BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Peneltian ini akan dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Fitokimia Akademi Farmasi Prayoga Padang pada bulan Mei sampai Juni 2019. 3.2 Metode penelitian 3.2.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah gelas ukur, beker glas, jarum sonde 1 cc, batang pengaduk, corong, spatel, pinset, lampu spiritus, wadah maserasi, lumpang dan alu, tissu, kapas, kain flanel, masker, handscoon, timbangan analitik, timbangan hewan, tempat makan dan minum mencit, serbuk kayu serta kandang mencit. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah umbi jahe merah, etanol 70%, aquades, pakan hewan uji, minum hewan uji, mencit putih jantan dan mencit putih betina (Mus musculus) sebnayak 16 ekor di bagi menjadi 8 kelompok ( 2 ekor betina dan 2ekor jantan ). 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Persiapan Hewan Uji Sebelum melaksanakan penelitian, disiapkan terlebih dahulu kandang sebanyak 8 unit. Hewan uji yang digunakan ialah mencit putih yang berumur 2,5 bulan dan berat 20-30 g. Hewan yang di gunakan dianggap sehat apabila perubahan bobot badan tidak lebih daro 10% (FI
III, 1979, Almahdy, 2011). Mencit yang digunakan sebanyak 16 ekor yang diletakkan di dalam kandang terpisah dimana setiap 8 mencit putih jantan (dibagi 4 kelompok @ 2ekor) dan 8 mencit putih betina (dibagi 4 kelompok @ 2 ekor). Sebelum digunakan, hewan uji diadaptasikan terlebih dahulu kepada lingkungannya selama satu minggu dengan persamaan pemberian makanan dan minum secukupnya. 3.3.2 Persiapan Sampel Sebelum pembuatan ekstrak jahe merah, tahap awal yang harus dilakukan adalah pengumpulan bahan baku umbi jahe merah. Umbi jahe merah di cuci atau dibersihkan dengan air yang mengalir kemudian di rajang melintang dan di keringkan dengan cara di letakkan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari langsung. Jahe merah yang telah kering kemudian diblender sampai halus. 3.3.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Jahe Merah Pembuatan ekstrak etanol jahe merah dilakukan dengan cara maserasi. Timbang simplisia jahe merah sebanyak 250 g direndam dalam etanol 70% sebanyak 1250 ml (1:5) menggunakan wadah tertutup. Maserasi dilakukan selama kurang lebih 3 hari dimana selama 6 jam pertama diaduk setiap jamnya (Anonim, 2004) kemudian diaduk sesekali pada hari sebelumnya. Maserasi yang dihasilkan di pisah dari serbuk jahe dengan cara dituang dan disaring menggunakan saringan atau kain flanel untuk menghindari serbuk masuk kedalam maserat. Maserat yang dihasilkan kemudian diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental jahe merah.
3.3.4
Perhitungan Dosis Menurut Tanuwireja (2007) penentuan dosis jahe merah untuk mencit
400 mg/kgBB. 1) Kelompok negatif tidak diberi perlakuan kusus 2) Pembuatan dosis 1 ekstrak jahe merah 200 mg/KgBB a) Konsentrasi seediaan yang dibuat = dosis : % pemberian = 200 mg/KgBB : 1 % = 20 mg/mL = 2 g/100 mL b) Berat ekstrak yang ditimbang untuk di buat sediaan = Dosis × total berat badan hewan = 200 mg/KgBB × 400 gBB = 80 mg × (dikalikan 14 hari) = 1120 mg (banyak ekstrak yang ditimbang) c) Volume sediaan yang dibuat = Berat ekstrak : konsentrasi = 1120 mg : (2g/100 mL) = 56 ml Jadi, 1.120 mg ekstrak kental dilarutkan hingga 56 mL d) Volume sediaan yang diberikan untuk masing-masing hewan = Berat × % pemberian = 20 g × 1%
= 20 g × (1mL/100 g) = 0,2 mL Jadi, jika hewan uji beratnya 20 g maka volume sediaan yang diberikan kepada hewan uji sebesar 0,2 mL. Begitu juga pada hewan yang beratnya 30 g maka volume yang diberikan kepada hewan uji sebesar 0.3 mL. 3) Pembuatan dosis 2 ekstrak jahe merah 300 mg/KgBB a) Konsentrasi seediaan yang dibuat = dosis : % pemberian = 300 mg/KgBB : 1 % = 30 mg/mL = 3 g/100 mL b) Berat ekstrak yang ditimbang untuk di buat sediaan = Dosis × total berat badan hewan = 300 mg/KgBB × 400 gBB = 120 mg × (dikalikan 14 hari) = 1680 mg (banyak ekstrak yang ditimbang) c) Volume sediaan yang dibuat = Berat ekstrak : konsentrasi = 1680 mg : (3g/100 mL) = 56 ml Jadi, 1680 mg ekstrak kental dilarutkan hingga 56 mL d) Volume sediaan yang diberikan untuk masing-masing hewan
= Berat × % pemberian = 20 g × 1% = 20 g × (1mL/100 g) = 0,2 mL Jadi, jika hewan uji beratnya 20 g maka volume sediaan yang diberikan kepada hewan uji sebesar 0,2 mL. Begitu juga pada hewan yang beratnya 30 g maka volume yang diberikan kepada hewan uji sebesar 0.3 mL. 4) Pembuatan dosis 3 ekstrak jahe merah 400 mg/KgBB a) Konsentrasi seediaan yang dibuat = dosis : % pemberian = 400 mg/KgBB : 1 % = 40 mg/mL = 4 g/100 mL b) Berat ekstrak yang ditimbang untuk di buat sediaan = Dosis × total berat badan hewan = 400 mg/KgBB × 400 gBB = 160 mg × (dikalikan 14 hari) = 2240 mg (banyak ekstrak yang ditimbang) c) Volume sediaan yang dibuat = Berat ekstrak : konsentrasi = 2240 mg : (4g/100 mL) = 56 ml
Jadi, 2240 mg ekstrak kental dilarutkan hingga 56 mL d) Volume sediaan yang diberikan untuk masing-masing hewan = Berat × % pemberian = 20 g × 1% = 20 g × (1mL/100 g) = 0,2 mL Jadi, jika hewan uji beratnya 20 g maka volume sediaan yang diberikan kepada hewan uji sebesar 0,2 mL. Begitu juga pada hewan yang beratnya 30 g maka volume yang diberikan kepada hewan uji sebesar 0.3 mL.
3.3.5 Perlakuan Hewan Uji Hewan uji dibagi dalam 5 kelompok, yaitu kelompok dosis 1, kelompok dosis 2, kelompok uji 3, kelompok kontrol negatif, dan kelompok pembanding. Masing-masing kelompok terdapat 4 ekor mencit (2 ekor mencit jantan dan 2 ekor mencit betina). 1. Kontrol negatif
: hewan hanya diberikan makanan standar
dan minuman yang cukup. 2. Kelompok dosis 1
: hewan yang diberikan ekstrak etanol jahe
merah dengan dosis = 0,2 mL 3. Kelompok dosis 2
: hewan yang diberikan ekstrak etanol jahe
merah dengan dosis = 0,2 mL
4. Kelompok dosis 3
: hewan yang diberikan ekstrak etanol jahe
merah dengan dosis = 0,2 mL 3.3.6 Prosedur Kerja 1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu 2. Pastikan hewan uji sudah diadaptasikan dengan lingkungannya dengan pemberian makanan dan minuman yang cukup. 3. Pemberian sampel uji dilakukan pada hari ke -1 sampai hari ke-14 (kecuali pada kelompok kontrol), sampel diberikan secara oral sesuai kelompok dosisnya yang telah diinduksi dengan alkohol. 4. Pengamatan peningkatan libido pada hari ke-14 perlakuan. 3.3.7 Pelaksanaan Penelitian Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok 1 disuntikkan ekstrak etanol jahe merah dosis 1, kelompok 2 disuntikkan ekstrak etanol jahe merah dosis 2, disuntikkan ekstrak etanol jahe merah dosis 3, kelompok 4 disutikkan sediaan viagra sebagai pembanding, dan kelompok 5 sebagai kontrol negatif. Tiap kelompok diletakkan dan satu kandangnya masing-masing. Kemudian hewan uji disuntikkan sediaan uji sesuai dengan dosis dan kelompoknya. Dari penelitian yang dilakukan, untuk melihat efektivitas afrodisiak dari umbi jahe merah yaitu dengan menggunakan parameter ICC (Introducing, Climbing dn Coutus). Introducing (Pendekatan) adalah interval waktu dari perkenalan pada hewan betina sampai tundangan pertana oleh hewan jantan. Climbing yaitu jumlah tunggangan yang
dilakukan oleh mencit jantan sebelum ejakulasi dalam waktu 20 menit setelah pemberiaan sediaan, selamat 14 hari. Coitus, yaitu interval waktu selma sekali tunggangan yang dilakukan oleh mencit jantan. Uji libido pada mencit ini dilihat dari jumlah kawin dengan persatuaan unit waktu, tiap kelompok mencit jantan dengan mencit betina ditempatkan pada kandang yang berbeda-beda. Bahan percobaan diberikan secra oral dengan menggunakan spuit pada mencit jantan yang telah diinduksi dengan alkohol terlebih dahulu selama 1 jam. Kemudian mencit jantan di masukkan kedalam kandang yang leluasa dan ditunggu selama 20 menit, kemudiaan dimasukkan 2 ekor mencit betina. Dari hasil pengamatan dihitung masing-masing parameter ICC yaitu : 1. Pendekatan (Introducing) 2. Penunggangan (Climbing) 3. Kawin (Coitus) Dari rata-rata tiga dosis yang diberikan kemudian dibandingkan dengan kelompok pembanding. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui apakah umbi jahe merah dapat meningkatkan libido. 3.3.8 Analisa Data Untuk mengolah data dilakukan analisis statistik menggunakan Uji One Way Anova satu arah dan uji Duncan dengan menggnakan SPSS.