Bab I,ii,iii,iv,v.docx

  • Uploaded by: Devi Merry Sonia Sitepu
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I,ii,iii,iv,v.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,635
  • Pages: 27
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya kuratif dan rehabilitatif rumah sakit adalah dengan diselenggarakannya pelayanan rawat inap. Dalam mengolah tingkat efisiensi pelayanan rawat inap dibutuhkan unit rekam medis

yang mampu menunjang tercapainya tertib adminstrasi

sebagaimana menurut (Hatta, 2010). Rekam Medis memiliki peran dan fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, bahan pembuktian dalam perkara hukum, bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan, dasar pembayaraan biaya pelayanan kesehatan dan terakhir sebagai bahan untuk membuat statistik kesehatan. Tingkat efisiensi pelayanan rawat inap tidak cukup hanya dengan data mentah atau data dari sensus harian rawat inap (SHRI), melainkan harus di olah terlebih dahulu dalam indikator- indikator rawat inap (Hatta, 2010).

1

2

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.34/Birhub/1972 tentang perencanaan

dan

pemeliharaan,

disebutkan

bahwa

untuk

menunjang

terselenggaranya rencana induk yang baik, maka setiap rumah sakit diwajibkan mempunyai dan merawat statistik yang up to date atau terkini dan terbaru dan membina medical record atau rekam medis berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan. Dalam memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur (TT) pada bangsal perawatan pasien digunakan empat parameter yaitu : BOR (Bed Occupation Rate), AvLOS (Average Length Of Stay), BTO (Bed Turn Over), TOI (Turn Over Interval). Sumber data yang dapat digunakan untuk menghitung parameter tersebut yaitu Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) selama 1 tahun. Dengan batasan ideal untuk BOR adalah antara 60-85%, AvLOS adalah antara 6-9 hari, TOI adalah antara 1-3 hari dan BTO adalah antara 40-50 kali/tahun, selain untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur, indikator ini juga digunakan untuk mengetahui mutu dan efisiensi pelayanan rawat inap suatu rumah sakit. Empat parameter tersebut akan digunakan untuk menilai tingkat efisiensi pelayanan rawat inap di Rumah Sakit. Profil RSU Tere Margareth, merupakan salah satu jenis rumah sakit kelas C yang dikelola oleh Yayasan Tere Margareth Simangunsong. Didalam unit rekam medis RSU Tere Margareth terdapat kegiatan rekam medis yang salah satunya yaitu kegiatan perhitungan indikator mutu rumah sakit. Dalam pengumpulan sensus harian rawat inap (SHRI) akan dilakukan oleh petugas

3

perawat yang ada di ruangan masing- masing yang akan dilakukan di setiap hari pada setiap ruangan rawat inap. Terdapat 1 petugas Rekam Medis akan merekapitulasi untuk membuat laporan. Rumah Sakit Tere Margareth memiliki 75 tempat tidur rawat inap dan setiap tahunnya sebanyak 5200 pasien yang menjenguk di Rumah Sakit Umum Tere Margareth. Berdasarkan data sekunder RSU Tere Margareth pada tahun 2017 angka BOR adalah 21%. Angka LOS adalah 5 (hari). Angka TOI adalah 24 (hari), dan angka BTO adalah 12 kali/tahun. Padahal standar ideal menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI) untuk BOR adalah 60-85%. LOS menurut Depkes RI adalah 6-9 hari. TOI adalah 1-3 hari, dan BTO adalah 40-50 kali/tahun. Pada kasus tersebut pada tahun 2017, hanya satu indikator yang hamper memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh DepKes yaitu angka LOS, sisanya tidak sesuai dengan standar yang diharapkan. Tidak sesuainya indikator yang ada di RSU Tere Margareth dengan standar yang telah ditetapkan oleh Depkes, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang β€œAnalisis Efisiensi Indikator Rawat Inap Tahun 2017 di RSU Tere Margareth”.

4

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana β€œAnalisa tingkat efisiensi indikator rawat inap berdasarkan teori Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) di RS Tere Margareth. 1.3. Tujuan Untuk mengetahui dan menganalisa tingkat efisiensi indikator pelayanan rawat inap di RS Tere Margareth tahun 2017. 1.4. Manfaat 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak rumah sakit dalam peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan bangsal. 2. Bagi Akademik Sebagai bahan dalam membangun dan memotivasi pembuatan penelitian yang sama dan sebagai bahan perbandingan maupun acuan bagi peneliti selanjutnya serta informasi untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan tentang statistik rumah sakit dan juga untuk penelitian lebih lanjut terkait indikator rawat inap. 3. Bagi Penulis Meningkatkan ilmu pengetahuan dan memotivasi penulis untuk menemukan dan menyelesaikan masalah yang ditemukan dalam

5

penerapan ilmu rekam medis di rumah sakit khususnya dalam menganalisa kualitas pengelolaan bangsal (tempat tidur) di rumah sakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Menurut Peraturan Menteri Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan Republik

NO.340/MENKES/PER/III/2010

Rumah Sakit

adalah insitusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat. 2.2 Statistik Rumah Sakit Statistik dapat diartikan sebagai angka yaitu gambaran suatu keadaan yang dituangkan dalam angka. Angka dapat diambil dari laporan, penelitian atau sumber catatan medik. Statistik dapat digunakan untuk menghitung berbagai macam indikator statistik layanan kesehatan.

6

7

Pengumpulan data di rumah sakit merupakan data yang dikumpulkan setiap hari dari pasien rawat inap dan rawat jalan. Data tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien setiap hari, minggu, bulan, dan lain-lain. Informasi dari statistik rumah sakit digunakan untuk perencanaan, memantau pendapatan dan pengeluaran dari pasien oleh pihak manajemen rumah sakit. (Hatta, 2014). 2.2.1 Kegunaan Statistik Rumah Sakit Informasi dari stastistik rumah sakit dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain : 1. Menentukan ada dan besaranya masalah kesehatan di rumah sakit. 2. Menentukan prioritas masalah di rumah sakit. 3. Menentukan perencanaan dan pemantuan dari pengeluaran dan pendapatan dari pasien oleh pihak manajemen rumah sakit. 4. Pemantauan kinerja medis. 5. Pemantauan kinerja non medis. 6. Menentukan ada dan besaranya masalah kesehatan di rumah sakit. 7. Menentukan prioritas masalah di rumah sakit. 8. Menentukan perencanaan dan pemantuan dari pengeluaran dan pendapatan dari

pasien oleh pihak manajemen rumah sakit.

9. Pemantauan kinerja medis. 10. Pemantauan kinerja non medis.

8

11. Mengadakan evaluasi pelaksanaan program kesehatan di rumah sakit.( Ery, 2010) 2.2.2 Tujuan Statistik Rumah Sakit Dengan mempelajari stastistik rumah sakit, kita bisa mendapatkan berbagai informasi yang sangat berguna, seperti : 1. Mengetahui alasan pasien datang berobat. 2. Kualitas dari pelayanan yang di berikan. 3. Berbagai informasi yang dibutuhkan oleh pihak penentu akreditasi. 4. Berbagai informasi yang di butuhkan oleh pihak penanggung biaya pelayanan. 5. Penentuan proritas pelayanan. 6. Mengelola keberagaman layanan dokter spesialis (Rano,2010) Untuk mendapatkan indikator URI, sebagai alat monitor dalam manajemen URI, maka diperlukan kegiatan stastistik URI, yang merupakan kegiatan pengumpulan data hingga penyajian informasi kegiatan URI. Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) ini merupakan data yang harus dikumpulkan setiap hari dan merupakan aktivitas pasien untuk selama 24 jam periode watu lapor. Termasuk pada pasien yang masuk dan keluar pada 24 jam sebelumnya. Umumnya pelaporan dimulai dari pukul 00.01 pagi dan berakhir dipukul 12.00 malam. (Hatta, 2010)

9

Kegiatan pengumpulan data rawat inap dimulai dari pengumpulan data setiap hari melalui formulir Sensus Harian Rawat Inap, yang dilakukan oleh petugas ruangan, kemudian dikirim ke URM untuk diolah dan dianalisa menjadi informasi yang dibutuhkan. 2.2.3 Efisiensi Rawat Inap Standar Departemen Kesehatan Republik Indonesia Efisiensi pengelolahan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana yang ada (Soedra,2010). Parameter yang digunakan untuk mengukur efisiensi rumah sakit adalah Bed Occupancy Rate (BOR), Average Length Of Stay (ALOS), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn Over (BTO). Bed Occupancy Rate (BOR). 1. Bed Occupancy Rate (BOR)

𝐡𝑂𝑅 =

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π»π‘Žπ‘Ÿπ‘– π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π‘₯100% π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž 𝑇𝑇 π‘₯ π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π»π‘Žπ‘Ÿπ‘– π·π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š π‘†π‘Žπ‘‘π‘’ π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘œπ‘‘π‘’

Nilai ideal BOR menurut Depkes adalah 60-85%, dikatakan secara statistik semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien. Namun perlu di perhatikan pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayani semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya, pasien kurang mendapatkan perhatian yang dibutuhkan dalam proses perawatan.

10

Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa menurunkan kualitas kerja tim medis dan menurunkan kepuasaan serta keselamatan pasien. Di sisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah di sediakan. Dengan kata lain, jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan bagi pihak rumah sakit (Rano, 2010). 2. Average Length Of Stay (AvLOS) 𝐴𝑣𝐿𝑂𝑆 =

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž πΏπ‘Žπ‘šπ‘Ž 𝑑𝑖 π‘…π‘Žπ‘€π‘Žπ‘‘ π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ƒπ‘Žπ‘ π‘–π‘’π‘› πΎπ‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ (𝐻𝑖𝑑𝑒𝑝 + π‘€π‘Žπ‘‘π‘–)

Nilai Ideal AvLOS menurut Depkes adalah 6-9 hari. Dari aspek medis, semakin lama angka ALOS maka bisa menunjukkan kinerja kualitas medis yang kurang baik karena pasien harus di rawat lebih lama (Lama sembuhnya). Dari aspek ekonomis, semakin lama nilai AvLOS berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus di bayar oleh pasien kepada pihak rumah sakit. Jadi di perlukan adanya kesimbangan antara sudut pandang medis dan ekonomi untuk menentukan nilai AvLOS yang ideal (Rano, 2010). 3. Turn Over Interval (TOI) 𝑇𝑂𝐼 =

(π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž 𝑇𝑇 π‘₯ π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘œπ‘‘π‘’) βˆ’ π»π‘Žπ‘Ÿπ‘– π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ƒπ‘Žπ‘ π‘–π‘’π‘› πΎπ‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ (𝐻𝑖𝑑𝑒𝑝 + π‘€π‘Žπ‘‘π‘–)

11

Nilai Ideal TOI menurut Depkes adalah 1-3 hari. Semakin besar angka TOI, berarti semakin lama waktu Κ½Κ½menganggurnyaΚΌΚΌ tempat tidur tersebut yaitu semakin lama saat dimana tempat tidur tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur semakin tidak produktif. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit. Semakin kecil angka TOI, berarti semakin singkat tempat tidur menunggu pasien berikutnya. Hal ini berarti tempat tidur bisa sangat produktif, apalagi jika TOI = 0 berarti tempat tidur tidak sempat kosong satu hari pun dan segera di digunakan lagi oleh pasien berikutnya. Hal ini

bisa sangat

menguntungkan secara ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit, tetapi bisa merugikan pasien karena tempat tidur tidak disiapkan (diistirathatkan) secara tidak baik. Akibatnya, kejadian infeksi nosokomial meningkat, beban kerja tim medis meningkat sehingga kepuasan dan keselamatan pasien terancam (Rano,2010). 4.

Bed Turn Over (BTO) 𝐡𝑇𝑂 =

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ƒπ‘Žπ‘ π‘–π‘’π‘› πΎπ‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ (𝐻𝑖𝑑𝑒𝑝 + π‘€π‘Žπ‘‘π‘–) π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž 𝑇𝑇

Nilai ideal BTO menurut Depkes adalah 40-50 kali. Secara aspek, semakin tinggi angka BTO berarti semakin banyak pasien yang menggunakan tempat tidur yang tersedia secara bergantian. Hal ini tentu merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak rumah sakit karena

12

tempat tidur yang tersedia tidak Κ½Κ½menganggurnyaΚΌΚΌ dan menghasilkan pemasukan untuk pihak rumah sakit. Namun bisa di bayangkan bila dalam satu bulan tempat tidur digunakan oleh 15 pasien, berarti rata- rata setiap pasien menempati tempat tidur selama dua hari dan tidak ada hari dimana tempat tidur kosong. Berarti beban kerja perawatan sangat tinggi dan tempat tidur tidak sempat di bersihkan karena terus digunakan pasien secara bergantian, kondisi ini mudah menimbulkan ketidakpuasan

pasien bisa

mengancam keselamatan pasien, bisa menurunkan kinerja, kualitas medis dan meningkatkan kejadian nosokomial karena tempat tidur tidak sempat di bersihkan atau di seterilkan. Jadi dibutuhkan BTO yang ideal dari aspek medis, pasien dan manajemen rumah sakit (Rano, 2010). 2.3 Rekam Medis Menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.269/MENKES/PER/III/2008 Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam Medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam untuk tentang identitas, anamneses penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapat pelayanan gawat darurat (Rustiyanto, 2009).

13

2.3.1 Kegunaan Rekam Medis Kegunaan rekam medis secara umum antara lain sebagai berikut (Ery Rustiyanto, 2010) : 1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainya yang ikut ambil bagian dalam memberikan pelayanaan. Pengobatan, perawatan kepada pasien. 2. Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan / perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien. 3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanaan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit. 4. Sebagai bahan yang

berguna

untuk analisa, penelitian, dan evaluasi

terhadap kualitas pelayanan diberikan kepada pasien. 5. Menyediakan data – data khusus yang sangat berguna untuk keperluaan pendidikan dan penelitian. 6. Melindungi kepentingan hokum bagi pasien, rumah sakit, maupun dokter serta tenaga kesehatan lainya. 7. Sebagai dasar dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik. 8. Sebagai bahan pertangung jawaban dan laporan

14

2.4 Kerangka Konsep 1. Jumlah pasien keluar hidup + mati 2. Jumlah hari perawatan 3. Periode waktu 4. Kapasitas tempat tidur

Indikator Rawat Inap : BOR, AvLOS, TOI, BTO

Indikator efisiensi penggunaan tempat tidur berdasarkan Depkes

Analisa Indikator Rawat Inap

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Analisis Pengunaan Tempat Tidur di RSU Tere Margareth

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah dengan mengambarkan / melukiskan keadaan subjek / objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain- lain) berdasarkan faktafakta yang nampak sebagaimana adanya, yang tak terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data (Arikunto, 2010). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan retrospektif dimana penelitian mengunakan data yang sudah ada. Metode penelitian yang dipakai adalah metode observasi dengan peneliti secara langsung meneliti ke lapangan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juni 2018 sampai Juli 2018. 3.2.2 Tempat Penelitian Penelitian di laksanakan di Rumah Sakit Umum Tere Margareth Jl. Ringroad No.200, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.

15

16

3.3 Populasi Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2012). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah data rekapitulasi pasien keluar rawat inap di RSU Tere Margareth pada tahun 2017 dan sampel adalah data rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) tahun 2017.

3.4 Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dilakukan secara observasi yaitu pengamatan langsung terhadap sumber data yang akan diamati. Sebagai sumber data primer yaitu data rekapitulasi sensus harian rawat inap tahun 2017, sedangkan yang digunakan sebagai sumber data sekunder adalah data pasien keluar rawat inap tahun 2017 .

17

3.5 Variabel, Definisi Operational, Instrument Penelitian dan Cara Pengumpulan Data No. 1.

2.

3.

VARIABEL

DEFINISI CARA PENGUMPULAN OPERATIONAL DATA Bed Occupancy Rate Persentase pemakaian tempat Telaah dokumen bersumber dari (BOR) tidur dalam satu satuan sensus harian yang diperoleh dari waktu tertentu. ruangan rawat inap berdasarkan formulir sensus harian yang direkapitulasi setiap tahun. Diambil data hari perawatan, waktu dan jumlah tempat tidur. Average Length Of Rata-rata lama rawat seorang Telaah dokumen bersumber dari Stay (AvLOS) pasien. sensus harian yang diperoleh dari ruangan rawat inap berdasarkan formulir sensus harian yang direkapitulasi setiap tahun. Diambil data lama dirawat dan jumlah pasien keluar. Turn Over Interval Rata-rata hari dimana tempat Telaah dokumen bersumber dari (TOI) tidur tidak ditempati dari sensus harian yang diperoleh dari telah diisi ke saat terisi ruangan rawat inap berdasarkan berikutnya. formulir sensus harian yang direkapitulasi setiap tahun. Diambil data hari perawatan, waktu, jumlah tempat tidur dan jumlah pasien keluar.

INSTRUMEN PENELITIAN Pedoman telaah dokumen (sensus harian rawat inap dalam 1 tahun) berdasarkan standar Depkes efisiensi di pelayanan rawat inap.

Pedoman telaah dokumen (sensus harian rawat inap dalam 1 tahun) berdasarkan standar Depkes efisiensi di pelayanan rawat inap.

Pedoman telaah dokumen (sensus harian rawat inap dalam 1 tahun) berdasarkan standar Depkes efisiensi di pelayanan rawat inap.

18

4.

Bed Turn (BTO)

Over Frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu (biasanya dalam periode 1 tahun).

Telaah dokumen bersumber dari sensus harian yang diperoleh dari ruangan rawat inap berdasarkan formulir sensus harian yang direkapitulasi setiap tahun. Diambil data jumlah pasien keluar dan jumlah tempat tidur. Hasil perhitungan empat indikator rawat inap dan dimasukkan dalam komputer

Pedoman telaah dokumen (sensus harian rawat inap dalam 1 tahun) berdasarkan standar Depkes efisiensi di pelayanan rawat inap.

5.

Efisiensi pelayanan Tingkat efisiensi Komputer. rawat inap menurut berdasarkan keempat titik Depkes indikator rawat inap menggunakan standart Depkes. Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operational, Instrument Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

19

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Teknik Pengolahan 1. Collecting Dilakukan pengumpulan data di ruangan rekam medis untuk memperoleh rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) ruang rawat inap selama 1 tahun terakhir yaitu tahun 2017 yang berisi lama hari rawatan, jumlah pasien keluar, dan jumlah hari rawatan. 2. Editing Setelah data dikumpulkan kemudian data tersebut di periksa dengan cara membandingkan data yang telah di rekap di ruangan rekam medis dengan data rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) pada tiap ruangan rawat inap. 3. Clasification Mengelompokkan data yang telah diperoleh untuk memudahkan dalam perhitungan. Data untuk perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR) yaitu jumlah hari perawatan, waktu dan jumlah tempat tidur, untuk Average Length Of Stay (AvLOS) yaitu lama dirawat, waktu, dan jumlah pasien keluar, untuk Turn Over Interval (TOI) yaitu jumlah tempat tidur, hari perawatan, waktu, dan jumlah pasien keluar, untuk Bed Turn Over (BTO) yaitu jumlah pasien keluar dan jumlah tempat tidur.

20

4. Penyajian Data Dari hasil pengumpulan data yang telah di kelompokkan kemudian data di sajikan dalam bentuk table dan narasi.

3.6.2 Analisa Data Dalam penelitian ini analisa data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan rumus perhitungan indikator rawat inap berdasarkan Depkes yang terdiri dari 4 parameter yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO untuk mengetahui efisiensi penggunaan tempat tidur di RSU Tere Margareth pada tahun 2017.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Dari penelitian yang dilakukan di RSU Tere Margareth mengenai β€œAnalisa Indikator Rawat Inap Periode 2017” didapati data rekapitulasi sensus harian rawat inap tahun 2017 yaitu : Tabel 4.1 Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap Tahun 2017 NO.

INDIKATOR

TAHUN 2017

1. 2. 3. 4. 5.

Hari Perawatan Pasien Keluar (H+M) Periode Waktu Jumlah Tempat Tidur Lama Dirawat

5852 915 365 75 7862

4.1.1 Analisa Indikator Rawat Inap di RS Tere Margareth Berdasarkan Depkes RI Berdasarkan Tabel 4.1, Analisa Indikator Rawat Inap di RSU Tere Margareth Tahun 2017 adalah sebagai berikut : 1. Bed Occupancy Rate (BOR) 𝐡𝑂𝑅 =

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π»π‘Žπ‘Ÿπ‘– π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π‘₯100% π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž 𝑇𝑇 π‘₯ π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘œπ‘‘π‘’

=

5852 π‘₯100% 75π‘₯365

=

5852 π‘₯100% 27375

21

22

= 21,37 β‰ˆ 21 2. Average Length Of Stay (AvLOS) 𝐴𝑣𝐿𝑂𝑆 =

=

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘™π‘Žπ‘šπ‘Ž π‘‘π‘–π‘Ÿπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘‘ π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘π‘Žπ‘ π‘–π‘’π‘› π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ (𝐻 + 𝑀) 4690 915

= 5.12 β‰ˆ 5

3. Turn Over Interval (TOI) (π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž 𝑇𝑇 π‘₯ π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘œπ‘‘π‘’) βˆ’ π»π‘Žπ‘Ÿπ‘– π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ƒπ‘Žπ‘ π‘–π‘’π‘› πΎπ‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ (𝐻 + 𝑀)

𝑇𝑂𝐼 =

=

(75 π‘₯ 365) βˆ’ 5852 915

=

27375 βˆ’ 5852 915

=

21523 915

= 23.52 β‰ˆ 24

4. Bed Turn Over (BTO) 𝐡𝑇𝑂 =

=

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘π‘Žπ‘ π‘–π‘’π‘› π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿ (𝐻 + 𝑀) π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž 𝑇𝑇 915 75

= 12.2 β‰ˆ 12

23

Dari analisa indikator rawat inap diatas, didapati hasil dari 4 parameter indikator rawat inap sebagai berikut : Tabel 4.2 Analisa Indikator Rawat Inap Tahun 2017 Berdasarkan Depkes NO.

INDIKATOR

TAHUN 2017

1. 2. 3. 4.

BOR AvLOS TOI BTO

21 5 24 12

STANDAR IDEAL DEPKES 60-85% 6-9 Hari 1-3 Hari 40-50 Kali

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa statistik RSU Tere Margareth pada Tahun 2017 adalah Bed Occupancy Rate (BOR) yaitu presentasi pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu sebesar 21%, Average Length Of Stay (AvLOS) yaitu lama rawatan seorang pasien sebesar 5 hari, Turn Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari, tempat tidur tidak ditempati ke saat terisi berikutnya sebesar 24 hari, Bed Turn Over (BTO) yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satu satuan waktu tertentu sebesar 12 kali/tahun.

24

4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa indikator Bed Occupancy Rate (BOR) di RSU Tere Margareth pada tahun 2017 sebesar 21%, jumlah ini jauh dari nilai ideal yang telah di tetapkan oleh Depkes sebesar 60-85%. Kondisi BOR pada tahun 2017 menggambarkan bahwa nilai BOR termasuk ke dalam kategori tidak efisien. Nilai BOR yang rendah akan memicu rendahnya pendapatan dan tingginya biaya rumah sakit (Soedra, 2010). Untuk indikator Average Length Of Stay (AvLOS) di RSU Tere Margareth pada tahun 2017 sebesar 5 hari, nilai tersebut termasuk kedalam kategori tidak efisien dimana idealnya nilai AvLOS menurut Depkes yaitu 69 hari. Umumnya nilai LOS yang semakin kecil makin baik dengan tetap memperhatikan kualitas pelayanan yang diberikan (Sulastomo, 2007). Untuk indikator Turn Over Interval (TOI) di RSU Tere Margareth pada tahun 2017 sebesar 24 hari. nilai tersebut termasuk kedalam kategori tidak efisien dimana nilai ideal yang telah ditetapkan oleh Depkes yaitu 1-3 hari. Nilai TOI menggambarkan bahwa lama waktu luang sampai tempat tidur tersebut terisi kembali sangat panjang sekali. Artinya tempat tidur tersebut kosong selama 24 hari. Untuk indikator Bed Turn Over (BTO) di RSU Tere Margareth pada tahun 2017 sebesar 12 kali. Jumlah ini jauh dari nilai ideal yang telah di tetapkan oleh Depkes sebesar 40-50 kali. Nilai BTO pada tahun 2017 termasuk kategori tidak efisien. Nilai BTO menggambarkan berapa kali

25

tempat tidur tersebut digunakan dalam setahun, artinya tempat tidur hanya digunakan 12 kali dalam setahun. Berdasarkan nilai-nilai indikator rawat inap tahun 2017 di RSU Tere Margareth, rumah sakit tersebut masih belum bisa dikatakan efisien, dikarenakan tidak ada satupun dari 4 indikator pelayanan rawat yang sesuai dengan standar ideal Depkes.

BAB V

5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan perhitungan yang telah peneliti lakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa pelayanan rawat inap di RSU Tere Margareth pada tahun 2017 masih jauh dari kategori efisien, dikarenakan tidak ada satupun dari 4 indikator yang memenuhi standar ideal Depkes. Hal ini dapat dilihat dari nilai BOR sebesar 21%, nilai AvLOS sebesar 5 hari, nilai TOI sebesar 24 hari dan nilai BTO 12 kali. 5.2 Saran Bagi pimpinan RSU Tere Margareth Medan, diharapkan segera di lakukan penambahan jumlah petugas rekam medis sehingga kegiatan rekapitulasi sensus harian rawat inap bisa lebih baik lagi, serta melakukan promosi kepada masyarakat dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien.

26

27

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Hatta, Gemalla R. 2010. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI-PRESS.

Rustiyanto, E. 2010. Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sudra, Rano Indradi. 2010. Statistik Rumah Sakit. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sulastomo. 2007. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Rapitos Sidiq. 2017. Kajian Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit. Idea Nursing Journal. Vol.8. No.1.

Viki Rinjani. 2016. Analisis Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur Per-ruangan Berdasarkan Indikator Depkes dan Barber Jhonson Di Rumah Sakit Singaparna Medika Citra Utama Kabupaten Tasikmalaya Triwulan 1 Tahun 2016. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. Vol.4 No.2.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"