BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Ekstraksi Penelitian ini menggunakan simplisia biji ketumbar sebanyak 1 kilogram yang dimaserasi dengan 7 liter etanol 96% sehingga diperoleh ekstrak etanol kental sebanyak 62.38 gram. Berat Ekstrak Rendemen Ekstrak =
x 100% Berat Simplisia 62,38 g
=
x 100% = 4,16 % 1500 g
Tabel 4.1. Rendemen Ekstrak biji ketumbar Berat simplisia awal (g)
Berat ekstrak (g)
Randemen (%)
1500
62,38
4,16%
4.1.2. Penapisan Fitokimia Tabel 4.2. Hasil uji fitokimia No 1 2 3 4 5 6
Parameter alkaloid Steroid Terpenoid Tannin saponin flavonoid
Satuan + + + + +
Hasil negatif Positif Positif Positif Positif positif
Metode Analisa kualitatif Analisa kualitatif Analisa kualitatif Analisa kualitatif Analisa kualitatif Analisa kualitatif
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa ekstrak biji ketumbar memiliki senyawa metabolit sekunder yakni steroid, terpenoid, tannin, saponin dan flavonoid. 4.1.3. Konsentrasi hambat minimum biji ketumbar terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis Hasil pengujian efektivitas antibakteri ekstrak etanol biji ketumbar terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis dapat dilihat pada table berikut. Table 4.3 hasil uji KHM efektivitas antibakteri ekstrak etanol biji ketumbar terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Konsentrasiuji (%) 1 2 4 8 16 Klindamisin Aquades
Zona Hambat Biji Ketumbar I II III + + +
Rata-Rata +
Keterangan : (-)
: Memiliki Daya hambat
(+)
: Tidak memiliki daya hambat Berdasarkan hasil tabel 4.3 didapatkan bahwa untuk konsentrasi
1%,2%,4%,8% dan 16% memiliki zona bening antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan untuk klindamisin sebagai Kontrol positif memiliki zona bening. Sedangkan untuk Kontrol Negatif tidak memiliki zona bening terhadap bakteri Propionibacterium acnes.
Table 4.4 hasil uji KHM efektivitas antibakteri ekstrak etanol biji ketumbar terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Konsentrasiuji (%) 1 2 4 8 16 Klindamisin Aquades
Zona Hambat Biji Ketumbar I II III + + +
Rata-Rata +
Keterangan : (-)
: Memiliki Daya hambat
(+)
: Tidak memiliki daya hambat Berdasarkan hasil tabel 4.4 didapatkan bahwa untuk konsentrasi
1%,2%,4%,8% dan 16% memiliki zona bening antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan untuk klindamisin sebagai Kontrol positif memiliki zona bening. Sedangkan untuk Kontrol Negatif tidak memiliki daya bening terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. 4.1.4. Konsentrasi bunuh minimum biji ketumbar terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis Table 4.5 hasil uji KBM efektivitas antibakteri ekstrak etanol biji ketumbar terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Konsentrasi uji (%) 1 2
I 0 0
Zona Bunuh Biji Ketumbar II III 0 0 0 0
Rata-Rata 0 0
4 8 16 Klindamisin Aquades
1,94 2,19 2,12 4,72 0
2,03 2,07 2,03 5,09 0
2,07 2,31 2,48 5,32 0
2,01 2,19 2,21 5,04 0
Berdasarkan hasil tabel 4.5 didapatkan bahwa untuk konsentrasi 4% 8% dan 16% memiliki daya bunuh antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan rata-rata diameter zona hambat sebesar 2,21 mm dan untuk konsentrasi terkecil 1% dan 2% tidak memiliki daya bunuh terhadap bakteri Propionibacterium acnes. sedangkan untuk klindamisin sebagai kontrol positif memiliki rata-rata diameter zona hambat sebesar 5,04 mm. Tabel 4.6 hasil uji one-way anova masing-masing kelompok konsentrasi ANOVA Ekstrak Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
.070
2
.035
Within Groups Total
.151 .221
6 8
.025
F
1.396
Sig.
.000
Data hasil analisis statistik diatas. Hasil yang diperoleh p = 0.000 (p<0.05), yang berarti ada perbedaan yang bermakna pada kelompok konsentrasi ekstrak etanol buah ketumbar dalam membunuh pertumbuhan bakteri propionibacterium acnes. Karena hasil yang didapatkan bermakna, maka uji dilakukan dengan uji post hoc test untuk melihat konsentrasi mana yang memiliki perbedaan bermakna tersebut.
Tabel 4.7. Hasil uji post hoc test masing-masing kelompok konsentrasi Multiple Comparisons Dependent Variable: Ekstrak Tukey HSD (I) (J) Konsentrasi Konsentrasi
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
8
-.2767
.412
.000
-.574
.221
16
-.2967
.412
.000
-.594
.201
4
.2767
.412
.000
-.221
.574
16
-.2000
.412
.005
-.418
.378
4
.2967
.412
.000
-.201
.594
8
.2000
.412
.005
-.378
.418
4
8
16
Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa perbandingan konsentrasi yang memiliki nilai (p<0.05) menujukan adanya perbedaan bermakna. Hanya terdapat 2 perbandingan kelompok konsentrasi yaitu : konsentrasi 8% dengan 16% (p<0.05) dan konsentrasi 16% dengan 8% (p<0.05) yang memiliki perbedaan bermakna diaantara 3 kelompok konsentrasi tersebut. Tabel 4.8 hasil uji KBM efektivitas antibakteri ekstrak etanol biji ketumbar terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Konsentrasi uji (%) 1 2
Zona Bunuh Biji Ketumbar I II III 0 0 0 0 0 0
Rata-Rata 0 0
4 8 16 Klindamisin Aquades
2,15 2,34 2,54 5,86 0
2,07 2,18 2,39 5,73 0
1,98 2,06 1,98 6,03 0
2,06 2,19 2,30 5,87 0
Berdasarkan hasil tabel 4.6 didapatkan bahwa untuk konsentrasi 4% 8% dan 16% memiliki daya bunuh antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dengan rata-rata diameter zona hambat sebesar 2,30 mm dan untuk konsentrasi terkecil 1% dan 2% tidak memiliki daya bunuh terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. sedangkan untuk klindamisin sebagai Kontrol positif memiliki rata-rata diameter zona hambat sebesar 5.87 mm. Tabel 4.9 hasil uji one-way anova masing-masing kelompok konsentrasi ANOVA hasil
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares ,084 ,222 ,306
Df
Mean Square 2 ,042 6 ,037 8
F 1,137
Sig. ,000
Data hasil analisis statistik diatas. Hasil yang diperoleh p = 0.000 (p<0.05), yang berarti ada perbedaan yang bermakna pada kelompok konsentrasi ekstrak etanol buah ketumbar dalam membunuh pertumbuhan bakteri staphylococcus epidirmidis. Karena hasil yang didapatkan bermakna, maka uji dilakukan dengan uji post hoc test untuk melihat konsentrasi mana yang memiliki perbedaan bermakna tersebut.
Tabel 4.10. Hasil uji post hoc test masing-masing kelompok konsentrasi Multiple Comparisons Dependent Variable: hasil Tukey HSD
(I) konsentrasi (J) konsentrasi 4 8 16 8 4 16 16 4 8
Mean Difference (IJ) Std. Error -,2787 ,467 -,3176 ,467 ,2787 ,467 -,3000 ,467 ,3176 ,467 ,3000 ,467
Sig. ,000 ,000 ,000 ,005 ,000 ,005
95% Confidence Interval Lower Bound -,6086 -,7186 -,3552 -,5919 -,2452 -,3719
Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa perbandingan konsentrasi yang memiliki nilai (p<0.05) menujukan adanya perbedaan bermakna. Hanya terdapat 2 perbandingan kelompok konsentrasi yaitu : konsentrasi 8% dengan 16% (p<0.05) dan konsentrasi 16% dengan 8% (p<0.05) yang memiliki perbedaan bermakna diantara 3 kelompok konsentrasi tersebut. 4.2 Pembahasan Hasil penelitian ini bahwa ekstrak etanol biji ketumbar dengan seri konsentrasi yaitu 1%,2%,4%,8% dan 16% mampu menghambat dan pada konsentrasi 4%,8% dan 16% mampu membunuh bakteri
Propionibacterium
acnes dan Staphylococcus epidermidis. Hal ini disebabkan adanya senyawa kimia tertentu yang diduga terkandung dalam sampel biji ketumbar, minyak esensial yang terkandung pada biji ketumbar yang bersifat sebagai antibakteri (Astawan, 2015).
Berdasarkan hasil pengukuran diameter bunuh dari sampel terlihat jelas bahwa setiap konsentrasi sampel memberikan ukuran diameter bunuh yang berbeda-beda. Efektivitas antibakteri biji ketumbar diukur dengan diameter zona bening berkisar 2.01 – 2.30mm. Pada perlakuan konsentrasi 1% dan 2% tidak memiliki
daya
bunuh
terhadap
bakteri
Propionibacterium
acnes
dan
Staphylococcus epidermidis. Sedangkan untuk konsentrasi 4%,8% dan 16% memiliki
daya
bunuh
terhadap
bakteri
Propionibacterium
acnes
dan
Staphylococcus epidermidis dengan diameter yang berbeda. Pada perlakuan konsentrasi 4% zona bunuh pada bakteri Propionibacterium acnes 2.01 mm, dan Staphylococcus epidermidis berdiameter 2.06 mm. pada perlakuan konsetrasi 8% zona bunuh pada bakteri Propionibacterium acnes 2.01 mm, dan Staphylococcus epidermidis berdiameter 2.19 mm. pada perlakuan konsentrasi 16% zona bunuh pada bakteri Propionibacterium acnes 2.19 mm, dan Staphylococcus epidermidis berdiameter 2.21 mm. Untuk membandingkan efektivitas antibakteri biji ketumbar dengan antibakteri sebagai pengobatan maka digunakan antibiotik yaitu klindamisin dengan diameter zona bunuh Pada bakteri Propionibacterium acnes 5.04 mm, dan Staphylococcus epidermidis berdiameter 5.87 mm. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin tinggi pula zona hambat dan bunuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelezar dan Chan (1989), bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antibakteri maka aktivitas antibakterinya semakin kuat. Hasil ini juga didukung oleh pernyataan Prawata dan Dewi (2008), bahwa efektivitas suatu zat antibakteri dipengaruhi oleh
konsentrasi
zat
tersebut.
Meningkatnya
konsentrasi
zat
menyebabkan
meningkatnya kandungan senyawa aktif yang berfungsi sebagai antibakteri, sehingga kemampuan dalam membunuh suatu bakteri juga semakin besar (Roslizawaty dkk, 2013) Menurut Ajizah (2004), selain faktor konsentrasi, jenis bahan antimikroba yang dihasilkan juga menentukan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri. Dalam penelitian ini, efektivitas antibakteri biji ketumbar diduga karena adanya kandungan senyawa-senyawa berkhasiat, seperti flavonoid, saponin, alkaloid, fenolik dan minyak atsiri. Minyak atsiri terdiri atas beragam, komponenkomponen minyak tersebut diduga memiliki aktivitas antibakteri yang bekerja pada berbagai tempat dalam sel bakteri, karakterisitik terpenting yang dimiliki minyak atsiri adalah hidrofobisitasnya yang memungkin bahan ini untuk berpartisi pada lipid membrane sel bakteri, mengganggu strukturnya dan membuat membrane sel lebih permeable sehingga terjadi kebocoran ion dan sel yang lain (Burt, 2004). Efektivitas ekstrak biji ketumbar dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri Gram positif Staphylococcus epidermidis lebih peka bila dibandingkan dengan bakteri Gram positif propionibacterium acnes. Hal ini dapat dikarenakan bakteri mempunyai sifat dan ketahanan yang berbeda-beda terhadap suatu antibakteri walaupun bakteri tersebut termasuk dalam satu golongan yang sama yaitu merupakan golongan bakteri Gram positif. Bakteri Propionibacterium acnes tidak dapat menghasilkan endospora, mempunyai bentuk batang yang berkoloni membentuk rantai dan tidak dapat hidup tanpa
adanya oksigen atau aerob sedangkan Staphylococcus epidermidis berbentuk bulat berkoloni membentuk anggur dan dapat hidup dengan atau tanpa adanya oksigen atau anaerob fakultatif (Jawetz, 2001). Penelitian ini dilakukan berdasarkan atas kesamaan golongan bakteri yaitu kesamaan golongan bakteri Gram positif pada bakteri S. aureus. pada penelitian Hapsari (2015) Menyatakan bahwa ekstrak buah ketumbar memiliki aktivitas antibakteri pada p. acnes. Penelitian yang berbeda Cahyaningrum (2015) didapatkan hasil ekstrak etanol buah ketumbar (Coriandrum sativum L.) dan fraksinya
memiliki
Propionibacterium
aktivitas acnes,
antibakteri
Staphylococcus
terhadap aureus,
pertumbuhan dan
bakteri
Staphylococcus
epidermidis. Perbedaan hasil dapat disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa yang tertarik pada kedua pelarut tersebut. Selanjutnya dilakukan analisis efektivitas antibakteri pada kelompok uji (ekstrak sampel) dan klindamisin sebagai pembanding menggunakan rancangan acak dan lengkap dan diperoleh hasil bahwa perbedaan konsentrasi berpengaruh pada menghambat dan membunuh bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa semua konsentrasi adanya perbedaan yang bermakna antara efektivitas antibakteri ekstrak biji ketumbar konsentrasi 16% dibandingkan dengan konsenterasi 8% dan 4% dan kelompok ekstrak biji ketumbar konsentrasi 8% dibandingkan dengan konsenterasi 16% dan 4% dengan nilai p<0,000. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa semua konsentrasi ekstrak biji ketumbar memiliki nilai diameter yang berbeda dengan kontrol positif
( klindamisin ) dalam membunuh pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis dalam hal ini klindamisin memiliki efek yang lebih besar. Klindamisin merupakan jenis antibiotika yang diindikasikan juga untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri aerob gram positif seperti Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococci, Pneumococci. Propionibacterium acnes Selain itu juga efektif dalam membasmi bakteri aerob gram negatif seperti; Bacteroides fragilis, Fusobacterium species, bakteri anaerob gram positif seperti; Propionibacterium, Eubacterium, Actinomyces species, peptostreptococci, Peptococcus, Clostridia, dan Streptococcus grup B. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji ketumbar dengan konsentrasi 1%,2%,4%, 8% dan 16% dapat menghambat kedua bakteri dan pada konsentrasi 4%, 8% dan 16% dapat membunuh kedua bakteri dan memberikan efek yang berbeda nyata dengan klindamisin sebagai pembanding. 4.3. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mengahadapi beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi kondisi dari penelitian yang dilakukan. Adapun keterbatasan tersebut antara lain : a. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penelitian ini relative pendek padahal kebutuhan sampel sangat besar. b. Keterbatasan alat rotary evaporator untuk membuat ekstrak kental.
c. Sumber pustaka terkait dengan efektivitas antibakteri ekstrak buah ketumbar pada bakteri p.acnes dan staphylococcus epidermidis masih sangat terbatas dikarenakan belum banyak peneliti Indonesia yang melakukan penelitian tentang topik ini.