Bab V.docx

  • Uploaded by: selaapriyanti
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab V.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,551
  • Pages: 10
BAB V PEMBAHASAN

Studi kasus continuity of care ini membahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil dari asuhan kebidanan komprehensif yang telah Peneliti lakukan mulai dari ante natal care, intranatal care, bayi baru lahir, post natal care, dan pelayanan kontrasepsi pada Ny.A usia 22 tahun G2P1A0. Kontak pertama dimulai 24 Januari 2018 yaitu pada masa kehamilan 38 minggu 1 hari dengan pembahasan sebagai berikut : A. Asuhan Kebidanan Kehamilan Berdasarkan umur jika <16 tahun atau >35 tahun akan membuat wanita rentan terhadap sejumlah komplikasi (Varney, 2008). Usia Ny.A hamil saat ini adalah 22 tahun. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Ny. A tidak termasuk kategori usia yang memerlukan pengawasan tambahan. Ny.A mengalami keluhan pada trimester III, seperti mengeluh sering kencing, rahim yang tumbuh membesar menekan kandung kemih karena kepala janin mulai turun kebawah pintu atas panggul dan menekan vesika urinaria (Marmi, 2014). Peneliti menjelaskan bahwa sering kencing merupakan ketidaknyamanan pada trimester III. Ini adalah hal yang fisiologis, Peneliti menjelaskan pada Ny.A bahwa untuk menghindari bangun di malam hari, batasi minum menjelang berangkat tidur. Saat batuk, tertawa, dan bersin, kadangkadang keluar air kencing sedikit. Untuk menghindari hal ini, sering–sering kosongkan kandung kemih dan perbanyak minum disiang hari dan kurangi minum dimalam hari, usahakan sebelum tidur BAK terlebih dahulu. Keluhan yang dirasakan Ny.A selama trimester III sesuai dengan ketidaknyamanan yang akan dirasakan pada saat trimester III sehingga keluhan masih dapat diatasi. Pada pelayanan pemeriksaan kehamilan ini terdiri dari 10T yaitu pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah (tensi), pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tinggi rahim, penentuan 104

105

letak janin (peresentasi janin) dan perhitungan denyut jantung janin, penentuan status imunisasi TT, pemberian tablet penambah darah, tes laboratorium, konseling atau penjelasan, tatalaksana atau mendapat pengobatan (Kemenkes RI, 2015). Pada saat melakukan asuhan antenatal care terhadap Ny.A mahasiswa telah melakukan asuhan standar minimal 10T tersebut. Kebijakan program antenatal care menetapkan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan untuk pemantauan dan pengawasan kesejahtran Ny.A dan janin minimal 4 kali selama kehamilan yaitu pada kehamilan trimester satu 1 kali kunjungan pada kehamilan trimester 2 satu kali, pada kehamilan trimester 3 dua kali kunjungan (Wiknjosastro, 2010). Pada Ny.A telah melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur sebanyak 6 kali sejak menyatakan hamil. Pada kasus ini status gizi baik bila dilihat dari pertambahan berat badan selama hamil.Kenaikan berat badan yang dialami Ny.A adalah 15 kg yaitu dari 53 kg menjadi 68 kg. Hal ini sesuai dengan standar kenaikan berat badan normal pada Ny. hamil yaitu 11,5 – 16 kg. (Yeyeh, 2009) Dengan peneliti melakukan pengawasan selama kehamilan dari usia kehamilan 38 minggu 1 hari proses kehamilan dapat berjalan dengan baik walaupun Ny.A mengalami beberapa keluhan dan kesenjangan namun hal itu dapat diatasi sedini mungkin. B. Asuhan Kebidanan Persalinan Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik Ny.A maupun janin (Sukarni, 2013). Dengan ini usia kehamilan Ny.A 39 minggu 1 hari cukup bulan untuk bersalin sebagaimana sesuai dengan teori. Tanda-tanda persalinan kala I adalah terjadinya his persalinan seperti pinggang terasa sakit menjalar kedepan, sifat his teratur, interval makin pendek dan kekuatan semakin besar, terjadi perubahan pada serviks, terjadi pengeluaran lendir dan darah dikarenakan pendataran dan pembukaan, pembukaan

106

menyebabkan selaput lendir

yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas,

terjadi pengeluaran darah karena kapiler pembuluh darah pecah. Terjadi pengeluaran cairan akibat pecahnya selaput ketuban (Sulistyowati, 2010). Teori ini sesuai dengan Ny.A dimana Ny.A mengalami mules serta terasa kencang, keluar lendir bercampur darah diperiksa pembukaan 4 cm. Lama kala I pada primigravida berlangsung 12 jam dan pada multigravida berlangsung sekitar ± 7 jam. Hal ini sesuai dengan Ny.A dimana Ny.I adalah multigravida, kala I berlangsung 6 jam, yakni pada pukul 15.00 WITA di periksa hasil pembukaan 4 cm. dalam hal ini pasien dalam keadaan normal (Prawirohardjo, 2010) Gejala dan tanda kala II persalinan adalah Ny.A ingin merasakan meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, Ny.A merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya. Perineum menonjol, vulva atau sfingterani membuka, dan meningkatnya pengeluaran darah bercampur lendir (JNPKKR, 2008) hal ini sesuai dengan gejala dan tanda persalinan pada Ny.A bahwa adanya peningkatan teknan pada rectum dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva membuka, dan meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah pada pukul 21 dilakukan pemeriksaan dalam 10 cm kontraksi 5x10 durasi “40-50” detik dengan intensitas kuat ketuban sudah pecah berwarna jernih terdapat pengeluaran darah bercampur lendir serta Ny.A merasakan ingin BAB pada pukul 21.15 wita bayi Ny.A lahir sesuai dengan teori menyebutkan pada kala II multipara berlangsung tidak lebih dari 30 menit (JNPKKR, 2008) hal ini merupakan yang kedua dengan riwayat persalinan terdahulu tidak ada penyulit yang menyertai persalinan Ny.A dan cara meneran Ny.A yang benar membuat kala II Ny.A berlangsung kurang dari setengah jam. Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus menjadi bundar, tali pusat bertambah panjang, dan semburan darah secara tiba-tiba (Sulistyowati, 2010). Peneliti melakukan manajemen aktif kala

107

III yang terdiri dari langkah utama memastikan tidak ada bayi kedua dan pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama bayi baru lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri. Kala III pada Ny.A berlangsung dengan baik tanpa ada penyulit lama kala III berlangsung sekitar 10 menit dan melakukan tindakan Inisiasi menyusu dini segera setelah bayi lahir. hal ini sesuai dengan teori tidak ada kesenjangan bahwa plasanta lepas dalam 615 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan (WHO, 2013). Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Pada kala IV dilakukan observasi terhadap tingkat kesadaran pasien, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan terjadinya perdarahan. Perdarahan masih dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Sulistyowati, 2010). Hasil pemantauan kala IV Ny.A masih dalam batas normal dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. observasi tanda-tanda vital dalam batas normal, kontraksi baik, perdarahan dalam batas normal dikarnakan tidak ada faktor penyebab terjadinya perdarahan yang mungkin dapat terjadi pada Ny.A karena plasenta lahir lengkap, kontrakasi baik, tinggi fundus uteri 1 jari dibawah pusat, keras dan bulat, terdapat robekan jalan lahir dan terdapat lochea rubra. Dapat disimpulkan bahwa proses persalinan Ny.A dari kala I sampai dengan kala IV berjalan dengan baik dan normal tanpa adanya penyulit. C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-42 minggu, lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, bernafas spontan secara kuat dan teratur, berat badan lahir antara 2500-4000 gram (Marmi, 2014). Teori ini sesuai dengan bayi Ny.I yang lahir dengan usia kehamilan 39 minggu 1 hari dengan berat lahir 3700 gram. Pada pukul 21.15 WITA bayi lahir spontan dengan jenis kelamin perempuan pada saat bayi lahir penolong atau Peneliti melakukan penilaian selintas dan

108

APGAR SCORE pada bayi Ny.A adalah 9/10 dan penilaian ini dalam batas normal karena nilai untuk asfiksia ringan adalah 7-9 (Kenneth J, 2009) Pemeriksaan, pengawasan, dan penanganan Bayi Baru Lahir sesuai dengan teori yaitu melakukan rangsang taktil dan mengeringkan bayi. Pemotongan dan pengikatan tali pusat, perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini, pemberian identitas, pemberian profilaksis mata, pemberian vitamin K, pengukuran antropometri bayi baru lahir dan menjaga suhu tubuh bayi. Segera setelah bayi lahir lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama satu jam. Manfaat dilakukan IMD adalah menimbulkan rasa kasih sayang antara Ny.A dengan bayinya karena adanya kontak langsung keduanya serta sentuhan, jilatan, dan usapan pada putting susu Ny.A akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Karena pengeluaran hormon oksitosin dapan membantu mengurangi resiko perdarahan dan mempercepat pelepasan plasenta. Setelah satu jam dilkakukan IMD bayi segera dilakukan pemeriksaan fisik dan segera diberi injeksi Vit.K 1 mg atau 0,5 cc secara IM di 1/3 paha sebelah kiri untuk mencegah terjadinya kekurang vitamin K. kekurangan vitamin K beresiko tinggi bagi bayi untuk mengalami perdarahan yang disebut juga perdarahan akibat defisiensi vitamin K. karena cadangan vitamin K dalam tubuh bayi relatif masih rendah. Vitamin K disalurkan ke pencernaan segera setelah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Pada hari ke-8, bayi baru lahir normal sudah mampu menghasilkan vitamin K dan bayi diberi salep mata 1 jam setelah kelahiran untuk mencegah konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada bayi dengan Ny.A yang menderita penyakit menular gonorhea dan klamidiasis (Prawirohardjo, 2010). D. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Masa nifas adalah masa di mulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas di mulai setelah kelahiran dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi, 2015).

109

Dalam masa nifas terdapat 3 kunjungan yaitu kunjungan I untuk periode 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan, kunjungan II untuk periode 4-28 hari setelah persalinan, kunjungan III untuk periode 29-42 hari setelah persalinan (Kemenkes RI, 2016). Dalam masa ini Ny.A mendapat 3 kunjungan yaitu kunjungan I periode untuk periode 6 jam setelah persalinan, kunjungan II pada periode 5 hari setelah persalinan dan kunjungan III pada periode 30 hari setelah persalinan dan peneliti telah melakukannya. Dimulai dari kunjungan I, 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan dilakukan pemeriksaan terhadap lochea, mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut, memberi konseling pada Ny.A dan salah satu anggota keluarganya, pemberian ASI awal, melaksanakan hubungan antara Ny.A dan bayi baru lahir dan menjaga bayi tetap hangat agar mencegah terjadinya hipotermi (Prawirohardjo, 2010). Karena pada masa ini sangat rentan sekali terjadi perdarahan. Pada kunjungan 6-8 jam pola fungsional kesehatan meliputi pola nutrisi yaitu intake nutrisi pasca persalinan harus ditingkatkan untuk mencukupi kebutuhan energi selama menyusui pil zat besi harus diminum untuk menambah gizi serta minum kapsul vitamin A 200.000 IU agar bisa memberikan Vit.A kepada bayinya melalui ASI (Prawirohardjo, 2010). Hal ini sesuai dengan teori bahwa Ny.A setelah melahirkan Ny.A makan nasi dengan porsi sedang sayur, lauk dan Ny.A minum air putih kurang ± 350 cc dan Ny.A minum teh hangat 1 gelas serta Ny.I meminum pil zat besi 1x1 dan Ny.A minum vitamin A. pola aktivitas cukup setelah melahirkan untuk mencegah kelelahan yang berlebihan (Prawirohardjo, 2010) hal ini sesuai teori dan kenyataan setelah melahirkan Ny.I berbaring diatas tempat tidur saja dan tidak ada kesenjangan. Pada payudara ASI sudah keluar setelah persalinan (Sulistyowati, 2009) setelah persalinan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron akibat

110

pelepasan plasenta sehingga aktivitas prolaktin yang sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI. Pada kunjungan II, 5 hari setelah persalinan dilakukan pemeriksaan terhadap lochea, memastikan perdarahan involusi uterus, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, tidak ada perdarahan, menilai apakah ada tanda-tanda infeksi masa nifas, memastikan tidak ada tanda-tanda infeksi pada jahitan, memastikan Ny.A menyusui dengan baik dan benar, memberikan konseling pada Ny.A mengenai asuhan pada bayi (Prawirohardjo, 2010). Teori ini sesuai dengan yang peneliti lakukan terhadap Ny.A. Dari hasil pemeriksaan di dapatkan pengeluaran lochea sanguinolenta, kontraksi uterus baik, TFU 3 jari dibawah pusat. Hal ini sesuai dengan teori menurut Maryunani (2010) bahwa tinggi fundus uteri pada 4-7 hari setelah persalinan adalah pertengahan pusat dan simpisis. Pada kunjungan III, 29 hari memiliki tujuan yang sama dengan kunjungan ke II di tambah dengan konseling persiapan kontrasepsi yang akan digunakan setelah berakhirnya masa nifas (Prawirohardjo, 2010). Pada kunjungan ke III pola fungsional meliputi nutrisi yaitu tetap memastikan Ny.A mendapatkan cukup makanan dan cairan agar kebutuhan Ny.A menyusui tercukupi dan tetap meminum pil zat besi setidaknya 42 hari pasca persalinan (Prawirohardjo, 2010) hal ini sesuai dengan teori dan kenyataan bahwa Ny.A makan 3-4 x/hari dengan porsi menu seimbang nasi 1 piring lauk, sayur dan buah. Ny.A minum air putih ±1200 cc/hari dan minum pil zat besi 1x1 dengan rutin. Pola istirahat memastikan Ny.A mendapatkan istirahat yang cukup karena kurang istirahat dapat mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi dan menyebabkan depresi (Prawirohardjo, 2010). Hal ini sesuai dengan teori tidak ada kesenjangan dengan kenyataan. Pola istirahat Ny.A tidak ada gangguan, Ny.A tidur siang ±2 jam dan tidur malam ±5-6 jam serta Ny.A tidak mengalami gangguan depresi. Pada saat kunjungan ke III Peneliti juga memberikan konseling tentang KB. Dari kunjungan I sampai dengan kunjungan III setelah persalinan Ny.A dapat menerima perannya sebagai Ny.A ini terlihat dari keseharian Ny.A yang

111

mengurus kebutuhan bayinya dengan penuh kasih sayang. Ini menunjukan kesesuain dengan teori (Sulistyowati, 2010) bahwa periode letting go adalah periode dimana Ny.A mulai mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayinya dan dia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi. E. Asuhan Kebidanan pada Neonatus Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi Bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik (Marmi, 2012). Pada kunjungan neonatus I, 6 jam setelah kelahiran peneliti melakukan pemantuan, keadaan umum neonatus baik, nadi, pernafasan, serta suhu tubuh neonatus dalam batas normal, neonatus menangis kuat, tali pusat terbungkus kassa steril, neonatus mengkonsumsi ASI dan neonatus sudah BAK dan BAB. BAK 3 kali berwarna kuning jernih dan BAB 1 kali berwarna hijau kehitaman. Hal ini sesuai dengan eliminasi, urin, dan mekonium akan keluar dalam 24 jam. Pada kunjungan II, 5 hari setelah kelahiran, peneliti melakukan pemeriksaan pada neonatus, hasilnya keadaan umum baik, nadi, pernapasan serta suhu tubuh neonatus dalam batas normal, eliminasi baik dan nutrisi terpenuhi. Dari hasil pemeriksaan peneliti tidak menemukan adanya kesenjangan dan keadaan bayi dalam batas normal. Pada kunjungan kedua, peneliti juga melakukan pemberian imunisasi Hb0 pada neonatus untuk mencegah penyakit hepatitis dan kerusakan hati, pemberian vaksin ini sesuai dengan jadwal waktu yang di tentukan DEPKES (2009) bahwa pemberian Hb0 dapat diberikan pada usia kurang dari 7 hari. Pada kunjungan III, 14 hari setelah kelahiran, peneliti melakukan pemeriksaan pada neonatus, didapatkan hasil keadaan umum baik, nadi, pernapasan, serta suhu tubuh neonatus dalam batas normal, eliminasi baik dan nutrisi terpenuhi,

112

dan tali pusat sudah lepas. Tidak ditemukan kelainan pada bayi selama peneliti melakukan pemeriksaan. Dari kunjungan I sampai kunjungan III dalam keadaan baik dari hasil pemeriksaannya pada fontanel mayor dan fontanel minor neonatus masih terbuka hal ini sesuai denga teori yaitu pada fontanel minor tertutup pada usia 8 minggu, fontanel mayor tertutup pada usia 18 bulan (Hidayat, 2008). F. Asuhan Kebidanan Pelayanan Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma. (Sukarni, 2013) Usia Ny.A saat ini adalah 28 tahun. Peneliti melakukan konseling tentang persiapan dalam menggunakan alat kontrasepsi yang akan digunakan setelah berakhirnya masa nifas. Setelah dilakukan konseling tentang macam-macam alat kontrasepsi, Ny.A memutuskan untuk menggunakan metode suntik 3 bulan. Ny.A menggunakan metode suntik 3 bulan ini karena Ny.A Ingin tetap memberikan ASI kepada bayinya dan tidak ingin mengganggu proses pembentukan air susu, hal ini sesuai dengan teori KB suntik 3 bulan adalah cara kontrasepsi untuk perempuan yang berisi hormon progestin yang disuntikan ke otot panggul atau secara intra muscular setiap 3 bulan sekali, dan salah satu keuntunganya adalah cocok untuk Ny.A yang menyusui (BKKBN, 2008) dan sebelum kehamilan ini Ny.A telah menggunakan kb suntik 3 bulan dan merasa cocok dengan metode ini. Keputusan yang telah diambil oleh Ny.A dan suami sesuai dengan keinginan Ny.A. Peneliti beropini, metode kontrasepsi jangka panjang lebih baik digunakan oleh Ny.A karena usia Ny.A yang sudah 22 tahun dan sudah mempunyai 2 anak. Namun Ny.A tidak tertarik dengan kontrasepsi lain selain suntik 3 bulan.

113

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"