BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi : identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, populasi dan teknik pengambilan sample, metode pengumpulan data, metode analisis instrument dan metode analisin data. A. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu : 1. Variabel bebas
: Pelatihan ESQ
2. Variabel terikat
: Kecerdasan Emosional
B. Definisi Operasional Definisi operasional melekatkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur konstruk atau variabel itu. Kemungkinan lainnya, suatu definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasikannya (Kerlinger, 2004 : 51). Adapun definisi operasional dan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Program pelatihan ESQ : pelatihan ESQ mengadakan ceramah, diskusi interaktif, berbagi cerita, refleksi diri, dan berbagai macam games yang berhubungan dengan materi ESQ itu sendiri. b. Kecerdasan emosional : kecerdasan emosional merupakan scor terukur yang diperoleh dari skala sikap self-report yang dikembangkan oleh Salovey, dkk, yakni Trait Meta Mood Scale (TMMS), dimana terdapat factor kemampuan memperhatikan dan memantau perasaan ( Attention to Feelings), memperjelas dengan memilah-milah perasaan (Clarity of Feelings), serta mengendalikan perasaannya sendiri (Mood Repair), sehingga mampu menggunakan perasaanperasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan diri yang sehat dan tepat guna.
24
C. Prosedur Penelitian 1. Tipe penelitian Tipe penelitian terkait dengan situasi dan manipulasi yang dilakukan. Tipe penelitian ini adalah penelitian eksperimental karena situasi penelitian yang tidak alamiah (terkontrol) dan variabel bebas yang dimanipulasi. 2. Desain eksperimen Penelitian eksperimen ini ingin mengetahui pengaruh variabel bebas tehadap variabel terikat. Maka penelitian eksperimen ini menggunakan pola desain penelitian one group pretest-posttest design, yang tersimbolkan sebagai berikut : (O1) => (X) => (O2) Dimana : (O1)
=
pengukuran sebelum treatment (pretest)
(X)
=
perlakuan atau manipulasi (treatment)
(O2)
=
pengukuran sesudah treatment (posttest)
Efektifitas atau pengaruh dari pelatihan ESQ dilihat dari perbedaan dan besarnya selisih score antara pretest (O1) dengan posttest (O2). Jadi peneliti memiliki 2 sample yang berhubungan atau berpasangan. Karena subjek yang sama akan mengalami pretest dan posttest, yang diselingi oleh perlakuan (treatment). Skala sikap self-report Trait Meta-Mood Scale (TMMS) digunakan untuk mendapatkan skor pretest dan posttest. Bila ada perbedaan antara skor pretest dan skor posttest, dimana skor, posttest, lebih tinggi secara signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja terbukti atau Ha diterima. 3. Pengontrolan Dalam Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen ini menggunakan desain penelitian one group pretest posttest design, maka perlu dilakukan pengontrolan demi tercapainya validitas dan realibilitas penelitian dan hasilnya secara optimal. Pengontrolan untuk mencapai validitas
25
internal dan eksternal dari variabel bebas, yakni pelatihan ESQ dan variabel terikat, yakni kecederdasan emosional. a. Pengontrolan Untuk Mencapai Validitas Internal Penelitian eksperimental ini hanya ingin mengetahui variabel bebas terhadap variabel terikat, namun bukan berarti hanya dua variabel tersebut yang terlibat. Seperti telah diketahui, dalam psikologi suatu variabel dapat memiliki beberapa penyebab. Ada variabel-variabel selain variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat selain variabel bebas disebut sebagai variabel sekunder (Liche Seniati, Aries Yulianto, Bernadette N.Setiadi, 2005:55,67). Agar hasil penelitian eksperimental ini nantinya benar-benar menunjukkan validitas internal yang tinggi, dengan membuktikan bahwa sejauh mana hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan variabel terikat yang ditemukan dalam penelitian, yakni bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi oleh pelatihan ESQ (Emotional Spirit Quetient) dan bukan dipengaruhi oleh variabel sekunder, maka variabel sekunder harus dikontrol (Liche Seniati, Aries Yulianto, Bernadette N.Setiadi, 2005:55). Maka untuk menjaga tingginya validitas internal penelitian dan mengatasi kelemahan desain penelitian eksperimental satu kelompok, maka dilakukan tehnik pengontrolan terhadap variabel sekunder. Variabel sekunder yang berhasil dikontrol adalah : 1.
Jenis Kelamin, Usia, dan Tingkat Prestasi Akademik ; dikontrol dengan tehnik proactive history. Jenis kelamin, usia dan tingkat prestasi akademik dikontrol supaya didapat sample yang homogen, sehingga tidak ada celah bahwa perubahan bisa dipengaruhi oleh factor-faktor tersebut.
2.
Retroactive history ; dikontrol dengan cara subjek penelitian tidak pernah mendapatkan pelatihan ESQ sebelumnya dan susunan item pernyataan skala sikap dalam pretest berbeda dengan susunan item pernyataan di posttest. Walaupun alat ukurnya sama.
3.
Bias alat ukur ; dikontrol dengan melakukan teknik randomisasi dan eliminasi. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan hasil uji validitas dan reliabilitasan alat ukur TMMS yang telah dilaksanakan oleh peneliti sebelumnya, yakni Arsdiant S.Boediono 2004. Tujuannya adalah supaya tidak terjadi bias yang
26
disebabkan oleh perubahan subyek uji coba alat ukur hasil adaptasi dengan subyek penelitian, sehingga menjadikan hipotesis kerja terbukti tanpa kehilangan validitas dan realibilitas alat ukur hasil adaptasi. 4.
Variabel bebas sebagai manipulasi perlakuan (treatment) dimana ada factor trainer ; juga dikontrol agar validitas penelitian tetap terjaga. Karena suasana yang ingin dibangun dalam pelatihan ESQ adalah suasana dinamika spiritual kelompok, maka seorang trainer disini juga harus berfungsi sebagai seorang spiritualis. Artinya trainer dalam pelatihan ESQ yang akan dilakukan sebagai perlakuan (treatment) memiliki kualifikasi tertentu, berbeda dari kualifikasi trainer kebanyakan.
5.
Subjek penelitian; dikontrol demi mencapai tujuan penelitian ini hanya terbatas pada ingin mengetahui pengaruh atau keefektifan pelatihan ESQ, variebel bebas terhadap kemampuan keceradasaan emosional (variabel terikat).
b. Pengontrolan Untuk Mencapai Validitas Eksternal Memang dalam penelitian eksperimen ini, validitas yang ingin dicapai adalah validitas internal karena penelitian eksperimen merupakan penelitian yang memberikan variable bebas untuk dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikat (Liche Seniati, Aries Yulianto, Bernadette N.Setiadi, 2005:55:67). Namun validitas eksternal yang berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian, yaitu sejauh mana penelitian dapat diterapkan pada subjek, situasi dan waktu diluar situasi penelitian (Liche Seniati, Aries Yulianto, Bernadette N.Setiadi, 2005:55:67). Maka untuk mencapai validitas eksternal penelitian, maka dilakukan beberapa pengontrolan berupa : 1.
Agar terpenuhi validitas eksternal dalam penelitian ini, maka dilakukan pengontrolan terhadap validitas populasi. Peneliti dapat mengambil beberapa anggotanya untuk dijadikan subyek penelitian (randomisasi) dan membuang sisanya (eliminasi).
2.
Didalam desain pelatihan ESQ terdapat kontrol validitas ekologis. Kontrol itu berupa pengontrolan multiple-treatment interfere, dimana subyek penelitian
27
sama sekali tidak pernah mengalami treatment yang serupa dengan hidup mereka. 3.
Subyek penelitian sama sekali tidak mengetahui bahwa sedang diteliti dan subyek penelitian sama sekali tidak mengetahui bahwa desain pelatihan ESQ ini dirancang secara sengaja untuk meningkatkan kecerdasan emosi. Sebab dalam desain pelatihan ESQ sama sekali tidak akan pernah tersampaikan secara verbal istilah “kecerdasan emosi” dari pihak peneliti kepada semua peserta pelatihan ESQ.
4.
Selain
itu
agar
validitas
eksternal
tercapai
dalam
wujud
dapat
generalisasikannya hasil penelitian melalui statistic non parametric. Maka akan ada didalam desain penelitian ESQ dilakukan pengontrolan validitas temporal. Pelatihan ESQ dimulai dengan pengkondisian atau conditioning. Pengkondisian berupa pengontrolan waktu (fixed-time variation) pelatihan yang berlangsung dua hari dari siang hingga malam dikampus UPI YAI fakultas psikologi. Tujuannya agar meminimalkan stres subyek penelitian dengan masuk dalam situasi dan kondisi yang tenang, santai dan gembira. 5.
Dengan demikian terjadi juga pengontrolan terhadap variasi personal dan variasi siklus. Sebab dalam desain pelatihan ESQ mengisi setiap waktu dari pagi sampai malam dengan aktifitas. Pengkondisian juga hadir dalam bentuk peraturan-peraturan dan penjadwalan ritme hidup sehari-hari selama pelatihan. Data untuk menguji hipotesis didapat penggunaan alat ukur kecerdasaan emosi
TMMS, hasil uji realibilitas dan validitas yang dilakukan oleh Arsdianti N. Boedono (2004). Namun susunan item-item di pretest berbeda dengan susunan item-item di posttest. Hal ini dilakukan sebagai control terhadap pretesting effect. Tujuannya adalah untuk tercapainya validitas eksternal penelitian ekperimen ini.
28
D. Populasi dan Sensus 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Semua individu yang dimaksudkan untuk diselidiki dan sample adalah sub kelompoknya. Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa-mahasiswi UPI YAI fakultas psikologi. Apabila populasi yang ada terlampau besar, maka sebaiknya diambil sejumlah sample yang mewakili keseluruhan populasi. Diharapkan dengan meneliti sample, dapat diambil suatu kesimpulan berupa generalisasi yang dianggap berlaku bagi keseluruhan populasi. 2. Sensus Setelah ditentukan populasi, selanjutnya akan ditentukan cara pengumpulan datanya. Ada 2 cara pengumpulan data, yaitu sensus dan sample. Data yang menggunakan sensus yaitu pencatatan data apabila setiap individu yang terdapat dalam populasi peneliti. Beberapa buku statistic menyatakan bahwa distribusi populasi dianggap normal apabila setiap kelompok penelitian memiliki subjek lebih dari 30 orang (Liche dkk, 2005 : 61). Jadi untuk memenuhi syarat statistical diperlukan minimal 30 mahasiswa. Maka dalam penelitian ini diperlukan 30 mahasiswa untuk setiap kelompok sehingga total seluruh sampel 60 mahasiswa. Dalam penelitian ini teknik pengambilan data sensus yang digunakan adalah dengan karakteristik sebagai berikut : 1. Mahasiswa-mahasiswi UPI YAI fakultas psikologi. 2. Berasal dari kelas heterogen. 3. Tidak mengidap epilepsi, masalah gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran.
29
E. Penyusunan Alat Ukur Penelitian ini menggunakan alat ukur kecerdasan emosi dari Treat Meta Mood Scale (TMMS), yang dikembangkan oleh Salove, Mayer, Goldman, Turvay, dan Palvai (dalam Arsdianti S Boediono, 2004 : 72). Peneliti ini ingin mengungkapkan variabel penelitian dengan menggunakan data primer dengan metode skala eksperimental pretest dan posttest. Pengembangan TMMS dilakukan oleh Salove, dkk (Arsdianti S Boediono, 2004 : 72) 1. Mekanisme control Sebelum eksperimen dijalankan, perlu ditetapkan terlebih dahulu factor-faktor, variabel-variabel atau kondisi-kondisi yang perlu dikontrol (Sutrisno, 2004 : 470). a. Ruang audiovisual Kelompok pertama berkumpul diruang audiovisual 1 yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dan jarak duduknya sama, lalu diberikan tontonan film kartun Sesame street dan selanjutnya sama dengan kelompok kedua berkumpul diruang audiovisual 2 yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dan jarak duduknya sama, lalu diberikan tontonan film kartun Naruto. b. Gangguan interupsi Interupsi yang biasa mengganggu konsentrasi diruangan adalah bunyi bel istirahat. Lalu interupsi yang ke-2 adalah DVD yang berhenti-berhenti ditengahtengah pemutaran film. 2. Prosedur Eksperimen a. Mendata siswa yang duduk dikelas V. sesuai karakteristik, ada empat kelas heterogen yang siswanya dapat menjadi subjek peneliti. b. Memilih siswa untuk dimasukan dalam kelompok eksperimen dan kelompok control dengan cara random dan terbentuklah 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 30 siswa. c. Sebelumnya, kelompok control ini dijadikan juga sebagai kelompok uji coba kecerdasan emosionalnya. Nantinya hasil yang valid dan reliable dari kelompok uji coba ini akan digunakan sebagai post-test.
30
d. Setelah dibagi kelompok, setiap pagi masing-masing siswa berkumpul dikelompoknya (ditentukan untuk kelompok eksperimen 1 di ruang audiovisual 1, kelompok eksperimen 2 di ruang audiovisual 2, dan kelompok control di ruang perpustakaan ) untuk menerima treatmen. e. Treatment diberikan dengan jangka waktu 1 bulan dan di setiap minggunya treatment di berikan 2 kali setiap hari rabu dan kamis dengan durasi waktu satu jam. Dan di treatment ke empat diberikan
F. Metode Pengumpulan dan Analisis Data 1. Metode Pengumpulan Data Data untuk uji hipotesis didapat lewat observasi selama treatment berlangsung dan penggunaan alat ukur kecerdasan emosi TMMS, hasil uji reabiliti dan reabilitas dan validitas yang dilakukan oleh Arsdianti N Boediono (2004). Namun susunan item-item di pretest berbeda dengan susunan item-item di posttest. Dengan demikian tercipta kesan bahwa item-item di self- report posttest berbeda dengan item-item di self-report prettest. Maka perbandingan hasil pretest dan posttest akan menunjukkan sejauh apa perlakuan (treatment) itu mempengaruhi perilaku subyek. 2. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisa data yang didasarkan atas tujuan hipotesis dari penelitian.
31