Bab Iii New.docx

  • Uploaded by: cucu rohayati
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Iii New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 16,692
  • Pages: 73
BAB III STRUKTUR dan MUATAN KURIKULUM A. Struktur Kurikulum Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Susunan mata pelajaran yang digunakan di Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah ini masih menggunakan Kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum 2013 yang menggambarkan konseptuliasasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum yang terbagi dalam dua kelompok yaitu Kelompok A yang meluputi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, sedangkan Kelompok Bmeliputi Seni Budaya dan

yang memuat Bahasa Daerah,

Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan dengan Pembelajaran Tematik Terpadu. Struktur kurikulum Sekolah Dasar Negeri 239 cigondewah Kota Bandung meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas I sampai dengan kelas VI. Struktur kurikulum Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah dengan mengacu pada Kurikulum 2013 disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut : a. Kurikulum Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah memuat 9 mata pelajaran, 2 muatan lokal dan 2 pengembangan diri. b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS merupakan ”IPA terpadu” dan ”IPS terpadu” c. Pembelajaran pada kelas 1 s/d 6 dilaksanakan melalui pendekatan tematik d. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit. e. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 36 minggu. Sedangkan Struktur kurikulum Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah

dengan

menggunakan Kurikulum 2013 disusun berdasarkan pada elemen-elemen perubahan yang mencakup : a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL),yaitu Kualifikasi Kemampuan Lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan melaluikontruksi holistik, didukung oleh semua materi pelajaran terintegrasi secara vertikal maupun horizontal

b. Standar Isi (SI) yaitu : pembelajaran yang dikembangkan berbasis kompetensi sehingga memenuhi aspek kesesuaian dan kecukupan, kemudian mengakomodasi konten lokal, nasional dan internasional c. Standar Proses yaitu : proses pembelajaran yang berorientasi pada karakteristik kompetensi, menggunakan pendekatan

saintifik, karakteristik kompetensi sesuai

jenjang yaitu tematik terpadu dan mengutamakan Discovery Learning dan Project Based Learning d. Standar Penilaian yaitu : penilaian yang mencakup penilaian berbasis tes dan nontes (portopolio) dengan menggunakan autentic assesment

Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 24 tahun 2016 tentang revisi kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Rumusan Kompetensi Inti adalah sebagai berikut : KOMPETENSI INTI Sikap Spritual Sikap Sosial

Pengetahuan

DESKRIPSI KOMPETENSI 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku: a. jujur, b. disiplin, c. santun, d. percaya diri, e. peduli, dan f. bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara. 3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar dengan cara : a. mengamati, b. menanya, dan c. mencoba Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

KOMPETENSI INTI Keterampilan

DESKRIPSI KOMPETENSI 4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak: a. kreatif b. produktif, c. kritis, d. mandiri, e. kolaboratif, dan f. komunikatif Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya

Peraturan Pemerintah nomor 67 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, menyatakan bahwa Struktur dan Muatan Kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut : 1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. 2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. 3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Kelompok mata pelajaran estetika. 5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan.

Cakupan setiap kelompok mata pelajaran untuk jenjang SD disajikan pada Tabel 3.1.

No 1

2

Kelompok Mata Pelajaran Agama dan Akhlak Mulia

Cakupan

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Kewarganegaraan Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan dan Kepribadian kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa, dan patrotisme bela negara,

No

Kelompok Mata Pelajaran

3

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

4

Estetika

5

Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan

Cakupan penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab, sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak,dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi,dan nepotisme. Kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuandan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekpresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekpresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan pada SD dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat. Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap,dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah.

Struktur Kurikulum 2013 Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah Tabel 3.2

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU I

II

III

IV

V

VI

Kelompok A 1.

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

4

4

4

4

4

4

2.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

5

5

6

5

5

5

3.

Bahasa indonesia

8

9

10

7

7

7

4.

Matematika

5

6

6

6

6

6

5.

Ilmu Pengetahuan Alam

-

-

-

3

3

3

6.

Ilmu Pengetahuan Sosial

-

-

-

3

3

3

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

2

2

2

2

2

2

Kelompok B 1.

Seni Budaya dan Prakarya

Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan Kelompok C Bahasa dan sasatra Sunda 1 2.

2

PLH

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu

2

2

2

2

2

2

34

36

38

40

40

40

Keterangan : Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan bahwa kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar. Muatan kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum. Muatan kurikulum untuk kelas I dan VI meliputi 8 mata pelajaran, 2 muatan lokal dan 4 pengembangan diri. Muatan kurikulum terdiri atas muatan kurikulum nasional, muatan kurikulum pada tingkat daerah/ muatan lokal, dan muatan kekhasan satuan pendidikan. Muatan Kurikulum di SDN 239 Cigondewah disusun berdasarkan peraturan tentang muatan nasional, muatan daerah, dan muatan kekhasan sekolah B. Muatan Nasional Muatan kurikulum pada tingkat Nasional terdiri atas kelompok A dan kolompaok mata pelajaran B permendikbud No 24 tahun 2016 tentang kurikuluym sd dan peraturam menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 24 tahun 2016 tentang KI dan KD pada Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan menengah Muatan Kurikulum 2013 SD Negeri 239 Cigondewah meliputi sejumlah mata pelajaran yang kedalamanya merupakan beban belajar bagi siswa pada satuan pendidikan. Muatan Kurikulum memuat sejumlah mata pelajaran dan muatan lokal serta kegiatan pengembangan diri yang tidak termasuk kepada struktur kurikulum dan diberikan diluar tatap muka. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2013 tentang Satandar Nasional Pendidikan menegaskan bahwa kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan diuntungkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan semester sesuai dengan Satandar Nasional Pendidikan. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas kompetensi dasar dam kompensi inti.

Materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai beban belajar melalui metode dan pendekatan tertentu. Beban belajar pada mata pelajaran ditentukan oleh keleluasaan dan kedalaman pada masingmasing tingkat satuan pendidikan. Metode dan pendekatan pada mata pelajaran tergantung pada ciri khas dan karekteristik masing-masing mata pelajaran dengan menyesuaikan pada kondisi yang tersedia di sekolah.Sejumlah mata pelajaran tersebut terdiri dari mata pelajaran wajib dan pilihan pada setaiap satua pendidikan.

Pendidikan Agama Islam A. Tujuan : 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. 2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

B. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Al-Qur’an dan Hadits 2. Aqidah 3. Akhlak 4. Fiqih 5. Tarikh dan Kebudayaan Islam Pendidikan Agama Islam menekankan pada keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan sekitarnya. Pendidikan Kewarganegaraan A. Tujuan : 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi 3. Berkembang secara pisitif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya. 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. B. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan Jaminan Keadilan. 2. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi : Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan daerah, Normanorma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional. 3. Hak asasi manusia meliputi : Hak dan Kewajiban anak, Hak dan Kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional, Penghormatan dan perlindungan HAM. 4. Kebutuhan warga negara meliputi : Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara. 5. Konstitusi negara meliputi : Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar nmegara dengan konstitusi. 6. Kekuasaan dan Politik, meliputi : Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintah daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam demokrasi.

7. Pancasila meliputi : Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. 8. Globalisasi meliputi : Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Bahasa Indonesia A. Tujuan : 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesaui dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbasa. 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. B. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakuop komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Mendengarkan 2. Berbicara 3. Membaca 4. Menulis Pada akhir pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah , peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya dua belas buku sastra dan non sastra Matematika A. Tujuan :

1.

Memahami

konsep

matematika,

menjelaskan

keterkaitan

antarkonsep

dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaranpada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, penyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. B. Ruang Lingkup Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah Kota Bandung, meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Bilangan, 2. Geometri dan Pengukuran, 3. Pengolahan Data.

Ilmu Pengetahuan Alam A. Tujuan : 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran

Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. B. Ruang Lingkup Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk Sekolah Dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Makhluk hjdup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : benda cair, benda padat, dan benda gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tat surya, dan benda-benda langit lainya.

Ilmu Pengetahuan Sosial A. Tujuan : 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkopetensi. B. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah aspek-aspek sebagai berikut : 1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan. 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan. 3. Sistem Sosial dan Budaya. 4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. Seni Budaya dan Prakarya A. Tujuan :

Dasar meliputi

1. Memahami konsep dan pentingnya Seni Budaya dan Keterampilan. 2. Menampilkan sikap aspirasi terhadap Seni Budaya dan Keterampilan. 3. Menampilkan kreativitas melalui Seni Budaya dan Keterampilan. 4.Menampilkan peran serta dalam Seni Budaya dan Ketarampilan dalam tingkat lokal, regional, maupun global. B. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Seni Rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukuran, cetak-mencetak, dan sebagainya. 2. Seni Musik, mencakup kemampuan untuk mengusai olah vokal, memainkan lat musik, apresiasi karya musik. 3. Seni Tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari. 4. Seni Drama, mencakup keterampilan pementasan dengan memadukan seni musik, seni tari dan peran. 5. Keterampilan, mencakup segala aspek kecakapan hidup (life skills) yang meliputi keterampilan

personal,

keterampilan

sosial,

keterampilan

vokasional

dan

keterampilan akademik. Diantara keempat bidang seni yang ditawarkan, pada Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah Kota Bandung, minimal diajarkan satu bidang seni sesuai dengan kemampuan sumberdaya manusia serta fasilitas yang tersedia, sedangkan dalam bidang Keterampilan ditekankan pada keterampilan vokasional, khususnya krajinan tangan.

Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan A. Tujuan : 1.Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. 2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.

3. Maningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. 4. Meletakkanlandasan karakter moral yang kuat melelui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerja sama, percaya diri dan demakratis. 6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 7. Memahami konsepaktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

B. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatann meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Permainan dan Olahraga meliputi : Olahraga Tradisional, Permainan, Eksplorasi Gerak, Keterampilan Lokomotor Non-lokomotor dan Manipulatif, Atletik, Kasti, Sepak Bola, Bola Basket, Bola Voli, Tenis Meja, Tenis lapangan, Bulu Tangkis, dan Beladiri, serta aktivitas lainnya. 2. Aktivitas pengembangan meliputi : Mekanika Sikap Tubuh, Komponen Kebugaran Jasmani, dan Bentuk Postur Tubuh serta aktivitas lainnya. 3. Aktivitas Senam meliputi : Ketangkasan sederhana, Ketangkasan tanpa alat, Ketangkasan dengan alat, Senam lantai, serta aktivitas lainnya. 4. Aktivitas Ritmik meliputi : Gerak bebas, Senam Pagi, SKJ, dan Senam Aerobic serta Aktivitas lainnya. 5. Aktivitas Air meliputi : Permainan di air, Keselamatan air, Keterampilan bergerak di air, dan Renang serta aktivitasnya lainnya. 6. Pendidikan Luar Kelas meliputi : Piknik/Karyawisata, Pengenalan Lingkungan, Berkemah, Menjelajah, dan Mendaki Gunung. 7. Kesehatan, meliputi Penanaman Budaya Hidup Sehat dalam Kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, Merawat lingkungan yang sehat, Memilih makanan dan miniman yang sehat, mencegah dan merawat cidera,

Mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

C. Muatan Lokal Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014) tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013 Muatan lokal merupakan bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Dalam penyusunan dan pelaksanaan kurikulum daerah/ lokal sdn blok dawah mengacu pada peraturan gubernur jawa barat Nomor 69 Tahun 2013 tentang membelajaran muatan lokal bahsa dan sastra daerah pada jenjang satuan pendidikan dasar dan menengah Muatasn lokal yang dilaksanakan di SDN 239 Cigondewah merupakan muatan lokal wajib bagi propinsi Jabar yaitu bahasa dan sastra sunda

Standar

kompetensi dan kompetennsi dasar mengacu pada kurikulum bahasa dan sastra sunda dinas propinsi Jawa Barat Bahasa dan Sastra Sunda A. Tujuan : 1.

Mengembangkan

kemampuan

dan

keterampilan

berkomunikasi

dengan

menggunakan bahasa Sunda. 2. Meningkatkan kepekaan dan penghayatan terhadap karya sastra Sunda. 3. Memupuk tanggungjawab untuk melestarikan hasil kreasi budaya Sunda sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional. B. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Sunda mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Mendengarkan 2. Berbicara 3. Membaca 4. Menulis

Pada akhr pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah Kota Bandung, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya enam buku sastra dan non sastra Sunda. C. Fungsi : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ini berfungsi sebagai acuan bagi guru di Sekolah Dasar Negeri 239 cigondewah Kota Bandung dalam menyusun Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa dan sastra Sunda sehingga segi-segi pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda terprogram secara terpadu. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ini disusun dengan mempertimbangkan kedudukan Bahasa Sunda sebagai Bahasa Daerah dan Sastra Sunda sebagai Sastra Nusantara. Pertimbangan ini berkonsekwensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sebagai (1) Sarana pembinaan sosial budaya regional Jawa Barat, (2) Sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) Sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian Bahasa Sunda untuk berbagai keperluan, (5) Sarana pengembangan penalaran, serta (6) Sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah (sunda). D. Tujuan : Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ini bertujuan memberikan petunjuk, arahan, kejelasan, dan kemudahan kepada para pelaksana pendidikan di sekolah dalam melaksanakan pembelajaran bahasa dan sastra sunda. Sebagai acuan Program dalam mengembangkan pengetahuan, Keterampilan serta Sikap Berbahasa dan Bersastra Sunda, Isi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ini didasarkan pada tujuan umum pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yakni murid memperoleh pengalaman dan pengetahuan berbahasa dan bersastra Sunda. Tujuan umum tersebut dapat dirinci sebagai berikut : 1. Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Sunda sebagai bahasa daerah Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa ibu sebagian besar masyarakatnya. 2. Siswa memahami Bahasa Sunda dari segi bentuk, makna dan fungsi, serta mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan, keperluan, dan keadaan).

3. Siswa memiliki kemampuan dan kedisiplinan dalam berbahasa Sunda untuk meningkatkan memampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. 4. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya Sastra Sunda untuk meningkatkan penmgetahuan dan kemampuan berbahasa Sunda. 5. Siswa menghargai dan mengembangkan Sastra Sunda sebagai khazanah budaya dan intelektual masyarakat Sunda.

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) A. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) diajarkan di Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah Kota Bandung, dengan tujuan untuk mengajak siswa dalam mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Allah SWT terhadap lingkungan sangat besar manfaatnya. Lebih rinci tujuan pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang di berikan di Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah adalah : 1. Memupuk Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Membentuk sikap dan Kepribadian yang positif dalam pembiasaan pola hidup yang selalu menghargai lingkungan. 3. Membentuk pengenalan dan penguasaan kemampuan dalam membentuk watak dan tanggung jawab untuk mencintai lingkungan. 4. Mengembangkan rasa sosial dengan menghayati dan mengamalkan pentingnya lingkungan hidup. B. Ruang Lingkup Ruang lingkup materi Pelajaran muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup untuk jenjang Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah Kota Bandung adalah : 1. Pemahaman / Pengetahuan Lingkungan Hidup 2. Sumber Daya Alam (SDA) 3. Teknologi Tepat Guna 4. Aplikasi Pelengkap Penerapan Konsep 4 M 

Menanam



Memelihara



Memasyarakatkan



Mereboisasi / Menanam Kembali

D. Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 dan Muatan Lokal 1. Pembelajaran Tematik Integrated (Terpadu) Kurikulum SD Negeri 239 Cigondewah menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya.

Di bawah ini adalah tema-tema yang telah disiapkan untuk peserta didik Sekolah Dasar kelas I dan IV pada Kurikulum 2013

Tabel Tema-Tema di Sekolah Dasar

1. Diriku

KELAS I

KELAS IV 1. Indahnya Kebersamaan

2. Kegemaranku

2. Selalu Berhemat Energi

3. Kegiatanku

3. Peduli Makhluk Hidup

4. Keluargaku

4. Berbagai Pekerjaan.

5. Pengalamanku

5. Menghargai Jasa Pahlawan

6. Lingkungan Bersih dan Sehat

6. Indahnya Negeriku

7. Benda, Binatang dan Tanaman di

7. Cita-citaku

Sekitar 8. Peristiwa alam

8. Daerah Tempat Tinggalku 9. Makanan Sehat dan Bergizi

KELAS II 1. Hidup Rukun

KELAS V 1. Benda-benda di Lingkungan Sekitarku

2. Bermain di Lingkunganku

2. Peristiwa dalam Kehidupan

3. Tugasku Sehari-hari

3. Kerukunan dalam bermasyarakat

4. Aku dan Sekolahku

4. Sehat itu Penting

5. Hidup Bersih dan Sehat

5. Bangga sebagai Bangsa Indonesia

6. Air, Bumi, dan Matahari

6. Organ Tubuh Manusia dan Hewan

7. Merawat Hewan dan Tumbuhan

7. Sejarah Peradaban Indonesia

8. Keselamatan di Rumah dan

8. Ekosistem

Perjalanan KELAS III 1. Pertumbuhan dan perkembangan Makhluk Hidup 2. Menyayangi Tumbuhan dan Hewan Sekitar 3. Benda di Sekitarku 4. Hak dan Kewajibanku 5. Perubahan Cuaca 6. Energi dan Perubahannya 7. Perkembangan Teknologi 8. Praja Muda Karana

9. Akrab dengan Lingkungan KELAS VI 1. Selamatkan Makhluk Hidup 2. Persatuan dalam Perbedaan 3. Tokoh dan Penemuan 4. Globalisasi 5. Wirausaha 6. Menuju Masyarakat Sehat 7. Kepemimpinan 8. Bumiku 9. Menjelajah Angkasa Luar

2. Pembelajaran abad 21 dengan Srategi 4C Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan generasi abad 21 dimana kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berkembang begitu cepat memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk pada proses belajar mengajar. Salah satu contoh kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki pengaruh terhadap proses pembelajaran ialah peserta didik diberi kesempatan dan dituntut untuk mampu mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi - khususnya komputer, sehingga peserta didik memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar peserta didik Selain itu, sistem pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan saat ini menuntut sekolah untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher-centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student- centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapankecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong peserta didik untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik berbeda dengan pembelajaran yang berpusat pada pendidik, berikut karakter pembelajaran abad 21 yang sering disebut Sebagai 4C,yaitu: 1. Communication (Komunikasi) Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk

mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah yang diberikan oleh pendidik. 2. Collaboration (Kerjasama) Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain. 3. Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah) Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki

kemampuan

untuk

menyusun,

mengungkapkan,

menganalisa,

dan

menyelesaikan masalah. 4. Creativity and Innovation (Daya cipta dan Inovasi) Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda. 3.

Pendekatan Saintifik (Ilmiah)

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: 1.

Mengamati;

2.

Menanya;

3.

Mengumpulkan informasi/eksperimen;

4.

Mengasosiasikan/mengolah informasi; dan

5.

Mengkomunikasikan.

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya Langkah Pembelajaran Mengamati Menanya

Mengumpulka n informasi/ eksperimen

Mengasosiasik an/ mengolah informasi

Kegiatan Belajar Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) - melakukan eksperimen - membaca sumber lain selain buku teks - mengamati objek/ kejadian/ - aktivitas - wawancara dengan narasumber

- mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

Kompetensi yang Dikembangkan Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan .

- Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Mengkomunik asikan

Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan

mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

4. Pembelajaran cooperative lerning berbasis discovery Langkah-langkah yang harus di tempuh a. Perumusan masalah untuk di pecahkan siswa ‘ perumusan masalah untuk di pecahkan siswa merupakan kegiatan belajar yangdilakukan guru dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa yang mengarah pada persuapan pemecahan masalah. b. Menetapkam jawaban sementara atau lebih dikenal dengan hipotesis yaitu siswa menetapkan hipotesis atau praduga jawaban untuk di kaji lebih lanjut. c. Siswa mencari informasi , data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/ hipotesis. Secara spontan siswa menjelajahi informasi atau data untuk menguji praduga baik secara individu ataupun secara klompok melalui kegiatan. d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi . Menarik kesimpulan yaitu siswa menarik kesimpulan jawaban melalui informasi yang di peroleh melalui kegiatan e. Mengaplikasikan kesimpulan /generalisasi dalam situasi garu. Mengaplikasikan kesimpulan /generalisasi dalam situasi baru. Mengaplikasikan kesimpulan/ generalisasi merupakan hasil kesimpulan jawaban yang diperoleh melalui kegiatan oleh wakil setiap kelompok melalui praktek di depan kelas.

5. Pembelajaran cooperative lerning berbasis Inquiry a. Orientasi Langkah oriantasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap me;aksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa berpikir untuk memecahkan masalah. b. Merumuskan masalah , merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalah yang yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan tekateki itru. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inquiry. c. Merumuskam Hipotesa

hipotesa adalah jawaban senentara dari suatu permasalahan yang sedang du kaji sebagai jawaban sementara, hipotesa perlu diuiji kebenarannya. d. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan e. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses penentuan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data f. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

6. Pembelajaran cooperative lerning berbasis Proyek Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PJBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

7. Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontektual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menetapkan pembelajaran yang berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata ( real word )

Tahapan-tahapan Model PBL FASE-FASE Fase 1 Orientasi peserta didik kepada masalah

-

Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Langkah-langkah

Pembelajaran

-

-

berbasis

PERILAKU GURU Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah tersebut Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah di pelajari/ meminta kelompok presentasi hasil kerja Masalah

(

PROBLEM

BASED

LEARNING) a. Konsep Dasar ( Basic Concept ) Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut, Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapaatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. b. Mendefinisikan masalah ( Devining the Problem )

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. c. Pembelajaran Mandiri ( Self Learning ) Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumbner yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, d. Pertukaran Pengetahuan ( Exchange knowledge ) Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaian dan rumusan solusi dari permasalahan kelompok.Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya. e. Peniaian ( Assessment ) Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan ( knowledge ), kecakapan ( skill ), dan sikap ( attitude ). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan penilaian akhir semester ( PAS ), Penilaian tengan semester ( PTS ), kuis, PR, dokumen dan laporan.

8. Pelaksanaan Penilaian Harian, Tengah Semester, Akhir Semester, Akhir Tahun Penilaian Harian

1. Naskah penilaian harian disusun oleh guru kelas dan atau guru mata pelajaran dan sudah harus tersusun periode pelaksanaannya bersamaan saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran dan penilaian. 2. Penilaian harian dilaksanakan oleh guru kelas dan atau guru mata pelajaran setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih. 3. Penilaian harian minimal berupa tes tertulis berbentuk soal objektif dan subjektif (isian dan uraian) dan atau tes lisan.

4. Penilaian harian dapat juga berupa praktik atau berupa penilaian kinerja sesuai dengan karakteristik materi/KD (lihat pasal 7 peraturan ini). 5. Jumlah soal disesuaikan dengan keluasan dan kedalaman materi. 6. Hasil penilaian harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan penilaian harian berikutnya. 7. Peserta didik yang belum mencapai Ketuntasan Belajar Mengajar (KBM) harus mengikuti kegiatan remedial. 8. Kegiatan remidial dilakukan paling banyak 2 (dua) kali.

Penilaian Tengah Semester

1. Naskah penilaian tengah semester disusun oleh guru kelas dan atau guru mata pelajaran dan sudah harus tersusun periode pelaksanaannya bersamaan saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran dan penilaian. 2. Penilaian tengah semester dilaksanakan oleh sekolah secara bersama-sama pada setiap tingkat/kelas untuk seluruh mata pelajaran setelah 8 atau 9 minggu kegiatan pembelajaran. 3. Cakupan materi penilaian tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. 4. Penilaian tengah semester berupa tes tertulis berbentuk objektif dan subjektif. 5. Hasil penilaian tengah semester diinformasikan kepada peserta didik selambatlambatnya satu minggu setelah pelaksanaan.

Penilaian Akhir Semester

1. Naskah penilaian akhir semester disusun oleh guru kelas dan atau guru mata pelajaran dan sudah harus tersusun periode pelaksanaannya bersamaan saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran dan penilaian. 2. Penilaian akhir semester dilaksanakan oleh sekolah secara bersama-sama pada setiap tingkat/kelas untuk seluruh mata pelajaran di akhir semester gasal. 3. Cakupan

penilaian

akhir

semester

meliputi

merepresentasikan seluruh KD pada semester tersebut.

seluruh

indikator

yang

4. Penilaian akhir semester berupa tes tertulis berbentuk soal pilihan ganda (PG), isian singkat, dan soal uraian. 5. Untuk mata pelajaran tertentu dilaksanakan penilaian akhir semester praktik. 6. Jumlah soal pada setiap jenjang kelas disesuaikan dengan keluasan dan kedalaman serta karakteristik materi. 7. Hasil penilaian akhir semester diinformasikan kepada peserta didik selambatlambatnya 7 hari setelah pelaksanaan.

Penilaian Akhir Tahun

1. Penilaian Akhir Tahun disusun oleh guru kelas dan atau guru mata pelajaran dan sudah harus tersusun periode pelaksanaannya bersamaan saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran dan penilaian. 2. Penilaian Akhir Tahun dilaksanakan oleh sekolah secara bersama-sama untuk seluruh mata pelajaran di akhir semester genap. 3. Cakupan materi Penilaian Akhir Tahun meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh kompetensi dasar ( KD ) pada semester tersebut. 4. Penilaian Akhir Tahun berupa tes tertulis berbentuk soal objektif dan subjektif yang berupa soal pilihan ganda (PG), isian singkat, dan soal uraian. 5. Jumlah soal pada setiap jenjang kelas disesuaikan dengan keluasan dan kedalaman serta karakteristik materi. 6. Hasil Penilaian Akhir Tahun diinformasikan kepada peserta didik selambatlambatnya hari setelah pelaksanaan.

9. Ujian Tingkat 1 Kelas II, Ujian Tingkt 2 Kelas IV, dan Ujian Tingkat 3 Kelas VI

Ujian Sekolah 1. Ujian sekolah dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. 2. Ujian sekolah meliputi ujian tulis dan ujian praktik dan penilaian sikap pada kelompok mata pelajaran tertentu.

3. Prosedur dan pelaksanaan ujian sekolah tulis maupun praktik mengikuti ketentuan yang berlaku.

Ujian Nasional

1. Ujian nasional adalah penilaian yang dilaksanakan oleh pemerintah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Prosedur dan pelaksanaan ujian nasional mengikuti ketentuan yang berlaku.

Ketentuan Kenaikkan Kelas

1. Mempunyai nilai seluruh aspek penilaian pada semua mata pelajaran yang diujikan di kelas VI semester ganjil dan genap. 2. Nilai kurang dari Ketuntasan Belajar Mengajar (KBM) tidak lebih dari tiga mata pelajaran. 3. Kehadiran siswa minimal 90 % dari total hari efektif dalam setahun. 4. Tidak hadir tanpa keterangan ( alpha ) maksimal 5 hari dalam satu tahun pelajaran 5. Mempunyai nilai ekstra kurikuler sesuai pilihan peserta didik. Ketentuan Kenaikkan Kelas I – Kelas V

1. Mempunyai nilai seluruh aspek penilaian pada semua mata pelajaran yang diujikan di kelas I sampai kelas V semester ganjil dan genap. 2. Nilai kurang dari Ketuntasan Belajar Mengajar (KBM) tidak lebih dari tiga mata pelajaran. 3. Kehadiran siswa minimal 90 % dari total hari efektif yang berlaku. 4. Tidak hadir tanpa keterangan (alpha) maksimal 10 hari dalam satu tahun pelajaran 5. Mempunyai nilai ekstra kurikuler sesuai pilihan peserta didik. 6. Mata pelajaran matematika, IPA dan bahasa Indonesia tidak boleh kurang dari KBM

Kelulusan dari Satuan Pendidikan

Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan : 1.

Menyelesaikan seluruh program pembelajaran

2.

Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir pada seluruh mata pelajaran: a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c. Kelompok mata pelajaran estetika, dan d. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan

3.

Lulus Ujian Sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan

4.

Lulus Ujian Nasional.

Kelulusan Ujian Nasional

Peserta didika dinyatakan lulus Ujian Nasional jika dapat memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan berdasarkan perolehan nilai sekolah (S). Nilai sekolah (S) diperoleh dari rata-rata gabungan nilai Ujian Sekolah dan nilai rata-rata rapor semester 7, 8, 9, 10, dan 11 dengan pembobotan 60% untuk nilai ujian sekolah (US) dan 40% untuk nilai rata-rata rapor. Kelulusan peserta didik dari UN ditentukan perdasarkan nilai akhir (NA) NA diperoleh dari rata-rata gabungan nilai S dari mata pelajaran yang diuji nasionalkan dan nilai UN dengan pembobotan 60% nilai ujian nasional (UN) dan 40% nilai sekolah (S).Kriteria kelulusan UN ditetapkan melalui rapat dewan guru berdasarkan: nilai minimal setiap mata pelajaran yang diuji nasionalkan nilai rata-rata ketiga mata pelajaran yang diuji nasionalkan

11.Pengembangan Penilaian Berbasis HOTS Seiring dengan implementasi kurikulum 2013 diharapkan ada perubahan paradigma pembelajaran. Pembelajaran yang pada awalnya berpusat pada guru ( teacher centered ) berubah menjadi berpusat pada siswa ( student centered ). Guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran. Penerapan beberapa model pembelajaran seperti pembelajaran berbasis proyek ( proyek based learning ), pembelajaranberbasis msalah ( Problem based lerning), pembelajaran dengan pendekatan penyelesaian masalah ( problem solving ). Menemukan ( discovery / inquiry ) menjadi peluang bagi guru untuk menerapkan

kegiatan pembelajaran pada level HOTS ( Higher Order Thingking Skill ). Tinggal bergantng pada kemampuan guru dalam merancang dan mengimplementasiknnya pada pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pun diharapkan didesain secara kolaborqatif untuk melatih kerja sama, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berarguimentasi, serta kemampuan mengendalikan emosi. Dengan demikian, disamping belajar materi pelajaran, siswa pun diberikan penanaman pendidikan arakter dan literasi sebagaimana yang saat ini diamanatkan oleh kemendikbur dimana kedua hal tersebut harus diintegrasikan pada kegiatan pembelajaran. Pada prakteknya, penerapan pembelajara HOTS bukan hal yang mudah dilaksanakan oleh guru . disamping guru harus belar-benar menguasai materi dan strategi pembelajaran, guru pun diharapkan pada tantangan dengan lingkungan dan intake siswa yang diajarnya.kadang guru sudah merasa maksimal agar kegiatan pembelajaran menarik, tetapi respon para siswa tetap saja dingin, dan relatif pasif. Kegiatan pembelajaran berkutat pada duduk, dengar, catat, dan hafal (DDCH) Pada aspek penilaian pada dasarnya setiap bentuk soal soal pun dapat diginakan untuk menilai pada aspek HOTS. E. Kegiatan Ekstrakurikuler Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 tentang Pedoman Kegiatan Ektrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. a. Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab Kegiatan Ekstrakurikuler di satuan pendidikan. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan b. Tenaga Pendidik dan tenaga kependidikan dan instruktur sebagai pengembang dan pembina kegiatan Ekstrakurikuler. Kepala sekolah/madrasah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan pembina ekstrakurikuler, bersama-sama mewujudkan keunggulan dalam ragam Kegiatan Ekstrakurikuler sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh tiap satuan pendidikan.

c. Komite sekolah sebagai mkitra sekolah yang mewakili orang tua Sebagai mitra sekolah memberikan dukungan, saran, dan kontrol dalam mewujudkan keunggulan ragam Kegiatan Ekstrakurikuler. d. Peserta didik dalam pengembangan program dan dukungan pelaksanaan orogram ekstrakurikuler. Kegiatan Ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan prinsip: (1) partisipasi aktif yakni bahwa Kegiatan Ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing; dan (2) menyenangkan yakni bahwa Kegiatan Ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi peserta didik. e. Kegiatan Ekstrakurikuler wajib Pramuka, adalah kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik. f. Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan adalah kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan dan deselenggarakan oleh satuan pendidikan dan dapat diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. g. Bentuk kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa; Pengembangan diri yang dipilih berupa kegiatan ekstrakurikuler meliputi beragam kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat siswa, yaitu : a. Pramuka, Pramuka dilaksanakan setiap hari sabtu b. Latihan olah bakat, latihan olah bakat siswa yaitu olah raga yang diminati peserta didik di SDN 239 Cigondewah yaitu atletik, pencak silat c. Keagamaan, Guna mengembangkan nilai religi,nilai-nilai sportifitas kehidupan berbangsa dan bernegara pembentukan karakter siswa dilakukan melalui : 

Kegiatan Keagamaan Belajar Baca tulis Al-Qur’an



MHQ



Pembiasaan Sholat duha dan Sholat wajib Berjama’ah

F. Beban Belajar 1. Beban belajar ( Permendikbud Nomor 61 Tahun 2014 ) Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah untuk kelas I, II, dan III masing-masing

30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu yang masing-masing jam berdurasi 35 menit. Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema yang ada untuk kelas IV, V. Dan VI. Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi peserta didik aktif. Proses pembelajaran peserta didik aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dan proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. 2. Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan SD Negeri 239 Cigondewah

Kelas

1

Satu jam pembelajaran tatap muka/menit 35

Jumlah jam pembelajaran Per Minggu 30

Minggu Efektif per tahun ajaran 18

2

35

32

18

3

35

34

18

4

35

36

18

5

35

36

18

6

35

36

18

Waktu pembelajaran per tahun 1080 jam pembelajaran (37800 menit) 1152 jam pembelajaran (40320 menit) 1222 jam pembelajaran (42840 menit) 1296 jam pembelajaran (45360 menit) 1296 jam pembelajaran (45360 menit) 1296 jam pembelajaran (45360 menit)

G. Beban Belajar tambahan. Permendikbud Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP Satuan pendidikan boleh menambah beban belajar berdasarkan pertimbangan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya dan faktor lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan dan/ atau daerah, atas beban pemerintah daerah atau satuan pendidikan yang menetapkannya. H. Ketuntasan Belajar Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, permendikbud nomor 23 Tahun 2016 tentang Penilaian dan Panduan Penilaian. Direktorat Pendidikan SD Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh Satuan Pendidikan yang mengacu pada kompetensi dasar mata pelajara, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Ketuntasan belajar/ KKM dirumuskan di awal tahun pelajaran.

1. Telah dirumuskan ketuntasan aspek sikap ( KI-1 dan KI-2) ditunjukkan dengan perilaku baik peserta didik. Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari penguatan interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.

Berdasarkan rumusan KI-1 dan KI-2 di atas, penilaian sikap mencakup hal-hal yang terdapat di dalam tabel berikut. Tabel 1. Cakupan Penilaian Sikap Penilaian sikap spiritual KI -1

1. 2. 3. 4.

Ketaatan beribadah Berperilaku syukur Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan Toleransi dalam beribadah

Penilaian sikap sosial KI-2

1. Jujur; yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan 2. Disiplin’ yaitu tindakan yangmenunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; 3. tanggung jawab: yaitu sikap dan perilaku peserta didik untukmelaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap dirisendiri, masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa; 4. santun; yaitu perilaku hormat pada orang lain dengan bahasa yang baik; 5. peduli; yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lainatau masyarakat yang membutuhkan; 6. percaya diri; yaitu suatukeyakinan atas kemampuannya sendiri untuk melakukan kegiatan atau tindakan.Sikap sosial tersebut dapat ditambah oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhan

Guru dapat menambahkan sikap-sikap tersebut sebagai perluasan cakupan penilaian sikap. Perluasan cakupan penilaian sikap didasarkan pada karakterisitik kompetensi dasar pada KI-1 dan KI-2 setiap mata pelajaran.

2. Telah menetapkan ketuntasan Belajar/ KKM KD dengan analisis aspek kompleksitas sumber daya pendukung aspek intake Ketuntasan belajar setiap mata pelajaran disesuaikan dengan Kompleksitas, Daya Dukung dan Intek Siswa Ketuntasan belajar setiap mata pelajaran disesuaikan dengan Kompleksitas, Daya Dukung dan Intaq Siswa Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal pada Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah Kota Bandung setiap mata pelajaran untuk Tahun Pelajaran 2017/2018 sebagai berikut :

Tabel Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas NO

1

2

Mata Pelajaran

Pendidikan

Agama

dan Budi Pekerti Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas

Kelas

Kelas

Kelas

Kelas

Kelas

I

2

3

4

5

6

72

72

73

75

75

75

68

70

70

70

74

75

3

Bahasa Indonesia

67

69

70

71

74

75

4

Matematika

66

69

69

69

73

75

-

-

-

70

73

75

-

-

-

70

71

75

68

70

71

73

75

75

72

72

73

74

75

75

5

6 7

Ilmu

Pengetahuan

Alam Ilmu

Pengetahuan

Sosial Seni Budaya Pendidikan

8

Jasmani,

Olahraga,

dan

Kesehatan. Muatan Lokal 10

11

Bahasa

dan

sastra

sunda Pendidikan Lingkungan Hidup

66

69

70

70

75

75

70

69

70

70

75

75

Berdasarkan kriteria Ketuntasan Minimal kelas tersebut diatas maka didapatlah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) sekolah diantaranya sebagai berikut :

Tabel Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah KOMPONEN

% Ketuntasan

A. Mata Pelajaran 1.

Pendidikan Agama

72

2.

Pendidikan Kewarganegaraan

68

3.

Bahasa Indonesia

67

4.

Matematika

66

5.

Ilmu Pengetahuan Alam

70

6.

Ilmu Pengetahuan Sosial

70

7.

Seni Budaya

68

8.

Pendidikan Jasmani, Olahraga,

72

dan Kesehatan. B. MUATAN LOKAL 1.

Wajib :

1. Bahasa Daerah

66

2. Pendidikan Lingkungan

70

Hidup C. Pengembangan Diri 1.

Pramuka

bB

2.

Pencaksilat

BB

3

Seni Budaya

BB

4

Atletik

B

I. Pendidikan Karakter dan Budaya Sekolah 1. Sekolah memulai program PPK dengan melakukan asesmen awal. Salah satu kegiatan asesmen awal adalah bahwa satuan pendidikan memilih nilai utama yang akan menjadi fokus dalam pengembangan pembentukan dan penguatan

karakter di lingkungan sekolah. Pemilihan nilai utama ini didiskusikan, dimusyawarahkan, dan didialogkan dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah (kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan peserta didik). Bersamaan dengan itu, dirumuskan pula sejumlah nilai pendukung yang dipilih dan relevan. Sekolah mendeskripsikan bagaimana jalinan antarnilai utama tersebut, pemangku kepentingan menyepakati nilai utama yang menjadi prioritas serta nilai pendukung, dan jalinan antarnilai dalam membentuk karakter warga sekolah, dan sekaligus tertuang dalam visi dan misi sekolah. Nilai utama yang dipilih oleh satuan pendidikan menjadi fokus dalam rangka pengembangan budaya dan identitas sekolah. Seluruh kegiatan, program, dan pengembangan karakter di lingkungan satuan pendidikan berpusat pada nilai utama tersebut, dan berlaku bagi semua komunitas sekolah. Satuan pendidikan menjabarkan nilai utama ini dalam indikator dan bentuk perilaku objektif yang bisa diamati dan diverifikasi. Dengan menentukan indikator, satuan pendidikan dapat menumbuhkan nilainilai pendukung yang lain melalui fokus pengalaman komunitas sekolah terhadap implementasi nilai tersebut. Dari nilai utama dan nilai-nilai pendukung yang sudah disepakati keunikan, kekhasan, dan keunggulan sekolah.

2. Satuan Pendidikan a. Kepala Sekolah bersama dengan komunitas sekolah lainnya: 1.

memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas sekolah sebagai perwujudan dari pelaksanaan program PPK; PPK;

2.

menyusun dan mengimplementasikan visi misi sekolah;

3.

menetapkan branding sekolah terkait pelaksanaan program PPK

4.

menyusun RKS dan RKAS yang mengakomodasi program PPK;

5.

melaksanakan sosialisasi program PPK di satuan pendidikan;

6.

mewujudkan budaya sekolah yang mendukung pelaksanaan program PPK;

7.

memfasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan dalam program PPK;

8.

mendampingi pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan Program PPK;

9.

mengoptimalkan fungsi MKKS dalam pelaksanaan Program PPK;

10. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program PPK

11. melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan program PPK 12. membuat dokumentasi pelaksanaan kegiatan PPK.

b. Pendidik i.

memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas sekolah sebagai perwujudan dari pelaksanaan kegiatan PPK

2.

menyusun RPP, melaksanakan pembelajaran, dan penilaian yang mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK;

3. menggunakan metode pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif 4.

mendukung terbentuknya relasi yang baik antar pendidik, peserta didik dan seluruh komunitas sekolah di dalam kelas maupun di luar kelas

5.

membangun lingkungan belajar yang mengapresiasi dan menghargai keunikaan undividu

6.

mengoptimalkan fungsi KKG dan MGMP untuk mengembangkan pembelajaran berbasis PPK

7.

mengembangkan kegiatan kokurikuler berbasis PPK;

8.

melaksanakan program ekstrakurikuler berbasis PPK;

9.

mengoptimalkan peran dan fungsi bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan program PPK

10. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program PPK

c. Tenaga Kependidikan 1.

memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas sekolah sebagai perwujudan dari pelaksanaan program PPK;

2.

mendukung terbentuknya relasi yang baik antartenaga kependidikan, pendidik, pesertadidik, dan seluruh komunitas sekolah di dalam lingkungan satuan pendidikan; dan

3.

mendukung pelaksanaan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler berbasis PPK.

d. Komite Sekolah

1. memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas sekolah sebagai perwujudan dari pelaksanaan program PPK; 2. mendukung pelaksanaan program PPK secara mandiri dan gotong royong; 3. mendukung pelaksanaan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler berbasis PPK; 4. mendukung pelaksanaan kebijakan lima hari sekolah; 5. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program PPK 6. menciptakan suasana rumah yang kondusif dalam menanamkan nilainilai karakter NO NILAI 1. RELIGIUS Mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam prilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menhargai perbedaan agaman, menjujungn tinggi sikap toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

2.

NASIONALIS Merupakan cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan perhargaan yang tinggin terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

3.

MANDIRI

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12)

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

SUB NILAI Cinta damai Toleransi Menghargai perbedaan agama dan kepercayaan Teguh pendirian Percaya diri Kerjasama antar pemeluk agama dan kepercayaan Antibuli dan kekerasan Persahabatan Ketulusan Tidak memaksakan kehendak Mencintai lingkungan Melindungi yang kecil dan tersisih Apresiasi budaya sendiri Menjaga kekayaan budaya bangsa Rela berkorban Unggul dan berprestasi Cinta tanah air Menjaga lingkungan Taat hukum Disiplin Menghormati keragaman budaya, suku dan agama

1) Etos kerja / kerja keras 2) Tangguh tahan banting 3) Daya juang

4.

Merupakan sikap dan prilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita

4) 5) 6) 7)

GOTONG ROYONG

1) Menghargai kerjasama 2) Inklusif 3) Komitmen atas keputusan bersama 4) Mustawarah mufakat 5) Tolong menolong 6) Solidaritas 7) Empati 8) Anti diskriminasi 9) Anti kekerasan 10) Sikap kerelewanan

Mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orangorang yang membutuhkan.

5.

INTEGRITAS

1) 2) Merupakan nilai yang mendasari 3) perilaku yang didasarkan pada 4) upaya menjadikan dirinya sebagai 5) orang yang selalu dapat dipercaya 6) dalam perkataan, tindakan, dan 7) pekerjaan, memiliki komitmen 8) dan kesetiaan pada nilai-nilai 9) kemanusian dan moral (integritas moral)

Profesional Kreatif Keberanian Pembelajar sepanjang hayat

Kejujuran Cinta pada kebenaran Setia Komitmen moral Anti korupsi Keadilan Tanggung jawab Keteladanan Menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas)

7, Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan progrqam PPK

3, Merancang jadwal dalam rangka pengembangan pendidikan karakter sebagai budaya sekolah Bagan kegiatan mingguan hari Nilai Karakter ***

senin

selasa

rabu

kamis

jumat

Penguatan nilai-nilai utama; Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong royong Integritas

Kegiatan Pembiasaan : Memulai Hari Dengan Upacara Bendera ( Senin) Apel, Menyanyikan Lagi Indonesia Raya, Lagu-

sabtu Interaksi lingkungan dan sesama

Lagu nasional, dan berdo’a bersama.membaca buku non pelajaran yang berisi nilai-nilai karakter, berupa kearifan lokal, nasional, dan global, gerakan literasi sebelum kegiatan pembelajaran dimulai

Nilai Utama PPK Program Bandung Maasagi Program Bandung Masagi merupakan proses pembentukan Karakter dan Sikap Berbudaya. Adapun Kegiatan Bandung Masagi di SDN 239 Cigondewah meliputi :

No

Bidang

Kegiatan

Pelaksanaan

Langkah Kegiatan

1

Agama

1.1 Pembiasaan

1.1.1 membaca do’a dan senandung alfatihah sebelum dan sesudah belajar 1.1.2 Siswa melantunkan asmaul husna dengan tuntunan media audio setiap hari 1.2.1 berdo’a

Siswa membaca do’a,senandung asmaul husna selama 15 menit sebelum belajar dipimpin oleh guru.

1.3.2 Siswa non muslim diberikan kesempatan melakukan pembelajaran dengan guru khusus di luar jam pelajaran sekolah. 1.3.3 Peringatan hari besarkeagamaan. 1.3.4 sikap tidak membedakan agama.

Siswa non muslim dapat belajar di perpustakaan saat pembelajaran PAI dilaksanakan.

1.2 Toleransi

1.3.2 pembelajaran agama

Memberikan kesempatan berdo’a sebelum dan sesudah belajar sesuai dengan agama masingmasing

Memberikan ucapan selamat. Siswa berteman dengan baik tanpa membedabedakan agama.

1.4 Kegiatan ibadah

1.3.5 Menghormati pelaksanaan ibadah antar umatberagama. 1.4.1 Menghormati pelaksanaan ibadah antar umatberagama. 1.4.2 BTQ 1.4.3 Kegiatan bersosial.

2

Lingku ngan

2.1 Memelihara lingkungan sekolah SDBS (Sekolah Dasar Bersih Sehat )

2.1.1 Gerakan Dilaksanakan setiap hari rabu pungut sampah( GPS dan jum’at sebelum belajar. ). 2.1.2 Piket kelas. 2.1.3 Penyediaan tempatsampah di depan kelas

3

4

Budaya Perilak u Hidup Sehat

Budaya sunda

3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

4.1 Ngamumule basa.

Siswa non muslim tidak makan dan minum di sekolah saat bulan ramadhan. Sholat Dzuhur dan Ashar berjamaah di sekolah saat sekolah siang. Siswa melaksanakan BTQ dengan bimbingan guru agama. Siswa berinfak setiap hari jum’at (menyantuni ,bakti social).

Siswa melaksanakan tugas piket kelas setiap hari. Memudahkan siswa membuang sampah pada tempatnya.

3.1.1 CTPS (cucitangan pakai sabun ) 21 hari.

Dilaksanakan sebelum dan sesudah kegiatan.

3.1.2 Sikat gigi bersama.

Dilaksanakan sesuai jadwal.

3.1.3 Pemeriksaan kuku danrambut.

Dilaksanakan sesuai jadwal.

3.1.4 Pemeriksaan kesehatan pribadi.

Dilaksanakan oleh guru kelas masing-masing.

4.1.1 Rebo nyunda.

Setiap hari rabuWarga sekolah berbicara Bahasa sunda di dalam dan luarkelas. Secara konsisten dan terus menerus diperkenalkan cara berbicara dengan Bahasa sunda yang baik dan benar.

5

Bela Negara

Pembelajaran aksara sunda dilaksanakan setiap hari rabu. Tidak berbicara kasar, berperilaku sesuai dengan tatakrama sunda. Membiasakan tatakrama sunda :rengkuh, mengucapkan salam Bahasa sunda, membiasakan makan tidak berbicara dan mengeluarkan suara

4.2 Ngamumule paripolah.

4.2.1 Pembiasaan sopan santun dan salam.

4.3 Ngamumule seni sunda.

4.3.1 Pembiasaan mengenakan pakaian daerah sunda (kebaya dan pangsi).

Dilaksanakan setiap hari rabu oleh siswa.

4.3.2 Pencak silat sebagai salah satu ekstrakulikuler.

Dilaksanakan setiap hari rabu oleh siswa.

4.3.3 Pembiasaan senam silat 4.3.4 Membiaskan nembang, pupuh dan lagu daerah, dan kaulinan sunda 5.1.1 Upacara bendera 5.1.2 Menyanyikan lagu wajib. 5.1.3 Menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. 5.1.4 Menggunakan seragam sekolah. Mengenakan baju batik.

Dilaksanakan setiap hari sabtu oleh siswa dan guru. Dilaksanakan setiap hari rabu oleh siswa.

5.1 Cinta tanah air.

5.2 Bangga menjadi orang Indonesia.

Dilaksanakan setiap hari senin sebelum pelajaran di mulai. Dilaksanakan sebelum pelajaran di mulai. Dibiasakan dalam keseharian.

Dibiasakan sesuai jadwal yang ditentukan. Dilaksanakan setiap hari kamis dan jumat.

J. Literasi Panduan Pembinaan Literasi di Sekolah Dasar Kegiatan literasi adalah salah satu kegiatan yang wajib dilakukan berdasarkan kurikulum 2013. Hal ini dilakukan tujuannya tidak lain adalah untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa mengenai pentingnya membaca, kegiatan literasi itu sendiri bisa diwujudkan melalui program gerakan literasi di sekolah berikut ini:  Jadwal Wajib Kunjung Perpustakaan Jadwal berkunjung ke perpustakaan adalah contoh program gerakan literasiyang pertama yang bisa dilaksanakan di sekolah. Program ini bisa diimplementasikan dengan cara menyusun jadwal sedemikian rupa sehingga setiap kelas bisa mengunjungi perpustakaan. Bukan hanya berkunjung saja, tetapi wajibkan pula siswa untuk meminjam buku, menyusun resume dari beberapa lembar buku yang telah dibacanya kemudian wajibkan pula siswa untuk mengembalikan buku. 

Pemberdayaan Mading Setiap Kelas

Pemberdayaan mading di setiap kelas ini bisa dilakukan dengan cara mewajibkan siswa untuk membaca bebas ataupun mencari referensi apapun di sekitar sekolah setidaknya selama 10 menit. Setelah itu, wajibkan siswa untuk membuat laporan, karangan ataupun resum dari apa yang dibacanya ataupun diamatinya, dan hasilnya tempelkan pada mading kelas. Sebagai langkah awal, program ini bisa dilakukan setiap seminggu sekali.  Membaca Buku Non Pelajaran Sebelum Proses Belajar Dimulai Buku non pelajaran yang dimaksudkan di sini bisa berupa buku cerita, novel ataupun buku jenis lain yang lebih mengajarkan nilai budi pekerti, kearifan lokal, nasionalisme dan lain-lain yang lebih disesuaikan pada tahap perkembangan siswa. 

Posterisasi Sekolah

Membuat poster-poster yang berisi ajakan, motivasi maupun kata mutiara yang ditempel atau digantung di beberapa spot di kelas atau di sekolah. 

Membuat Pohon Literasi di Setiap Kelas

Pohon literasi bisa dibuat oleh siswa secara mandiri. Nantinya daun-daun yang ada pada pohon literasi bisa ditulis dengan nama-nama siswa sekelas / cita-cita siswa / karakter mulia yang harus dilakukan. 

Membuat Sudut Baca di beberapa tempat di sekolah

Sudut baca merupakan suatu tempat khusus di bagian kelas/sekolah dimana tersedia kumpulan buku bacaan dan tempat duduk yang nyaman untuk membaca. Tempatnya bisa di depan kelas, pojok kelas, samping kantin, depan ruang guru, samping mushola sekolah, dll. 

Membuat Papan Karya Literasi Siswa di Setiap Kelas

Papan karya literasi adalah sebuah papan untuk menempelkan hasil karya literasi siswa. Papan karya literasi ini bisa diprogramkan di setiap kelas. 

Membuat Dinding Motivasi di setiap kelas

Dinding motivasi adalah sebuah hiasan dinding kelas yang berisi kata-kata motivasi untuk menginspirasi siswa.



Mengadakan Lomba Duta Literasi Sekolah

Agenda Lomba Duta Literasi sekolah merupakan salah satu program alternatif untuk memotivasi anak dalam ber-literasi. Beberapa kriteria untuk menjadi Duta Literasi Sekolah antara lain adalah siapa peminjam buku perpustakaan terbanyak dalam 1 semester / siapa yang berhasil menyelesaikan banyak buku untuk dibaca dalam 1 semester dll. 

Mengadakan Lomba Karya Literasi Antar Kelas

Lomba Karya Literasi antar kelas juga bisa menjadi salah satu program gerakan literasi sekolah yang menarik. Lombanya bisa berupa lomba mading antar kelas, lomba poster antar kelas, lomba membuat pohon literasi antar kelas, dll.

K. Pendidikan Inklusif Panduan Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang– Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (reguler) dalam pendidikan. Selama ini, layanan pendidiakn bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia disediakan melalui tiga macam lemabaga pendidikan yaitu, Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Pendidikan Terpadu. SLB, sebagai lembaga pendidikan khusus tertua, menampung anak dengan jenis kelainan yang sama sehingga ada SLB untuk anak dengan hambatan penglihatan (Tunanetra), SLB untuk anak dengan hambatan pendengaran (Tunarungu), SLB untuk anak dengan hambatan berpikir/kecerdasan (Tunagrahita), SLB untuk anak dengan hambatan (fisik dan motorik (Tunadaksa), SLB untuk anak dengan hambatan emosi dan perilaku (Tunalaras), dan SLB untuk anak dengan hambatan majemuk (Tunaganda). Sedangkan SLB menampung berbagai jenis anak berkebutuhan khusus. Sedangkan pendidikan terpadu adalah sekolah reguler yang juga menampung anak berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, guru, sarana pengajaran, dan kegiatan belajar mengajar yang sama. Untuk mensukseskan wajib belajar pendidikan dasar, dipandang perlu meningkatkan perhatian terhadap anak berkebutuhan khusus, baik yang telah memasuki sekolah reguler (SD) tetapi belum mendapatkan pelayanan pendidikan khusus maupun yang belum mengenyam pendidikan sama sekali karena tidak diterima di SD terdekat atau karena lokasi SLB jauh dari tempat domisilinya. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pasal inilah yang memungkinkan terobosan

bentuk pelayanan pendidikan bagi anak berkelaianan berupa penyelenggaraan pendidikan inklusif. Secara lebih operasional, hal ini diperkuat dengan peraturan pemerintah tentang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus.

Pendidikan inklusif, mendidik anak berkebutuhan khusus bersama– sama anak lainnya (reguler) untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak reguler dan anak berkebutuhan khusus yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Oleh karena itu, anak berkebutuhan khusus perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak reguler untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah (SD) terdekat. Sudah barang tentu SD terdekat tersebut perlu disiapkan segala sesuatunya. Pendidikan inklusif diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus selama ini. Tidak mungkin membangun SLB di tiap Kecamatan/Desa sebab memakan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama.

Sekolah inklusif Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan/atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya. Dengan kata lain pendidikan inklusif mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik, bukan peserta didik yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan. Keuntungan dari pendidikan inklusif anak berkebutuhan khusus maupun anak biasa dapat saling berinteraksi secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat, dan kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masing-masing. Konsekuensi penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah pihak sekolah dituntut melakukaan berbagai perubahan, mulai cara pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan individual tanpa diskriminasi.

Implikasi manajerial pendidikan inklusif

Sekolah umum/reguler yang menerapkan program pendidikan inklusif akan berimplikasi secara manajerial di sekolah tersebut. Diantaranya adalah: a. Sekolah reguler menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan. b. Sekolah reguler harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual. c. Guru di kelas umum/reguler harus menerapkan pembelajaran yang interaktif. d. Guru pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. e. Guru pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dituntut melibatkan orangtua secara bermakna dalam proses pendidikan.

Kurikulum 2013 yang sedang digulirkan pada saat ini tidak secara spesifik mengajarkan permata pelajaran secara sendiri-sendiri karena struktur Kurikulum 2013 mengusung adanya keseimbangan antara sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk membangun soft skills dan hard skills seperti tergambar pada tabel berikut : ELEMEN PERUBAHAN Elemen

Deskripsi SD

SMP

SMA

SMK

Kompetensi Lulusan Kedudukan

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang

meliputi

aspek

kompetensi

sikap,

keterampilan

dan

pengetahuan Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah

Mata Pelajaran menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi (ISI) Kompetensi dikembangkan melalui : Pendekatan

Tematik terpadu Mata

Mata

(ISI)

dalam

Pelajaran

semua Pelajaran

Vokasional

mata pelajaran

Berdasarkan Tabel tersebut, elemen perubahan jenjang SD, SMP, SMA, SMK dalam kopetensi lulusan adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Elemen perubahan kedudukan mata pelajaran (isi) adalah kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi. Elemen pendekatan (isi) kompetensi yang dikembangkan di SD adalah tematik terpadu dalam semua mata pelajaran dengan pendekatan saintifik. Pada jenjang Sekolah Dasar ranah attitude harus lebih banyak atau lebih dominan dikenalkan, diajarkan atau dicontohkan pada anak, kemudian diikuti oleh ranah skill, dan ranah knowledge lebih sedikit diajarkan pada anak. Langkah penguatan terjadi pada proses pembelajaran dan proses penilaian. Penguatan pada proses pembelajaran karakteristik penguatannya mencakup : a) Menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dengan tetap memperhatikan karakteristik siswa, b) Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran, c) Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberitahu (discovery learning), dan d) Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan, dan berpikir logis, sistematis, dan kreatif.

Penguatan pada penilaian pembelajaran karakteristik penguatannya mencakup a) Mengukur tingkat berpikir mulai dari rendah sampai tinggi,

b) Menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam (bukan sekedar hafalan), c) Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa, dan d) Menggunakan fortofolio pembelajaran siswa. Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi pengembang kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Penetapan pendekatan kompetensi lulusan didahului dengan mengidentifikasi apa yang hendak dibentuk, dibangun, dan diberdayakan dalam diri peserta didik sebagai jaminan yang akan mereka capai setelah menyelesaikan pendidikannya pada satuan pendidikan tertentu. Pendekatan kompetensi lulusan menekankan pada kemampuan holistik yang harus dimiliki setiap peserta didik. Hal itu akan membawa implikasi terhadap apa yang seharusnya dipelajari oleh setiap individu peserta didik, bagaimana cara mengajarkan, dan kapan diajarkan. Cakupan Kompetensi Lulusan satuan Pendidikan berdasarkan Elemeneleman yang harus dicapai dapat dilihat dalam tabel berikut : DOMAIN

Elemen

PENGETAHUAN

KETERAMPILAN

DOMAIN

SIKAP

SMP

SMA - SMK

Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan Beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggung Individu jawab, peduli, santun) rasa ingin tahu, estetika, percaya diri, motivasi internal Toleransi, gotong royong, kerjasama, dan Sosial musyawarah Pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik, dan Alam cinta perdamaian Mengetahui + memahami + menerapkan + Proses menganalisis + mengevaluasi Obyek Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya Subyek Manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia Mengamati+ menanya+ mencoba + mengolah + Proses menyaji + menalar + mencipta Membaca, menulis, menghitung, menggambar, Abstrak mengarang Menggunakan, menguirai, merangkai, Kongkret memodifikasi, membuat, mencipta SD SMP SMA – SMK Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan Pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya Proses

SIKAP

SD

PENGETAHUAN

KETERAMPILAN

Mengetahui + memahami + menerapkan + menganalisis + mengevaluasi Pribadi yang menguasai Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusian, kebangsaan, kenegaraaan dan peradaban Mengamati+ menanya+ mencoba + mengolah + menyaji + menalar + mencipta Membaca, menulis, menghitung, menggambar, mengarang Pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan kongkret

Dari tabel di atas, cakupan kompetensi lulusan secara holistik dirumuskan sebagai berikut : a.

Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Sikap Manusia yang memiliki Pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya Pencapaian pribadi tersebut dapat dilakukan melalui Proses : menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.

b. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Pengetahuan : Manusia yang memiliki Pribadi yang menguasai Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusian, kebangsaan, kenegaraaan dan peradaban Pencapaian pribadi tersebut dapat dilakukan melalui Proses

: Mengetahui, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi c. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Keterampilan Manusia yang memiliki Pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan kongkret Pencapaian pribadi tersebut dapat dilakukan melalui Proses : Mengamati, menanya, mencoba, dan mengolah, menalar, mencipta, menyajikan, dan mengkomunikasikan. Perumusan kompetensi lulusan antar satuan pendidikan mempertimbangkan gradasi setiap tingkatan pendidikan dan memperhatikan kriteria sebagai berikut a. perkembangan psikologi anak, b. lingkup dan kedalaman materi, c. kesinambungan, dan d. fungsi satuan pendidikan.

DIMENSI SIKAP

KOMPETENSI LULUSAN Memiliki prilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu PENGETAHUAN

pengetahuan, teknologi, seni, dan buian dilingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif

KETERAMPILAN dalam ranah abstrak dan kongkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya

KOMPETENSI INTI Kompetensi Inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui Kompetensi Inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas berbeda dapat dijaga. Rumusan Kompetensi Inti menggunakan notasi berikut : 1. Kompetensi Inti – 1 (KI-1) untuk Kompetensi Inti sikap spiritual. 2. Kompetensi Inti – 2 (KI-2) untuk Kompetensi Inti sikap sosial. 3. Kompetensi Inti – 3 (KI-3) untuk Kompetensi Inti pengetahuan. 4. Kompetensi Inti – 4 (KI-4) untuk Kompetensi Inti keterampilan.

KOMPETENSI DASAR Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan Kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi Dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut : 1.

Kelompok 1 : kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI -1

2.

Kelompok 2 : kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI -2;

3.

Kelompok 3 : kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI -3;

4.

Kelompok 4 : kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI -4;

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dikembangkan melalui seluruh mata pelajaran, budaya sekolah, muatan local dan pengembangan diri atau kepribadian, nilai-nilai tersebut , yakni : 1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama. Secara politis kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaedah yang berasal dari agama. 2. Pancasila: negara Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945 tersebut. Artinya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warganegara yang lebih baik dan warganegara yang lebih baik adalah warganegara yang menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warganegara. 3. Budaya adalah suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai-nilai dari pendidikan budaya dan karakter bangsa. 4. Tujuan Pendidikan Nasional adalah kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Di dalam tujuan pendidikan nasional terdapat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki seorang warganegara. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut maka dihasilkan sejumlah nilai untuk Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, yaitu: 

Religius : suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

               

Jujur: perilaku yang didasarkan pada kebenaran, menghindari perilaku yang salah, dan menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Toleransi: suatu tindakan dan sikap yang menghargai pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari pendapat, sikap, dan tindakan dirinya. Disiplin: suatu tindakan tertib dan aptuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang harus dilaksanakannya. Kerja keras: suatu upaya yang diperlihatkan untuk selalu menggunakan waktu yang tersedia untuk suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan yang dilakukan selesai pada waktunya Kreatif: berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau produk baru dari apa yang telah dimiliki Mandiri: kemampuan melakukan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang telah dimilikinya Demokratis: sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang lain dalam kedudukan yang sama Rasa ingin tahu: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait. Semangat kebangsaan: suatu cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cinta tanah air: suatu sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. Menghargai prestasi: suatu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. Bersahabat/komunikatif: suatu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. Cinta damai: suatu sikap dan tindakan yang selalu menyebabkan orang lain senang dan dirinya diterima dengan baik oleh orang lain, masyarakat dan bangsa Senang membaca: suatu kebiasaan yang selalu menyediakan waktu untuk membaca bahan bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Peduli sosial: suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan untuk membantu orang lain dan masyarakat dalam meringankan kesulitan yang mereka hadapi. Peduli lingkungan: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Pendekatan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa: 1.Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa adalah sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas satu SD atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas terakhir SMP. Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun.

2. Melalui semua mata pelajaran, muatan lokal, kepribadian, dan budaya sekolah mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler

Gambar Pengembangan nilai-nilai melalui keempat jalur tersebut: MATA PELAJARAN BUDAYA SEKOLAH NILAI

MUATAN LOKAL

KEPRIBADIAN

Pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa melalui berbagai mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI), digambarkan sebagai berikut: 3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan mengandung makna bahwa materi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa

Indonesia, PPKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani

dan kesehatan, seni,

ketrampilan, dan sebagainya. Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilainilai budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilainilai budaya dan karakter bangsa. Konsekuensi dari prinsip ini nilai-nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka tidak boleh berada dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna sebuah nilai. 4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”Tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar secara aktif (tanpa mengatakan hal ini kepada peserta didik) menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.

Perencanaan Pengembangan Pendidikan Nilai-nilai Budaya dan Karakter Bangsa Nilai-nilai pendidikan budaya dan karakater bangsa dikembangkan dalam setiap pokok bahasan dalam mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus. Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini: 1. Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum di atas sudah tercakup didalamnya 2. Menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara SK/KD dengan nilai dan indikator 3. Mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel tersebut ke dalam silabus 4. Mengembangkan RPP berdasarkan silabus yang sudah disusun

Pengembangan Proses Pembelajaran

Pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui berbagai kegiatan belajar di : 1. Kelas 2. Sekolah 3. Luar sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan lain yang dirancang sekolah Penilaian Hasil Belajar Penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat/diamati/ dipelajari/dirasakan” maka guru mengamati (melalui berbagai cara) apakah yang dikatakan seorang peserta didik itu jujur mewakili perasaan dirinya. Mungkin saja peserta didik menyatakan perasaannya itu secara lisan tetapi dapat juga dilakukan secara tertulis atau bahkan dengan bahasa tubuh. Perasaan yang dinyatakan itu mungkin saja memiliki gradasi dari perasaan yang tidak berbeda dengan perasaan umum teman sekelasnya sampai bahkan kepada yang bertentangan dengan perasaan umum teman sekelasnya. Penilaian dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah. Model yang dinamakan anecdotal record (catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan) selalu dapat digunakan guru. Selain itu guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau hal yang menuntut peserta didik mengemukakan posisi dirinya atau kesesuaian/ketidaksesuaian sikap dirinya terhadap persoalan tersebut.

Sebagai contoh, peserta didik dimintakan sikapnya terhadap

upaya menolong pemalas, memberikan bantuan terhadap orang kikir, atau hal-hal lain yang bersifat bukan kontroversial sampai kepada hal yang dapat mengundang konflik pada dirinya. Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya guru dapat memberikan kesimpulannya/pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan/pertimbangan tersebut dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut:

BT

= Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda- tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).

MT = Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tandatanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten) MB = Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten)

MK = Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten)

Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan budaya dan karakter bangsa, maka ditetapkan indikator sekolah dan kelas antara lain seperti di bawah ini: 1. Indikator Sekolah NILAI

DESKRIPSI 

Religius

Jujur

Toleransi

INDIKATOR SEKOLAH

Suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam  Merayakan hari-hari besar keagamaan melaksanakan ajaran agama  Menyelenggarakan ibadah yang dianutnya, toleran rutin terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

 Perilaku yang didasarkan pada kebenaran, menghindari perilaku yang salah, dan menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.  Suatu tindakan dan sikap yang menghargai pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari pendapat, sikap, dan tindakan dirinya.

Disiplin



Suatu tindakan tertib dan aptuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang harus dilaksanakannya.

Kerja Keras



Suatu upaya yang diperlihatkan untuk selalu

 Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang  Tranparansi laporan sekolah secara berkala  Menyediakan papan pengumuman permohonan maaf  Memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi.  Memberikan perlakuan yang sama terhadap masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan kelompok masyarakat yang berkebutuhan khusus  Memiliki catatan kehadiran  Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang paling disiplin  Memiliki tata tertib sekolah  Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang

INDIKATOR SEKOLAH menggunakan waktu yang bekerja keras dalam tersedia untuk suatu meningkatkan prestasi pekerjaan dengan sebaiksekolah baiknya sehingga pekerjaan  Menciptakan suasana sekolah yang dilakukan selesai pada yang menantang dan memacu waktunya untuk bekerja keras

NILAI

DESKRIPSI

Kreatif

 Berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau produk baru dari apa yang telah dimiliki

 Menciptakan situasi yang bisa menumbuhkan daya kreatif, berpikir dan bertindak.  Memberikan fasilitas warga sekolah untuk memamerkan dan memasarkan hasil karya kreatif mereka.  Memberdayakan potensi sekolah  Membangun fasilitas sekolah dengan kemampuan yang dimiliki sekolah.  Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan keputusan  Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan.  Pemilihan kepengurusan sekolah secara terbuka  Menyediakan media komunikasi (media cetak/media elektronik) bagi warga sekolah.  Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.  Melakukan upacara rutin sekolah  Melakukan upacara hari-hari besar nasional  Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional.

Mandiri



kemampuan melakukan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang telah dimilikinya

Demokratis



Sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang lain dalam kedudukan yang sama

Rasa Ingin Tahu



Suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait.

Semangat Kebangsaan



suatu cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Cinta Tanah Air



suatu sikap yang  Menggunakan produk buatan dalam negeri menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

NILAI

DESKRIPSI lingkungan fisik, sosial,  budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 

Menghargai Prestasi



Bersahabat

 suatu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

Cinta Damai

 suatu sikap dan tindakan yang selalu menyebabkan orang lain senang dan dirinya diterima dengan baik oleh orang lain, masyarakat dan bangsa

Gemar Membaca

 suatu kebiasaan yang selalu menyediakan waktu untuk membaca bahan bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.   suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upayaupaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Peduli Lingkungan

suatu sikap dan tindakan  yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi  masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

INDIKATOR SEKOLAH Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar Menayangkan film tentang masyarakat, wilayah, dan flora dan fauna Indonesia Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi

 Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antar warga sekolah  Berkomunikasi dengan bahasa yang santun  Saling menghargai dan menjaga kehormatan  Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban  Menciptakan suasana yang damai  Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan  Membiasakan perilaku warga sekolah yang tidak bias gender  Perilaku seluruh warga sekolah yang penuh kasih sayang  Tidak terdapat tumpukan buku yang berdebu  Frekuensi kunjungan perpustakaan  Memelihara lingkungan sekolah  Tersedia tempat pembuangan sampah  Hemat enerji  Membuat biopori

NILAI Peduli Sosial

Tanggungjaw ab

Menghargai diri sendiri/ tahu potensi diri sendiri

Keterbukaan

Cinta dan kasih sayang

Tatakrama dan sopan santun

INDIKATOR SEKOLAH  Berempati kepada sesama  suatu sikap dan tindakan yang warga sekolah selalu ingin memberikan bantuan untuk membantu  Melakukan aksi sosial orang lain dan masyarakat  Menyisihkan sebagian haknya untuk orang lain dalam meringankan kesulitan yang mereka hadapi. Sikap dan perilaku seseorang  Membuat laporan setiap untuk melaksanakan tugas kegiatan yang dilakukan dalam dan kewajibannya, yang bentuk lisan maupun tertulis. seharusnya dia lakukan,  Melakukan tugas tanpa disuruh terhadap diri sendiri,  Menunjukkan prakarsa untuk masyarakat, lingkungan mengatasi masalh dalam (alam, sosial dan budaya), lingkup terdekat negara dan Tuhan YME  Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas Sikap dan perilaku yang  Memiliki kesadaran akan mencerminkan penghargaan keragaman dan batas-batas seseorang terhadap dirinya kemampuan diri sendiri maupun kepada orang  Tidak bergantung pada orang lain dengan memahami lain kelebihan dan kekurangannya. Sikap dan perilaku yang  Berbicara apa adanya mencerminkan adanya  Mengemukakan pendapat keterusterangan terhadap apa  Terbuka terhadap pendapat yang dipikirkan, diinginkan, orang lain diketahui serta kesediaan menerima saran dan kritik orang lain, keterbukaan, keikhlasan Sikap dan perilaku yang  Memiliki kepedulian dan mencerminkan adanya unsur keinginan membantu mereka memberi perhatian, yang membutuhkan perlindungan, penghormatan,  Ikut merasakan penderitaan tanggungjawab, dan orang lain pengorbanan terhadap orang  Memelihara hubungan baik yang dicintai dan dikasihi. sewajarnya diantara sesama Sikap dan perilaku sopan santun  Memberi salam bila bertemu dalam bertindak dan  Berbicara dengan bertuturkata terhadap orang menggunakan tutur kata yang tanpa santun menyinggung/menyakiti serta menghargai tata cara yang berlaku sesuai dengan norma, budaya, dan adat istiadat. DESKRIPSI

NILAI

DESKRIPSI

INDIKATOR SEKOLAH  Memelihara kehormatan diri pribadi dan lingkungan sekolah  Tidak membicarakan yang jelek tentang orang lain  Memelihara penampilan sesopan mungkin

Sikap dan perilaku yang menunjukkan tidak enak hati, hina, rendah karena berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani, norma dan aturan. Perasaan seseorang berupa rasa tidak enak , tercela, disisihkan , aib, hina, dan perasaan yang tidak menggembirakan lainnya, sebagai akibat dari sikap dan prilakunya yang menyimpang dari norma dan aturan, atau merasa tidak mampu berbuat dan menyelesaikan masalah Kebersamaan Sikap dan perilaku seseorang  Melakukan tugas-tugas piket yang mencerminkan adanya dan gotong  Memberi kontribusi dalam kesadaran dan kemauan untuk royong mengerjakan tugas kelompok bersama-sama, saling  Memprakarsai kerjasama membantu dan saling dalam kelompok memberi tanpa pamrih Sikap dan perilaku untuk Saling  Menghormati guru menghargai dalam hubungan menghormati  Menghormati orang yang antar individu dan kelompok lebih tua berdasarkan norma dan  Memberi kesempatan tatacara yang berlaku kepada pihak lain yang lebih berhak Menjaga Selalu menempatkan pada kebersihan diri tempatnya, selalu tanggap dan terhadap lingkungan yang tidak lingkungan bersih dengan aksi yang nyata, Menjunjung Menghargai prestasi orang lain Berani mengakui kesalahan dan tinggi Mentaati peraturan mengakui kebenaran orang lain sportifitas Berani berbuat berani bertanggung jawab Rasa malu

Ramah tamah

Menghargai siapa saja dengan penuh keikhlasan Cinta dan Sifat dan karakter seseorang yang kasih sayang mengandung adanya unsur menyayangi, mau memberi perhatian, memiliki, melindungi, menghormati, bertanggung jawab, dan pengorbanan terhadap

NILAI

DESKRIPSI

INDIKATOR SEKOLAH

apa saja yang dicintai dan dikasihaninya Berpikir Sikap konstruktif, mendahului  Menunjukkan sikap positif sisi positifnya, berpikir jernih konstruktif tapi sederhana, sadar atas  Menilai segala sesuaiu dengan keragaman dan kemampuan diri mendahulukan sisi baiknya  Mementingkan cara berpikir yang jernih tapi sederhana Rasa tanggung Sikap dan perilaku seseorang  Mengerjakan tugas sesuai jawab untuk melaksanakan tugas dan petunjuk yang diberikan kewajibannya, atau yang guru seharusnya ia lakukan. Keberanian Sifat dan karakter seseorang yang  Berani tampil mencerminkan adanya unsur menunjukkan keberanian berbuat, mau kebolehannya sesuai mengemukakan pikiran dan pembelajaran yang pendapatnya, mau mencoba haldiberikan atau dalam hal yang baru, mau berkembang, kegiatan pekan tidak minder dan rendah diri, kreativitas sekolah mau tampil, mencoba bergaul,  Berani menyampaikan tidak malu, dan memiliki pendapat sesuai dengan semangat yang tinggi untuk pemahamannya bersikap dan berbuat, sejauh hal itu tidak bertentangan dengan nilai, norma, dan peraturan yang beraturan dalam lingkungan hidupnya

2. Indikator Kelas ASPEK Fasilitas Kelas

INDIKATOR  Merawat fasilitas kelas

KEGIATAN  Menjaga fasilitas kelas, misalnya mengembalikan peralatan belajar mengajar pada tempatnya, merapihkan peralatan setelah digunakan.

ASPEK

INDIKATOR

Suasana Kelas  Menghargai perbedaan dan kemajemukan

KEGIATAN  Mengelola pembelajaran tanpa membedakan SARA, sosial, ekonomi, kemampuan akademis.

Interaksi Kelas

 Mengimplementasikan modelmodel pembelajaran yang dialogis

 Mengelola pembelajaran di kelas dengan menggunakan berbagai alternatif metode pembelajaran tanpa ’pemaksaan’, seperti kerja dalam kelompok, diskusi fokus, bermain peran, curah pendapat, diskusi terbuka, dsb.

Ruang Kelas

 Membuat jadwal piket, struktur organisasi kelas.

 Menyusun jadwal piket secara demokratis  Menyusun struktur organisasi kelas secara demokratis.

Muatan Bandung Masagi Program Bandung Masagi mengembangkan 4 pilar yang meliputi pilar

religi,

budaya, lingkungan hidup dan bela negara Dalam penyelenggaraan program Bandung masagi tersubstitusi pada proses pembelajaran yang tidak tersurat melainkan tersirat untuk itu penyelenggaraan KBM tersebut dilakukan terprogram dalam pembiasaan. Untuk pilar religi sekolah mengembangkan dalam pembiasaan kultum di hari jumat pagi, pesantren kilat, pembinaan BTQ, dan peringatan hri besar agama Islam. Kegiatan tersebut merupakan wadah untuk merealisasikan sifat religius pada siswa. Dalam pengembangan budaya siswa di fasilitasi dalam mengembangkannya melalui kegiatan pencak silat dang angklung bahkan pengenalan seni tari sunda Para proses pelaksanaan pengembangan lingkungan hidup siswa melaksanakan kebersihan sekolah dengan lingkungannya melaui gerakan pungut sampah setelah istirahat dan sebelum masuk kelas yang dlaksanakan setiap hari senin rabu dan jumat Untuk pilar bela negara pembiasaan yang dilakukan disekolah upacara setiap senin pagi dan pembiasaan menyanyikan lagu lagu wajib nasional

Program Bandung Masagi menjadi ciri khas kota Bandung yang bertujuan meraih Lulusan peserta didik yang memiliki karakter paripurna.

Pengaturan Beban Belajar pada Kurikulum 2013 Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah untuk kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu yang masing-masing jam berdurasi 35 menit. Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III dan kelas IV, V, dan VI sedangkan Kompetensi Dasar Matematika dan PJOK berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema yang ada untuk kelas IV, V. Dan VI. Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi peserta didik aktif. Proses pembelajaran peserta didik aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dan proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.

F. Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar setiap mata pelajaran disesuaikan dengan Kompleksitas, Daya Dukung dan Intaq Siswa Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal pada Sekolah Dasar Negeri 239 Cigondewah Kota Bandung setiap mata pelajaran untuk Tahun Pelajaran 2017/2018 sebagai berikut : Tabel Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas NO

1

2

Mata Pelajaran

Pendidikan

Agama

dan Budi Pekerti Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas

Kelas

Kelas

Kelas

Kelas

Kelas

I

2

3

4

5

6

72

72

73

75

75

75

68

70

70

70

74

75

3

Bahasa Indonesia

67

69

70

71

74

75

4

Matematika

66

69

69

69

73

75

-

-

-

70

73

75

-

-

-

70

71

75

68

70

71

73

75

75

72

72

73

74

75

75

5

6 7

Ilmu

Pengetahuan

Alam Ilmu

Pengetahuan

Sosial Seni Budaya Pendidikan

8

Jasmani,

Olahraga,

dan

Kesehatan. Muatan Lokal 10

11

Bahasa

dan

sastra

sunda Pendidikan Lingkungan Hidup

66

69

70

70

75

75

70

69

70

70

75

75

Berdasarkan kriteria Ketuntasan Minimal kelas tersebut diatas maka didapatlah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) sekolah diantaranya sebagai berikut : Tabel 4.2 Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah KOMPONEN

% Ketuntasan

A. Mata Pelajaran 1.

Pendidikan Agama

72

2.

Pendidikan Kewarganegaraan

68

3.

Bahasa Indonesia

67

4.

Matematika

66

5.

Ilmu Pengetahuan Alam

70

6.

Ilmu Pengetahuan Sosial

70

68

7.

Seni Budaya

8.

Pendidikan Jasmani, Olahraga,

72

dan Kesehatan. B. MUATAN LOKAL 1.

Wajib :

1. Bahasa Daerah

A. Pendidikan

Lingkungan

66 70

Hidup C. Pengembangan Diri 1.

Pramuka

bB

2.

Pencaksilat

BB

3

Seni Budaya

BB

4

Atletik

B

G. Standar Kenaikan Kelas dan Kelulusan a. Kenaikan Kelas Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut. 1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dengan kriteria ketuntasan minimal pada semua indikator, Kompetensi Dasar, dan Standar Kompetensi pada semua mata pelajran, berdasarkan hasil dari nilai pengamatan, nilai harian, nilai tugas/PR, dan nilai tes akhir semester. 2) Kehadiran siswa minimal 80% 3) Perilaku/sikap dengan kriteria baik. b. Kelulusan Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Pasal 72 ayat 1, peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah setelah : a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

b.

Siswa sudah menyelesaikan seluruh program pembelajaran dengan kriteria ketuntasan minimal pada semua indikator, kompetensi Dasar (KD), dan Standar Kompetensi (SK) pada semua mata pelajaran.

c. Lulus Ujian Sekolah dengan memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan; serta teknologi informasi dan komunikasi. dan d.

Lulus Ujian Nasional

H. Kegiatan Pengembangan Diri Program Pembiasaan a. Rutin, yaitu kegiatan yang terjadwal, seperti : o Upacara Bendera setiap hari Senin. o Pemeriksaan kebersihan gigi di UKGS o Kultum setiap hari Jumat pagi o Melaksanakan sholat duha di sekolah. o Membaca di perpustakaan setiap hari secara bergiliran Sesuai dengan jadwal yang telah disusun o Membersihkan kelas serta halaman sebelum dan sesudah belajar o Mebiasakan baca asmaul husna sebelum memulai belajar o Membaca al-qur’an sebelum belajar o Menyanyikan lagu kebangsaan sebelum memulai pembelajaran b. Spontan, yaitu kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti : o Pembentukan perilaku memberi salam. o Membuang sampah pada tempatnya. o Membiasakan dalam budaya antri o Mengatasi silang pendapat (pertengkaran) c. Keteladanan , yaitu kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti o Berpakaian rapih.

o Berbahasa yang baik. o Rajin membaca. o Memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain. o Datang tepat waktu. d. Terprogram, Yaitu kegiatan yang dirancang secara khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan siswa seperti : o Kegiatan Pramuka o Kegiatan Pesantren Kilat di bulan Ramadhon o Pekan kreativitas pada jeda semester o Peringatan hari-hari besar nasional o Peringatan hari besar agama o Karyawisata f. Pengkondisian, yaitu pengadaan sarana dan prasarana yang mendorong terbentuknya perilaku terpuji. Pengembangan Ekspresi Diri (EKSTRAKURIKULER ) a. Ekstrakurikuler wajib : Pramuka b. Ekstrakurikuler pilihan : seni dan budaya, literasi, Angklung, pencak silat, atletik. Ekstrakurikuler pilihan ini terjadwal sesuai program diantaranya sebagai berikut : 1. Kegiatan Atletik pembinaan dan latihannya dilaksanakan di hari jum’at setelah sholat jum’at selama 3 x jam pelajaran atau 105 menit 2. Kegiatan angklung pembinaan dan latihannya dilaksanakan di hari jum’at setelah sholat jum’at selama 3x jam pelajaran atau 105 menit 3. Kegiatan pencak silat pembinaan dan latihannya dilaksanakan hari jum’at setelah sholat jum’at selama 3x jampelajaran atau 105 menit 4. Kegiatan Pramuka sebagai ektrakurikuler wajib artinya harus diikuti oleh seluruh siswa sebagai bagian dari kurikulum 2013 sesuai dengan permen no 63 tahun 2014 5. Kegiatan literasi yang diwajibkan untuk setiap anak agar dapat membaca buku dalam 1 minggu 1 buah buku Program kegiatan ekstrakurikuler terlampir pada bagian lampiran

Pendidikan Kecakapan Hidup (Pengembangan Life Skill) o Pengembangan diri/bakat dan minat anak, disesuaikan dengan kemampuan sekolah (sarana prasarana) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global o Lokal : Pencak Silat/Perisai Diri, Tarian, dan Kesenian. o Global : literasi digital/pustaka digital

Pendidikan inklusif Latar belakang Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang terbuka dan ramah terhadap pembelajaran dengan mengedepankan tindakan menghargai dan merangkul perbedaan. Untuk itu, pendidikan inklusif dipahami sebagai sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan yang dapat menghalangi setiap individu siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan yang dilengkapi dengan layanan pendukung.

Tujuan 1. Mengetahui landasan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia. 2. Memahami karakteristik pendidikan inklusif . 3. Mengetahui prinsip dasar penyelenggaraan pendidikan inklusif . 4. Mengetahui faktor pendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif. 5. Memahami langkah-langkah penyelenggaraan pendidikan inklusif. 6. Memahami bentuk penyelenggaraan pendidikan inklusif. 7. Mengetahui peran serta masyarakat dalam mewujudkan pendidikan inklusif. Landasan Filosofis Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusi di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka Tunggal Ika (Mulyono Abdulrahman, 2003). Filsafat ini sebagai wujud pengakuan kebinekaan manusia, baik kebinekaan vertikal maupun horizontal, yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di bumi. Kebinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan

finansial, kepangkatan, kemampuan pengendalian diri, dan sebagainya.

Sedangkan

kebinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah, afiliasi politik, dan sebagainya.

Bertolak dari filosofi Bhineka

Tunggal Ika, kecacatan dan keberbakatann hanyalah satu bentuk kebhinekaan seperti halnya perbedaan suku, ras, bahasa budaya, atau agama.

Kecacatan dan keberbakatan

tidak memisahkan peserta didik satu dengan lainnya, seperti halnya perbedaan suku, bahasa, budaya, atau agama. Hal ini harus diwujudkan dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan harus memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar siswa yang beragam, sehingga mendorong sikap silih asah, silih asih, dan silih asuh dengan semangat toleransi seperti halnya yang dijumpai atau dicita-citakan dalam kehidupan sehari-hari.

Landasan Yuridis Landasan yuridis internasional penerapan pendidikan inklusi adalah

Deklarasi

Salamanca (UNESCO, 1994) oleh para menteri pendidikan sedunia. Deklarasi ini adalah penegasan kembali atas Deklarasi PBB tentang Hak Asasi manusia tahun 1948 dan berbagai deklarasi lanjutan yang berujung pada Peraturan Standar PBB tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi individu penyandang cacat memperoleh pendidikan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan yang ada. Deklarasi Salamanca menekankan bahwa selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa

memandang

kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Di

Indonesia, penerapan pendidikan inklusi dijamin oleh UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan

Nasional,

yang

dalam penjelasannya

menyebutkan

bahwa

penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik penyandang cacat atau memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara inklusif atau berupa sekolah khusus. Adapun landasan yuridis penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia antara lain sebagai berikut : a. UUD 1945 (amandemen) Pasal 31 Ayat (1) “setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”.Ayat (2) “setiap warga Negara wajib mengikuti pendiddikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. b. UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsimengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsayang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratisserta bertanggung jawab. c. UU No 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 5 Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yangsama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.380/C.C8/MN/2003 tanggal 20 Januari 2003. Perihal pendidikan inklusi: Menyelenggarakan dan mengembangkan disetiap kabupaten/kota sekurang-kurangnya 4 (empat) sekolah yang terdiri dari: SD, SMP, SMA, SMK. d. Deklarasi Bandung (Nasional) ”Indonesia Menuju PendidikanInklusif” 8-14 Agustus 2004 e. Deklarasi Bukit Tinggi (Internasional) Tahun 2005 Landasan Pedagogis Pada Pasal 3 UU No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mendiri dan menjadi Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Jadi, melalui

pendidikan, peserta didik penyandang cacat dibentuk menjadi warganegara yang demokratis dan

bertanggungjawab,

yaitu

berpartisipasi dalam masyarakat.

individu

yang

mampu menghargai

perbedaan

dan

Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal mereka

diisolasikan dari teman sebayanya di sekolah-sekolah luar biasa.

Betapapun kecilnya,

mereka harus diberi kesempatan bersama teman sebayanya. Landasan Empiris Penelitian tentang inklusi telah banyak dilakukan negara-negara barat sejak 1980-an, namun penelitian yang berskala besar dipelopori oleh the National Academy of Sciences (Amerika

Serikat).

Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan penempatan anak

penyandang cacat di sekolah, kelas atau tempat khusus tidak efektif dan diskriminatif. Layanan ini merekomendasikan agar pendidikan khusus secara segregatif hanya diberikan terbatas berdasarkan hasil identifikasi yang tepat (Heller, Holtzman & Messick, 1982). Beberapa pakar bahkan mengemukakan bahwa sangat sulit untuk melakukan identifikasi dan penempatan anak berkelainan secara tepat, karena karakteristik mereka yang sangat

heterogen (Baker, Wang, dan Walberg, 1994-1995). Beberapa peneliti kemudian melakukan meta analisis (analisis lanjut) atas hasil banyak penelitian sejenis.

Hasil analisis yang

dilakukan oleh Carlberg dan Kavale (1980) terhadap 50 buah penelitian, Wang dan Baker (1985-1986) terhadap 11 buah penelitian, dan Baker (1994) terhadap 13 buah penelitian menunjukkan bahwa pendidikan inklusi berdampak positif, baik terhadap perkembangan akademik maupun sosial anak penyandang cacat dan teman sebayanya.

Primsip-prinsip Pendidikan Inklusif Prinsip Pendidikan Inklusif yaitu : 1. Terbuka, adil, tanpa diskriminasi; 2. Peka terhadap setiap perbedaan; 3. Relevan dan akomodatif terhadap cara belajar; 4. Berpusat pada kebutuhan dan keunikan setiap individu peserta didik; 5. Inovatif dan fleksibel; 6. Kerja sama dan saling mengupayakan bantuan; 7. Kecakapan hidup yang mengefektifkan potensi individu peserta didik dengan potensi lingkungan;

Related Documents

Bab Iii
October 2019 77
Bab Iii
November 2019 69
Bab-iii
June 2020 63
Bab Iii
May 2020 50
Bab Iii
June 2020 55
Bab Iii]
June 2020 45

More Documents from ""