Bab Iv Fima.docx

  • Uploaded by: fiqi amnisa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Iv Fima.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,182
  • Pages: 7
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis dari tiap variabel dari hasil penelitian, yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi bayi berat lahir rendah yang dirawat di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016. 4.1.1.1 Distribusi frekuensi Bayi Berat Lahir Rendah Distribusi frekuensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Bayi Berat Lahir Rendah BBLR BBLR

Frekuensi 99

Bukan BBLR Jumlah

Presentase (%) 50,3

98

49,7

197

100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 sebanyak 99 responden (50,3%), bukan BBLR sebanyak 98 responden (49,7).

29

30

4.1.1.2 Distribusi Frekuensi Asfiksia Neonatorum Distribusi frekuensi Asfiksia Neonatorum di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Asfiksia Neonatorum Asfiksia Neonatorum Asfiksia Berat

Frekuensi 22

Presentase (%) 11,2

Asfiksia Sedang

98

49,7

Tidak Asfiksia

77

39,1

Jumlah

197

100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa kejadian Asfiksia Neonatorum di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 sebanyak 22 responden yang mengalami Asfiksia Berat (11,2%), sebanyak 98 responden yang mengalami asfiksia sedang (49,7%), sebanyak 77 responden yang tidak mengalami asfiksia (39,1%). 4.1.1.3 Distribusi Frekuensi Faktor Ibu Distribusi frekuensi faktor ibu di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Faktor Ibu Faktor Ibu Tidak Pre eklampsi Pre eklampsi Jumlah

Frekuensi 162

Presentase (%) 82,2

35

17,8

197

100

31

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kejadian faktor ibu yang menyebabkan asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 sebanyak 162 responden (82,2%) yang tidak pre eklampsi, sebanyak 35 responden (17,8%) yang mengalami pre eklampsi. 4.1.1.4 Distribusi Frekuensi Faktor Janin Distribusi frekuensi faktor janin di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Faktor Janin Faktor Janin Premature Dismature Jumlah

Frekuensi 112

Presentase (%) 56,9

85

43,1

197

100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa kejadian faktor janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016 sebanyak 112 responden (56,9%) yang premature, sebanyak 85 responden (43,1%) yang mengalami dismature. 4.1.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah analisis secara stimultan dari dua variabel, yaitu untuk mengetahui hubungan bayiberat lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016.

32

4.1.2.1 Hubungan Bayi Berat Lahir Rendah Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Tabel 4.5 Hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016

BBLR

Asfiksia Neonatorum

Total

Asfiksia

N

Tidak Asfiksia

OR %

N 75

% 75,8

N 24

% 24,2

99

Tidak BBLR

26

26,5

72

73,5

98

100

Jumlah

101 51,3

96

48,7

197

100

BBLR

PValue

95%

Confidence Interval

100

0,000

3,047 (1,6765,539)

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa bayi BBLR yang mengalami asfiksia yaitu sebanyak 75 responden (75,8%), sedangkan bayi BBLR yang tidak mengalami asfiksia yaitu sebanyak 24 responden (24,2%). Kemudian bayi yang tidak BBLR yang mengalami asfiksia sebanyak 26 responden (26,5%), sedangkan bayi yang tidak BBLR dan tidak mengalami asfiksia sebanyak 72 responden (73,5%). Hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan chi square didapatkan nilai pvalue = 0,00 hal ini berarti bahwa ada hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Kemudian didapatkan nilai OR = 3,047, hal ini berarti bahwa bayi BBLR mempunyai risiko mengalami asfiksia sebanyak 3,047 kali dibanding dengan bayi yang tidak mengalami BBLR.

33

4.2 Pembahasan 4.2.1 Hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir <2500 gram. Bayi berat lahir rendah dapat terjadi pada bayi premature ataupun dismature. Kejadian bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah karena masih cukup tinggi di Indonesia. Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia neonatorum ini biasanya disertai dengan adanya hipotonus, hiperkapnea, dan berakhir dengan asidosis, apabila penanganan terlambat maka pada 24 jam sampai 72 jam kemudian dapat menyebabkan perburukan seperti koma, apnea lama, dan mati batang otak. Penyebab asfiksia neonatorum anatara lain dari faktor ibu (pre eklampsi), faktor janin (prematuritas), faktor persalinan (solusio plasenta) (Abdoerrachman dkk, 1985. Manoe, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung di ruangan perinatologi dan mengambil data rekam medik tahun 2016 didapatkan hasil bahwa bayi BBLR dan mengalami asfiksia sebanyak 75 responden (75,8%), sedangkan bayi BBLR yang tidak mengalami asfiksia yaitu sebanyak 24 responden (24,2%). Kemudian bayi yang tidak BBLR yang mengalami asfiksia sebanyak 26 responden (26,5%), sedangkan bayi yang tidak BBLR dan tidak mengalami asfiksia sebanyak 72 responden (73,5%). Nilai OR dalam penelitian ini adalah 3,047 dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% hal ini berarti bahwa bayi dengan BBLR memiliki risiko terjadi asfiksia 3 kali lipat dibandingkan dengan bayi berat lahir cukup. Hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai p-value = 0,000 hal ini

34

berarti ada hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Saputro dkk, yang berjudul hubungan antara berat badan lahir rendah (BBLR) dengan asfiksia neonatorum tahun 2015 di Surakarta menggunakan uji statistik chi square dengan populasi

dalam penelitian sebanyak 127 bayi dan jumlah sampel yang diambil

sebanyak 98 orang pada tahun 2015. Peneltian ini didapatkan hasil yaitu ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir rendah dengan asfiksia neonatorum dengan berat badan lahir cukup (BBLC) sebanyak 60,5%, sedangkan sebagian kecil merupakan bayi tidak asfiksia dan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu sebanyak 6,1% dengan nilai p-value = 0,000. Maka dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ada hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum dan penelitian ini sesuai dengan teori. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fajarwati yang berjudul hubungan antara berat badan lahir dan asfiksia neonatorum tahun 2016 di semarang menggunakan uji statistik chi square dengan sampel sebanyak 334 kasus. Penelitian ini didapatkan hasil yaitu berat badan lahir berisiko sebesar 17,4% dan berat badan tidak berisiko sebesar 82,6%. Kejadian asfiksia neonatorum sebesar 26,3% dan tidak asfiksia sebesar 73,7%, dengan nilai p-value = 0,674 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan lahir dan asfiksia neonatorum.

35

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum. 4.3 Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini dari pengambilan data rekam medik banyak data yang tidak lengkap, salah satunya seperti keterangan riwayat penyakit ibu, hal ini ditakutkan akan memakan waktu yang lebih lama lagi saat mengambil data rekam medik dan hasil penelitian jadi kurang optimal mengingat pada saat penelitian ini dilakukan diruangan rekam medik di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek sedang dilakukan renovasi sehingga peneliti cukup kesulitan untuk menganalisis data rekam medik.

Related Documents

Bab-iv
June 2020 31
Bab Iv
June 2020 62
Bab Iv
June 2020 34
Bab Iv
May 2020 45
Bab Iv
June 2020 48
Bab Iv
June 2020 53

More Documents from "Al"