Bab I,ii,iii Skripsi Revisi - Copy.doc

  • Uploaded by: Utita Agustina
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I,ii,iii Skripsi Revisi - Copy.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 5,190
  • Pages: 34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Penyakit Asma 1.

Pengertian Penyakit asma merupakan penyakit yang menyerang saluran pernapasan sesorang, Penyakit asma ini ditemukan di Negara Yunani dalam sebuah puisi epik yunani yang berjudul The Illiad, dalam puisi tersebut didapatkan bahwa istilah Asma berasal dari kata aazein, yang berarti terengah-engah, untuk menghembuskan napas dengan mulut terbuka.[15] Asma didefinisikan sebagai kelainan peradangan kronis pada saluran napas. Kelainan peradangan kronis tersebut berhubungan dengan respons berlebih dari saluran napas yang menyebabkan mengi berulang, sesak napas, rasa berat di dada dan batuk terutama di malam hari atau dini hari.[4] Asma merupakan penyakit inflamasi (radang) kronik saluran napas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari.[2] Asma didefinisikan sebagai inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi yang mengakibatkan terjadinya hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat sehingga menimbulkan berbagai gejala yang berhubungan dengan derajat hiperaktifitas bronkus, penyempitan jalan nafas yang bersifat reversible setelah pengobatan maupun spontan.[9] Pada penyakit asma didapatkan penyempitan saluran

nafas yang menyeluruh sebagai akibat gabungan tiga komponen yaitu bronkospasme, inflamasi dan penumpukan sekret dalam bronkus.[2] Asma merupakan penyakit seumur hidup dan berpotensi kematian yang disebabkan adanya peradangan kronik pada saluran pernafasan yang melibatkan sel-sel inflamasi yang ditandai adanya sesak nafas.[15] Asma dijabarkan sebagai penyakit saluran nafas dimana bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu sehingga menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas dan batuk - batuk terutama malam hari yang terjadi pada semua tingkatan umur.[16] 2. Etiologi Asma yang terjadi pada anak-anak sering berkaitan dengan dengan alergi, penyakit flu dan karena keturunan.[17] Asma pada dewasa berkaitan dengan tempat tinggal yang kurang sehat dan kumuh, lansia, perokok, dan stres.[6] Asma timbul karena adanya alergen di dalam rumah maupun di luar rumah, polusi udara, cuaca, obat-obatan seperti aspirin, olah raga berlebihan, infeksi saluran nafas, emosi, refluks gastroesofageal.[9] Identifikasi pemicu dan penyebab terjadinya asma dapat dilakukan oleh penderita asma dan atau dengan keluarga dan atau dengan bantuan dokter atau perawat karena proses identifikasi ini sangat penting untuk mengetahui pemicu dan penyebab terjadinya asma sehingga penderita bisa menjauhinya.[9]

Faktor pencetus terjadinya asma ada dua hal yaitu: [16] a.

Pemicu asma (Trigger) Pemicu asma dapat mengakibatkan terganggunya saluran pernafasan dan

mengakibatkan

penyempitan

dari

saluran

pernafasan

(bronkokonstriksi) namun pemicu tidak menyebabkan peradangan.[4] Gejala-gejala bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu dapat timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan lebih mudah diatasi dalam waktu singkat. Umumnya pemicu yang menyebabkan asma dikarenakan stimulus sehari - hari seperti : 1) Cuaca dan suhu udara Cuaca dan suhu udara yang dingin dapat menyebabkan asma, misalnya seseorang yang pindah tempat ke daerah dengan suhu dingin dapat memicu terjadinya asma.[18] 2) Polusi Udara Polusi udara dapat menyebabkan asma, polusi ini dapat berasal dari asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap rokok, pewangi ruangan dan asap pembakaran sampah.[18] 3) Stres Saat stres tubuh menjadi lebih sensitif dan lebih rentan terhadap berbagai benda disekitar, termasuk pada benda yang dapat menyebabkan alergi yang dapat memicu munculnya penyakit asma. Stres menyebabkan seseorang mencari pelarian untuk mengurangi stres yang diderita. Salah satunya adalah dengan

merokok. Asap rokok merupakan salah satu penyebab munculnya asma. Penelitian tentang hubungan stres dan asma sudah pernah dilakukan dengan hasil terdapat hubungan antara kecemasan, stres dan terjadinya asma.[19] 4) Olah raga berlebihan Olah raga yang berlebihan dua menit akan menimbulkan bronkodilatasi yang berlangsung tidak lebih dari lima menit. Sedangkan enam hingga dua belas menit olah raga keras akan menimbulkan penyempitan jalan nafas. Penyempitan jalan nafas ini dapat terjadi pada waktu olah raga atau setelahnya hingga dapat mencapai tujuh jam setelah olah raga.[9] 5) Infeksi dan penyakit saluran nafas atas. Gejala yang timbul dari infeksi dan penyakit saluran nafas atas umumnya berupa sekret purulen, hidung tersumbat, sakit kepala dan batuk. Prevalensi penderita asma karena sinusitis 66 - 80%, hubungan asma dengan polip hidung sebesar 16,7%.[9] 6) Refluks esophagus Refluks esophagus adalah kerusakan jaringan esophagus akibat refluks kandungan lambung atau usus yang masuk ke esophagus. Jumlah penderita asma yang mengalami refluks esophagus sebesar 15 %, gejalanya antara lain panas pada dada, batuk kronik suara parau dan penyempitan jalan nafas.[9] 7) Emosi

Emosi dapat menjadi pencetus asma karena efek emosi terhadap mekanisme saraf otonomi yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. [9,19]

b.

Penyebab asma (inducer) Penyebab asma yang dapat menyebabkan peradangan (inflammation) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernafasan. Inducer dianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya. Penyebab asma (inducer) ini dapat mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi dibanding gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger). Umumnya penyebab (inducer) asma adalah allergen, yang tampil dalam bentuk: 1)

Ingestan yaitu Alergen yang masuk tubuh melalui mulut dapat dengan cara dimakan atau diminum, misalnya makanan dan obatobatan.[9]

2)

Inhalan yaitu Alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut. Inhalan ini meliputi substansi atau bahan protein yang terhirup melalui hidung atau mulut. Jenis inhalan ini meliputi: tepung serbuk sari, tungau1 kotoran binatang, dan jamur.[18]

3)

Kontak dengan kulit, misalnya karena bedak, lotion, beberapa logam seperti perhiasan, kancing dan ritsleting, juga bantal maupun kasur.[9]

3. Faktor resiko a. Umur Penyakit asma dapat mengenai semua umur namun tingkat kejadian asma terbanyak adalah dewasa. Prevalensi asma pada dewasa muda sebesar 5,7% dan dewasa akhir sebesar 5,6 %. [6] Kategori umur dewasa adalah dewasa awal umur 26-35 tahun dan dewasa akhir dengan umur 36-45 tahun.[6] b. Jenis Kelamin Prevalensi asma pada wanita lebih tinggi dibanding laki - laki karena meningkatnya faktor stres dan sering terpapar asap rokok.[6] c. Riwayat genetik atau keturunan Penyebab asma adalah faktor alergi dan faktor keturunan.[17] 4. Patofisiologi Asma merupakan obstruksi jalan nafas yang bersifat reversible yang artinya dapat kembali. Penyebab terjadinya obstruksi dikarenakan adanya kontraksi

otot

yang

mengelilingi

bronkus

yang

menyebabkan

penyempitan jalan nafas, pembengkakan membran yang melapisi bronkus dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara yang terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme dari perubahan ini belum diketahui secara pasti tetapi faktor yang mendukung terjadinya mekanisme perubahan diatas adalah adanya keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot

bronkhial diatur oleh saraf vegal melalui sistem parasimpatis. Ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor-faktor seperti infeksi, merokok, emosi dan polutan, maka jumlah asetilkolin yang dilepaskan akan meningkat sehingga menyebabkan berkonstriksi.[20] 5. Klasifikasi asma Klasifikasi asma dibedakan menjadi empat yaitu : [16] a. Intermiten Gejala dirasakan maksimal sekali dalam seminggu, tanpa gejala di luar serangan dan jika serangan hanya terjadi sesaat dan singkat. serangan pada malam hari dapat terjadi paling banyak dua kali dalam sebulan, nilai APE (Arus Puncak Ekspirasi) > 80%. b. Persisten ringan Gejala dirasakan lebih dari sekali dalam seminggu tapi tidak sehari sekali dapat sekali dalam dua hari, serangan dapat mengganggu aktifitas dan tidur.serangan pada malam hari dapat terjadi lebih dari dua kali dalam sebulan, nilai APE (Arus Puncak Ekspirasi) > 80% c. Persisten sedang Gejala dirasakan setiap hari, serangan dapat mengganggu aktifitas dan tidur.serangan pada malam hari dapat terjadi lebih dari sekali dalam seminggu, nilai APE (Arus Puncak Ekspirasi) 60%-79%

d. Persisten berat Gejala dirasakan terus menerus, aktifitas terbatas,serangan pada malam hari dengan intensitas sering, nilai APE (Arus Puncak Ekspirasi) sama dengan atau kurang dari 59%. B. Pursed Lips Breathing 1. Pengertian Pursed lips breathing merupakan latihan yang bertujuan untuk mengatur frekuensi dan pola pernafasan sehingga mengurangi air trapping (penumpukan udara yang terjadi karena terjebaknya udara saat ekspirasi), memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki pertukaran gas tanpa meningkatkan kerja pernafasan, mengatur dan mengkoordinasi kecepatan pernafasan sehingga bernafas lebih efektif dan mengurangi sesak nafas.[3] Pursed lips breathing merupakan sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang, sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2.[16] 2. Cara pelaksanaan Cara pelaksanaan Pursed Lips Breathing adalah :[3] a.

Menarik nafas secara biasa beberapa detik melalui hidung kemudian tahan 2 - 3 detik

b.

Kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul selama 6 - 7 detik.

c. tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung

d. Dapat dilakukan dengan duduk di kursi maupun berdiri. 3.

Penelitian tentang Pursed lips breathing Penelitian tentang Pursed lips breathing yang dilakukan sehari 3 kali dengan lama 15 menit selama 4 hari mendapatkan hasil ada perubahan pola nafas setelah dilakukan intervensi, namun fungsi paru tidak ada pengaruh yang signifikan.[13] Penelitian dengan menambahkan Pursed lips breathing pada olah raga bersepeda selama 3 kali dalam seminggu selama 12 minggu dengan hasil terdapat perbaikan fungsi paru.[23] Penelitian tentang pengaruh breathing exercise terhadap fungsi paru pada lansia yang dilakukan sehari sekali selama 2 minggu dengan hasil ada perbaikan terhadap fungsi paru,[10] sedangkan penelitian dengan memberikan Pursed lips breathing seminggu 2 kali selama 30 menit selama 6 minggu pada pasien asma dengan hasil adanya penigkatan kapasitas vital paru (KVP).[24]

C. Tiup Balon

D. Pemeriksaan Fungsi Paru Pemeriksaan fungsi paru dapat dilakukan pada pasien mulai umur 5 tahun keatas untuk menentukan derajat asma yang diderita sehingga proses penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan tepat dan cepat. Pemeriksaan fungsi paru dapat dianalogkan seperti pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan kadar gula darah sehingga pemeriksaan ini dapat dilakukan

secara berkala. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan paru adalah spirometri, spiro ball dan peak flow metri.[16] 1.

Spirometri Penilaian fungsi paru dapat menggunakan alat yang dinamakan Spirometri.[16] Cara kerja alat ini dengan cara mengukur besaran udara yang dihembuskan dan ditarik menggunakan sungkup mulut (mouth pice). Kelebihan spirometri dibanding alat lainnya adalah mampu mendeteksi gangguan fungsi paru yang berupa retriksi ringan, retriksi sedang dan retriksi berat serta dapat menilai terjadinya obstruksi ringan, obstruksi sedang dan obstruksi berat.[1] Spirometri yang digunakan di Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang berasal dari PT. Demka Sakti, bermerk MIR dengan type spirolab II yang selalu dikalibrasi 1 tahun sekali. Cara penggunaan spirometri dapat dilihat dari standar operasional spirometri yang tertera pada alat tersebut, yaitu : a.

VC (vital capacity) : Vital capacity adalah volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali bernafas setelah inspirasi maksimum. [1] Cara pengukuran vital capacity dengan menginstruksikan penderita untuk menarik nafas sedalam-dalamnya dengan lambat lalu buang sebanyak mungkin dengan lambat (seperti bernafas normal) dan untuk mengakhiri tekan tombol ESC.

b.

FVC (Force Vital Capacity):

FVC adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi maksimal, diukur dalam liter.[1] Tes ini dilakukan dengan menginstruksikan penderita untuk menarik nafas sedalamdalamnya lalu buang sedalam-dalamnya dengan cepat dan untuk mengakhiri tekan tombol ESC. c.

MVV (Maximum Voluntary Ventilation) MVV adalah volume udara terbesar yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan oleh usaha volunter. [1] Tes ini dilakukan dengan menginstruksikan penderita menarik nafas sedalam-dalamnya dengan cepat lalu buang dengan cepat dan untuk mengakhiri tekan tombol ESC. Syarat pemeriksaan spirometri adalah pasien bebas obat

bronkhodilator

selama

6

jam

agar

hasil

spirometri

dapat

menggambarkan fungsi paru secara tepat.[16] Hasil spirometri dapat digolongkan menjadi tiga [1] yaitu: a.

Normal, bila hasil FVC ≥80% dan FEV1 / FVC ≥ 75%

b. Gangguan retriksi, yang dimaksud gangguan retriksi adalah gangguan pengembangan paru oleh sebab apapun, paru menjadi kaku dan daya tarik ke dalam lebih kuat sehingga dinding dada mengecil. Gangguan retriksi terbagi menjadi tiga, yaitu: 1) Retriksi ringan bila FVC : 60 – 79 % 2) Retriksi sedang bila FVC : 30 – 59 % 3) Retriksi berat bila FVC < 30 % c. Obtruksi, yang dimaksud obstruksi adalah gangguan saluran nafas baik struktural maupun fungsional yang menyebabkan perlambatan

aliran udara respirasi. Gangguan obstruksi terbagi menjadi tiga, yaitu : 1) Obstruksi ringan bila FEV1 / FVC : 60 – 74 % 2) Obstruksi sedang bila FEV1 / FVC : 30 - 59 % 3) Obstruksi ringan bila FEV1 / FVC : < 30 % 2. Paru - paru normal Paru - paru normal dapat diketahui dari volume udara selama pernafasan. Volume udara pernafasan dapat dibedakan menjadi enam yaitu:[1] a.

Volume tidal (tidal volume) Yaitu volume udara pernafasan (inspirasi) biasa, yang besarnya lebih kurang 500 cc atau 500 mL.[1]

b.

Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume) atau udara komplementer Yaitu volume udara yang masih dapat dimasukkan secara maksimal setelah bernafas (ispirasi) biasa yang besarnya kurang lebih 1.500 cc atau 1.500 mL.[1]

c.

Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume) atau udara suplementer Yaitu udara yang masih dapat dikeluarkan secara maksimal setelah mengeluarkan nafas (ekspirasi) biasa.yang besarnya kurang lebih 1.500 cc atau 1.500 mL.[1]

d.

Volume sisa/ residu (residual volume)

Yaitu volume udara yang masih tersisa di dalam paru - paru setelah mengeluarkan nafas maksimal, yang besarnya kurang lebih 1.000 cc atau 1.000 mL.[1] e.

Kapasitas vital (vital capacity) Yaitu volume udara yang dapat dikeluarkan semaksimal mungkin setelah melakukan inspirasi semaksimal mungkin juga, yang besarnya kurang lebih 3500 cc atau 3500 mL.[1]

f.

Volume total paru (total lung volume) Yaitu volume udara yang dapat ditampung paru - paru semaksimal mungkin, yang besarnya kurang lebih 4500 cc atau 4500 mL.[1]

E.

Kerangka Teori Farmakologi :

Faktor pencetus:

Bronkhodilator, teophilin, inhalasi

Faktor pemicu ( trigger) Cuaca dan suhu udara Polusi udara Stres Olah raga berlebihan

Fungsi paru

asma

Refluk esofagus 2. faktor penyebab ( inner/causes) Ingestan Inhalan Kontak dengan kulit

Non farmakologi

Renang

Bersepeda

Pursed Lips Breathing

Senam asma Diafragmatic Breathing

Kerangka teori Sumber : modifikasi Sulistyo (2012), Rogayah 2013, Fariz (2016), Yayasan Asma Indonesia (2013) Keterangan : : Yang diteliti : Tidak diteliti F. Kerangka Konsep Senam asma Perbedaan fungsi paru pada penderita asma Pursed lips breathing

Kerangka konsep Sumber : modifikasi Sulistyo (2012), Rogayah 2013, Yayasan Asma Indonesia (2013)

G. Hipotesis

Ho : 1. Tidak ada pengaruh senam asma terhadap fungsi paru pada penderita asma sebelum dan setelah senam asma. 2. Tidak ada pengaruh pursed lips breathing terhadap fungsi paru pada penderita asma sebelum dan setelah pursed lips breathing. 3. Senam asma dan pursed lips breathing sama baiknya terhadap fungsi paru pada penderita asma Ha : 1. Ada pengaruh senam asma terhadap fungsi paru pada penderita asma sebelum dan setelah senam asma. 2. Ada pengaruh pursed lips breathing terhadap fungsi paru pada penderita asma sebelum dan setelah pursed lips breathing. 3. Senam asma lebih baik dari pada pursed lips breathing terhadap fungsi paru pada penderita asma. H. Variabel Penelitian Penelitian tentang pengaruh senam asma dan pursed lips breathing terhadap fungsi paru pada penderita asma di Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang ini menggunakan variabel dependen ( variabel terikat) dan variabel independen (variabel bebas). 1. Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat dari variabel independen.[25] Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah fungsi paru pada penderita asma. 2. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen.[25] Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah senam asma dan pursed lips breathing.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian tentang pengaruh senam asma dan pursed lips breathing terhadap fungsi paru di Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang ini menggunakan metode penelitian jenis kuantitatif dengan desain penelitian quasi experimental dengan jenis rancangan two group pre and post test desaign yaitu dengan memberikan tes uji fungsi paru sebelum dan setelah dilakukan intervensi pada dua kelompok diatas.

2. Desain Penelitian Pre X1

X3

Post Senam asma seminggu X2 4 minggu sekali selama

Pursed lips breathing sehari 1Xkali, selama 2 4 minggu.

Perbedaan :

Efektifitas:

X1 - X2 = A

A

X3 - X4 = B

B

Keterangan : X1 : fungsi paru sebelum senam asma X2 : fungsi paru setelah senam asma X3 : fungsi paru sebelum pursed lips breathing X4 : fungsi paru setelah pursed lips breathing

A : Perbandingan fungsi paru sebelum dan sesudah dilakukan senam asma. B : Perbandingan fungsi paru sebelum dan sesudah dilakukan pursed lips breathing 3. Strategi intervensi Tabel 3.1 Strategi intervensi

Pre Test

Intervensi

Post Test

Pengukuran fungsi paru pada :

Pengukuran fungsi paru pada responden

Kelompok intervensi senam asma

Senam asma selama 60 menit 1 minggu sekali dilakukan selama 4 minggu

Pengukuran dilakukan setelah 4 minggu

Kelompok kontrol pursed lips breathing

Pursed lips breathing dilakukan sehari 1 kali selama 2 minggu

Pengukuran dilakukan setelah 2 minggu

B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang, dengan periode waktu April 2017 – Februari 2018.

C. Definisi Operasional Tabel 3.2 Definisi operasional No

Variabel penelitian

Definisi operasional

alat ukur

Hasil ukur

skala

1

Senam asma

2.

Pursed Lips Breathing

3.

Fungsi Paru

Kegiatan senam yang di lakukan oleh penderita asma 1 kali dalam 1 minggu, 1 kali senam selama 60 menit dan dilakukan selama 4 minggu. Latihan nafas yang dilakukan sehari 1 kali selama 2 minggu.

Cek list

Kondisi faal paru, saat ekspirasi dan inspirasi.

spirometri

-

Cek list

-

Hasil ukur menggunakan kriteria a. Normal, bila hasil FVC ≥ 80% dan FEV1 / FVC ≥ 75% b. Gangguan retriksi 1) Retriksi ringan : FVC : 60 – 79% 2) Retriksi sedang : FVC : 30 – 59% 3) Retriksi berat : FVC < 30% c.

Gangguan obstruksi Obsruksi ringan: FEV1/ FVC: 60 – 74 % 2) Obsruksi sedang: FEV1/ FVC: 30 – 59 % 3) Obsruksi berat: FEV1/ FVC: < 30 %

1)

D. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling 1. Populasi

-

Ratio

Populasi dari penelitian ini adalah semua penderita asma dewasa yang periksa secara rawat jalan pada bulan Juli 2017 di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Semarang sebanyak 47 orang. 2.

Sampel Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari penderita asma dewasa yang periksa secara rawat jalan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Semarang yang mewakili dari jumlah populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. a. Kriteria Inklusi 1)

Penderita asma dengan retriksi ringan dan retriksi sedang serta obstruksi ringan dan obstruksi sedang.

2)

Penderita asma yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eklusi 1) Penderita asma yang mempunyai penyakit jantung 2) Penderita asma yang mempunyai riwayat EIA ( exercise induced asma) yaitu seseorang yang mengalami asma setelah olah raga Penentuan besarnya sampel yang diambil oleh peneliti menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut : N

n

1  Ne

2

Keterangan :

n

: Jumlah sampel

N

: Jumlah populasi

e

: batas toleransi kesalahan ( error tolerance)

Jumlah populasi penderita asma dewasa pada bulan Juli adalah 47 orang: n

N 1  Ne

2 47

n

1  47 x (10%)

n

47 1  47 x(0,1)

n

2

2

.

47 1  0,47

=

31,9 sehingga dibulatkan menjadi 32 orang.

Jumlah 32 orang yang diambil sebagai sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 orang untuk kelompok intervensi senam asma dan 16 orang untuk kelompok pursed lips breathing. Untuk mengantisipasi adanya faktor drop out dari penelitian maka sampel ditambah 5 % dari jumlah sampel.[25] Pada penelitian ini jumlah sampel sebagai cadangan sebesar 5 % dari 32 orang atau sebanyak 4 orang, 2 orang sebagai cadangan untuk intervensi senam asma dan 2 orang untuk intervensi pursed lips breathing. Jumlah keseluruhan sampel adalah 36 orang.

Pelaksanaan senam asma dan pursed lips breathing pada penelitian ini berjalan lancar, namun ada seorang responden senam asma yang mengalami drop out dikarenakan ada kepentingan keluarga yang tidak

bisa ditinggalkan pada minggu pertama pelaksanaan senam asma, begitu juga dengan responden pursed lips breathing satu orang responden harus drop out dari penelitian karena responden tersebut pergi ke luar kota dan lupa melakukan pursed lips breathing. Antisipasi yang dilakukan peneliti adalah langsung mengganti dengan responden cadangan sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar. 3.

Tehnik sampling Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik nonprobability sampling dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. [25] Pertimbangan yang diambil oleh peneliti adalah jarak rumah dengan Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang dan kesibukan penderita asma. Penderita asma yang sibuk jelas tidak punya waktu untuk ikut senam asma yang diadakan oleh Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang. Penderita asma juga enggan ke Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang jika penyakitnya tidak kambuh, sehingga mereka juga malas untuk ikut senam asma karena jarak rumah yang jauh serta harus meluangkan waktu untuk senam asma di Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang. Pada penderita asma yang tempat tinggalnya jauh dari Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang diberikan intervensi pursed lips breathing karena selain tanpa menggunakan biaya juga tidak menyita banyak waktu dan dapat dilakukan di rumah atau tempat kerja.

E. Instrumen Penelitian

1. Alat pengumpul data a.

Alat pengumpul data untuk senam asma 1)

Standar Operasional Prosedur (SOP) senam asma SOP ini digunakan untuk menjelaskan tentang senam asma, tujuan dan langkah-langkah senam asma.

2)

Lembar cek list Lembar cek list untuk mencatat kehadiran peserta senam atau sebagai absensi.

3)

Lembar observasi Lembar observasi untuk mencatat karakteristik responden yang meliputi identitas umur berat badan tinggi badan dan untuk mencatat hasil pengukuran fungsi paru.

4)

Microtoice Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan dalam satuan centimeter

5)

Timbangan berat badan Adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat badan responden dalam satuan kilogram

6)

Spirometri Spirometri adalah alat yang digunakan untuk mengukur fungsi paru.

b.

Alat Pengumpul data untuk pursed lips breathing. 1) SOP pursed lips breathing. SOP ini digunakan untuk menjelaskan tentang pursed lips breathing, tujuan dan langkah-langkah pursed lips breathing. 2) Lembar cek list Lembar cek list untuk mencatat pursed lips breathing benar-benar dilakukan. 3) Lembar observasi Lembar observasi untuk mencatat karakteristik responden yang meliputi identitas umur berat badan tinggi badan dan untuk mencatat hasil pengukuran fungsi paru. 4) Microtoice Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan dalam satuan centimeter 5) Timbangan berat badan Adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat badan responden dalam satuan kilogram 6) Spirometri Spirometri adalah alat yang digunakan untuk mengukur fungsi paru.

2. Validitas dan reabilitas Syarat data yang diambil dalam penelitian adalah data yang valid dan untuk mendapatkan data yang valid memerlukan validitas alat. Validitas

spirometri dilakukan dengan kalibrasi. Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang melakukan kalibrasi alat kesehatan setahun sekali. Kalibrasi yang tertera pada alat spirometri, alat timbang berat badan dan alat ukur tinggi badan dilakukan oleh PT Famed Calibration pada tanggal 27 Nopember 2016 dan dijadwalkan untuk kalibrasi berikutnya pada tanggal 27 Nopember 2017. F.

Tehnik Pengumpulan Data 1.

Prosedur administrasi a.

Peneliti membuat manuskrip yang di acc pembimbing untuk selanjutnya mengurusi surat perizinan dari UP3M STIKES Karya Husada Semarang agar dibuatkan surat pengantar ke bagian administrasi kampus

b.

Administrasi kampus mengeluarkan surat permohonan izin penelitian ke Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang.

c.

Peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang dan dilanjutkan presentasi tentang penelitian “pengaruh senam asma dan pursed lips breathing terhadap fungsi paru pada penderita asma di Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Semarang” tempat presentasi di aula lt.3 Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang.

d.

Setelah ijin diberikan oleh Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang kemudian peneliti mengidentifikasi responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi

e.

Data responden dibagi menjadi dua untuk intervensi senam asma dan intervensi pursed lips breathing.

f.

Menemui responden kemudian menerangkan tentang tujuan, manfaat dan prosedur penelitian serta hak dan kewajiban selama menjadi responden.

Responden

yang

bersedia

kemudian

diminta

menandatangani form informed consent yang sebelumnya sudah dibaca oleh responden. 2.

Pemilihan asisten penelitian. a.

Peneliti dibantu oleh dua orang perawat yang sudah menjadi instruktur senam asma. Syarat untuk menjadi instruktur senam ini adalah : terlatih, sudah menjadi instruktur senam asma lebih dari 2 tahun.

b. Pendamping pelaksanaan pursed lips breathing Kriteria pendamping pelaksanaan pursed lips breathing adalah: orang terdekat dari penderita asma atau satu rumah dengan penderita asma, batasan umur adalah remaja akhir, dewasa awal, dewasa akhir dan awal lansia serta jujur. 3.

Proses pengumpulan data a.

Responden menandatangani informed consent tentang persetujuan menjadi responden penelitian pada saat responden periksa di Balai Kesehatan wilayah Semarang kemudian diukur tinggi badan dan berat badan.

b.

Responden senam asma dikumpulkan di aula Balai Kesehatan Masyarakat wilayah Semarang pada hari jumat jam 06.30 WIB untuk dilakukan pemeriksaan spirometri pre senam asma.

c. d.

Mengisikan hasil pada lembar observasi Pemberian pendidikan kesehatan pada responden kelompok intervensi pursed lips breathing dilakukan dengan cara door to door, Peneliti datang ke rumah responden yang berjumlah 16 orang ditambah 2 orang cadangan

e.

Blangko check list diberikan pada instruktur senam dan memberikan tanda centang (√) jika peserta hadir dan ikut senam, dan memberikan tanda minus (-) jika peserta tidak datang.

f.

Pendamping responden pursed lips breathing diberikan blangko check list dengan sistem pengisian sama dengan senam asma.

g.

Responden senam asma diukur spirometri pada jam 06.30 WIB sebelum senam asma pertama kali kemudian hasil ditulis di lembar pemeriksaan spirometri dan selanjutnya direkap dalam lembar instrumen penelitian di bagian hasil pengukuran sebagai hasil pengukuran pre senam asma.

h.

Setelah responden melakukan senam asma selama 4 kali dalam satu bulan selanjutnya diukur lagi fungsi paru responden dengan spirometri sebagai hasil pemeriksaan post senam asma dan hasil pemeriksaan ditulis di lembar pemeriksaan spirometri dan selanjutnya ditulis dalam lembar instrumen penelitian di bagian hasil pengukuran.

i.

Pada responden pursed lips breathing pemeriksaan spirometri dilakukan 15 menit sebelum responden mulai melakukan intervensi yaitu jam 16.30 WIB, kemudian hasil dicatat di lembar pemeriksaan spirometri dan selanjutnya direkap dalam lembar instrumen penelitian di bagian hasil pengukuran sebagai hasil pengukuran pre pursed lips breathing.

j.

Setelah responden pursed lips breathing melakukan intervensi selama 2 minggu kemudian diukur lagi sebagai data hasil post pursed lips breathing. Hasil dicatat pada lembar pemeriksaan spirometri dan selanjutnya direkap dalam lembar instrumen penelitian di bagian hasil pengukuran.

G. Pengolahan Data Peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.

Editing Dalam proses editing ini peneliti memeriksa kembali kebenaran data yang sudah dikumpulkan termasuk jika ada data yang tertulis kurang jelas. Langkah ini dilakukan setelah data terkumpul.

2.

Coding

Pada tahap coding ini peneliti memberi kode (SA) pada data check list dan lembar observasi untuk intervensi senam asma dan kode (PLB) untuk intervensi pursed lips breathing. 3.

Entry Pada tahap ini peneliti memasukkan data umur, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin dan data fungsi paru pre dan post intervensi pada komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Servise Solutions), yang nantinya akan dilakukan analisa data.

4.

Cleaning Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak sehingga data siap dianalisa.

H. Analisa Data 1.

Univariat Analisa univariat ini bertujuan untuk mendeskripsikan masing masing variabel yaitu dengan menilai mean, median dan standar deviasi (SD). Analisa ini mendeskripsikan tentang usia, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, hasil pengukuran fungsi paru pre intervensi dan hasil pengukuran fungsi paru post intervensi. Penyajian data hasil pengukuran fungsi paru dengan menggunakan tendensi sentral yaitu pada karakteristik usia, berat badan dan tinggi badan sedangkan jenis kelamin dan hasil pengukuran fungsi paru pre dan post intervensi menggunakan distribusi frekuensi.

2.

Bivariat

Tujuan dari analisa bivariat ini adalah untuk menganalisa hubungan dua variabel dalam penelitian, dalam hal ini untuk menganalisa senam asma terhadap fungsi paru dan menganalisa pursed lips breathing terhadap fungsi paru. Langkah - langkah yang dilakukan adalah menguji normalitas data, uji normalitas data dengan menggunakan shapiro – Wilk karena jumlah data kurang dari 50, Pada kelompok yang berpasangan dengan data berdistribusi normal menggunakan uji t-dependent sedangkan pada kelompok yang tidak berpasangan dengan data berdistribusi normal menggunakan uji t-independent. I.

Etika Penelitian Masalah etika dalam penelitian merupakan masalah yang sangat penting karena berhubungan dengan orang lain maka segi etika penelitian harus diperhatikan mengingat hak asasi dari setiap orang. Etika penelitian yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah: 1. Self determination Responden diberi kebebasan memilih apakah ikut dalam kegiatan penelitian atau tidak, setelah diberi penjelasan dan tanpa paksaan menandatangani informed consent 2. Aunonimity Selama penelitian nama responden dirahasiakan dan sebagai gantinya diganti dengan angka.

3. Confidentially

Peneliti menjaga kerahasiaan data dan informasi yang diberikan oleh responden, dan data tersebut disimpan sebagai data penelitian 4. Protection from discomfort Kenyamanan responden selama penelitian dijamin oleh peneliti. Apabila responden merasa tidak nyaman dan aman maka responden dapat keluar dari penelitian, atau apabila masih ingin melanjutkan penelitian dapat dilakukan dengan pengawasan perawat atau dokter. 5. Informed consent Informed consent diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria sampel, lembar ini disertai judul penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian agar responden memahami tujuan dan manfaat penelitian tersebut. 6. Justice Justice atau keadilan merupakan prinsip dimana peneliti memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kenyamanan responden. Perlakuan responden dengan intervensi senam asma sama dengan responden dengan pursed lips breathing.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ward Jane, Jeremy, (2016), Sistem Respirasi, Airlangga Edisi kedua, Jakarta

2.

Irrianto Koes, (2015), Mengenal Berbagai Macam Penyakit, Alfabeta, Jakarta.

3.

Andarmoyo Sulistyo (2012) Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi), Graha Ilmu, Jakarta

4.

More, Wenzel, (2016) Global Strategy for Asthma Management and Prevention, GINA (Global iniciatif for asthma), Amerika serikat

5.

Strachan David, (2014) The Global asthma report, Aucland, New Zeland

6.

Trihono, (2013), Riset Kesehatan Dasar, BALITBANGKES KEMENKES RI, Jakarta

7.

Santoso Budi, Sulistiowati Eva, (2013), Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah, BALITBANGKES KEMENKES RI, Jakarta.

8.

Pramudiyanto Arif, (2014), Profil Kesehatan Kota Semarang, DINKES Kota Semarang, Semarang.

9.

Rogayah, (2013), Ada Apa Dengan Asma, Yayasan asma Indonesia, Cetakan ke-4, Jakarta.

10.

Pangestuti Dwi Santi; “Pengaruh Breathing exercise Terhadap Fungsi Penafasan (RR dan APE) pada Lansia di UPT PSLU Kab. Jember,” e-Journal Pustaka kesehatan, vol 3 ( no.1 : 20 - 32), Bali, 2013

11.

Widjanegara, Tirtayasa Ketut; ”Senam Asma Mengurangi Kekambuhan dan Meningkatkan Saturasi Oksigen pada Penderita Asma di Poliklinik Paru RSUD Wargaya, Denpasar,” Sport and Fitness Journal, vol. 3, No.2 : 79- 89, Denpasar, 2015.

12.

Permata Dwi Veronica; “Pengauh Senam Asma Terhadap Fungsi Paru (KVP&FEV) pada Wanita Asma di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang,” Journal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 10(2), Semarang, 2015

13.

Astuti Widya Laily; “Pengaruh Pused Lips Breathing Terhadap Pola Pernafasan pada Pasien dengan Emfisiema di RS Paru DR. Ario Wirawan Salatiga, Semarang,” 2014

14.

Andrianty Fifi, Adiputro N.; “Penambahan Pursed Lips Breathing Pada Latihan Aerobik Lebih Baik Dalam Meningkatkan Kapasitas Fungsi Penderita Asma Bronchial,” Sport and fitness journal vol 5 no.1, 42 - 51, Jakarta, 2017

15.

The National Asthma Control Iniciative,(2015), A Breath of Life Asthma Control for My child, U.S. Departmnt of Health and Human Servise, USA.

16.

Pehimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), (2015), Penatalaksanaan Asma , Jakarta

17.

Usman Isnaniyah; “Faktor Resiko dan Faktor Pencetus yang Mempengaruhi Kejadian Asma pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang,” Jurnal kesehatan Andalas 4(2), Padang, 2015.

18.

Arganata Zuvil Fariz; “Beberapa Faktor Penyebab Gangguan Faal Paru Pada Penjual Unggas di Pasar Burung Kupag Surabaya,” The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, vol 5, no. 1:31 - 40, 2014.

19.

Tumigolung Tesalonika Gisella; “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Serangan Asma pada Penderita Asma di Kelurahan Mahakeret Barat dan Mahakeret Timur Manado,” e-journal keperawatan (e-Kp) Vo.4 no.2, Manado, 2016.

20.

Suzanne C. Smelter,(2014), Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Jakarta,EGC.

21.

Susy Putu; “Senam Asma Mempengaruhi Nilai Arus Puncak Ekspirasi Anak dengan Asma Bronkhial,” Denpasar, 2013

22.

Darmayasa I Ketut; “Senam Asma Tiga Kali Seminggu Lebih Meningkatkan Kapasitas Vital Paksa ( KVP ) dari pada Senam Asma Satu Kali Seminggu Pada Penderita Asma Persisten Sedang, Denpasar,” 2013

23.

Khotimah Siti; “Latihan Endurance meningkatkan kualitas hidup lebih baik dari pada latihan pernafasan pada pasien PPOK di BP4 Jogjakarta,” Sport and Fitness Journal vol.1, no.1 :20 - 32, Bali, 2013.

24.

Imania Rizki Dika; “Breathing exercise Sama Baiknya Dalam Meningkatkan Kapasitas Vital ( KV ) dan Volume Ekspirasi Paksa ( VEP ) Pada Tenaga Sortasi yang Mengalami Gangguan Paru di Pabrik Teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi,” Sport and Fitness Journal vo. 3 no. 3 : 38 - 49, Jakarta 2015.

25.

Sugiyono, (2015) Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta,

26.

Irkhamyudhi primasakti, Sari riana; “Perbedaan nilai rerata KVP% prediksi dan KV % prediksi antara orang dengan indeks massa tubuh normal dan diatas normal,” Biomedika, volume 8 nomor 1, Februari 2016

Related Documents


More Documents from "melvin"