BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan Jurnal Review. 1. Jurnal ke - 1 a. Judul
: Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Kelas Ibu Hamil di Desa Kertak Hanyar II Wilayah Puskesmas Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Tahun 2016
b. Peneliti
: Susilawati, Hakim & Mahdiyah (2017).
c. Pembahasan Penelitian ini membahas tentang Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yang masih tinggi jumlahnya dibandingkan dengan negara di ASEAN. Untuk menurunkan
angka
kematian
pada
anak
dan
ibu
harus
mensinergiskan beberapa program yang meliputi program mulai dari kehamilan, melahirkan, bayi, balita, remaja, PUS, sampai usia lanjut. Salah satu upaya pencegahan terjadinya AKA dan AKI perlu diadakan program
atau kegiatan
yang bermanfaat
seperti
mengadakan kelas ibu hamil. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang kelas ibu hamil di
29
Desa Kertak Hanyar II Wilayah Kerja Puskesmas Kertak Hanyar Kabupaten Banjar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan jenis penelitian observasional serta menggunakan desain studi rancangan cross sectional. Jumlah populasi penelitian pada penelitian ini semua ibu hamil bulan Maret tahun 2016 di desa Kertak Hanyar. Penelitian yang dilakukan oleh 50 responden bahwa jalannya perkembangan selama hidup semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumapi dan semakin banyak hal yang menambah pengetahuannya. Tidak dapat mengajarkan hal baru kepada orang yang usianya sudah tua, karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Sebagian besar responden yaitu 38 orang responden tidak bekerja.pekerjaan merupakan aktivitas fisik yang dilakukan seseorang secara berkelanjutan menurut ketentuan pekerjaan. Ibu yang bekerja cenderung memiliki keterbatasan waktu untuk mengikuti kegiatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu lebih banyak tidak bekerja, namun kenyataan di lapangan menunjukkan hasil yang bertolak belakang yaitu banyak ibu yang tidak hadir dalam kelas ibu hamil. Menurut asumsi peneliti, hal ini dapat diakibatkan kurangnya peranan suami dan keluarga dan dari segi ilmu. Penyebab lain yang ditemukan oleh peneliti adalah kurangnya partisipasi dalam kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
adalah
30
kesibukan
responden baik
posisinya sebagai ibu rumah tangga atau mencari kesibukan lain untuk menambah jumlah pendapatan keluarga. Hal ini diperparah oleh jauhnya jarak antara rumah responden dengan
pusat unit
pelayanan kesehatan sebagai tempat pelaksanaan kelas ibu hamil sehingga menimbulkan kemalasan responden untuk mengikuti kelas ibu hamil yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Penyuluhan tentang pentingnya tentang kelas ibu hamil yang dilakukan pada dasarnya
untuk
merubah
perilaku
responden
agar
mau
mengimunisasi anaknya. Tiga komponen perilaku manusia yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dari
penelitian
diatas
dapat
ditarik
asumsi
bahwa
pengetahuan ibu tidak mempengaruhi sikap ibu terhadap kelas ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pentingnya manfaat kelas ibu hamil akan mempengaruhi perilaku ibu supaya
mau datang dikelas ibu hamil. Sikap responden
disebabkan oleh pengetahuan yang baik kemungkinan besar akan menciptakan yang baik pula. Dan dari hasil penelitian tersebut dapat diperoleh bahwa sebagian besar responden sudah memahami
bagaimana
sikap yang tepat dalam pemberian .
Dukungan suami dan keluarga adalah keikutsertaan suami dalam
memberikan dorongan kepada ibu, mengikuti kelas ibu
hamil. Keikutsertaan suami dan keluarga dalam memberikan dukungan adalah salah satu kegiatan pokok yang sangat penting . Penelitian ini mayoritas suami dan keluargapengambil keputusan
31
sedangkan responden tidak
berperan
dalam
pengambilan
keputusan untuk untuk mengikuti kegiatan kelasibu hamil. Hal ini dipengaruhi beberapa
faktor misalnya kurangya pengetahuan
suami dan keluarga akan pentingnya kegiatan kelas ibu hamil. Suami dan keluarga tidak mengetahui pentingnya kelas ibu hamil yang membahas mengenai bahaya -bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas. Kesibukan suami dalam merealisasikan perannya sebagai kepala keluarga. Penyebab lain yang ditemukan peneliti adalah adanya sebuah
anggapan yang beredar dan
dianut oleh kebanyakan kalangan masyarakat walaupun tidak sengaja dibentuk dan tidak disepakati
secara resmi
yaitu
kebiasaan pembagian kerja dalam rumah tangga dimana suami hanya
bertanggung
jawab dalam memberikan nafkah kepada
keluarga dan istri. Sebagai kepala keluarga, dukungan suami dalam kegiatan kelas ibu hamil sangat dibutuhkan yaitu dengan memberikan motivasi kepada ibu untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan kelas ibu hamil. Dorongan keluarga dalam hal ini suami sangat mempengaruhi dalam kehadiran ibu dalam kelas ibu hamil.
2. Jurnal ke - 2 a. Judul
:Perbedaan
Tingkat
Pengetahuan
tentang
Kehamilan Sehat dengan Indikator Kesehatan Ibu Hamil yang Mengikuti Kelas Ibu Hamil.
32
b. Peneliti
: Widhowati, Indriono & Yuniarsi (2017).
c. Pembahasan Penelitian
ini
membahas
tentang
Perbedaan
Tingkat
Pengetahuan tentang Kehamilan Sehat dengan Indikator Kesehatan Ibu Hamil yang Mengikuti Kelas Ibu Hamil. Rancangan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan waktu yang digunakan penelitian adalah cross sectional dengan jumlah populasi sebanyak 480 ibu hamil dan sampel penelitian sebanyak 209 ibu hamil dengan kelompok mengikuti kelas ibu hamil sebanyak 86 dan yang tidak mengikuti kelas ibu hamil sebanyak 123 ibu hamil. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat ukur diantaranya alat ukur panjang berupa meter line, alat ukur berat berupa timbangan injak, alat ukur DJJ berupa fetal dopler, dan alat ukur standar hemoglobin merupakan alat ukur standar internasional sehingga tidak membutuhkan standarisasi ulang. Penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok yang mengikuti kelas ibu hamil dan kelompok yang tidak mengikuti kelas ibu hamil. Peneliti memilih responden dengan teknik insidental sampling dengan mengumpukan ibu yang mengikuti kelas ibu hamil dan yang tidak mengikuti di masing-masing desa. Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 4
33
minggu
s.d. 36
minggu
(menjelang persalinan) dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Kegiatan penelitian
dilakukan secara terjadwal yang dipandu
oleh bidan atau tenaga kesehatan yang telah mendapat pelatihan menjadi fasilitator kelas ibu hamil. Penelitian Dikelas ini ibu bisa berbagi informasi mengenai kesehatan ibu dan anak dan hal lain
yang terkait dengan sesama dan juga petugas kesehatan.
Paket yang digunakan dalam kelas ibu hamil yaitu Buku KIA, flip chart (lembar balik), pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil dan buku senam ibu hamil. Hasil dari pembahasan penelitian ini adalah mendiskusikan mengenai pencapaian beberapa indikator kesehatan ibu hamil antara yang
mengikuti kelas ibu hamil dengan yang tidak
mengikuti kelas ibu hamil. Secara garis besar terdapat indikator yang berbeda secara signifikan, namun ada pula yang tidak berbeda secara signifikan. Dari hasil penelitian ini juga terdapat beberapa indikator yang tidak dapat dibandingkan karena dari kedua kelompok memiliki hasil 100% sama atau dalam kondisi normal secara keseluruhan. Berikut akan dibahas secara lebih detail. Dalam
penelitian
ini
terdapat
enam indikator
yang
setelah dilakukan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan, indikator tersebut adalah; pertambahan BB, LiLA, TFU, DJJ, kadar Hb, dan tekanan darah. semua responden berada dalam rentang normal. Pertambahan BB sudah sesuai dengan usia, LiLA secara keseluruhan di atas 23.5 cm, TFU juga
34
sudah sesuai dengan usia kehamilan, dan DJJ berada dalam rentang normal antara 120-160 x/menit. Kenaikan berat badan ibu
hamil
dapat digunakan sebagai indeks untuk menentukan
status gizi ibu hamil, karena terdapat kesamaan dalam jumlah kenaikan berat badan saat hamil pada semua ibu hamil. Ratarata total pertambahan berat badan ibu hamil berkisar 10-15 kg yaitu 1 kg pada trimester I dan selebihnya pada trimester II dan III. Mulai trimester II sampai III rata-rata pertambahan berat badan adalah 0,3-0,7 kg/minggu.Bertambahnya berat badan sesuai,minimal 8 kg selama kehamilan (1 kg tiapbulan). 7 Faktor faktor yang memengaruhi peningkatan berat badan ibu hamil sendiri adalah
oedema,
proses
metabolisme,
pola makan,
merokok, muntah, atau diare. Tidak adanya perbedaan pertambahan berat badan antara yang mengikuti kelas ibu hamil dengan tidak mengikuti kelas ibu hamil dimungkinkan karena responden di antara dua kelompok memiliki kondisi yang hampir sama. Misalnya usia ibu hamil di kedua kelompok berada dalam rentang usia produktif, di antara kedua kelompok juga tidak tercatat memiliki penyakit tertentu yang menyebabkan gangguan permasalahan gizi. Lingkar lengan atas merupakan salah satu alat ukur yang digunakan pada ibu hamilmaupun wanita usia subur (WUS) untuk menilai status gizi,
sehingga
dapat
diketahui komplikasi
selama
kehamilan. Pada penelitian ini juga tidak ada perbedaan yang
35
bermakna antara responden yang ikut kelas ibu hamil dengan yang tidak ikut kelas ibu hamil, karena dari kedua kelompok memangtidak
ada
yang
mengalami
permasalahan gizi.
Pengukuran tinggi fundus uteri mulai dari batas atas symfisis dan disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Penelitian ini menunjukkan bahwa kelas ibu hamil secara signifikan dapat meningkatkan konsumsi tablet Fe, jumlah kunjungan
ANC, dan
tingkat
pengetahuan
ibu
mengenai
kesehatan ibu hamil. Peningkatan konsumsi tablet Fe seiringan dengan peningkatan kunjungan ANC karena saat ibu berkunjung pada
saat
itu
pula
ibu
mendapat
tambahan tablet
Fe.
Peningkatan pengetahuan ibu hamil melalui program kelas ibu hamil
ini sesuai dengan hasil penelitian di tempat lain. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) bekerja sama dengan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008 di daerah Nusa Tenggara Barat menyatakan adanya peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku positif dalam menghadapi kehamilan, persalinan, dan masa nifas pada ibu hamil yang mengikuti kelas antenatal. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ariyani dkkdi wilayah Kota Denpasar, Gianyar dan Bandung juga menyatakan bahwa kelas antenatal secara signifikan meningkatkan pengetahuan ibu hamil.
36
Walaupun
kelas
ibu
hamil
dapat meningkatkan
pengetahuan ibu, akan tetapi program ini belum mencapai target indikator kesehatan ibu hamil yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelas ibu hamil belum bisa menjangkau ranah
lanjut
dari pengetahuan,
yaitu
sikap
dan
perilaku,
sehingga perlu diadakan peninjauan atau penelitian selanjutnya mengenai proses pelaksanaan kelas ibu hamil. Penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
hanya
variabel
pengetahuan, kunjungan ANC, dan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi ibu hamil. Hal ini dimungkinkan program kelas ibu hamil belum
bisa memberikan
pengaruh
yang optimal di
beberapa variabel yang lain akibat kegiatan kelas ibu hamil hanya mampu memberikan pengaruh ke ranah kognitif. Perilaku individu dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga perlu kajian yang lebih mendalam mengenai proses pelaksanaan program kelas ibu hamil.
3. Jurnal ke - 3 a. Judul
:Pelaksanaan
Kelas
Ibu
Hamil
dengan
Kemandirian Ibu Primipara dalam Perawatan Neonatus di Puskesmas Sukorame Kota Kediri b. Peneliti
: Kusmiwijayah, A & Kristianti, S. (2017).
c. Pembahasan Penelitian ini membahas tentang Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
37
dengan Kemandirian Ibu Primipara dalam Perawatan Neonatus di Puskesmas Sukorame Kota Kediri. Penelitian penelitian analitik
korelasional
dengan
ini
merupakan
pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil primigravida trimester III (usia kehamilan 29-40 minggu) di wilayah kerja Puskesmas Sukorame kota Kediri berjumlah 35 orang. Sampel
dalam
penelitian
ini
adalah sebagian
dari
populasi yang memenuhi criteria inklusi, sebanyak 22 orang. Teknik
sampling
menggunakan
metodepurposive sampling.
Variabel Independent dalam penelitian ini yaitu pelaksanaan kelas
ibu
hamil,
Kemandirian
sedangkan
ibu primipara
Variabel dalam
Dependent perawatan
adalah neonatus.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk menilai pelaksanaan kelas ibu hamil dan lembarobservasi (ceklist)
untuk
menilai kemandirian
ibu
primipara
dalam
melakukan perawatan bayi di rumah. Untuk menguji hipotesis, digunakan fisher exact probablity test untuk taraf kesalahan α = 5%. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil berdasarkan disimpulkan
hasil
bahwa
sebagian
hasil
penelitian,
besar responden
melaksanakan kelas ibu hamil dengan kategori baik yaitu 72,7% dan sebagian kecil dengan kategori kurang baik yaitu sebesar 27,3%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil telah
mengikuti
kelas
38
ibu
hamil dan
telah
merasakan
manfaatnya sebagai salah satu upaya pemeliharaan kesehatan ibu selama kehamilan.Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap
muka
secara
berkelompok
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu hamil mengenai kehamilan, sampai
persalinan,
nifas,
KB, pencegahan
komplikasi
pada perawatan bayi baru lahir sehari-hari.
Terdapat
empat topik utama yang harus dikuasai oleh ibu hamil selama pelaksanaan kelas ibu hamil. Tingginya pemahaman yang didapatkan ibu hamil selama mengikuti kelas ibu hamil ini, membuktikan bahwa keberadaan kelas
ibu
hamil
merupakan sarana
yang
tepat
untuk
mendapatkan berbagai informasi kesehatan secara lebih mengarah. Sejauh ini, penyuluhan kesehatan atau pemberian informasi kesehatan
ibu
dan
anak pada
umumnya hanya
diberikan
melalui konsultasi perorangan atau kasus per kasus pada pertemuan posyandu dan pemeriksaan kehamilan saja. Dengan demikian, pengetahuan yang didapatkan oleh ibu hamil biasanya hanya terbatas pada masalah kesehatan yang dialami saja. Selain itu, tidak adanya rencana kerja tentang penyuluhan yang terkoordinir dengan baik, akan berakibat pada kesulitan petugas kesehatan penyuluhan
dalam melakukan yang
evaluasi
terhadap keberhasilan
telah diberikan. Dengan demikian, kegiatan
kelas ibu hamil ini merupakan kegiatan yang terencana dengan
39
baik
dan
disusun dengan
menerapkan
berbagai
metode
pembelajaran, seperti tatap muka dalam kelompok, diskusi kelompok, demonstrasi dan tukar pengalaman nyata antara ibu hamil/ suami/ keluarga dan tenaga kesehatan. Kelas ibu hamil ini sangat
mudah
perncanaan
yang
untuk matang
pertemuan disampaikan serta
melibatkan
diikuti
karena
untuk setiap
secara
sistematis
tenaga kesehatan
yang
telah memiliki
pertemuan.
Materi
dan menyeluruah, kompeten
dalam
penyampaian materi. Selain itu, penggunaan media belajar seperti buku KIA, flip chart dan alat peraga yang digunakan sesuai pembahasan materi, menjadi daya tarik tersendiri bagi kelompok ibu hamil yang terlibat dalam kelas ibu hamil. Dengan keberadaan berbagai fasilitas penunjang itu, ibu hamil akan merasa lebih mudah memahami dan mengaplikasilan pengetahuan/ketrampilan yang diperoleh dalam kehidupan seharihari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang telah mengikuti kelas hamil
ternyata sebagian besar telah memiliki
kemandirian yang cukup dalam perawatan neonatus, yaitu sebesar 68,2% . Adapun sebagian kecil (31,8%) menunjukkan sikap kurang
mandiri dalam perawatan neonatus sehari-hari. Dalam
penelitian
ini,
kemandirian ibu hamil dalam melaksanakan
perawatan neonatus dikaji dari empat aspek, yaitu :
40
(1) perawatan tali pusat bayi, (2) cara memandikan bayi, (3) pencegahan hipotermia pada bayi, serta (4) pemberian ASI ekslusif. Keempat aspek ini bisa didapatkan ibu hamil dari hasil pembelajaran kelas ibu hamil pada pertemuan terakhir atau
pertemuan
4. Berdasarkan
penelitian ini, sebagian kategori
mandiri
pemberian ASI
data
besar ibu
dalam
eklusif,
yang
hamil
dinyatakan dengan
hal pencegahan yaitu
sebesar
diperoleh dari
hipotermia
54,5%
dan
dan 72,7%.
Sedangkan untuk kedua aspek yang lain, yaitu aspek perawatan tali pusat dan memandikan bayi
masih tergolong kategori
kurang mandiri sebesar 22,7% dan 45,5%. berpendapat bahwa kemandirian terpengaruh
hanya bisa pada
dibentuk
lingkungan
sosial
bila
seseorang
tidak
dan dibiarkan
bebas
mengatur kebutuhannya sendiri. Dari
data
responden didapatkan
bahwa
hanya
13,6%
responden yang berlatar belakang pendidikan Perguruan Tinggi, sedangkan sisanya hanya lulus Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Sedangkan untuk data sosial ekonomi setidaknya bisa dilihat dari data pekerjaan responden yang sebagian besar sebagai ibu rumah tangga (72,7%). Faktor lain yang belum terkaji adalah kebudayaan
masyarakat
setempat
yang masih
mempercayakan perawatan bayi pada dukun bayi.
Namun
demikian, dari data diatas, bisa pula kita simpulkan bahwa adanya kegiatan kelas ibu hamil mampu memberikan kontribusi
41
positif terhadap
kemandirian
ibu
dalam
hal pencegahan
hipotermia dan pemberian ASI ekslusif. Dua aspek yang tentunya membutuhkan
pemahaman
yang
lebih tinggi
jika
dibandingkan dengan memandikan bayi dan perawatan tali pusat. Sadar atau tidak, sebagian besar responden telah mampu bersikap mandiri dalam dua aspek perawatan bayi ini, dengan berbekal pengetahuan yang didapatkan selama mengikuti kelas ibu hamil. Sehingga, besar kemungkinan bagi para ibu muda ini untuk mampu bersikap mandiri dalam hal memandikan bayi dan perawatan
tali
pusat,
jika
tidak
ada pengaruh kuat dari
kebudayaan setempat. Hubungan Kemandirian
pelaksanaan Ibu
Kelas
Primipara
NeonatusBerdasarkan hasil hitung
IbuHamil Dalam
Terhadap Perawatan
fisher exact probablity test
untuk taraf kesalahan α 5% (0,05) antara pelaksanaan kelas ibu hamil dengan kemandirian ibu hamil dalam perawatan neonatus, didapatkan 𝑝(hitung) adalah 0,054 lebih besar dari 0,05. Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa harga 𝑝 (hitung) lebih besar sehingga
dari
H0 diterima dan
taraf
kesalahan
H1 ditolak,
yang ditetapkan,
yang
berarti
tidak
terdapat hubungan antara pelaksanaan kelas ibu hamil dengan kemandirian ibu hamil dalam perawatan neonatus. Data yang didapatkan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa terdapat hubungan positif antara pelaksanaan kelas
42
ibu hamil yang baik dengan kemandirian ibu hamil dalam perawatan neonatus yaitu sebesar 59,1%. Demikian pula dengan pelaksanaan kelas ibu hamil yang kurang baik juga disertai dengan kemandirian ibu yang kurang dalam perawatan neonatus, yaitu sebesar 18,2%. Namun demikian, berdasarkan uji fisher exact didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pelaksanaan kelas
ibu
hamil
dengan
kemandirian
ibu hamil
dalam
perawatan neonatus. Kemungkinan penyebab utama diperolehnya hasil
penelitian
ini
adalah karena jumlah responden yang
digunakan sebagai sampel yang terlalu kecil sehingga dianggap tidak memenuhi kriteria untuk dilakukan uji chi square.Selain itu,
adanya
proses
interaksi
pelaksanaan kegiatan kelas
ibu
yang tidak efektif selama hamil,
dinilai
memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi kemandirian ibu hamil dalam perawatan neonatus. Interaksi ini meliputi interaksi antara ibu hamil dengan petugas kesehatan, keluarga maupun sesama anggota kelompok ibu hamil. Dalam kegiatan kelas ibu hamil, sudah seharusnya peserta dituntut untuk mampu menyampaikan pendapat serta ide-ide terkait dengan pengalaman masing-masing selama menjalani proses kehamilan. Selain itu, mereka juga diharapkan bisa melibatkan
anggota keluarga
untuk
berperan
aktif dalam
perawatan ibu selama proses kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan neonatus. Semakin banyak keluarga yang terpapar
43
dengan pengetahuan yang tepat tentang perawatan neonatus, maka akan semakin kecil kemungkinan ibu dan keluarga tersebut untuk tergantung pada dukun bayi dalam perawatan neonatus seharihari. Dengan demikian bisa meminimalkan pengaruh penggunaan adat istiadat atau kebudayaan masyarakat yang
tidak
sesuai
dengan prinsip kesehatan, seperti memberikan bobok/ramuan daun-daunan pada saat perawatan tali pusat. Namun demikian, harapan dari pelaksanaan kegiatan ini tentu saja tidak akan terwujud apabila ibu hamil sebagai peserta dan keluarga sebagai pendamping tidak
mau
berperan
serta
secara
aktif untuk
mengikuti kegiatan yang telah direncanakan. Demikian pula bila tenaga kesehatan sebagai fasilitator tidak mampu memandu jalannya interaksi antar peserta kelas ibu hamil dengan baik. Keterbatasan
interaksi
ini
bisa
dipengaruhi
dari
ketidakmampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyampaikan pendapat, ide dan pengalaman pribadi oleh karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Terlebih jika dilihat bahwa sebagian besar responden (86,4%) hanya berlatar
belakang
pendidikan
sekolah dasar dan menengah. Selain itu, status responden yang baru pertama kali hamil juga menjadi salah satu penyebab keterbatasan responden dalam berbagi pengalaman saat interaksi kelas ibu hamil berlangsung. Ibu hamil tidak akan mampu bercerita
banyak
jika
44
tidak mengalami
secara
langsung
mengenai topik yang dibahas, misalnya pengalaman pertama saat menyusui.
Bagi
ibu
hamil primigravida,
tentunya
akan
mengalami banyak kesulitan dalam menyampaikan ide/pendapat terkait hal tersebut karena belum pernah merasakan secara langsung. Oleh karena itu, kehadiran tenaga kesehatan sebagai fasilitator diharapkan mampu membuka wawasan ibu dengan penggunaan berbagai metode yang mudah dipahami mengenai proses laktasi, walaupun peserta kelas ibu hamil belum pernah mengalami proses ini secara nyata. Kebutuhan ibu hamil untuk melakukan interaksi dengan orang-orang serta lingkungan yang tepat
akan membentuk sikap mandiri yang sangat diperlukan
pada perawatan neonatus. Dengan demikian, semakin baik proses persiapan ibu selama kegiatan kelas
ibu
mandiri
ibu
seharihari.
pula Hal
ini
hamil,
maka
diharapkan
dalam melakukan berarti,
akan
akan semakin
perawatan
neonatus
semakin berkurang
pula
ketergantungan ibu terhadap orang lain sehingga bisa berperan optimal
dalam
menyertai putra/putri mereka selama proses
tumbuh kembangnya. Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
(1)
Sebagian
besar responden
memiliki hasil yang baik dari pelaksanaan kelas ibu hamil; (2) Sebagian
besar
responden
45
memiliki kemandirian
dalam
melakukan perawatan
neonatus; (3) Pelaksanaan kelas ibu
hamil tidak ada hubungannya dengan kemandirian ibu dalam melakukan perawatan pada neonatus. 4. Jurnal ke - 4 a. Judul
:Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil dan Kader Posyandu Balita tentang Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan di Kabupaten Banyumas..
b. Peneliti
: Ulfah. M, Ardiyanti & Setyaningsih, (2016).
c. Pembahasan Penelitian
ini
membahas
tetang
Upaya
Peningkatan
Pengetahuan Ibu Hamil dan Kader Posyandu Balita tentang Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan di Kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan dalam aplikasi ipteks ini adalah pelatihan kader posyandu balita dan pendidikan kesehatan pada ibu hamil melalui pemberian materi terprogram pada kelas ibu hamil dan pemeriksaan kehamilan denga menggunakan metode Participatory Learning and Action (PLA). Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan rerata skor pengetahuan kader posyandu balita dan ibu hamil masingmasing sebesar 7,6-37 dan14-16 point. Pelatihan Kader Posyandu Balita Pelatihan kader dengan tema utama peningkatan peran mengenali faktor
dan risiko
fungsi dan
kader
deteksi
posy andu dini
bahaya
dalam dalam
kehamilan. Dengan memilki pengetahuan tersebut diharapkan kader dapat diberdayakan untuk membantu pelaksanaan program
46
sekaligus sebagai penggerak dalam bidang kesehatan ibu hamil di wilayahnya dan pada akhi rny a dapat meningkatkan fungsi posy andu balita secara optimal. Pelatihan dilakukan selama dua hari di masing masing Desa sasaran, dengan materi meliputi : Gizi dan tumbuh kembang balita, kehamilan dan pengenalan tanda bahaya dalam kehamilan, manajemen terpadu balita sakit serta manajemen posyandu balita. Metode pelatihan yang digunakan adalah metode
participatory learning action (PLA). Pendidi kan
Kesehatan
melalui kelas prenatal pada ibu hamil, Pendidikan
kesehatan pada ibu hamil dilakukan kepada ibu hamil pada kelas ibu hamil di dua desa sasaran, yaitu Teluk dan Karangklesem. Metode yang digunakan Participatory Learning Action melalui kelas ibu hamil. Pendidikn kesehatan diberikan selama tiga hari pada masing-masing kelas dengan materi y ang diberikan meliputi proses kehamilan, tanda dan gejala kehamilan, tanda dan
bahaya
kehamilan,
dan
persiapan persalinan. Evaluasi
Program, evaluasi untuk menilai keberhasilan program dalam rangka
meningkatkan
pengetahuan
ibu
hamil
dan kader
posyandu balita dilakukan dengan membandingkan nilai pretest dan posttest sesuai dengan materi yang diberikan. Hasil rerata skor
akhir
kegiatan
didapatkan
adanya peningkatan
pengetahuan dan kemampuan kader posyandu
tentang kehamilan dan tanda bahaya dalam kehamilan
47
sebesar
7,6 sampai 37 point serta peningkatan rerata skor pengetahuan ibu
hamil
tentang kehamilan
dan
tanda
bahaya
dalam
kehamilan dalam rentang 14 sampai 16 point. Peningkatan pengetahuan ibu hamil dan kader diharapkan akan berbanding lurus dengan perubahan perilaku ibu hamil
serta peningkatan
partisipasi kader dalam pendampingan ibu hamil yang pada akhirnya dapat menurunkan angka kematian ibu. Hal ini sejalan dengan program pemerintah dalam upaya penurunan kematian ibu
angka
di Jawa Tengah, yaitu dengan melibatkan
partisipasi seluruh masyarakat melalui upaya pendampingan kepada ibu hamil selama proses kehamilan sampai persalinan dan nifas, melalui kebijakan One Student One Client
dan One
Team One Community dan posyandu yang berperan sebagai community center masalah kesehatan di masyarakat 5. Jurnal ke - 5 a. Judul
:Hubungan Keikutsertaan Kelas Ibu Hamil dengan Perilaku Ibu dalam Perawatan Masa Nifas.
b. Peneliti
: Kertasurya, Rahfiludin & Khafidzoh, (2016).
c. Pembahasan Jurnal ini membahas tentang Hubungan Keikutsertaan Kelas Ibu Hamil dengan Perilaku Ibu dalam Perawatan Masa Nifas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan, Mendeskripsikan tentang keitutsertaan kelas ibu hamil, pengetahuan, sikap, praktik ibu dalam peawatan masa nifas. Menganalisis
48
hubungan
antara
keikutsertaan kelas ibu hamil dengan pengetahuan ibu dalam perawatan masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Cepiring Menganalisis hubungan antara keikutsertaan kelas ibu hamil dengan sikap ibu dalam perawatan masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Cepiring. Menganalisis hubungan antara keikutsertaan kelas ibu hamil dengan praktik ibu dalam perawatan masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Cepirin. Penelitian ini meruapakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian explanatory study melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Sampel berjumlah 66 ibu nifas. Variabel
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah
keikutsertaan kelas ibu hamil, pengetahuan ibu, sikap ibu dan praktik ibu dalam perawatan masa nifas. Pengambilan
data
dilakukan dengan kuesioner di lokasi 4 desa yaitu desa Pandes, Podosari, Karangsuno,dan
Korowelang
Anyar. Analisis data
dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Sqare dengan taraf kemaknaan 5%. Hasil penelitian ini ada beberapa hasil yaitu, Karakteristik Responden, Berdasarkan
hasil
penelitian diperoleh
bahwa
responden terbanyak berumur 20- 35 tahun (85,4%), tingkat pendidikan
menunjukkan
pendidikan SD–SMP,
bahwa (59,1%)
berdasakan
jenis
pada
kelompok
pekerjaan responden
menunjukkan bahwa sebagian besar (66,7%) tidak bekerja (ibu rumah tangga), dan presentase berdasarkan paritas menunjukkan
49
bahwa
sebagian
besar
responden memiliki paritas primipara
(57,6%). Keikutsertaan Kelas Ibu Hamil , Berdasarkan penelitian presentase
dari 66
jumlah
hasil
responden lebih
dari
setengah (62,1%) mengikuti kelas ibu hamil yaitu sebanyak 41 orang. Pengetahuan Ibu, Berdasarkan hasil penelitian presentase dari 66 jumlah responden lebih dari setengah (54,4%) memiliki penegtahuan kurang yaitu sebanyak 36 orang. Sikap ibu , Berdasarkan hasil penelitian presentase dari 66 jumla responden lebih dari setengah (68,2%) memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak presentase
45 orang. Pratik ibu,Berdasarkan
hasil
dari 66 jumlah responden lebih
penelitian
dari setengah
(57,6%) memiliki praktik yang baik yaitu sebanyak 38 orang. Pembahasan penelitian ini disimpulkan diantaranya adalah : 1) Keikutsertaan Kelas Ibu Hamil Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu dengan umur kehamilan antara 4 minggu s/d 36 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Kegiatan yang dilakukan adalah belajar bersama, diskusi dan bertukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) yang dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. 2) Wilayah kerja puskesmas Cepiring yang bekerjasama dengan peneliti untuk diambil Podosari,
datanya berjumlah 4 Karangsuno,
50
dan
desa
yaitu
Korowelang
desa Anyar.
Pandes Hasil
penelitian keikutsertaaan kelas ibu hamil menunjukan bahwa sebagian
besar
responden
mengikuti kelas
ibu
hamil
sebanyak 41 orang (62,1%), sedangkan responden yang tidak mengikuti kelas ibu hamil sebayak 25 orang( 37,9%). Ditinjau dari capaian keikutsertaan kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Cepiring mengalami peningkatan. Hal ini berdasarkan laporan pendampingan ibu hamil di Kabupaten Kendal, kelas ibu hamil di Puskesmas Cepiring pada tahun 2014 hanya terdiri dari 2 kelas, sedangkan pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjdi 15 kelas, karena pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas Cepiring pada tahun 2015 mencakup seluruh desa binaanya yang berjumlah 15 kelas dengan jumlah peserta 150 dari 2 periode kelas ibu hamil yaitu Periode I bulan (April – Juni) 7 desa dan periode II bulan (Agustus – Oktober) 8 desa. Hal ini menunjukkan peningkatan keikutsertaan ibu hamil untuk mengikuti progam kelas ibu hamil. 3) Hubungan Keikutsertaan Kelas ibu Hamil dengan pengetahuan ibu dalam perawatan masa nifas. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keikutsertaan kelas ibu hamil berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam perawatan masa nifas. Hal ini dapat dilihat dari uji statistik dengan taraf signifikansi 5% diperoleh hasil nilai p 0.002 dimana p < α, maka H0 di tolak yang artinya ada
51
hubungan antara keikutsertaan kelas ibu
hamil
dengan
pengetahuan ibu dalam perawatan masa nifas. Penelitian ini membahas pengetahuan ibu tentang perawatan masa nifas yang materinya telah diperoleh saat mengikuti kelas ibu hamil, dikarenakan kelas ibu hamil merupakan sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran ibu akan pentingnya menjaga kesehatan saat masa nifas. Pengetahuan ibu
tentang
perawatan masa
nifas
dapat
dilihat
dari
pemahaman ibu tentang pengertian perawatan masa nifas, manfaat perawatan masa nifas, dan jenis perawatan masa nifas. 4) Hubungan Keikutsertaan Kelas Ibu Hamil dengan praktik ibu dalam perawatan masa nifas. Praktik merupakan suatu tindakan untuk mewujudkan sikap, untuk
mewujudkan tindakan tersebut diperlukan adanya
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keikutsertaan kelas ibu hamil dengan perilaku ibu dalam perawatan masa nifas. Hal ini dapat dilihat
dari
uji
statistik
dengan
taraf signifikansi
5%
diperoleh hasil nilai p 0.646 dimana p > α, maka H0 di terima, artinya
tidak ada hubungan antara keikutsertaan
kelas ibu hamil dengan praktik ibu dalam perawatan masa
52
nifas. Penelitian ini membahas praktik ibu dalam perawatan masa nifas, yang dapat dilihat dari tindakan ibu untuk melakukan perawatan gizi, kebersihan diri, ativitas atau latihan, istirahat, perawatan payudara, keluarga berencana, pemeriksaan kesehatan dan deteksi komplikasi nifas. Keyakinan, pikiran dan tindakan seorang kehidupanya
ibu
dalam
baik disadari maupun yang tidak disadari hal
tersebut ditentukan oleh latar belakang budaya. Budaya dapat memberi dampak pada pengetahuan, gagasan, norma/sikap yang
dimiliki
seseorang yang
kemudian
menimbulkan
bentukbentuk perilaku dalam kehidupan sosial.
Perilaku
tersebut dapat menimbulkan perbedaan persepsi masyarakat karena
setiap
budaya memiliki
latar
belakang
yang
berbedabeda, sehingga variasi budaya yang diturunkan juga berbeda-beda pula ke generasi berikutnya. Praktik perawatan masa
nifas yang
terjadi
di
Puskesmas
Cepiring masih
dipengaruhi adanya kepercayaan ibu terhadap budaya. Hasil
wawancara
menunjukan
bahwa masih
adanya
larangan bagi ibu untuk keluar malam selama 40 hari masa nifas sehingga hal ini menyebabkan ibu terlambat
untuk
memeriksakan kondisi kesehatanya. Ibu yang mempunyai makanan pantangan selama masa nifas yang seharusnya makanan tersebut merupakan sumber protein seperti tidak mengkonsumsi ikan, telur dan daging karena dipercaya
53
dapat menimbulkan penyembuhan
rasa
gatal
dan memperlama
luka setelah persalinan. Ibu juga membatasi
asupan air minum dengan alasan luka setelah melahirkan akan lama sembuhnya jika banyak minum air putih. Hal tersebut terjadi karena peran budaya yang mendominasi di lingkungan keluarga, khususnya pada orang tua atau ibu mertua yang menyuruh ibu nifas untuk mengikuti budaya yang sudah ada. Kesimpulan dari penelitian ini adaah Sebagian besar (54,5%) ibu mempunyai pengetahuan kurang, sikap
yang
baik
(68,2%), dan praktik yang baik (57,6%) dalam perawatan masa nifas. Terdapat hubungan keikutsertaan kelas ibu hamil dengan pengetahuan (p= 0,002) dan sikap (p= 0,013) ibu dalam perawatan masa nifas. Semakin sering ibu mengikuti kelas ibu hamil semakin baik pengetahuan ibu tentang perawatan masa nifasnya (C = 0,384). Semakin sering ibu mengikuti kelas ibu hamil semakin baik sikap ibu tentang perawatan masa nifasnya (C = 0,321). Tidak ada hubungan keikutsertaan kelas ibu hamil dengan praktik ibu dalam perawatan masa nifas (p= 0,646) (C = 0,088)
54
B. Kesimpulan Jurnal 1 :
Dorongan
keluarga dalam
hal ini
suami
sangat
mempengaruhi dalam kehadiran ibu dalam kelas ibu hamil. Jurnal 2 :
Perilaku
individu
dipengaruhi
oleh
banyak faktor
sehingga perlu kajian yang lebih mendalam mengenai proses pelaksanaan program kelas ibu hamil. Jurnal 3 :
Semakin baik proses persiapan ibu selama kegiatan kelas ibu hamil, maka diharapkan akan semakin mandiri pula
ibu
dalam melakukan
perawatan
neonatus
seharihari. Hal ini berarti, akan semakin berkurang pula ketergantungan ibu terhadap orang lain sehingga bisa berperan
optimal
dalam
menyertai putra/putri
mereka selama proses tumbuh kembangnya. Jurnal 4 :
Dalam upaya penurunan diperlukan
partisipasi
angka seluruh
kematian
ibu ,
masyarakat melalui
upaya pendampingan kepada ibu hamil selama proses kehamilan
sampai
persalinan
dan
kebijakan One Student One Client Community dan
posyandu
yang
nifas,
melalui
dan One Team One berperan
sebagai
community center masalah kesehatan di masyarakat. Jurnal 5 :
Semakin
sering
ibu
mengikuti
kelas
ibu
hamil
semakin baik pengetahuan ibu tentang perawatan masa nifasnya, dan semakin sering ibu mengikuti kelas ibu
55
hamil dan semakin baik sikap ibu tentang perawatan masa nifasnya.
56