BAB III OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM (IPAM) DI BINONG KABUPATEN SUBANG
3.1
Umum Sistem penyediaan air minum untuk Kawasan Pamanukan dan Binong
menggunakan sumber air baku dari saluran irigasi Tarum Timur yang berada di Binong. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboraturium air baku yang digunakan belum layak untuk dikonsumsi maka perlu diolah terlebih dahulu. Berikut hasil pemeriksaan laboraturium air baku pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Data Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Baku No.
Parameter Analisis
Satuan
Baku Mutu
Metoda
Hasil Analisis
-
-
Tidak Berbau
Fisika 1
Bau
2
Zat Padat Terlarut
mg/L
1000
187
3
Kekeruhan
NTU
-
23,9
4
Basa
-
-
Tidak Berasa
5
Temperatur
°c
Suhu Udara ± 3°c
26,1
6
Warna
Pt.Co
-
25
7
Daya Hantar Listrik
uS/cm
-
312
Kimia A. Kimia Anorganik : 1
Besi (Fe)
Mg/L
0,3
0,482
2
Fluorida (F)
Mg/L
0,5
< 0,20
3
Kesadahan (CaCO3)
Mg/L CaCO3
-
79
4
Klorida (Cl)
Mg/L
600
15,6
5
Mangan (Mn)
Mg/L
0,1
0,184
6
Natrium (Na)
Mg/L
200
30,0
7
Nitrat (Sebagai NO3)
Mg/L
10
2,98
8
Nitrit (Sebagai NO2)
Mg/L
0,06
0,052
9
pH
-
6–9
6,61
III-1
III-2 10
Sulfat (SO4)
Mg/L
400
45,8
11
Kalium (K)
Mg/L
-
3,37
12
CO2 agresif
Mg/L
-
2,5
13
Keasamaan pp
Mg/L CaCO3
-
6,57
14
Kelindian mo
Mg/L CaCO3
-
80,4
15
Zat Organik (KMnO4)
Mg/L
-
8,36
Baku mutu mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 (Standar Kualitas air baku kelas 1)
Sumber : PDAM Tirta Rangga Subang, 2017
Berdasarkan dari data kualitas air baku hasil pemeriksaan laboratorium tersebut, dapat diketahui bahwa air baku yang berasal dari saluran irigasi Tarum Timur layak digunakan sebagai air baku untuk diolah menjadi air minum.
Gambar 3.1 Saluran Irigasi Tarum Timur Di PDAM kabupaten Subang yang berada di Kecamatan Binong ini terdapat 2 WTP (Water Treatment Plant) Dimana kedua WTP tersebut merupakan instalasi pengolahan lengkap dan setiap unit pengolahan pada masing-masing WTP memiliki tahapan yang sama yaitu terdiri dari :
III-3 1. Koagulasi 2. Flokulasi 3. Sedimentasi 4. Filtrasi 5. Desinfeksi
3.2
Operasional dan Pemeliharaan di IPA Tirta Rangga Binong
3.2.1
Operasional dan Pemeliharaan pada Unit Pengolahan Air
3.2.1.1 Bangunan Intake
Pengoperasian Pada intake di IPA Tirta Rangga Binong air baku yang dimanfaatkan berasal
dari irigasi Tarum Timur yang memiliki tinggi air atau debit yang berfluktuasi, hal ini terjadi salah satunya karena dipengaruhi oleh perubahan musim. Maka dari itu, petugas biasanya melakukan pengecekan terhadap tinggi air. Pengecekan tinggi air tidak dilakukan secara kuantitatif atau dengan cara diukur, tetapi hanya menggunakan perkiraan dengan cara melihat pada batasan jaring yang dibuat untuk menentukan tinggi air yang dianggap cukup. Jika dirasa tinggi air sudah cukup maka tidak ada masalah sedangkan jika dalam kondisi surut maka dilakukan penutupan arus air pada irigasi agar tinggi air menjadi naik atau alternatif lain yang dilakukan adalah menimbun endapan lumpur agar permukaan air menjadi naik. Selain memeriksa tinggi air, petugas pun memeriksa dan menjaga kebersihan di sekitar intake dengan cara membersihkan endapan lumpur serta memungut sampah-sampah di sekitar intake.
III-4
Pemeliharaan Pemeliharaan bangunan Intake dilakukan dengan cara membersihkan screen
dari kotoran-kotoran atau sampah yang tertahan pada screen tersebut dan pemeriksaan terhadap pompa submersible untuk mencegah masuknya sampah atau kotoran pada pompa sehingga dapat menyebabkan debit air yang masuk ke unit pengolahan
menjadi
berkurang,
serta
mengambil
dan
membersihkan
kotoran/sampah yang terapung diatas air pada bak pengumpul. Selain itu pemeliharaan lain yang dilakukan adalah memeriksa dan membersihkan pompa intake (submersible) dari kotoran atau sampah yang mungkin akan menyumbat pompa tersebut. Kegiatan pemeriksaan dan pembersihan ini dilakukan setiap 2 kali dalam 1 bulan. Namun terkadang permasalahan sampah yang masuk ini masih terjadi karena pemantauan dan pembersihannya tidak dilakukan setiap hari. 3.2.1.2 Unit Koagulasi
Pengoperasian Air yang telah masuk ke penampung intake selanjutnya masuk ke unit koagulasi di IPA Tirta Rangga Binong. Proses koagulasi terjadi di dalam pipa dan pembubuhan koagulannya dilakukan dengan cara injeksi. Untuk mengetahui kebutuhan koagulan maka dilakukan jar-test dan dilakukan perhitungan kebutuhan PAC. Pembuatan koagulan dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari. Pada unit ini koagulator memanfaatkan energi dari pompa intake dengan Flash Mixing yang dilakukan di pipa sebelum masuk ke unit IPAM dengan menggunakan In Liner Mixer (IM). Petugas biasa melakukan pengecekan pada selang pompa dosing untuk memastikan tidak terjadi kebocoran dan memastikan sekat-sekat dalam koagulasi tidak tersumbat agar proses
koagulasi
berlangsung
dengan
baik.
Selanjutnya
petugas
mengoperasikan pompa pembubuh koagulan dan melakukan stel stroke pompa sesuai dengan perhitungan yang sudah dilakukan.
III-5
Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan pada unit bangunan koagulasi yang dilakukan rutin setiap hari adalah memeriksa pompa dosing dan pipa yang diinjeksikan pada pipa inlet untuk mengantisipasi adanya kebocoran atau mungkin terjadinya penyumbatan.
Kemudian
memeriksa
tangki
tempat
koagulan
untuk
membersihkan endapan koagulan apabila endapannya sudah cukup tinggi dan memeriksa alat pengaduknya untuk mengetahui apakah alat pengaduknya masih berfungsi dengan baik. Sedangkan untuk pemeliharaan yang dilakukan setiap minggu adalah melakukan perawatan terhadap pompa dosing. 3.2.1.3 Unit Flokulasi
Pengoperasian Pada unit flokulasi di IPA Tirta Rangga Binong proses flokulasinya yaitu dengan sistem pengadukkan hidrolis yang terdiri dari 9 bak untuk WTP 1 dan terdiri dari 6 bak untuk WTP 2. Pengadukan dilakukan secara lambat dimana air diaduk secara perlahan melalui sebuah bukaan sluice gate yang terletak pada setiap effluent kompartemen, dimana bukaan sluice gate pada kompartemen pertama terletak di bawah sedangkan pada kompartemen terakhir, bukaan sluice gate terletak diatas. Saat proses flokulasi berlangsung katup penguras telah dipastikan oleh petugas sudah dalam keadaan tertutup dengan baik agar proses flokulasi berjalan secara optimal.
Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan pada unit bangunan flokulasi yang dilakukan rutin setiap hari adalah memeriksa katup dan pipa inlet dan pipa penguras untuk mengantisipasi terjadinya kebocoran, sedangkan pengurasan dan pembuangan lumpur yang terdapat pada sludge hopper dilakukan rutin setiap sebelum IPAM dioperasikan. Untuk pemeliharaan setiap 2 minggu sekali pada unit bangunan flokulasi adalah merawat bak dari kemungkinan tumbuhnya lumut atau
III-6 ganggang serta flok yang menempel di sekeliling bak flokulasi, dimana cara pembersihannya dilakukan dengan menggunakan sikat plastik atau injuk. 3.2.1.4 Unit Sedimentasi
Pengoperasian Pada IPAM Binong unit sedimentasi bekerja dengan cara aliran Up Flow (aliran naik ke atas), sedangkan untuk memperbesar efisiensi pengendapan di dalam unit ini dilengkapi dengan plate settler yang terbuat dari bahan fiberglass yang mampu menahan pertumbuhan dari lumut. Sama seperti unit flokulasi, Saat proses sedimentasi berlangsung katup penguras telah dipastikan oleh petugas sudah dalam keadaan tertutup dengan baik agar proses flokulasi berjalan
secara
optimal.
Air
yang
keluar
dari
outlet
diperiksa
kekeruhnnya.selain itu jika ada buih atau Sampah.
Pemeliharaan Pemeliharaan unit bangunan sedimentasi yang dilakukan secara rutin setiap hari adalah memeriksa katup dan pipa penguras untuk mengantisipasi adanya kebocoran, sedangkan untuk kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setiap 2 minggu adalah memeriksa dan membersihkan endapan yang menempel pada plate settler dengan cara membersihkannya dengan sikat plastik atau injuk serta membersihkan sekeliling bak sedimentasi dari kotoran-kotoran yang menempel pada bak sedimentasi tersebut.
3.2.1.5 Unit Filtrasi
Pengoperasian Setelah melalui proses sedimentasi, selanjutnya air masuk ke unit filtrasi dimana terjadi proses pemisahan zat padat dari zat cair dengan cara melewatkan air melalui media berporos untuk menyaring partikel-partikel yang halus, materi tersuspensi yang lolos dari bak sedimentasi serta mikroorganisme, dimana cara penyaringan dilakukan secara gravitasi. Filter yang digunakan pada unit filtrasi
III-7 ini adalah batu alam untuk lapisan paling bawah dan pasir kuarsa di lapisan atas. Selama proses filtrasi berlangsung, katup penguras sudah dipastikan tertutup dengan baik oleh petugas sedangkan katup inlet dan outlet unit filtrasi dalam keadaan terbuka. Filter dapat dibersihkan bila keadaanya sudah jenuh oleh kotoran-kotoran yang tersaring (clogging) dengan cara pencucian filter dengan membalikkan arus air ke dalam filter tersebut (backwash).
Pemeliharaan Pemeliharaan unit bangunan filtrasi rutin dilakukan setiap hari yaitu dengan memeriksa katup dan pipa inlet, pipa backwash dan pipa penguras untuk mengantisipasi adanya kebocoran pada proses pengolahan air, katup pipa inlet dalam keadaan terbuka sedangkan katup pada pipa backwash dan pipa penguras dalam keadaan tertutup. Untuk proses pencucian filter atau backwash dilakukan apabila telah terjadi clogging, mengingat clogging yang terjadi pada setip bak filtrasi tidak menentu akibat kekeruhan air baku yang fluktuatif, maka proses backwash tersebut biasanya dilakukan hanya apabila terjadi clogging saja, sehingga operator atau petugas setiap saat rutin memerikasa keadan yang terjadi pada bak sedimentasi untuk mengantisipasi terjadinya clogging. Sedangkan untuk pemeliharaan yang dilakukan setiap minggu adalah membrsihkan kotoran-kotoran yang menempel di sekeliling bak filtrasi tersebut.
3.2.1.6 Reservoir
Pengoperasian Air yang telah melalui proses filtrasi selanjutnya akan masuk ke reservoir. Reservoir ini menampung air bersih dimana pada reservoir ini terjadi proses desinfeksi yang tujuannya untuk membunuh mikroorganisme. Kemudian dilakukan pemeriksa kekeruhan dan sisa klor dari air bersih dari pipa outlet penampung setiap jam;
III-8
Pemeliharaan Pemeliharaan pada bangunan reservoir dan rumah pompa mencakup kegiatan
perawatan sarana secara periodik yang bersifat mencegah kerusakan dan melakukan perbaikan atas sarana bangunan yang rusak. Adapun kegiatan perawatan yang dilakukan antara lain : a. memeriksa sistem perpipaan untuk mengantisipasi terjadinya kebocoran yang dilakukan rutin setiap hari. b. Memperbaiki pipa yang mengalami kebocoran yang dilakukan pada saat terjadinya kebocoran. c. membersihkan dinding dan lantai bak reservoir dengan larutan kaporit 25% dan membersihkan endapan lumpur atau pasir jika ada, yang
biasanya dilakukan
setiap 6 bulan sekali. d. melakukan perawatan terhadap pompa distribusi setiap minggunya. e. Bersihkan pipa masukan, keluarkan, katup-katup dan ventilasi udara setiap bulannya 3.2.2
Operasional Pompa Air Baku dan Distribusi serta Sistem Perpipaan di IPA Tirta Rangga Binong Pengoperasian pompa air baku dan distribusi serta sistem perpipaan secara
umum adalah sebagai berikut : Pompa Air Baku dan Distribusi
mengamati kondisi pompa, memeriksa baut-baut, katup-katup, kelurusan kopling, putaran pompa dan arah putarannya sebelum dioperasikan;
mengatur debit sesuai dengan kapasitas yang diperlukan dengan cara mengatur bukaan katup;
Operasikan pompa dan biarkan pompa air mengalir dengan stabil
Sistem Perpipaan
memeriksa sambungan-sambungan pipa pada instalasi untuk mencegah kebocoran pipa;
III-9
memeriksa semua katup pada setiap unit untuk memastikan dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
memeriksa manometer, pastikan dalam kondisi baik;
memeriksa gate valve pada pipa utama, pastikan selalu terbuka sebagaimana mestinya.
3.2.3
Penentuan Dosis Bahan Kimia Zat kimia digunakan dalam proses pengolahan air bersih di Instalasi
Pengolahan Air (IPA) Binong adalah PAC untuk proses koagulasi, dan kaporit (CaOCl2) untuk desinfeksi. 3.2.2.1 PAC Dosis pemakaian PAC bubuk ini ditentukan atas hasil Jar Test serta dosis Pac akan berbeda disesuaikan dengan kondisi kekeruhan air baku yang terjadi di lapangan.
1.
2.
Dosis rata-rata diperkirakan = 2.5 – 30 mg/l Nilai yang diambil
= 30 mg/l
Waktu 1 hari kerja
= 24 Jam
Keperluan PAC dalam 1 hari = (24 x 3600) detik/hari x 80 l/detik x 30 mg/l = 207.36 kg/hari = 208 kg/hari 3.
Kebutuhan air Pelarut Diambil Konsentrasi larutan
= 50%
III-10 Air Pelarut untuk 1 hari (24 jam operasi)
=
50% = 208 kg / X X
= (208 x 100)/50
X
= 416 liter
Atau : 208 kg PAC dicampur dengan 416 liter air atau tiap 1 kg dicampur dengan 2 liter air. 3.2.2.2 Kaporit 1.
2.
Kebutuhan klor untuk DPC diambil = 1 mg/l Sisa klor
= 0.5 mg/l
Dosis klor total
= 1.5 mg/l
Untuk 1 (satu) hari kerja diambil
= 24 jam
Keperluan kaporit
= (24 x 3600) dtk/hari x 80 l/dtk x 1.5 mg/l = 10.3 kg/hari
Kadar Cl2
= 60 %
Keperluan Kaporit
= (100/60) x 10.3 kg/hari = 17.16 kg/hari
Dibulatkan 3.
= 18 kg/hari
Kebutuhan air pelarut Konsentrasi larutan diambil
= 15 %
III-11 Air pelarut yang dibutuhkan dalam (satu) hari kerja = 15 % = 18 kg/hari / X X
= (18 x 100) / 15
X
= 120 liter