Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
BAB III PERENCANAAN BADAN BENDUNG 3.1. Data Perencanaan Debit banjir rencana sungai/bendung (Qd)
= 200 m3/dt
Lebar dasar sungai pada lokasi bendung
= 35 m
Elevasi dasar sungai pada dasar bendung
= +100,00 m
Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh
= +104,00 m
Elevasi muka tanah pada tepi sungai di lokasi bendung
= +104,50 m
Kemiringan/slope dasar sungai
= 0,0035
Tegangan tanah dasar yang diijinkan (𝜎𝑡)
= 2,0 kg/cm2
Perencanaan bendung pelimpah pengambilan satu sisi (Q1) = 3,5 m3/dt 3.2. Perhitungan Hidrolika Air Sungai Dengan :
C
87
1 R
………………………… Rumus Bazim
V3 C R I …………………………. Rumus Chezy A b d 3 d 32
P b 2 2 d3 A R P Q A V3 Keterangan : Q = Debit banjir rencana (m3/dt) A = Luas tampang basah saluran (m2) V3 = Kecepatan aliran (m/dt) R = Jari – jari hidrolis (m) P = Keliling basah (m) I = Kemiringan dasar sungai C = Koefisien Chezy
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -1-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana γ = Kekasaran dinding saluran, diambil 1,3 untuk saluran tanah dengan kondisi biasa b = Lebar dasar saluran (m) d3 = Tinggi air sungai maksimum di hilir bendung (m) 3.2.1. Menentukan Tinggi Air Maksimum pada Sungai
Gambar 3.1 Penampang Melintang Sungai
Perhitungan tinggi air maksimum pada saat banjir rencana terjadi (Qd) memerlukan suatu perhitungan dengan cara coba – coba (trial and error) menggunakan persamaan Chezy sampai didapat Q Qdesign. Data yang digunakan dalam perhitungan sebagai berikut, Kemiringan tepi sungai (m) =1:1 Lebar dasar sungai (b) = 35 m Debit banjir rencana (Qd) = 225 m3/dt Kemiringan dasar sungai (I) = 0,0035 Kekasaran dinding saluran (𝛾) = 1,3 Tabel 3.1 Perhitungan Tinggi Muka Air Maksimum di Hilir Bendung d3 (m) 1,7135
A (m2) 62.9086
P (m) 39.8465
R (m) 1.5788
C V (m/dt) Q (m3/dt) Kesalahan 42.7597 3.1785 199.957 0.0422
1,7136
62.9124
39.8468
1.5789
42.7603
3.1787
199.978
0.0219
1,7137
62.9163
39.8471
1.5789
42.7609
3.1788
199.998
0.0015
1,71371
62,9167
39,8471
1,579
42,7609
3,1788
200,000
0,0000
1,7138
62.9201
39.8474
1.5790
42.7615
3.1789
200.018
-0.0189
1,7139
62.9240
39.8476
1.5791
42.7620
3.1791
200.0392
-0.0392
1,7140
62.9278
39.8479
1.5792
42.7626
3.1792
200.059
-0.0596
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -2-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana Dari perhitungan tersebut, maka didapat d3 = 1,71371 m Cek jenis aliran air dengan Bilangan Froude (Fr) Fr = 1...................aliran kritis Fr > 1...................aliran super kritis Fr < 1...................aliran sub kritis 3,1788 V Fr = = = 0.7753 < 1, termasuk dalam aliran sub kritis. 9,81 x 1,71371 g.d 3 3.2.2. Menghitung Lebar Bendung Lebar bendung yaitu jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment). Agar tidak mengganggu sifat pengaliran setelah dibangun bendung dan untuk menjaga agar tinggi air di depan bendung tidak terlalu tinggi, maka dapat dibesarkan sampai B ≤ 1,2 Bn. Untuk menentukan besarnya tinggi jagaan (freeboard) dapat ditentukan dari tabel berikut: Tabel 3.2. Tinggi Jagaan Minimum untuk Saluran Tanah Q (m 3 /dt)
Tinggi Jagaan (m)
< 0,5
0,40
0,5 – 1,5
0,50
1,5 – 5,0
0,60
5,0 – 10,0
0,75
10,0 – 15,0
0,85
>15,0 1,00 Sumber : Kriteria perencanaan KP-03-hal 26 Debit sungai pada data perencanaan adalah sebesar 200 m3/detik sehingga tinggi jagaan yang digunakan adalah 1,00 meter. Menghitung Lebar Sungai Rata – Rata (Bn) Bn = b + 2 . (½.d3) = b + d3 = 35 + 1,71371 = 36,71371 m
Menghitung Lebar Maksimum Bendung (B) B = (6/5). Bn = (6/5). 36,71371
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -3-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana = 44.056452 ≈ 44 m 3.2.3. Menghitung Lebar Pintu Penguras Lebar Pintu Penguras 1 .B 10 1 = . 44 10 = 4,4 m Lebar maksimum pintu penguras = 2 m
∑b1 =
4,4 = 2,2 ≈ n = 3 buah 2 4,4 b1 = = 1,466 m 3 Lebar pintu penguras (b1) = 1,466 m Keterangan : b1 = lebar pintu penguras (m) n = jumlah pintu penguras
n=
3.2.4. Menghitung Lebar Efektif Kemampuan pintu pembilas untuk mengalirkan air dianggap hanya 80% saja, maka disimpulkan besar lebar efektif bendung : Beff = B - ∑ t – 0.20. ∑b1 Dimana : Beff
: Lebar efektif bendung (m)
B
: Lebar maksimum bendung (m)
t
: Jumlah tebal pilar (m)
b1
: Jumlah lebar pintu - pintu pembilas (m)
Tebal pilar (t) diambil = 1,5 m
Direncanakan 3 pintu pembilas dan 3 pilar : Beff = B - ∑ t – 0.20. ∑b1 = 44 – (3.1,5) – 0,20.(3.1,466) = 38,62 m
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -4-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
b t b t b t
Beff
Gambar 3.2. Sketsa Lebar Efektif Bendung
3.2.5. Menentukan Tinggi Mercu Bendung (P) Peil mercu bendung ditentukan oleh berbagai faktor, sebagai pedoman dapat diambil sebagai berikut : - Elevasi dasar sawah bagian hilir, tertinggi, dan terjauh = 104,00 m - Tinggi genangan air sawah
= 0,10 m
- Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah
= 0,10 m
- Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke tersier
= 0,10 m
- Kehilangan tekanan dari saluran primer ke sekunder
= 0,10 m
- Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran
= 0,20 m
- Kehilangan tekanan akibat alat-alat ukur
= 0,35 m
- Kehilangan tekanan dari sungai ke primer
= 0,10 m
- Kehilangan tekanan akibat bangunan-bangunan
= 0,25 m
- Kehilangan tekanan akibat eksploitasi
= 0,20 m Jumlah = 105,50 m
Sehingga : Elevasi tinggi mercu bendung (x) Elevasi dasar sungai pada dasar bendung (y ) Maka tinggi mercu bendung (P) = x – y = 105,50 m – 100,00 m = 5,5 m Jadi, tinggi mercu bendung yang direncanakan adalah 5,5 m
= 105,50 m = 100,00 m
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -5-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 3.3. Perhitungan Tinggi Air Maksimum Di Atas Mercu Bendung
Gambar 3.3 Mercu Bendung 3.3.1. Tinggi Energi dari Puncak Mercu Bendung Debit Rencana (Qd) = 200 m3/dt Tinggi mercu bendung (p) = 5,5 m Lebar efektif bendung (Beff ) = 38,62 m 3/2 Q = C. Beff . He 3 Qd He 2 C = C1 x C2 x C3 C x Beff
Qd He C x B eff
2 3
dimana : Qd = debit banjir rencana (m3/dt) Beff = lebar efektif bendung (m) He = tinggi total air di atas bendung (m) C = koefisien pelimpasan (discharge coefficient) C1 = dipengaruhi sisi depan bendung C2 = dipengaruhi lantai depan C3 = dipengaruhi air di belakang bendung Nilai C, C1, C2, dan C3 didapat dari grafik ratio of discharge coefficient (pada lampiran). Untuk menentukan tinggi air di atas bendung digunakan cara coba – coba (trial and error) dengan menentukan tinggi perkiraan He terlebih dulu. Dicoba He = 1,5 m maka :
P 5,5 3,667 He 1,5
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -6-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana Dari grafik DC 12 (pada lampiran) didapatkan C1 = 2,184 (dengan upstream face : vertical)
Hd = P + He – d3 = 5,5 + 1,5 – 1,71371 = 5.2863 m Hd d 3 4,1664515 1,8335485 4.67 He 1,5
Dari grafik DC 13 A diperoleh C2 = 1
Hd 5,2863 3.5241933 He 1,5
Dari grafik DC 13 B diperoleh C3 = 1 Didapat C = C1 x C2 x C3 = 2,184 2
Qd He' C x B eff
2
3 225 3 1.732m He He` 2,184 x 38,62
Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan tabel. Tabel 3.3. Perhitungan Tinggi Air di Atas Mercu Bendung (hd+d3)/H (hd)/He e
He
hd
p/He
C1
C2
C3
C
He'
Kesalahan
1,5
5.2863
3.667
4.667
3.5242
2.184
1
1
2.184
1.777
0,24
1,6
5.3863
3.4375
4.4375
3.3664
2.183
1
1
2.183
1.777
0,133
1,7
5.4863
3.2353
4.2353
3.2272
2,182
1
1
2.182
1.778
0,078
1,71
5.4963
3.2164
4.2164
3.2142
2,181
1
1
2,181
1.778
0,068
1,75
5.5363
3.1429
4.1429
3.1636
2,180
1
1
2,180
1.778
0,028
1.779
5.5653
3.0916
4.0916
3.1283
2.179
1
1
2.179
1.779
0,00
Maka diperoleh tinggi total air di atas puncak/mercu bendung (He) = 1,779 m 3.3.2. Tinggi Kecepatan Air Maksimum Untuk menentukan tinggi air maksimum di atas mercu bendung dipergunakan cara coba-coba (trial and error), sehingga diperoleh hv0 = hv0’. H = He – hv0
d0 = H + p
A = Beff x d0
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -7-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
v0
2
Qd A
Keterangan : hv0 H d0 v0 g
hv 0
v0 2g
= tinggi kecepatan di hulu sungai (m) = tinggi air maksimum di atas mercu (m) = tinggi muka air banjir di hulu bending (m) = kecepatan aliran di hulu bendung (m/dt) = gravitasi (9,81 m/dt2)
Tabel 3.4 Perhitungan Tinggi Kecepatan Air Maksimum hv0
H
d0
A
v0
hv0'
Kesalahan
0,003
1.776
7.276
281.4016
0.7107
0.0257
0.0227
0,009
1.77
7.27
281.1696
0.7113
0.0258
0.0168
0,018
1.761
7.261
280.8215
0.7122
0.0259
0.0079
0,020
1.759
7.259
280.7442
0.7124
0.0259
0.0059
0.0259
1.7531
7.2531
280.5160
0.7130
0.0259
0,000
0,055
1.724
7.224
279.3905
0.7158
0.0261
0.0289
0,060
1.719
7.219
279.1972
0.7163
0.0262
0.0338
0,065
1.714
7.214
279.0038
0.7168
0.0262
0.0388
0,070
1.709
7.209
278.8104
0.7173
0.0262
0.0438
Dimana : Qd d3 Beff P He
= 200 m3/dt = 1,71371 m = 38,62 m = 5,5 m = 1,779 m
Maka didapat : hv0 = hv0’ = 0.0259 m H = 1.7531 m d0 = 7.2531 m A = 280.5160 m2 v0 = 0.7130 m/dt
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -8-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 3.4.Perhitungan Ketinggian Energi pada Tiap Titik 3.4.1. Tinggi Energi pada Aliran Kritis Menentukan hidrolic pressure of the weir (dc)
q
Q Q B' Beff 200 38,62
5.1713 m3 dt m 1
q2 3 d c g 1
4,9782 2 3 9.81 1.3969 m
Menentukan harga Ec vc
q dc 4,9782 1,3619
3.7019 m dt
hvc
vc 2 2g
2 3,6552
2 9,81
0.6985 m
Ec d c hvc P 1,3619 0,6810 5,5 7.5954 m Keterangan : dc = tinggi air kritis di atas mercu (m) vc = kecepatan air kritis (m/dt) hvc = tinggi kecepatan kritis (m) Ec = tinggi energi kritis (m)
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -9-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 3.4.2. Tinggi Energi (Air Terendah) Pada Kolam Olakan Untuk menentukan tinggi energi (air terendah) pada kolom olakan dicari dengan cara coba-coba (trial and error) dimana E1≈Ec. Diketahui : q = 5.1713 m3 dt m Ec = 7.5954 m Dimana : 2
v hv1 1 2g
q d1 v1
E1 d1 hv1
Tabel 3.5. Perhitungan Tinggi Energi (Air Terendah) Pada Kolam Olakan V1
q
d1
hv1
E1
Ec
Kesalahan
10,6908
4.9782
0,5449
5,8253
6,3702
7.5429
0,3978
10,7321
4.9782
0,5428
5,8704
6,4132
7.5429
0,3548
10,7654
4.9782
0,5411
5,9069
6,4480
7.5429
0,3200
10,8653
4.9782
0,5361
6,0171
6,5532
7.5429
0,2148
11.8516
4.9782
0.4363
7.1590
7.5954
7.5954
0,0000
11,9432
4.9782
0,5003
6,9095
7,4098
7.5429
-0,6418
12,7689
4.9782
0,4949
7,0595
7,5544
7.5429
-0,7864
12,9567
4.9782
0,4872
7,2866
7,7738
7.5429
-1,0058
Maka diperoleh : v1 = 11.8516 m/dt E1 = 7.5954 m d1 = 0.4363 m hv1 = 7.1590 m dimana : d1 = tinggi air terendah pada kolam olakan (m) v1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m) hv1 = tinggi kecepatan (m) E1 = tinggi energi (m) 3.4.3. Tinggi Energi (Air Tertinggi) pada Kolam Olakan v1 Fr = g . d1 =
11.8516 9,81.0,4363
= 5.7284
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -10-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
d2 =
=
v2
d1 1 8 Fr 2 2
1 2
1
0,4363 1 8 . (5,7284) 2 2
1 2
1
= 3.3234 m q = d2
5.1713 3.3234 = 1.5560 m/dt 2 v = 2 2g =
hv2
1.55602 = 2 . 9,81
E2
= 0.1234 m = d2 + hv2
= 3,3234 + 0,1234 = 3,4468 m Keterangan : Fr = bilangan Froude d2 = tinggi air tertinggi pada kolam olakan (m) v2 = kecepatan aliran (m/dt) hv2 = tinggi kecepatan (m) E2 = tinggi energi (m) 3.4.4. Tinggi Energi di Hilir Bendung Pada perhitungan sebelumnya, telah didapat d3 = 1,71371 m. q v3 = d3 =
hv3
5.1713 1,71371
= 3.0176 m/dt 2 v3 = 2g 3.0176 2 = 2 . 9,81
= 0.4641 m
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -11-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
E3 = d3 + hv3
= 1,71371 + 0,4641 = 2,1778 m Keterangan : d3 = tinggi air di hilir bendung (m) v3 = kecepatan aliran di hilir bendung (m/dt) hv3 = tinggi kecepatan di hilir bendung (m) E3 = tinggi energi di hilir bendung (m) 3.4.5. Perhitungan Panjang dan Dalam Penggerusan Dalam penggerusan (scouring depth) : d0 = 7.2531 m d3 = 1,71371 m h = d0 – d3 = 7.2531 – 1,71371 = 5.5394 m q = 5.1713 m3 dt m d = diameter batu terbesar yang hanyut waktu banjir, diambil d = 300 mm
Schoklish Formula : 4,75 T = 0,32 . h 0,2 . q 0,57 d 4,75 = . (5,5394) 0,2 . (5.1713) 0,57 2.7508 m 0 , 32 300 Keterangan : T = kedalaman penggerusan (m) d = diameter batu terbesar yang hanyut waktu banjir (mm) h = beda tinggi muka air di hulu dan di hilir (m) q = debit persatuan lebar (m3/detik/m)
Perhitungan Panjang penggerusan (scouring length) : v1 = 11.8516 m/dt H = 1.7531 m P = 5,5 m
Angelholzer Formula : L
= (v1 2 g H )
2p H g
= (11,8516 2 . 9,81 .1,7531)
2 . 5,5 1,7531 9,81
= 20.5133 m Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -12-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana Keterangan : L = panjang penggerusan (m) v1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/dt) H = tinggi air maksimum dari puncak mercu (m) P = tinggi mercu bendung (m) g = gravitasi (9,81 m2/detik)
Tabel 3.6 Ketinggian Energi pada Tiap Titik Titik-titik 0 1 2 3 c H He P T L
d (m) 7.2531 0.4363 3.3234 1.71371 1.3969
v (m/dt) hv (m) 0.7130 0.0259 11.8516 7.1590 1.5560 0.1234 3.0176 0.4641 3.7019 0.6985 1.7531 1.779 5,5 2.7508 20.5133
e (m) 7.5954 3.4468 2.1778 7.5954
Elevasi Masing – Masing Titik : Elev. dasar sungai = + 100,00 m Elev. muka air normal (MAN)
= 100,00 + P
Elev. muka air banjir (MAB)
= 100,00 + 5,5 = + 105,5 m = 100,00 + d0
Elev. energi kritis
= 100,00 + 7.2531 = + 107.2531 m = 100,00 + Ec
Elev. energi di hilir bendung
= 100,00 + 7.5954 = + 107.5954 m = 100,00 + E3
Elev. dasar kolam olakan
= 100,00 + 2.1778 = + 102.1778 m = 100,00 – (T – d3)
Elev. sungai maksimum di hilir
= 100,00 – (2.7508 – 1,71371) = + 98.9629 m = 100,00 + d3 = 100,00 + 1,71371 = + 101,71371 m
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -13-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
MAB
+ 107.253 m
E1 = 7.5954 m
0.026 0.6895
MAN
1.779
1.753
+ 105,50 m
1.397
Vc = 3.7019 m/dt 5.5653
7.253 5.500
V0 = 0.713 m/dt
7.159
V1 = 11,8516 m/dt
E2 = 3.4468 m
0.1234
E3 = 2,1778 m 0.464
3.3234
+100.00m +98.963m
v2 = 1,556 m/dt
1.714 2.751
0.4363
Gambar 3.4 Ketinggian Energi pada Tiap Titi
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -62-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
3.5. Perencanaan Bentuk Mercu Bendung 3.5.1. Menentukan bagian muka (up stream) bendung Untuk menentukan bentuk penampang kemiringan bendung bagian hulu, ditetapkan berdasarkan parameter seperti H dan P, sehingga akan diketahui kemiringan bendung bagian up stream seperti ketentuan pada Tabel 2.7. Data : H
= 1.7531 m
P
= 5,5 m
P 5,5 3,1373 H 1,7531 Tabel 3.7. Nilai P/H Terhadap Kemiringan Muka Bendung P/H
Kemiringan
< 0.40
1:1
0.40 – 1.00
3:2
1.00 – 1.50
3:1
> 1.50
Vertikal
Dari tabel, untuk P/H = 3,2245 diperoleh kemiringan muka bendung adalah vertikal. Bentuk mercu yang dipilih adalah mercu Ogee. Bentuk mercu Ogee tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana, karena mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Untuk debit yang rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu. Dari buku Standar Perencanaan Irigasi KP-02 Hal 57 Gambar 4.9, untuk bendung mercu Ogee dengan kemiringan vertikal, pada bagian upstream diperoleh nilai : X0 = 0,175 H = 0,175 × 1.7531 = 0.307 m X1 = 0,282 H = 0,282 × 1.7531 = 0.494 m R0 = 0,5 H = 0,5 × 1.7531 = 0.877 m R1 = 0,2 H = 0,2 × 1.7531 = 0.351 m 3.5.2. Menentukan bagian belakang (down stream) bendung Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, U.S. Army Corps of Engineers mengembangkan persamaan sebagai berikut :
x n k H ( n1) y ..................................................(1) Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -63-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana Dimana : Nilai k dan n tergantung kemiringan up stream bendung.
Harga – harga k dan n adalah parameter yang ditetapkan dalam Tabel 2.8.
x dan y adalah koordinat – koordinat permukaan down stream.
H adalah tinggi air di atas mercu bendung. Tabel 3.8. Nilai k dan n untuk Berbagai Kemiringan Kemiringan permukaan
k
n
1:1
1,873
1,776
3:2
1,939
1,810
3:1
1,936
1,836
vertikal
2,000
1,850
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP-02 Hal 56 Tabel 4.2 Bagian up stream : vertikal Dari tabel di atas diperoleh : k = 2,000 n = 1,850 Nilai k dan n disubstitusi ke dalam persamaan (1) Sehingga didapat persamaan downstream
x n k H ( n1) y
x1,850 2 1,75311,8501 y
x1,850 3.223 y
x1,850 3,223 y 0.310x1,850 y
Menentukan Koordinat Titik Singgung antara Garis Lengkung dengan Garis Lurus Sebagian Hilir Spillway o Kemiringan bendung bagian down stream (kemiringan garis lurus)
dy 1 (1 : 1) dx o Persamaan parabola : y 0,310 x1,850 Turunan pertama persamaan tersebut : Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -64-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
y 0,310 x1,850 dy 1,85.0,310.x 0,85 dx dy 0,5740.x 0,850 dx Kemiringan garis lurus 1:1
dy 1 dx dy 1 tg dx 1 1 0,5740 x 0,850
x 0,850
1 0,5740
xc 1,6030 m
y 0,310 x1,850 y 0,310 1,6030
1,850
yc 0,7428 m
Diperoleh koordinat titik singgung xc , y c = (1.6030 ; 0.7428) m Jadi perpotongan garis lengkung dan garis lurus terletak pada jarak: y = 0,7428 m dari puncak spillway x = 1,6030 m dari sumbu spillway Lengkung Mercu Spillway Bagian Hilir Persamaan : y 0,310 x1,850 Elevasi muka air normal
= + 105,5 m
Elevasi dasar kolam olakan xc , y c = (1,5716 ; 0,7329) m
= + 98.963 m
Tabel 3.9. Lengkung Mercu bagian Hilir / Down Stream (interval 0.2 m) x(m) 0,0 0,2 0,4
y(m) 0,0000 0.0158 0.0570
elevasi(m) 105.500 105.484 105.443 Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -65-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
0,6 0.1206 105.379 0,8 0.2053 105.295 1,0 0.3103 105.190 1,1 0.3701 105.130 1,2 0.4347 105.065 1,3 0.5041 104.996 1,4 0.5782 104.922 1.6030 0.7428 104.757 Bagian Hilir Spillway dengan Kemiringan 1 : 1 ; 45o
tg 1
y tg 1 y x x Elev. dasar kolam olakan = + 98.963 m persamaan
Tabel 3.10. Bagian Hilir dengan Kemiringan 1:1 x(m) 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,6 2,8 3,0 3,2 3,4 3,6 3,8 4 5 5.794
y(m) 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,6 2,8 3,0 3,2 3,4 3,6 3,8 4 5 5.794
elevasi(m) 104.757 104.557 104.357 104.157 103.957 103.757 103.557 103.357 103.157 102.957 102.757 102.557 102.357 102.157 101.957 101.757 101.557 101.357 101.157 100.957 100.757 99.757 98.963 Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -66-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
Gambar 3.5 Rencana Bentuk Mercu Bendung
3.6. Perencanaan Lantai Depan (Apron) Untuk mencari panjang lantai muka, maka yang menentukan adalah ΔH terbesar. ΔH terbesar ini biasanya terjadi pada saat air muka setinggi mercu bendung, sedangkan di belakang bendung adalah kosong. Seberapa jauh lantai muka ini diperlukan, sangat ditentukan oleh garis hidraulik gradien yang digambar ke arah upstream dengan titik ujung belakang bendung sebagai titik permulaan dengan tekanan sebesar nol. Miring garis hidraulik gradien disesuaikan dengan kemiringan yang diijinkan untuk suatu tanah dasar tertentu, yaitu dengan menggunakan Creep Ratio (c).
Gambar 3.6 Teori Bligh
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -67-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana Berdasarkan teori Bligh, prosedur mencari panjang apron dengan hidraulik gradient ini menggunakan perbedaan tekanan sepanjang garis aliran. 1.000
16.795
5.500 Hhi = 0,5782 Hgh = 0,6
Hef = 0,2
Hfg = 0,4
+100,00m
Hcd = 0,2
Hde = 0,3
Hab = 0,6
Hbc = 0,3
1.000
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
+98,963m
a g
f 1.000
4.537
3.000
3.000
d
e 1.000
b
c h
i 1.045
1.750
2.000
1.750
2.000
1.750
2.000
1.750
2.000
1.750
2.891
2.000
1.500
1.500
Gambar 3.7 Creep Line Rencana
3.6.1. Menentukan panjang lantai muka dengan rumus Bligh L ΔH = c L = c . ΔH dimana : ΔH = Beda tekanan L = Panjang creep line cbligh = Creep ratio (diambil c = 5, untuk pasir kasar) 3 ΔH ab = 0,6 5 1,5 0,3 ΔH bc = 5 1 ΔH cd = 0,20 5 1 .5 0,3 ΔH de = 5 1 ΔH ef = 0,20 5 1,0 0,20 ΔH fg = 5 Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -68-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 3,0 0,6 5 2,891 = 0,5782 5
ΔH gh
=
ΔH hi
ΔH = 3,18 m
L = 3,18 x 5 = 15,89 m Faktor keamanan = 20% . 15,89 m = 3,18 m Jadi Ltotal = 15,89 m + 3,18 m = 19,07 m 3.6.2. Menentukan Panjang Creep Line (Creep Length) Panjang horizontal ( Lh ) = 1,5 + 1,5 + 2 + 2.891 + 1,75 + 2 + 1,75 + 2 + 1,75 + 2 + 1,75 + 2 + 1,75 + 1,045 = 25,686 m Panjang vertikal ( Lv ) = 3 + 1 + 1 +3 + 4,537 + 0,5 + 0,5 + 0,5 + 0,5 + 0,5 + 0,5 + 0,5 + 0,5 + 0,5 + 1 = 18,037 m Panjang Total Creep Line ( ΣL ) = Lh + Lv = 25,686 + 18,037 = 43,723 m Cek : L H . c 43,723 3,18 x 5 43,723 15,89.............
(konstruksi aman terhadap tekanan air)
Pengujian Creep Line ada dua cara yaitu:
a. Teori Bligh L = Cc . Hb Di mana L Cc Hb Hb
= = = = =
Panjang Creep Line yang diijinkan Koefisien Bligh (Cc diambil 5) beda tinggi muka air P + H – d3 5,5 + 1,7531 – 1,7137 = 5,5394 m
sehingga L = Cc . Hb = 5 . 5,5394 = 27,697 m Syarat :
L < ΣL 27,697 m < 43,723 m ……………………..(OK!!!)
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -69-
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana b. Teori Lane L = Cw . Hb Di mana Cw adalah koefisien lane (Cw diambil 3) Sehingga L = Cw . Hb = 3 . 5,5394 = 16,6182 m
1 Lh 3 1 = 18,037 + x 25,686 3 = 26,6 m
Ld = Lv +
Syarat :
L < Ld
16,6182 m < 26,6 m ……………….......(OK!!!) Tabel 3.11 Data Hasil Perhitungan d3
1.7137
v1
11.8516
v3
3.1788
d1
0.4363
L’=Beff
38.68
hv1
7.1590
P
5.5
E1
7.5954
He
1.779
d2
3.3234
hv0
0.0259
v2
1.5560
d0
7.2531
hv2
0.1234
H
1.7531
E2
3.4468
v0
0.7130
T
2.7508
dc
1.3969
L
20.5133
vc
3.7019
hv3
0.4641
hvc
0.6985
E3
2.1778
Ec
7.5954
ΣL
43.723
Abisena Ismoyo Syahlani - 1519151045 -70-