keamanan. Perlepasan tenaga kerja setelah proyek berakhir akan berdampak terhadap sumber mata pencaharian dan pendapatan, selanjutnya akan terjadi peningkatan pengangguran. g. Kesehatan masyarakat 103

Kegiatan penambangan bijih manganPT. X dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat terutama yang berlokasi sepanjang jalan angkut. Penurunan kualitas air juga akan dapat mengganggu kesehatan penduduk. Jenis Kegiatan Pertambangan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL berdasarkanPeraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006

104

Tabel 6.7 Matrik Rencana Pengelolaan Lingkungan PT. X NO.

KEGIATAN

KOMPONEN LINGKUGAN YANG TERKENA DAMPAK

PENGELOLAAN

LOKASI

PERIODE

PELAKSANA

TAHAP PRA-KONSTRUKSI 1.

Sosialisasi

Sosial ekonomi masyarakat

- Terus dilakukan jika terjadi konflik yang menerus

Daerah IUP

-

Kabag Administrasi

2.

Pembebasan Lahan

Sosial ekonomi masyarakat

- Membentuk tim negosiasi - Memberi penawaran harga yang layak - Memasang patok pada lahan yang telah dibebaskan.

Daerah IUP

-

Kabag Administrasi

3.

Penerimaan tenaga kerja

Sosial ekonomi dan sosial bidaya

- Menyerap 60%-70% tenaga kerja lokal - Memberikan pelatihan bagi tenaga kerja lokal - Melakukan perekrutan tenaga kerja setiap 3-5 tahun

Daerah IUP

-

Kabag Administrasi

4.

Pembersihan Lahan

Geofisik, Biologi

- Pembersihan lahan dilakukan secara bertahap sehingga debu yang ditimbulkan tidak terlalu banyak - Pembersihan dilakukan secara bertahap sesuai kemajuan tambang. - Tempat penampungan dijauhkan dari pemukiman penduduk

Daerah IUP

-

Kabag Operasi Tambang

5.

Mobilisasi peralatan

Fisik-kimia

- Membatasi kecepatan peralatan maksimum 30 km/jam

Daerah IUP

-

Kabag Operasi Tambang

105

Lanjutan Tabel 5.6

TAHAP KONSTRUKSI 6.

Pembangunan jalan

Fisik-kimia

- Membuat saluran air di salah satu sisi atau di kedua sisi jalan

Daerah IUP

-

Kabag Operasi Tambang

TAHAP OPERASI PENAMBANGAN 7.

Pembuatan shaft, adit dan tunnel

Geofisik-kimia, biologi

- Shaft dibuat dengan dimensi 3 x 2 meter, adit dan tunnel 2 x 2 meter - Daerah yang di gali merupakan batuan gamping yang diatasnya ditutupi oleh lapisan tanah tipis - Baik shaft, adit maupun tunnel akan diberi penyanggaan untuk mengurangi resiko ambrukan

Daerah penambangan

Sesuai kemajuan tambang

Kabag Operasi Tambang

8.

Pembongkaran mangan

Geofisik

- Kegiatan penambangan sesuai dengan kemajuan tambang - Perawatan alat penambangan secara rutin

Daerah penambangan

Tiap 3 bulan

Kabag Operasi Tambang

9.

Penyaliran tambang

Geofisik-kimia

- Mengalirkan semua air larian ke kolam pengendap untuk kemudian dilakukan penetralan - Membuat saluran disekitar tambang dan pengalihan arah aliran air hujan yang menuju area pertambangan

Daerah penambangan dan sekitar IUP

10.

Pemuatan dan pengangkutan

Fisik-kimia

- Membatasi kecepatan motor tossa pengangkut mangan hasil penambangan dengan kecepatan maksimum 35km/jam - Melakukan perawatan berkala pada alat-alat yang digunakan

Daerah penambangan

106

-

Tiap 3 bulan

Kabag Operasi Tambang

Kabag Operasi Tambang

Lanjutan Tabel 5.6

11.

Peremukan mangan dan peningkatan kadar mangan

Geofisik, Biologi

- Lokasi pengolahan jauh dari pemukiman warga - Memberikan retribusi pada desa setempat. - Melakukan perawatan alat-alat peremuk - Memasang alat penangkap debu berupa bag filter

Daerah Pengolahan

Tiap 3 bulan

Supervisor Pengolahan

12.

Pengoperasian fasilitas penunjang

Geofisik

- Menggunakan oil trap untuk menangkap air buangan bengkel yang mengandung minyak dan oli

Daerah sekitar IUP

Tiap 1bulan

Kabag Perencanaan,K3 dan Lingkungan

TAHAP PASCA PENAMBANGAN 13.

Penutupantambang

Geofisik, Biologi, Sosial Ekonomi, Sosial Budaya Masyarakat

- Pengisian kembali lahan bekas tambang dengan material filling - Pembongkaran dan pemindahan saran tambang yang sudah tidak digunakan - Perubahan tata guna lahan dan juga perubahan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar.

Daerah penambangan

Selama tahap penutupan tambang

Kabag Perencanaan,K3 dan Lingkungan

14.

Reklamasi dan revegetasi

Geofisik, Biologi, Kimia

- Penataan lahan bekas kantor dan pabrik pengolahan - Penanaman tumbuhan untuk mengembalikan kestabilan tanah dan kesuburannya - - Penanaman tanaman produktif

Daerah IUP dan sekitarnya

Selama kegiatan penambangan dan penutupan tambang berlangsung

Kabag Perencanaan,K3 dan Lingkungan

15.

Pemutusan hubungan kerja

Sosial ekonomi

- Melakukan pemutusan tenaga kerja dengan prosedur yang benar - Memberikan pesangon atau modal - Memberikan pelatihan-pelatihan ketrampilan

Daerah sekitar IUP

107

-

Kabag Administrasi

108

emantauan Lingkungan PT. X

NO.

KEGIATAN

KOMPONEN LINGKUGAN YANG TERKENA DAMPAK

PEMANTAUAN

LOKASI

PERIODE

PEMANTAU

TAHAP PRA-KONSTRUKSI 1.

Sosialisasi

Sosial ekonomi masyarakat

- Pengawasan secara langsung kegiatan sosialisasi

Daerah IUP

Tiap sosialisasi

2.

Pembebasan lahan

Sosial ekonomi masyarakat

- Pengawasan secara langsung pada tiap tahap UKL yang dilakukan di lapangan

Daerah IUP

Tiap6 bulan sekali selama 2 tahun pertama

3.

Penerimaan tenaga kerja

Sosial ekonomi dan sosial bidaya

- Pengawasan setiap kegiatan rekrutmen tenaga kerja - Pengawasan persyaratan perekrutan tenaga kerja

Daerah IUP

4.

Pembersihan Lahan

Geofisik, Biologi

- Mengecek tempat dan proses penimbunan - Mengecek dampak adanya debu tambang di pemukiman sekitar dengan cara melakukan analisis udara - Penghitungan air limpasan

Daerah IUP

5.

Mobilisasi peralatan

Fisik-kimia

- Memantau kualitas udara (debu dan kebisingan) - Mengecek dampak adanya debu tambang di pemukiman sekitar dengan cara melakukan analisis udara

Daerah IUP

109

- BPN Kulon Progo - Bapedal Kulon Progo - Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kulon Progo

Tiap 3 bulan

-

- Bapedal Kulon Progo - Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulon Progo - Dinas Kesehatan Kulon Progo - Bapedal Kulon Progo - Dinas Kesehatan Kulon Progo

Lanjutan Tabel 5.6

TAHAP KONSTRUKSI 6.

Pembangunan jalan

Fisik-kimia

- Memantau kualitas udara (debu dan kebisingan) - Mengecek saluran air di sisi jalan

Daerah IUP

Tiap 6 bulan

-Bapedal Kulon Progo - Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulon Progo - Dinas Pekerjaan Umum Kulon Progo

TAHAP OPERASI PENAMBANGAN 7.

Pembuatan shaft, adit dan tunnel

Geofisik-kimia, biologi

- Melakukan pengambilan sampling kualitas udara (pengukuran debu dan kebisingan) langsung di lapangan - Membandingkan hasil pengukuran tingkat kebisingan dengan baku mutu lingkungan

Daerah penambangan

Tiap 6 bulan

- Bapedal Kulon Progo - Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulon Progo

8.

Pembongkaran mangan

Geofisik, Biologi

- Pengawasan secara langsung saat proses pembongkaran mangan - Pengecekan peralatan pembongkaran andesit - Melakukan pengambilan sampling kualitas udara (pengukuran debu dan kebisingan) langsung di lapangan - Membandingkan hasil pengukuran tingkat kebisingan dengan baku mutu lingkungan

Daerah penambangan

Tiap 6bulan

- Bapedal Kulon Progo - Dinas Perindustrian Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral

9.

Penyaliran tambang

Geofisik-kimia

- Melakukan pengecekan saluran air penyaliran tambang secara rutin - Melakukan pengerukan pada saluran air jika terjadi sedimentasi

Daerah penambangan dan sekitar IUP

Tiap 6 bulan

Bapedal Kulon Progo

110

Lanjutan Tabel 5.6

- Memantau dan mengeruk kolam pengendapan jika terjadi sedimentasi 10.

Pemuatan dan pengangkutan

Fisik-kimia

- Pengawasan secara langsung saat proses pemuatan dan pengangkutan bahan tambang - Pengecekan peralatan pemuatan dan pengangkutan - Melakukan pengambilan sampling kualitas udara (pengukuran debu dan kebisingan) langsung di lapangan - Membandingkan hasil pengukuran tingkat kebisingan dengan baku mutu lingkungan

Daerah penambangan

Tiap 6 bulan

Bapedal Kulon Progo

11.

Peremukan mangan dan peningkatan kadar mangan

Geofisik, Biologi

- Pengecekan langsung terhadap kondisi di lokasi peremukan - Pengecekan pada peralatan yang digunakan oleh unit peremukan - Melakukan pengambilan sampling kualitas udara (pengukuran debu dan kebisingan) langsung di lapangan - Membandingkan hasil pengukuran tingkat kebisingan dengan baku mutu lingkungan

Daerah peremukan

Tiap 6 bulan

Bapedal Kulon Progo

111

12.

Pengoperasian fasilitas penunjang

Geofisik

- Memantau workshop secara rutindan dan apabila terjadi ceceran terjadi hubungi bagian environmental - Menghentikan sumber ceceran bila mugkin dilakukan dan hubungi penanggung jawab area (foreman/supervisor)

Daerah sekitar IUP

Tiap 6bulan

Bapedal Kulon Progo

TAHAP PASCA PENAMBANGAN 13.

Penutupantambang

Geofisik, Biologi, Sosial Ekonomi, Sosial Budaya Masyarakat

- Pengecekan penimbunan tanah penutup dan tanah pucuk - Pengeceken penataan lahan setelah penutupan tambang

Daerah IUP

Tiap 6 bulan

- Bapedal Kulon Progo - Bappeda Kulon Progo

14.

Reklamasi dan revegetasi

Geofisik, Biologi, Kimia

- Pengecekan daerah reklamasi apakah telah memenuhi kriteria keberhasilan reklamasi atau belum

Daerah IUP

Tiap 1 tahun

Bapedal Kulon Progo

15.

Pemutusan hubungan kerja

Sosial ekonomi

- Pengawasan setiap kegiatan UKL yang dilakukan

Daerah IUP

112

- Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kulon Progo

6.3 Coorporate Social Responsibility Selain penanganan dampak-dampak lingkungan seperti yang telah diterangkan di atas, PT. X juga mengadakan berbagai program kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan pengembangan perusahaan saat ini harus berpijak dan dilandaskan terhadap pemahaman yang berdasarkan konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan tiga sendi utama yang mengokohkan, yaitu: 1. Pertumbuhan Ekonomi 2. Kinerja Lingkungan 3. Tanggung Jawab Sosial. PT. X akan melakukan Community Development sebagai wujud interaksi yang saling menguntungkan antara perusahaan dan masyarakat setempat. Bentuk pengembangan masyarakat yang dilakukan PT. X adalah berupa penyuluhan-penyuluhan dan pemasaran produk kerajinan, pertanian, dan peternakan kepada masyarakat sekitar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan juga ketrampilan masyarakat. Program CSRyang akan dilaksanakan mencakup bidang: (1) Pemberdayaan Ekonomi 

Pembinaan pertanian aren

Sebagian penduduk yang berada di wilayah konsesi pertambangan PT. X merupakan petani yang salah satunya merupakan petani aren, namun hanya sebagai pekerjaan sampingan. PT. X

berupaya meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar dengan

melaksanakan pembinaan pertanian aren. Untuk menghasilkan bibit aren yang bermutu, perlu dipersiapkan dengan baik sejak dini, mulai dari pemilihan pohon induk, benih, persemaian sampai pembibitan, sehingga menghasilkan olahan gula aren yang berkualitas baik.

113



Gambar 5.5 Pertanian Aren Pembinaan peternakan ayam kampung

Program CSR PT. X untuk memberdayakan masyarakat sekitar daerah penambangan mangan adalah dengan mengadakan sebuah koperasi ternak pembesaran ayam kampung. Ayam kampung

merupakan hasil persilangan terbaru yang melibatkan teknologi

pemuliabiakan ternak sehingga didapatkan pertumbuhan yang cepat dan memiliki karakteristik daging dan bentuk ayam seperti ayam kampung pada umumnya.

Gambar 5.6 Peternakan Ayam Kampung Masa panen yang cepat pada ayam kampung memberikan keuntungan yang cukup menggiurkan diantaranya tingkat kematian yang relatif rendah, penghematan biaya 114

pemeliharaan dan pakan. Nilai harga jual ayam kampung lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler. Ayam kampung atau ayam jawa ini secara nyata lebih menjanjikan karena dalam masa pemeliharaan panen membutuhkan waktu 55-60 hari saja. Harga berkisar antara Rp 25.000,00 hingga Rp 30.000,00 menurut riset pasar selama tahun 2011-2012. Penentu harga ayam kampung tetap mengikuti kaidah hukum ekonomi yaitu keadaan pasar, penawaran dan permintaan. Koperasi ternak ayam kampung ini dibagi menjadi beberapa kelompok ternak. Setiap kelompok ternak beranggotakan 12 kepala keluarga dimana setiap kepala keluarga diberi tangggung jawab untuk membesarkan 300 ekor ayam. Jadi bila dikalikan jumlah anggota, setiap kelompok membesarkan 3600 ekor ayam. Dalam hal pemasaran PT. X juga tidak lepas tangan begitu saja setelah masa panen tiba. PT. X membantu pemasaran dengan cara pengiklanan di internet dan menawarkan kepada relasi pengepul ayam kampung. Tentu saja para pengepul akan sangat antusias dengan hal ini karena minimnya ayam kampung yang tersedia di pasaran. Selain itu PT. X juga membeli sebagian ayam kampung super ini untuk keperluan konsumsi para karyawan dan staff. Dan yang paling penting adalah masyarakat sekitar penambangan bijih mangan PT. X diharapkan mampu berwirausaha secara mandiri melalui koperasi ternak ini. Koperasi ternak ayam kampung ini sangat menjanjikan bila diusahakan secara telaten dan ulet. Perkembangan koperasi ternak ini sangat bagus di waktu mendatang karena di Yogyakarta dan Jawa Tengah masih jarang pelaku pembesaran ayam kampung sehingga kemampuan menguasai pasar diharapkan bisa berjalan dengan sangat baik.

(2) Pendidikan 

Perbaikan sarana pendidikan

PT. X memperbaiki sarana pendidikan sesuai dengan dana yang telah dianggarkan dan sesuai kebutuhan masyarakat setempat. Sekolah-sekolah di sekitar wilayah konsesi pertambangan yang telah rusak dan tidak layak pakai dibantu pembangunannya dengan memberikan dana atau bantuan berupa bahan bangunan, buku-buku penunjang, dan kelengkapan sekolah lainnya.

115

(3) Kepemudaan dan olahraga 

Menyelenggarakan pertandingan olahraga

Pertandingan olahraga diadakan antara karyawan PT. X dengan penduduk sekitar. Pertandingan yang akan diadakan meliputi berbagai cabang, antara lain sepakbola, bulutangkis, dan voli. Pertandingan olahraga dimaksudkan untuk menjalin hubungan baik antara tenaga kerja PT. X dan penduduk sekitar. Selain itu juga untuk meningkatkan kesehatan masyarakat serta tenaga kerja PT. X 

Pengadaan sarana olahraga

Dengan tujuan menjalin hubungan baik antara tenaga kerja PT. X dan penduduk sekitar dan meningkatkan kesehatan masyarakat, PT. X juga membangun sarana olahraga yang dapat digunakan secara umum. Sarana olahraga yang akan dibangun antara lain lapangan sepakbola. (4) Kesehatan 

Pembangunan sarana kesehatan

Sarana kesehatan yang akan dibangun oleh PT. X adalah puskesmas pembantu dan poliklinik dengan fasilitas yang memadai dan sesuai dengan biaya yang telah disediakan. Selain membangun poliklinik untuk masyarakatPT. X juga mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain fogging dan imunisasi untuk masyarakat sekitar.

Gambar 5.7 Kegiatan Fogging 116



Pembangunan sarana air bersih

Berawal dari konsep 3R (Reduce, Reuse & Recycle), maka PT. X memanfaatkan sumber daya air yang berasal dari tambang untuk diolah menjadi air bersih sehingga mempunyai nilai tambah bagi masyarakat. PT. X membangun water treatment plant (WTP) yaitu sebuah sistem pengolahan air dari tambang menjadi bahan baku air bersih yang sesuai standar baku mutu dan layak dikonsumsi. Air bersih didistribusikan melalui pipanisasi. (5) Keagamaan 

Bantuan untuk perbaikan sarana keagamaan

Sarana keagamaan di sekitar lokasi penambangan masih kurang memadai. Salah satu program CSR PT. X ini adalah memperbaiki sarana keagamaan tersebut, antara lain dengan membantu perbaikan masjid-masjid di sekitar wilayah pertambangan.

6.4.PERIZINAN PERTAMBANGAN Berdasarkan Undang-undang RI No.4 tahun 2009 bab 5 pasal 34, usaha pertambangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pertambangan mineral dan pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan atas: a.

Golongan bahan galian radioaktif

b.

Golongan bahan galian mineral logam

c.

Golongan bahan galian mineral non-logam

d.

Golongan bahan galian mineral batubara

e.

Golongan bahan galian batuan. Penambangan mangan yang dilakukan PT. X

memerlukan izin yang diajukan kepada

Dirjen Pertambangan Umum yang berupa Izin Usaha Penambangan (IUP). IUP diajukan sebagai persyaratan untuk melaksanakan usaha pertambangan di daerah Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis Izin Usaha Pertambangan terdiri atas 2 tahap, yaitu Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan, serta Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi yang meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan, serta pengangkutan dan penjualan.

117

8.4.1. Izin Usaha Pertambangan Permohonan IUP oleh Dimas Kristiansyah Putra selaku General Manager PT. X kepada Bupati Kulonprogo,yaitu perizinan IUP operasi produksi yang mana menindaklanjuti perizinan IUP eksplorasi sebelumnya. Untuk memperoleh IUP tersebut, ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh PT. X yaitu: a. Persyaratan administratif b. Persyaratan teknis c. Persyaratan lingkungan d. Persyaratan finansial. Masing-masing IUP harus diurus dengan persyaratan yang agak berbeda, namun pada dasarnya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut : a.

Membuat sketsa daerah penambangan Pembuatan sketsa ini dimaksudkan untuk mengetahui batas-batas tanah yang ada disekitar lokasi penambangan dan untuk mengetahui kepemilikan dari tanah tersebut.

b.

Pengumpulan data yang berhubungan dengan daerah penambangan Mencari data-data umum maupun pendukung di balai kecamatan kokap maupun di kepala desa Hargorejo. Data-data yang dimaksudkan meliputi data monografi penduduk kelompok penambangan, data morfologi daerah penambangan, data yang berhubungan dengan produksi seperti contohnya data jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah produksi per hari dan peralatan apa saja yang digunakan dalam kegiatan penambangan tersebut.

c.

Pengisian formulir pengajuan IUP Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap di atas karena data-data yang diambil tersebut dimaksudkan untuk mengisi blangko formulir ini.

d.

Pengajuan surat permohonan IUP Setelah syarat-syarat dan pengisian formulir sudah dilengkapi dan sesuai dengan Undangundang Republik Indonesia No 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, maka surat dapatdiajukan kepada Bupati setempat. Adapun lampiran yang dijelaskan pada bab sebelumnya, berupa :

1. Peta lampiran 2. Tanda bukti penyetoran jaminan kesungguhan dari bank

118

3. Surat Izin Mendirikan Perusahaan dan Akte Pendirian Perusahaan yang salah satu dari maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha di bidang pertambangan 4. Surat pernyataan kesanggupan AMDAL Dengan adanya IUP maupun surat-surat pendukung lainnya, maka PT. X telah sesuai prosedur secara administratif untuk menjalankan kegiatan pertambangandi Dusun Anjir,Desa Hargorejo, Dusun Tegiri, Desa Hargowilis, Dusun Kalibuko, Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut UU No 4 tahun 2009, pasal 36 ayat 1, ketentuan yang terdapat dalam pembuatan izin IUP operasi produksi meliputi: a. nama perusahaan b. luas wilayah c. lokasi penambangan d. lokasi pengolahan dan pemurnian e. pengangkutan dan penjualan f. modal investasi g. jangka waktu berlakunya IUP h. jangka waktu tahap kegiatan i. penyelesaian masalah pertanahan j. lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang k. dana jaminan reklamasi dan pascatambang 1. perpanjangan IUP m. hak dan kewajiban pemegang IUP n. rencana pengembangan dan pernberdayaanmasyarakat di sekitar wilayah pertambangan o. perpajakan p. penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iurantetap dan iuran produksi q. penyelesaian perselisihan r. keselamatan dan kesehatan kerja s. konservasi mineral atau batubara t. pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri u. penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik v. pengembangan tenaga kerja Indonesia 119

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Tugas Statistik.docx
November 2019 20
Bab Vi.docx
November 2019 29
Lampiran Fbaru Coba.docx
November 2019 35
Bab 4.docx
June 2020 25
Hukum Adat-2.docx
November 2019 34