Bab Ii.docx

  • Uploaded by: Panji Akbar Rahmannu
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,115
  • Pages: 10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keselamatan dan keamanan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindari dariancaman bahaya atau kecelakaan, keadaan aman dan tentram. Faktor-faktor yang mempengaruhigangguan keselamatan dan keamanan yaitu

usia,

tingkat

kesadaran,

emosi,

status

mobilisasi,gangguan

sensori,informasi / komunikasi, penggunaan antibiotik yang tidak rasional, keadaanimunitas, ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih, status nutrisi, tingkat pengetahuan.Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan

kesehatan

di

negara

maju

dan

negara berkembang,

maka

bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara tersebut. Hal ini berarti,akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia). Di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya seseorang dikelompokkan ke dalam golongan lansia jika umurkronologisnya sudah 60 tahun (Kane, 2001).Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu penyakit),kemampuan fisiologis

tubuh

yang

sudah

menurun,

tampilan

gejala

yang

tidak

khas/menyimpang,dan penurunan status fungsional (kemampuan kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 2001).Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah selalu dapatmenjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-lansia yang menjadi depresi, stress,dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurusoleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalamlingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, danmasih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett,2002).Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untukmemberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klienmemenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhankeselamatan dan keamanan

2.1 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut: 1. Apa Definisi dari Mobilisasi dan Keamanan ? 2. Bagaimana Klasifikasi dari Mobilisasi dan Keamanan? 3. Faktor – faktor dari Mobilisasi dan keamanan ? 4. Apa Etiologi dari Mobilisasi dan Keamanan ? 5. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Mobilisasi dan Keamanan? 6. Bagaimana Patofisiologis pada Mobilisasi dan Keamanan 7. Bagaimana WOC pada Mobilisasi dan Keamanan? 8. Apakah Pemeriksaan Penunjang dari Mobilisasi dan Keamanan? 9. Bagaimana Penatalaksanaanya Mobilisasi dan Keamanan? 10. Bagaimana Pengkajian Kasus Mobilisasi dan Keamanan? 11. Bagaimana Analisa Data dari Kasus Mobilisasi dan Keamanan? 12. Bagaimana Diagnosa pada Kasus Mobilisasi dan Keamanan? 13. Bagaimana Intervensi dari Kasus Mobilisasi dan Keamanan? 3.1

TUJUAN UMUM Tujuan umum penulisan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang penyakit CVA yang di ambil masalah keperawatan yaitu mobilisasi dan keamanan. Sehingga diharapkan kita semua dapat mengerti dan memahami bagaimana Asuhan Keperawatan dalam menangani CVA dengan masalah keperawatan mobilisasi dan Keamanan.

3.2

TUJUAN KHUSUS 1) Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi dariMobiliasi dan Keamanan 2) Mahasiswa mampu menjelaskan Klasifikasi dari Mobilisasi dan Keamanan 3) Mahasiswa mampu menjelaskan faktor – faktor dari Mobilisasi Dan Keamanan 4) Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi dari Mobilisasi Dan Keamanan 5) Mahasiswa mampu menjelaskan Manifestasi Klinis dari Mobilisasi Dan Keamanan 6) Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologis pada Mobilisasi Dan 7) Keamanan

8) Mahasiswa mampu menjelaskan WOC pada Mobilisasi Dan Keamanan 9) Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan Penunjang dari Mobilisas 10) Dan Keamana 11) Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan dari Kasus Mobilisasi Dan Keamanan 12) Mahasiswa mampu menjelaskan Pengkajian Kasus Mobilisasi Dan Keamanan 13) Mahasiswa mampu menjelaskan Analisa Data dari Kasus Mobilisasi Dan Keamanan 14) Mahasiswa mampu menjelaskan Diagnosa pada Kasus Mobilisasi Dan Keamanan 15) Mahasiswa mampu menjelaskan Intervensi dari Kasus Keamanan

Mobilisasi Dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 DEFINISI Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan unutuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degenerative, dan untuk aktualisasi diri (Murbarak & Chayatin, 2008) Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan ini akan difokuskan pada providing for safety atau memberikan lingkungan yang aman (Fatmawati, 2009). 2.1 KLASIFIKASI MOBILISASI DAN KEAMANAN Berdasarkan Klasifikasi dari Mobilisasi , menurut (Aziz, 2009) terbagi atas dua jenis, yaitu: Mobilisasi penuh Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan tidak jelas dan mampu bergerak secara bebas tanpa adanya gangguan pada bagian tubuh. Mobilisasi sebahagian Mobilisasi sebahagian adalah ketidakmampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan aktif karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilisasi sebahagian terbagi atas dua jenis, yaitu: a. Mobilisasi sebahagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang tidak menetap. Hal tersebut dinamakan sebagai batasan yang bersifat reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya: adanya dislokasi pada sendi atau tulang.

b. Mobilisasi sebahagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap, Contohnya: terjadinya kelumpuhan karena stroke, lumpuh karena cedera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik. B. Klasifikasi dari keamanan menurut (Potter dan Perry, 2005) di bagi menjadi 2 : 1. Keamanan

fisik

Mempertahankan

keamanan

fisik

melibatkan

keadaan

mengurangi atau mencegah ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin penyakit, kecelakaan, bahaya, pada lingkungan. Pada saat sakit seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infeksi, oleh karena itu bergantung pada profesional dalam sistem pelayan kesehatan untuk perlindungan. Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih dahulu di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis. Misalnya, seorang perawat mungkin perlu melindungi klien dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Potter dan Perry, 2005). 2. Keamanan psikologis Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesional pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan beberapa ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal (Potter dan Perry, 2005). Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa bantuan dari profesional pemberi perawatan kesehatan. Bagaimanapun, orang yang sakit atau cacat lebih rentan terancam kesejahteraan fisik dan emosinya, sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi mereka dari bahaya (Potter dan Perry, 2005).

3.1 FAKTOR-FAKTOR

YANG

MENYEBABKAN

ATAU

TURUT

BERPERAN TERHADAP MOBILITAS 

Penurunan fungsi muskuloskeletalOtot-otot (atrofi, distrofi, atau cedera), tulang (infeksi, fraktur,tumor, osteoporosis, atau osteomalasia), sendi (athritis dan tumor),atau kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan).



Perubahan fungsi neurologis Infeksi, tumor, trauma, obat-obatan, penyakit vaskular

(mis,stroke),

penyakit

demelinasi,

penyakit

degeneratif

(ex:

penyakit parkinson), gangguan metabolik (mis, hiperglikemia), gangguan nutrisi 

NyeriPenyebabnya multipel dan bervariasi seperti penyakit kronis dantraum



Defisit perseptual Kelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori.



Berkurangnya kemampuan proses kognitif, seperti demensia berat jauh.



Jatuh Efek fisik: cedera atau fraktur.Efek psikologis: sindrom setelah jatuh.



Perubahan hubungan sosial



Faktor-faktor aktual (mis, kehilangan pasangan, pindah jauh darikeluarga atau teman-teman), faktor-faktor persepsi (mis, perubahan pola pikir seperti depresi).



Aspek psikologis Ketidakberdayaan dalam belajar

4.1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN & KEAMANAN 1. Usia Individu 2. belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yangmungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya. 3. Gaya Hidup. 4. Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya lingkungan kerjayang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untukmembeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya. 5. Status mobilisasi 6. Klien

dengan

kerusakan

mobilitas

akibat

paralisis,

kelemahan otot,

gangguankeseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.

7. Gangguan sensori persepsi.Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan

sangat

penting

bagi

keamananseseorang.

Klien

dengan

gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resikotinggi untuk cedera. 8. Tingkat kesadaran.Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadarandiantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi,klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik. 9. Status emosional.Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya lingkungan.Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan padasimulus eksternal.Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan. 10. Kemampuan komunikasi.Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf,atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya. 11. Pengetahuan pencegahan kecelakaanInformasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalamlingkungan asing sangat membutuhkan

informasi

keamanan

yang

khusus.

Setiap

individu

perlumengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera. 12. Faktor lingkungan 13. Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik dirumah, tempat kerja, dan jalanan. 14. Faktor Fisiologis 15. Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan baik, apabila salah satu sistemtidak bekerja maka hal tersebut akan mengancam keamanan seseorang. Misalnya orang akanmenarik tangannya jika menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan sebagainya. a. Sistem Muskuloskeletal Kesatuan muskoloskeletal merupakan hal yang sangat esensial dalam pembentukan postur dan pergerakan yang normal. Kerusakan

yang terjadi pada mobilitas dan kemampuan untukmerespon terhadap hal yang membahayakan,

dan

ini

meningkatkan

risiko

terhadap

injuri.Masalah

muskoloskeletal yang mengganggu keamanan dapat diakibatkan oleh keadaan sepertifraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis, atau strains dan sprains b. Sistem Neurologis 1) Koordinasi yang baik dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi akan menciptakan sistemyang baik pada individu. Rangsangan yang diterima dari saraf tepi akan diteruskan ke sistemsaraf pusat melalui proses persepsi kognisi yang baik sehingga seseorang dapat memutuskandalam melakukan proses berfikir. Hal tersebut akan menciptakan seseorang mampu melakukanorientasi dengan baik terhadap orang, tempat dan waktu sehingga orang akan merasa nyaman.Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti cedera kepala,medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-obatan, stroke, injuri tulang belakang, penyakitdegeneratif (seperti Parkinson dan Alzaimer), dan tumor kepala 2) Sistem Kardiorespirasi 3) Sistem kardiorespirasi yang baik memungkinkan tubuh untuk dapat beristirahat karena suplai O2dan nutrisi untuk sel, jaringan dan organ tercukupi dengan baik. Adapun kondisi gangguansistem kardiovaskuler yang mengganggu keamanan adalah hipertensi, gagal jantung, kelainan jantung bawaan, atau penyakit vaskuler bagian tepi. Penyakir respirasi atau pernafasan yangmengganggu keamanan seperti kesulitan bernafas, wheezing, danm kelelahan yang diakibatkanoleh tidak toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan mobilitas. 4) Aktivitas dan LatihanKondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada kedaruratan. Keterbatasan dalamaktivitas dan latihan akan mengganggu seseorang dalam mengenali hal yang mengancam dirinyadari luar. 5) Kelelahan (Fatigue) 6) Fatigue akan mengakibatkan keterbatasan dalam persepsi terhadap bahaya, kesulitan mengambilkeputusan dan ketidakadekuatan dalam pemecahan masalah. Fatigue dapat diakibatkan karenakurang tidur, gaya dan pola hidup, jam pekerjaan, stress, atau karena berbagai macam pengobatan, yang dapat mengancam keamanan.

A. Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping. a) Faktor seperti kecemasan dan depresi merupakan permasalahan yang akan mengganggukeamanan seseorang, dimana seseorang akan kesulitan dalam mengekspresikan sesuatu. Contoh,seseorang yang mengalami kecemasan mengenai

prosedur

operasi,

maka

seseorang

tersebut

akanmengalami

miskomunikasi tentang informasi apa yang akan dia lakukan setelah operasi sehinggaakan mengancam keamanan dia waktu pulang ke rumah sehingga akan muncul masalahkomplikasi setelah operasi.Mekanisme koping seseorang tehadap stress berhubungan langsung dengan keamanan. Faktorkepribadian seseorang memainkan peranan dalam keamanan. Menarik diri, pemalu danketidakpercayaan berpengaruh pada peningkatan keamanan, sehingga seseorang perlu untuk belajar kembali atau mereka akan mengalami masalah gangguan jiwa/mental. b) Faktor Lingkungan Rumah c) Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi, pencahayaan, pengaturan panas dansebagainya. Pengaturan perabot rumah tangga merupakan bagian penting dari keamanan didalam rumah. Penataan yang baik dari peralatan dapur, kursi, penempatan ruangan, tanggasangat menentukan keselamatan dan keamanan seseorang. Penggunaan senjata tajam, rokok,lantai rumah dari bahan kimia dan penyimpanan bahan kimia akan membantu dalam pencegahan baya dalam rumah termasuk sumber listrik dan api.Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah adanya risiko adanya untuk jatuh. d) Faktor Penyakit Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah dalam pemenuhankebutuhan

keamanan.

Penyakit

seperti

HIV/AIDS,

hepatitis

merupakan penyakit yang dapatmenjadikan tubuh untuk mengalami penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan yang baik dalam pengenalan hal tersebut, termasuk tindakan pencegahan sehingga infeksi nosokomialtidak terjadi atau dapat dicegah baik dalam seting RS, klinik ataupun keluarga 5.1 PENATALAKSANAAN PADA GANGGUAN MOBILISASI a) Pencegahan Primer

b) Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjangkehidupan mobilitas dan aktivitas bergantungan pada fungsi sistemmuskuloskeletal, kardiovaskular dan pulmonal, walaupun latihantidak akan mengubah rangkaian proses penuaan normal, hal tersebut dapat mencegah efek imobilitas yang merusak dan gaya hidup

kurang

gerak.

Program

latihan

juga

dihubungkan

dengan peningkatan mood atau tingkat ketegangan ansietas dan depresi. c) Hambatan

terhadap

latihan

:

Berbagai

hambatan

mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Hambatan lingkungan termasuk kuranganya tempat yang aman untuk latihandan kondisi iklim yang tidak mendukung. Sikap budaya adalah hambatan lain untuk melakukan latihan. Model peran yang kuranggerak, gangguan citra tubuh, dan ketakutan akan kegagalan atauketidaksetujuan semuanya turut berperan terhadap kegagalan lansia untuk berpartisipasi dalam latihan yang teratur. d) Pencegahan Sekunder e) Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaanfungsi dan pencegahan komplikasi, disgnosa keperawatan yangdihubungkan dengan pencegahan sekunder adalah: gangguanmobilitas fisik.3. f) Pencegahan Tersier Upaya-upaya

rehabilitatif

untuk

memaksimalkan

mobilitas

bagilansia

melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat,dokter, ahli fisioterapi dan terapi okupasi seseorang ahli gizi,aktivis sosial, dan keluarga serta temanteman

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Bab I.docx
April 2020 3
Bab I.docx
April 2020 5
Bab Ii.docx
April 2020 8
Cva Woc (1).docx
April 2020 6