LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pekerjaan Breakwater Breakwater ini terdiri atas batu 1 - 5 kg, 5 - 10 kg, 100 - 160 kg, min 160 kg, min 800 kg, dan min 1600 kg. Breakwater terdiri dari 2 tipe yaitu breakwater tipe 1 pada STA 0+000 sampai STA 0+300 dengan lebar top elevasi sebesar 10 m dan tipe 2 pada STA 0+300 sampai STA 1+375 dengan lebar top elevasi sebesar 6 m seperti pada gambar. Sisi Utara
Lebar Top 6m
Lebar Top 10 m Sisi Selatan
Gambar 4.1 Layout Breakwater
Makassar New Port Project
21
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.2 Detail potongan breakwater tipe 1
Gambar 4.3 Detail potongan breakwater tipe 2 Panjang centerline dari breakwater sepanjang 1375 m dengan kedalaman yang bervariasi. Titik terdalam berada pada sisi selatan dengan kedalaman 18 m dan titik terdangkal pada sisi utara dengan kedalaman 2 m. 4.1.1. Persiapan Material Material yang digunakan ada yang berasal dari lokal dan ada yang berasal dari luar daerah. Sumber material batu berasal dari Sulawesi Selatan (Pangkep, Maros, Gowa dan Takalar) dan lainnya berasal dari Palu dan Rembang. Untuk material dari lokasi Maros, Pangkep dan Takalar, material yang diambil berupa batu gunung hasil breaker, sedangkan lokasi Gowa dan Palu terdapat stone crusher.
Makassar New Port Project
22
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.4 Crusher Palu
Gambar 4.5 Crusher Gowa
Gambar 4.6 Lokasi quarry di Sulawesi selatan
Makassar New Port Project
23
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN Stone crusher Gowa memiliki kapasitas produksi sebesar 40-50 m3/jam dan stone crusher palu memiliki kapasitas produksi sebesar 250-300 m3/jam. Pendatangan material dilakukan via darat dari quarry di Sulawesi Selatan menggunakan dump truck tipe 6 roda besar dan 6 roda kecil. Khusus dari Pangkep digunakan dump truk 10 roda dan 6 roda besar dikarenakan tidak ada batasan berat untuk jalan provinsi. Jarak dari crusher Gowa ke lokasi proyek sejauh 45 Km
Gambar 4.7 Estimasi jarak dari crusher Gowa ke lokasi proyek Material yang datang ditimbang terlebih dahulu, lalu langsung di unloading di tongkang. Untuk keadaan tertentu seperti tongkang yang sedang unloading di breakwater atau sedang maintenance, material dapat di unloading di stockyard, sedangkan untuk material yang berasal dari luar pulau diantar menggunakan tongkang menuju breakwater.
Gambar 4.8 Jembatan Penimbangan
Makassar New Port Project
24
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.9 Loading material di tongkang Batu yang didatangkan adalah batu gunung yang tidak berbentuk bulat dan minimal memiliki 3 sisi. Persyaratan Material Batu yang akan digunakan harus dari kualitas terbaik. Disamping itu batu tidak boleh mengandung clay, bagianbagian yang pipih atau panjang atau cadas yang lapuk. Material batu harus cukup keras, padat, bebas dari lumpur, bebas dari retak-retak atau cacat struktural yang lain, mempunyai specific gravity minimum 2,650 kg/m3 yaitu 1,000 kg/m3 dikalikan berat jenis (bulk-saturated-surface-dry basis, AASHTO Test T 85) dengan kuat tekan (unconfined compressive strength) tidak kurang dari 600 kg/cm2, dan tidak terjadi disintegrasi apabila terkena air tawar atau air laut. Rinciannya sebagai berikut: a. Material Batu core merupakan inti dari breakwater Armor rock dengan ukuran 1-5 kg b. Material Batu underlayer Armor rock dengan ukuran 5-10 kg, armour rock 100-160 kg dan armour rock min 160 kg. c. Material Batu pemecah ombak (lapisan pelindung utama) Armor rock dengan ukuran min 800 kg. Material yang datang akan di timbang di Jembatan penimbangan kemudian material tersebut dibongkar dan disusun dengan hati-hati menggunakan excavator.
Makassar New Port Project
25
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 4.1.2. Loading Material Loading material dilakukan didarat dimana material dari dump truck dibongkar langsung diatas tongkang. Diatas tongkang terdapat excavator yang berfungsi untuk merapikan material. PT. PP (Persero) Tbk. memiliki 4 buah tongkang yang digunakan untuk membawa material menuju breakwater, yaitu tongkang SPDF dengan kapasitas 900 m3, tongkang Mulia dengan kapasitas 1100 m3, tongkang ES dengan kapasitas 1200 m3 dan tongkang Karya 3 dengan kapasitas 900 m3 yang sementara tidak beroperasi.
Gambar 4.10 Loading material dari dumptruck Tongkang Vando dan Electra dari Palu dan Rembang memiliki kapasitas 5500 m3 dan 3500 m3. Untuk tahap ini jumlah pekerja yang digunakan sebanyak kurang lebih 6 orang dimana 4 orang diantaranya supir dump truck, dan 2 orang operator excavator.
Gambar 4.11 Tongkang Palu
Makassar New Port Project
26
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 4.1.3. Transport Material ke Site Tongkang yang telah terisi penuh kemudian berangkat menuju lokasi breakwater bersama dengan excavator yang berada diatas tongkang. Tongkang ditarik menggunakan tug boat dengan kecepatan kurang lebih 1.3 knot menuju lokasi breakwater. Untuk pekerja lainnya diangkut menggunakan perahu. Jarak site dari daratan kurang lebih 1,5 Km dimana dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 2,5 jam. Untuk material yang berasal dari Palu dan Rembang langsung dibawa menuju lokasi breakwater.
Gambar 4.12 Tongkang yang telah terisi penuh Setelah tongkang selesai unloading, tongkang ditarik kembali menuju tempat loading untuk di isi material kembali. Secara keseluruhan jumlah waktu yang digunakan untuk 1 ritase paling cepat selama 16 jam dan pekerjaan dilakukan selama 24 jam.
Gambar 4.13 Tongkang yang ditarik oleh tugboat
Makassar New Port Project
27
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
4.1.4. Unloading Material Setelah sampai di site, tongkang kemudian diposisikan oleh surveyor di samping centerline, dimana ujung-ujung tongkang diikat secara menyilang ke buoy jangkar seperti pada gambar. Buoy jangkar merupakan sebuah buoy yang diikat ke sebongkah beton yang berukuran 2 m x 2 m x 1 m yang ditenggelamkan didasar laut. Pada ujung-ujung tongkang yang terikat terdapat gulungan tali yang dapat diatur panjangnya untuk mengatur posisi tongkang. Tongkang diikat menyilang untuk menjaga agar tongkang tidak terbawa arus yang tegak lurus.
CL
Gambar 4.14 Metode penempatan tongkang Tongkang diposisikan menggunakan alat Total Station oleh surveyor dan 2 rambu ukur yang berdiri di ujung-ujung tongkang. Memposisikan tongkang pada tempatnya kurang lebih memakan waktu 1 jam.
Gambar 4.15 Memposisikan tongkang
Makassar New Port Project
28
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN Setelah berada diposisi, batu dapat dibongkar menggunakan excavator atau long arm dengan cara batu dijatuhkan di centerline dengan asumsi batuan akan tersebar secara merata. Unloading material terus dilakukan hingga muncul puncak dari breakwater sehingga excavator atau long arm dapat beroperasi diatasnya. Batu yang bergeser dari posisinya dirapikan menggunakan long arm. Waktu untuk unloading dapat bervariasi dan kurang lebih memakan waktu 5 jam.
Gambar 4.16 Unloading material dari tongkang Untuk material yang dibawa dari luar kota, tongkang langsung dibawa menuju ke lokasi breakwater, dimana terdapat juga tongkang dengan excavator yang menunggu dilokasi. Setelah sampai di site tongkang diposisikan berdampingan lalu diikat, agar excavator dapat berpindah dari tongkang lama menuju tongkang baru untuk melakukan proses unloading. Proses pemindahan excavator harus dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan banyak faktor, terutama tinggi gelombang dan cuaca.
Makassar New Port Project
29
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.17 Persiapan untuk pemindahan excavator ke tongkang baru
4.1.5. Transport Balik Setelah tongkang selesai unloading, tongkang ditarik kembali menuju tempat loading untuk di isi material kembali. Secara keseluruhan jumlah waktu yang digunakan untuk 1 ritase paling cepat selama 16 jam. 4.2. Pekerjaan Borepile Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya. Bored pile dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya dipakai pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran beton. Sedangkan perbedaannya dengan pondasi tiang pancang yaitu pada metodenya, dimana pondasi tiang pancang merupakan tiang pabrikasi yang langsung dipancang kedalam tanah. Adapun PT. PP (Persero) Tbk. menyerahkan pekerjaan borepile dermaga kepada subkontraktor spesialis pondasi yaitu PT. Bauer Pratama Indonesia,
Makassar New Port Project
30
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN dimana semua peralatan dan pekerja didatangkan oleh PT. Bauer Pratama Indonesia.
B C D E
Gambar 4.18 Layout borepile dermaga As B, C, dan D merupakan supporting platform dengan diameter tiang 880 mm dan untuk as E merupakan supporting crane dengan diameter 1200 mm. Jumlah pekerja yang digunakan dalam 1 titik pengeboran kurang lebih sebanyak 10 orang. Durasi dari 1 pekerjaan pengeboran lubang hingga pengecoran kurang lebih memakan waktu 7 jam dan pekerjaan pengeboran dilakukan terus-menerus selama 24 jam dengan 2 shift pekerja. Jumlah titik untuk borepile sebanyak 208 titik. 4.2.1. Persiapan Lahan Sebelum dilakukan pengeboran dilakukan pekerjaan persiapan lahan. Lahan yang akan digunakan harus di level sesuai dengan gambar desain. Dilakukan pekerjaan levelling untuk mengontrol elevasi timbunan (ground level).
Makassar New Port Project
31
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.19 Levelling lahan Setelah itu, dilakukan stake out koordinat oleh surveyor PT. PP (Persero) Tbk. dan PT. Bauer Pratama Indonesia untuk menentukan titik yang akan dibor berdasarkan koordinat pada shop drawing.
Gambar 4.20 Titik hasil stakeout koordinat
Makassar New Port Project
32
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 4.2.2. Setting Peralatan Peralatan yang digunakan untuk pengeboran disiapkan oleh PT. Bauer dan disimpan dilokasi peralatan PT. Bauer. Untuk jenis casing yang digunakan adalah Double wall casing dikarenakan lokasi pengeboran yang sebagian besar pasir dengan panjang casing yang bervariasi yaitu 5, 4, 3, dan 2 meter. Mata bor yang digunakan yaitu jenis auger, bucket, dan cleaning bucket. Auger dapat Bucket dapat digunakan untuk jenis tanah lempung dan lanau yang tidak terlalu keras, dan pasir lepas maupun padat. Cleaning bucket digunakan untuk membersihkan dasar lubang bor.
Gambar 4.21 Auger single-cut dan double-cut
Gambar 4.22 Bucket single-cut dan double-cut
Makassar New Port Project
33
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.23 Cleaning bucket
Gambar 4.24 Peralatan yang digunakan Untuk alat bor digunakan jenis BG-28 dengan panjang cally hingga 48 meter dan untuk crane, digunakan crane Kobelco dengan kapasitas 25 ton dan 30 ton. Pada lokasi pengerjaan digunakan 2 Drilling rig yang bekerja bersamaan pada titik berbeda. Jumlah crane yang digunakan sebanyak 2 unit dan manitou sebanyak 1 unit dan excavator sebanyak 2 unit.
Makassar New Port Project
34
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.25 Mesin bor BG 28 4.2.3. Pekerjaan Pengeboran Pertama-tama platform dari plat baja diletakkan disekitar lubang bor. Platform baja berfungsi untuk menjaga agar tanah tidak longsor, dan juga berfungsi sebagai dudukan crane dan oscillator dimana platform baja yang digunakan harus rata dan disusun seperti pada gambar.
Makassar New Port Project
35
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Platform
Gambar 4.26 Plat Baja untuk platform
Lubang Bor Crane
Gambar 4.27 Posisi platform dan crane Kemudian alat pengebor diposisikan pada titik yang telah di stake out dengan tingkat ketelitian kurang lebih 5 cm. Setelah itu dipasang casing shoes/starter casing untuk memasukkan casing dalam tanah.
Gambar 4.28 Starter casing
Makassar New Port Project
36
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.29 Proser pengeboran starter casing Posisi casing harus benar-benar lurus, oleh sebab itu digunakan alat waterpass untuk mengukur kelurusan casing. Setelah lurus maka dilakukan proses pengeboran casing,
Gambar 4.30 Pengecekan kelurusan casing Setelah itu starter casing disambung dengan casing berikutnya, dan dilanjutkan pengeboran casing hingga kedalaman yang sesuai pada shopdrawing. Untuk lubang dengan diameter 880 mm dan diameter 1200 mm kedalaman rencana sedalam 28 m dengan kedalaman casing tertanam sedalam 25 m Setelah casing tertanam, pengeboran dimulai menggunakan mata bor jenis auger untuk
Makassar New Port Project
37
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN mengangkat tanah pertama, setelah itu dilanjutkan menggunakan mata bor jenis bucket dikarenakan tanah yang terdiri dari sebagian besar pasir.
Gambar 4.31 Pekerjaan pengeboran Pengeboran dilakukan hingga mencapai kedalaman yang tertera dalam shopdrawing. Jika lapisan tanah keras belum dicapai, maka pihak subkontraktor akan melaporkan pada kontraktor utama untuk menindaklanjuti hal tersebut, yang bisa berujung pada perubahan desain kedalaman. Setelah mencapai kedalaman rencana, maka digunakan mata bor jenis cleaning bucket untuk membersihkan bagian dasar lubang bor dari sedimen lumpur/debris.
Gambar 4.32 Mata bor cleaning bucket
Makassar New Port Project
38
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN Lubang pengeboran kemudian diisi dengan air hingga penuh. Selang yang terhubung dengan kompresor di letakkan didasar lubang, lalu airlift dilakukan menggunakan udara yang dikeluarkan lewat selang yang berada didasar lubang. Sedimen yang terangkat naik kemudian disedot oleh pipa pembuangan yang juga terhubung dengan kompresor. Hal ini dilakukan untuk membersihkan dinding casing dari sedimen. Setelah itu dilakukan cek kedalaman menggunakan pita ukur yang diikat pada bandul besi yang diturunkan hingga dasar lubang pengeboran.
Gambar 4.33 Pengukuran kedalaman dengan pita ukur 4.2.4. Pekerjaan Pembesian Setelah pengeboran selesai dilakukan dan lubang bor dalam keadaan bersih dari sedimen, maka selanjutnya rangkaian pembesian dimasukkan kedalam lubang pengeboran dibantu oleh crane. Spesifikasi tulangan yang digunakan untuk diameter 880 mm yaitu tulangan 16-D25 dan untuk 1180 mm yaitu tulangan 36D25.
Makassar New Port Project
39
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.34 Detail tulangan diameter 880 mm
Gambar 4.35 Detail tulangan diameter 1200 mm Tulangan awal tidak dimasukkan sepenuhnya kedalam lubang melainkan bagian starter disisakan diatas untuk disambung dengan las dengan tulangan sambungannya. Panjang total dari tulangan sudah disesuaikan dengan kedalaman lubang pengeboran. Hal ini dapat dilakukan karena pengerjaan tulangan dilakukan dalam site. Pada bagian atas tulangan dipasang decking beton untuk menjaga tebal selimut beton.
Makassar New Port Project
40
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.36 Detail rangkaian tulangan diameter 880 mm dan 1200 mm
Gambar 4.37 Proses penyambungan besi
Makassar New Port Project
41
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.38 Tahu beton 4.2.5. Pekerjaan Pengecoran Setelah tulangan terpasang, maka dapat dilakukan pengecoran. Pipa tremi dimasukkan hingga kedasar lubang dibantu dengan crane, dan hopper dipasang pada sisi atas. Panjang pipa tremi yang digunakan bervariasi dari 0,5 m, 1 m, 2 m, dan 3 m.
Gambar 4.39 Pipa tremi dan hopper Beton yang digunakan pada pengecoran di supply oleh PT. Prima Karya Manunggal yang berlokasi didalam site dimana akan dibawa menggunakan mixer
Makassar New Port Project
42
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN berkapasitas 7 m3 menuju ke lokasi pengeboran. Kapasitas penyimpanan dari batching plant PT. Prima Karya Manunggal sebesar 120 m3 dengan kapasitas produksi hingga 300 m3/hari.
Gambar 4.40 Batching Plant PT. Prima Karya Manunggal
Gambar 4.41 Lokasi Batching Plant Sebelum dilakukan pengecoran, dilakukan pengujian terlebih dahulu di area yang telah disediakan. Mutu beton yang digunakan yaitu K-450 dengan zat aditif berupa silica fume, mastersurf, dan master polyheed 8118 dengan nilai slump flow 50±10 cm. Slump-flow test merupakan metode yang dipakai untuk menentukan ‘filling ability’ baik di laboratorium maupun di lapangan; dan dengan memakai alat ini dapat diperoleh kondisi workabilitas beton berdasarkan kemampuan penyebaran beton segar.
Makassar New Port Project
43
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.42 Pengujian Slump flow Mixer kemudian diposisikan di mulut lubang, lalu beton dituangkan melalui hopper. Beton yang keluar didasar lubang kemudian memberikan dorongan pada air yang berada diatasnya untuk keluar dari lubang. Ketika ketinggian beton telah mencapai 2,5 m-3 m dari dasar pipa tremi, maka pipa tremi perlu dinaikkan juga posisinya. Hal ini dilakukan agar dorongan dari beton yang keluar dari tremi dapat terjaga dan mudah mendorong air dan sisa-sisa lumpur keluar. Tinggi beton dalam lubang dapat dikira-kirakan menggunakan volume yang masuk kedalam lubang dan diameter dari casing.
Gambar 4.43 Proses pengecoran Pengecoran terus dilakukan hingga posisi beton didasar sudah melebihi tinggi casing ditempatnya. Ketika tinggi beton telah berada diatas casing, maka casing dicabut menggunakan oscillator yang dipasang di atas casing.
Makassar New Port Project
44
LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4.44 Oscilator Beton yang casingnya telah dicabut akan menahan dinding lubang dari longsor. Lalu proses pengecoran dilakukan kembali hingga tinggi beton kembali telah melewati tinggi casing dan dilakukan hal yang sama hingga tersisa 1 casing. Ketika beton pada lubang pengeboran hampir penuh, pengecoran masih terus dilakukan hingga beton berhasil mendorong naik semua air dan sisa-sisa sedimen keluar dari lubang. Pengecoran dihentikan ketika beton telah muncul pada permukaan, lalu casing terakhir diangkat.
Gambar 4.45 Proses pengangkatan casing
Makassar New Port Project
45