Bab Ii.docx

  • Uploaded by: Tinaa Isabella
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,195
  • Pages: 21
BAB II ISI

2.1. Topik, Tema, dan Judul Karangan 2.1.1. Topik Topik berasal dari bahasa Yunani “Topoi” yang berarti tempat, dalam tulis menulis berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel. Topik juga bisa diartikan sebagai pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan, dsb. Jika yang dibicarakan hanya satu masalah saja, maka hal semacam itu disebut topik tunggal. Akan tetapi, kadang kala seseorang mula-mula membicarakan satu masalah saja, kemudian berkembang kepada masalah lain, maka topiknya menjadi banyak. Topik semacam itu disebut multitopik atau topik ganda. Ciri-ciri topik, antara lain: a) Topik harus menarik perhatian si pembaca, sehingga mampu menimbulkan rasa keingintahuan pembaca. b) Mencakup keseluruhan isi Karangan. c) Bersifat umum dan belum terurai. d) Harus sesuatu yang nyata/tidak boleh abstrak. 2.1.2. Tema Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan. Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarnya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.

3

4 2.1.2.1.

Syarat Tema yang Baik : 1. Tema menarik perhatian penulis. Dapat membuat seorang penulis berusaha terus-menerus untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan dengan tema tersebut. 2. Tema dikenal/diketahui dengan baik. Maksudnya pengetahuan umum yang berhubungan dengan tema tersebut sudah dimiliki oleh penulis supaya lebih mudah dalam penulisan tulisan/karangan. 3. Bahan-bahannya dapat diperoleh. Sebuah tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya. 4. Tema dibatasi ruang lingkupnya. Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.

2.1.2.2.

Tema dapat dikesan melalui: 1. Peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan yang terdapat dalam cerita. 2. Dalam Karangan, novel, dan cerpen, tema biasanya dapat dilihat melalui persoalan yang dikemukakan. 3. Tema dapat dikesan melalui peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai kemanusiaan yang terdapat dalam perwatakan watakwatak dalam sebuah cerita. 4. Plot cerita.

2.1.3. Judul Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain, identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat menjelaskan diri dan yang menarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada juga yang mendefinisikan judul sebagai lukisan suatu artikel atau juga disebut miniatur isi bahasan.

5 Judul dapat dikatakan sebagai jabaran topik atau tema. Karena itu, judul harus mampu mencerminkan topik atau tema, tidak boleh menyimpang dari intinya. 2.1.3.1.

Syarat-syarat pembuatan judul: 1. Relevansi Judul harus mempunyai pertalian dengan topik, seta pokok pikiran. Atau setidak-tidaknya, ada pertalian antara judul dengan beberapa bagian penting dari karangan. Dengan hanya membaca judulnya, pembaca sudah dapat meraba, apa kira-kira yang akan di uraikan pengarangan. 2. Ekonomis Judul tidak perlu terlalu panjang; cukup singkat saja. Tetapi harus diperhatikan agar tidak mengurangi arti, luas atau cakupan masalah yang dibahas. Setiap kata dan tanda baca yang dipergunakan dalam judul harus baik, dan fungsional. Namun ekonomis tidak berarti kata-kata disingkatkan penulis. Kependekan (singkatan) dalam judul sedapat mungkin dihindari. 3. Jelas Meskipun ekonomis, judul harus tetap jelas maknanya. Bahasa, kalimat ataupun kata-kata yang dipilih hendaklah gampang segera dimengerti maksudnya. Kalimat dan kata-kata yang kabur atau ambivalen sebaiknya tidak dipergunakan. 4. Provokatif Judul harus mampu memancing rasa ingin tahu pembaca, sehingga tertarik membacanya. Judul merupakan daya pikat pertama dan utama. Apabila pembaca menaruh perhatian atau merasa menarik setelah membaca judul, maka itu merupakan langkah pertama karangan kita bakal dibaca orang. 5. Logis Dari sudut logika, makna yang terkandung dalam judul seyogianya dapat dipertanggung jawab kan. Kendati provokatif, tetapi judul tidak boleh mengabaikan segi makna secara logika.

6 2.1.3.2.

Fungsi Judul 1. Merupakan identitas/cermin dari jiwa seluruh karya tulis 2. Temanya menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk membacanya atau untuk mempelajari isinya. 3. Merupakan gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkupnya. 4. Relevan dengan isi seluruh naskah, masalah, maksud, dan tujuannya.

2.1.4. Contoh topik, tema, dan judul Contoh Topik: Banjir di Bandung Selatan. Contoh Tema: Apakah sebab-sebab terjadinya banjir dan bagaimanakah cara mengatasi akibat banjir tersebut. Contoh Judul: Penanggulangan Akibat Banjir di Bandung Selatan. Pemahaman: 1. Persamaannya topik dan tema adalah baik topik maupun tema keduanya sama-sama dapat dijadikan sebagai judul karangan. Sedangkan, perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum, sementara tema akan lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan. 2. Topik sama dengan judul karangan, dan judul tidak harus sama dengan topik. 3. Persamaan topik dan judul : dapat menjadi judul karangan. 4. Perbedaan Topik dan Judul : a. Topik:

“payung

besar”,

bersifat

umum

dan

belum

menggambarkan sudut pandang penulis. b. Judul: “Spesifik”, mengandung permasalahan yang lebih jelas atau terarah dan sering telah menggambarkan sudut pandang penulisnya.

2.2. Kerangka Karangan 2.2.3. Pengertian Kerangka Karangan Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari

7 topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya 2.2.4. Manfaat Kerangka Karangan Untuk menyusun karangan secara teratur. a. Mempermudah pembahasan tulisan. b. Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal. c. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih. d. Memudahkan penulis mencari materi tambahan. e. Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah. f. Memudahkan penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda. Dengan adanya kerangka karangan, penulis bisa langsung menyusun tulisannya sesuai butir-butir bahasan yang ada dalam kerangka karangannya. Kerangka karangan merupakan miniatur dari sebuah karangan. Dalam bentuk ini, karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh.

2.3. Metode Pengaturan dan Penyusunan Kerangka Karangan 2.3.1. Metode Pengaturan Kerangka Karangan Ada dua pola terpenting yang lazim dipakai dalam metode menyusun kerangka karangan, yaitu: 1. Pola Alamiah Pertama disebut alamiah karena penyusunan unit-unit bab dan subbabnya memakai pendekatan alamiah yang esensial, yaitu ruang (tempat) dan waktu. Yang dimaksud dengan urutan ruang adalah pola penguraian yang menggambarkan keadaan suatu ruang : dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, dan seterusnya; sedangkan urutan waktu adalah

penguraian

berdasarkan

urutan

kejadian

suatu

peristiwa/rangkaian peristiwa secara kronologis. a. Urutan Ruang Urutan ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang, umpamanya kantor, gedung, stadion, lokasi/wilayah tertentu. Deskripsi suatu gedung dapat dimulai dari lantai dasar sampai ke lantai tertinggi. Stadion/lapangan

8 sepak bola dapat dideskripsikan dengan urutan timur-barat, utara-selatan. Berikut adalah contohnya: Topik: Laporan Lokasi Banjir di Indonesia I. Banjir di Pulau Jawa A. Banjir di Jawa Barat 1. Daerah Ciamis 2. Daerah Garut B. Banjir di Jawa Tengah 1. Daerah Semarang 2. Daerah Pekalongan II. Banjir di…. b. Urutan Waktu Urutan

waktu

yang

dipakai

untuk

menarasikan

(menceritakan) suatu peristiwa/kejadian, baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangkaian peristiwa. Kerangka karangan tentang sejarah pastilah memakai urutan waktu. Agar tidak membosankan, urutan waktu dapat divariasikan dengan susunan terbaik, dari akhir peristiwa mundur ke awal peristiwa (flashback). Contoh: Topik: Riwayat Hidup Rabindranath Tagore 1. Jati diri Rabindranath Tagore 2. Pendidikan Rabindranath Tagore 3. Karier Rabindranath Tagore 4. Akhir Hidup Rabindranath Tagor Berdasarkan kerangka di atas dapat dibuatkan karangan singkat yang terdiri atas satu alinea; satu buku yang terdiri atas empat bab. Begitulah pentingnya membuat kerangka karangan sebelum mengarang. 2. Pola Logis Di atas telah disebutkan bahwa pola logis memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir manusia. Cara berpikir ada beberapa macam dan pendekatannya berbeda-beda bergantung pada sudut pandangan dan tanggapan penulis terhadap topik yang akan ditulis. Adapun macam-

9 macam urutan logis adalah klimaks-antiklimaks, sebab-akibat, pemecahan masalah, dan umum-khusus. a. Urutan klimaks-antiklimaks Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Contoh: Topik: Kejatuhan Soeharto I. Praktik KKN Merajalela II. Keresahan di Tengah Masyarakat III. Kerusuhan Sosial Dimana-mana IV. Tuntutan Reformasi Menggema V. Kejatuhan Yang Tragis b. Urutan sebab akibat Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian-perincian

yang

menelusuri

akibat-akibat

yang

mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya. Contoh: Topik: Pemukiman Tanah Tinggi Terbakar 1. Kebakaran di Tanah Tinggi 2. Penyebab Kebakaran 3.Kerugian Yang Diderita Masyarakat dan Pemerintah 4. Rencana Rehabilitasi Fisik c. Urutan pemecahan masalah Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan

10 akhirnya alternatif-alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut. Contoh: Topik: Bahaya Ecstasy dan Upaya Mengatasinya 1. Apakah Ecstasy 2. Bahaya Ecstasy a. Pengaruh Ecstasy Terhadap Syaraf Pemakainya b. Pengaruh Ecstasy Terhadap Masyarakat c. Gangguan Kesehatan Masyarakat d. Gangguan Kriminalitas 3. Upaya Mengatasi Bahaya Ecstasy 4. Simpulan dan Saran d. Urutan umum-khusus Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus). Contoh: Topik: Komunikasi Lisan I. Komunikasi dan Bahasa II. Komunikasi Lisan dan Perangkatnya A. Kemampuan Kebahasaan 1. Olah Vokal 2. Volume dan Nada Suara B. Kemampuan Akting 1. Mimik Muka 2. Gerakan Anggota Tubuh III. Praktik Komunikasi Lisan………… IV. …………. 2.3.1.

Penyusunan Kerangka Karangan 1. Menentukan Tema dan Judul Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan

11 menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal isi kerangka yang akan ditulis. 2. Mengumpulkan bahan Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. Salah satunya dengan cara mengumpulkan kliping-kliping masalah tertentu ( biasanya yang menarik bagi penulis ) dalam berbagai bidang dengan rapi. Banyak cara yang digunakan dalam mengumpulkannya, dan masing-masing penulis mempunyai cara tersendiri yang sesuai dengan tulisannya. 3. Menyeleksi Bahan Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan, Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. Berikut ini petunjuk-petunjuknya: a. Catatlah hal-hal penting. b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan. c. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah 4. Membuat Kerangka Langkah selanjutnya adalah membuat kerangka. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. 5. Mengembangkan Kerangka Karangan Proses pengembangan kerangka karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam

menyediakan

Pengembangan

juga

wawasan jangan

untuk sampai

mengembangkan menumpuk

karangan.

dengan

pokok

permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat.

12 2.3.3. Contoh-contoh Kerangka Karangan 1. Kerangka sistem lekuk, dengan angka romawi, huruf kapital, dan angka arab: Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan I. Pendahuluan II. Potensi Akademik Mahasiswa A. Potensi Kecerdasan B. Keahlian Bidang Studi C. Tenaga Kerja Intelektual III. Paradigma Kewirausahaan A. Potensi Kewirausahaan B. Sumber Kreativitas Baru C. Budaya Kewirausahaan IV. Strategi Berwirausaha A. Strategi Awal 1. Konsep 2. Modal 3. Produk 4. Pasar B. Evaluasi Perencanaan dan pengembangan C. Perencanaan Awal D. Pengembangan Semester Pertama E. Evaluasi dan Pengembangan Semester Kedua F. Evaluasi, Perencanaan dan Pengembangan Tahun Kedua 2. Kerangka Sistem Lekuk dengan Angka desimal: Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan 1.

Pendahuluan

2.

Potensi Akademik Mahasiswa 2.1 Potensi Kecerdasan 2.2 Keahlian Bidang Studi 2.3 Tenaga Kerja Intelektual

3.

Paradigma Kewirausahaan 3.1 Potensi Kewirausahaan 3.2 Sumber Kreatif Baru

13 3.3 Budaya Kewirausahaan 4. Strategi Berwirausaha 4.1 Strategi Awal 4.1.1 Konsep 4.1.2 Modal 4.1.3 Produk 4.1.4 Pasar 4.2 Evaluasi Strategi Awal, 4.3 Perencanaan dan Pengembangan Tahun Pertama 4.4 Evaluasi, Perencanaan, dan Pengembangan Tahun Kedua 5. Kesimpulan 3. Kerangka Sistem Lurus dengan Angka Romawi dan Desimal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Pembatasan Masalah 1.5 Manfaat Penelitian BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Deskripsi Teori, 2.1.1 Deskripsi teoritik variabel pertama (definisi, gambaran, konsep) 2.1.2 Deskripsi teoritik variabel kedua (definisi, gambaran, konsep) 2.2 Kerangka berpikir 2.3 Rumusan Hipotesis BAB III METODE PENELIIAN 3.1 Metode penelitian 3.2 Populasi dan sampel 3.3 Variabel 3.4 Instrumen 3.5 Prosedur Pengukuran 3.6 Teknik Analisis BAB IV HASIL PENELITIAN

14 4.1 Deskripsi Data 4.2 Pengujian data 4.3 Hasil penguji BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan (interpretasi atas hasil penelitian) 5.2 Saran 4. Kerangka Karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif: BAB I Pendahuluan BAB II Teori Acuan BAB III Metodologi Penelitian BAB IV Hasil Penelitian BAB V Pembahasan BAB VI Kesimpulan, Implikasi (saran) 5. Kerangka karangan dengan kombinasi romawi desimal lurus model kerangka penelitian kualitatif, contoh model kajian teoritik: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang 1.2 Masalah 1.3 Tujuan 1.4 Manfaat BAB II Kajian Pustaka 2.1 Deskripsi teori 2.2 Analisis 2.3 Sintetis BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Interpretasi 3.2 Implikasi BAB IV KESIMPULAN (Tindak lanjut) 6. Kerangka karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif, untuk penulisan artikel: Pola penilaian: Sari tema – kekuatan – kelemahan - integritas I Sari tema

15 II Deskripsi umum III Kekuatan / keunggulan pertama IV Kekuatan / keunggulan kedua V Kelemahan pertama dan solusi VI Kelemahan kedua dan solusi VII Integritas (induktif) 7. Kerangka karangan dengan romawi dan desimal lurus model kerangka penelitian kualitatif untuk penulisan makalah: I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan masalah 1.2 Pentingnya pembahasan masalah 1.3 Sudut pandang dan pendekatan 1.4 Pembatasan masalah II PEMBAHASAN 2.1 Masalah yang dihadapi 2.2 Cara pemecahan masalah 2.3 Dukungan 2.4 Hambatan III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran

2.4. Mengarang dan Karangan Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna kata mengarang, sebab dari kegiatan yang disebut mengarang itulah dihasilkan suatu karangan. Mengarang berarti ‘menyusun’ atau ‘merangkai’. Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan istilah merangkai kalimat, kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang merangkai atau menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai, tetapi penyusun atau pengarang untuk membedakannya misalnya dengan perangkai bunga. Mengingat karangan tertulis juga

16 disebut tulisan, kemudian timbullah sebutan penulis untuk orang yang menulis suatu karangan. Menurut penulis Widyamartanya dan Sudiarti, mengarang adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.” Adapun pengertian karangan menurut hemat penulis buku ini adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.

2.5. Penggolongan Karangan 2.5.1. Penggolongan

Karangan

Menurut

Cara

Penyajian

dan

Tujuan

Penyampaiannya 1. Deskripsi (Pelukisan) Karangan

deskripsi

adalah

karangan

yang

memaparkan,

menggambarkan secara rinci dengan menyertakan bukti-bukti sehingga pembaca seolah-seolah terlibat di dalamnya secara langsung. Ciri-ciri karangan deskripsi yaitu: a. Berhubungan dengan Panca indra b. Penggunaan objek didapat dengan pengamatan bentuk, warna serta keadaan objek secara langsung c. Unsur perasaan lebih tajam daripada pikiran Contoh kutipan karangan deskripsi: Lapangan sekolah kami berada tepat di tengah-tengah gedung sekolah. Di setiap sisi lapangan terdapat taman-taman kecil dengan aneka bunga dan tumbuhan lainnya. Lapangan tersebut berukuran setengah 100 x120 meter. Lumayan luas, bukan? Selain untuk upacara penaikan bendera, kadang kami menggunakan lapangan tersebut untuk bermain basket atau sepak bola. Di sebelah utara, tepatnya di dekat kelas kami, terdapat tiang bendera. Adapun di sebelah timur dan barat terdapat ring basket. Di bagian-bagian tertentu ada lubang yang berguna sebagai pancang tiang untuk net voli atau net sepak takraw.

17 2. Narasi (Pengisahan) Karangan narasi ialah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa yang biasanya disusun menurut urutan waktu. Yang termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, biografi, dan autobiografi. Ciri-ciri/karakteristik karangan Narasi: a. Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa b. Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir c. Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian d. Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci Contoh narasi berisi fakta: Ir. Soekarno Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah. Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949. Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang Contoh narasi fiksi: Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang

menerpa,

membuat

tulang-tulang

di

sekujur

tubuhku

bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah

18 kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya. 3. Eksposisi (Pemaparan) Eksposisi

adalah

karangan

yang

menjelaskan,

menerangkan,

memberitahukan suatu masalah atau objek agar orang lain mengetahuinya. Dari karangan ini diharapkan orang yang tidak mengetahui menjadi tahu dan yang tidak jelas menjadi jelas setelah membaca karangan ini. Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi a. Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya b. Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (daya faktual) c. Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak d. Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada e. Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi tentang proses kerja sesuatu Contoh: Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntansi, pekerjaan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut. Catatan: Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses. Langkah menyusun eksposisi: Menentukan topik/ tema Menetapkan tujuan Mengumpulkan data dari berbagai sumber Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

19 4. Argumentasi (Pembahasan) Karangan argumentasi adalah karangan yang mengutarakan alasan yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat / kesimpulan dengan data / fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut. Langkah menyusun argumentasi : Menentukan topik/ tema Menetapkan tujuan Mengumpulkan data dari berbagai sumber Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi Ciri-ciri/karakteristik karangan Argumentasi a. Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca b. Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, tabel, gambar c. Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat atau pandangan pembaca d. Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan emosi dan menjauhkan subjektivitas e. Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat menggunakan bermacam-macam pola pembuktian. Contoh: Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang. 5. Persuasi (Pengajakan) Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.

20 Langkah menyusun persuasi: a. Menentukan topik/ tema b. Merumuskan tujuan c. Mengumpulkan data dari berbagai sumber d. Menyusun kerangka karangan e. Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi Contoh persuasi: Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga. 6. Campuran (Kombinasi) Campuran Merupakan sebuah karangan murni, misalnya eksposisi atau persuasi, sering ditemukan karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan gabungan eksposisi dengan deskripsi, atau eksposisi dengan argumentasi. Contoh karangan campuran: Berbagai cara menurunkan berat badan saya coba tanpa hasil, hingga pada akhirnya saya membaca iklan Impression di harian Kompas, Minggu 7 November 1993.saya seperti mendapat firasat, inilah program yang tepat Dalam waktu kurang dari sebulan, berat badan saya telah berkurang 5 kg. Waktu hal ini saya kabarkan pada putri saya, Maya, yang sekolah di New York, anak saya mengatakan, ”Ya, program itulah yang saya maksudkan, mama, di sini (maksudnya Amerika) juga banyak pengikut program tersebut yang berhasil”. Selama mengikuti Program Impression, saya tidak mengalami kesulitan, tidak merasa lapar, tidak ada suntikan, tidak ada efek sampingan, sangat mudah dan menyenangkan. Bagi saya, saat ini terasa begitu ceria, muka berseri, tubuh enteng, baju-baju lama dapat dipakai kembali, bahkan banyak temanteman yang jadi pangling dengan penampilan baru saya.

21 2.5.2. Penggolongan Karangan menurut Bobot Isinya 1. Karangan Ilmiah Karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat

dipertanggung

jawabkan

kebenarannya/keilmiahannya.”(Eko

Susilo, M. 1995:11). Tujuan karangan ilmiah, antara lain: memberi penjelasan, memberi komentar atau penilaian, memberi saran, menyampaikan sanggahan, serta membuktikan hipotesa. Jenis karangan ilmiah, di antaranya makalah, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Kalaupun jenisnya berbedabeda, tetapi keempat-empatnya bertolak dari laporan, kemudian diberi komentar dan saran. Perbedaannya hanya terletak pada kekompleksannya. a. Skripsi Skripsi ialah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapangan atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Pembimbing skripsi terdiri atas dua dosen atau lebih. b. Tesis Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam

dan

tajam

dibandingkan

skripsi.

Ditulis

untuk

menyelesaikan pendidikan pascasarjana/tingkat magister. Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah teknis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya,

kemampuan

mandiri

sekalipun

dipandu

dosen

pembimbing menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, luas, dan dilakukan mandiri. Pembimbing penulisan dalam tesis terdiri dari dua dosen atau lebih.

22 c. Disertasi Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukakan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci. Ditulis mahasiswa guna meraih gelar doktor. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, teknik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi. Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya. Pembimbing disertasi terdiri atas dua dosen atau lebih, yang disebut promotor. 2. Karangan Semi Ilmiah Karangan semi ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan. Penulisannyapun formal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah. Penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi Jenis karangan semi ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam opini, editorial, resensi, anekdot, hikayat, dan karakteristiknya berada di antara ilmiah. Ciri-ciri: a. Emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi. b. Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berpikir pembaca dan cukup informatif. c. Deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif. d. Kritik tanpa dukungan bukti. Yang tergolong ke dalam karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feature, tips, dll. 3. Karangan Non Ilmiah Karangan Non Ilmiah (Fiksi) adalah satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Karangan non-ilmiah

23 ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Ciri-ciri : a. Bersifat persuasif b. Ditulis berdasarkan fakta pribadi c. Fakta yang disimpulkan subyektif d. Bersifat imajinatif e. Gaya bahasa konotatif dan populer f. Situasi di dramatisir g. tidak memuat hipotesis h. Penyajian digabung dengan sejarah Contoh : Karya non ilmiah di antaranya komik, anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, puisi, dan naskah drama. 4. Perbedaan Karangan Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non Ilmiah Karangan

Karangan Ilmiah

Karangan Semi Ilmiah

Karangan Non Ilmiah

Sumber

Pengamatan, Faktual

Pengamatan Non faktual

Non faktual (rekaan)

Sifat

Objektif

Objektif + Subjektif

Subjektif

Alur

Sistematis, Metodis

Sistematis, Kronologis, Kilas balik (Flashback)

Bebas

Bahasa

Denotatif, Ragam baku, istilah khusus

(denotatif+konotatif), Semifomal

Denotatif/konotatif, semiformal/informal/istilah umum/daerah

Bentuk

Argumentasi, Campuran

Eksposisi, Persuasi, Deskripsi, Campuran

Narasi, Deskripsi, Campuran

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"