BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hilangnya pendengaran dapat terjadi karena berbagai proses patologis yang terjadi di bagian telinga luar, tengah maupun dalam. Proses patologis dapat berupa trauma, infeksi, tumor, idiopatik, proses penuaan, kongenital atau iatrogenik (Maltby, 2002). Kelainan yang terjadi pada telinga dapat menyebabkan gangguan pendegaran atau tuli. Berdasarkan kelainannya tuli terbagi menjadi 2, yaitu tuli konduktif dan tuli sensorineural (Soepardi et al., 2012). Estimasi jumlah penderita gangguan pendengaran di seluruh dunia meningkat dari 120 juta tahun 1995 orang menjadi 250 juta orang pada tahun 2004.4 Lebih dari 5% dari populasi dunia memiliki gangguan pendengaran (328 juta orang dewasa dan 32 juta anak-anak). Di Indonesia prevalensi ketulian sebesar 4,6% atau sebanyak 16 juta orang dan gangguan pendengaran sekitar 16,8% dari jumlah penduduk Indonesia (Eryani et al., 2017). Banyak studi menunjukan bahwa diabetes mellitus memiliki hubungan erat dengan tuli sensorineural. Diabetes dapat menyebabkan atropi serta penebalan dinding pembuluh darah pada organ – organ pendengaran (Fukushima et al., 2006) Di Indonesia, pada penilitian epidemiologis tahun 1980, persebaran diabetes tipe 2 mencapai 6,1% di Manado. Sementara di ibukota Indonesia
1
2
yaitu Jakarta, ditemukan peningkatan prevalensi diabetes dari 1,7% menuju 12,8% dari tahun 1982 hingga 2001 (Rudianto et al., 2011). Berdasarkan data tersebut peniliti ingin mencari hubungan diabetes mellitus sebagai faktor risiko kejadian dan derajat tuli sensorineural hearing loss berdasarkan hilangnya kemampuan pendengaran.
B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara diabetes melitus dengan derajat tuli sensorineural pada pasien geriatri di RSUD Dr. Moewardi?
C. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara diabetes melitus dengan derajat tuli sensorineural pada pasien geriatri di RSUD Dr. Moewardi.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data ilmiah mengenai diabetes melitus sebagai faktor risiko tuli sensorineural di Kota Surakarta.
2. Manfaat Aplikatif Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pemberian terapi pasien tuli sensorineural di Kota Surakarta.