BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Konsep Kecemasan a. Definisi Kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang
terlalu
mengkhawatirkan
kemungkinan
peristiwa yang menakutkan yang terjadi dimasa depan yang tidak bisa dikendalikan dan jika itu terjadi akan dinilai mengerikan (Sivalitar, 2007). Kecemasan merupakan sinyal yang menyadarkan seseorang, akan adanya bahaya yang akan mengancam dan kemungkinan seseorang mengambil tindakan guna mengatasi kecemasan
ancaman
tersebut.
merupakan
Secara
perasaan
subyektif,
yang
tidak
menyenangkan dan tidak nyaman, sehingga perasaan tersebut ingin secepatnya dihalau. Secara obyektif, kecemasan merupakan suatu pola psikobiologik yang mempunyai fungsi pemberitahuan (alarm) akan adanya bahaya, sehingga membutuhkan perencanaan tindakan yang efektif dalam bentuk usaha penyesuaian diri
6
7
terhadap trauma fisik, psikis dan juga konflik (Ayub, Sani: OTC DIGEST, 2006). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar
di
alam
dan
terkait
dengan
perasaan
ketidakpastian dan ketidakberdayaan. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara
subjektif
dan
dikomunikasikan
secara
interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, akan tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart, 2006). Kecemasan
merupakan
sebuah
perasaan
khawatir yang samar–samar, sumbernya sering kali tidak spesifik
atau
tidak
diketahui
oleh
individu
yang
bersangkutan (Townsend, 2009). b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Menurut Trismiati (2006) kecemasan yang terjadi akan direspon secara spesifik dan berbeda oleh setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1) Faktor Internal a) Pengalaman
8
Menurut Horney dalam Trismiati (2006), sumber-sumber
ancaman
yang
dapat
menimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak di dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang memiliki pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka
dalam
dirinya
akan
lebih
mampu
beradaptasi atau kecemasan yang timbul tidak terlalu besar. b) Pendidikan Peningkatan mengurangi
pendidikan
rasa
tidak
dapat
mampu
pula untuk
menghadapi stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan semakin mampu menghadapi stres yang ada. c) Pengetahuan Seseorang
yang
mempunyai
ilmu
pengetahuan dan kemampuan intelektual akan dapat
meningkatkan kemampuan
dan
rasa
percaya diri dalam menghadapi stres mengikuti berbagai
kegiatan
untuk
meningkatkan
9
kemampuan diri akan banyak menolong individu tersebut. d) Respon Terhadap Stimulus Menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima akan mempengaruhi kecemasan yang timbul. e) Usia Seseorang yang mempunyai usia lebih muda
ternyata
lebih
mudah
mengalami
gangguan kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Stuart, 2006). f) Gender Dalam bahwa
Trismiati
perempuan
(2006) lebih
mengatakan cemas
akan
ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki
lebih
perempuan menunjukkan
aktif,
lebih
sensitif.
bahwa
dibanding perempuan. 2) Faktor Eksternal a) Dukungan keluarga
eksploratif,
sedangkan
Penelitian
laki-laki
lebih
lain rileks
10
Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri dan anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang dihadapi suami akan dapat memberikan
bumper
kepada
kondisi
stres
suaminya. b) Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan seseorang terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya c) Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan
memberikan
pengaruh
sosial
pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan buruk tergantung sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang berpengaruh pada cara berpikir seseorang. c. Respon Kecemasan 1) Respon fisiologi terhadap kecemasan antara lain:
11
a) Sistem
kardiovaskuler:
Jantung
berdebar,
tekanan darah meningkat, merasa seperti akan pingsan dan denyut nadi menurun. b) Sistem
pernapasan:
Napas
cepat,
napas
pendek, napas dangkal dan sensasi tercekik. c) Sistem neuromuskular: Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang dan kaki goyang. d) Sistem
gastro
intestinal:
Kehilangan
nafsu
makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual dan diare. e) Sistem traktus urinarius: Sering kencing dan tidak dapat menahan kencing. f)
Sistem kulit: Wajah kemerahan, berkeringat setempat (misal: telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat dan berkeringat seluruh tubuh.
2) Respon Perilaku Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat dan kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah dan menghindar.
12
3) Respon Kognitif Perilaku terganggu, konsentrasi terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir, persepsi menurun, kreatifitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, takut kehilangan kontrol dan takut pada gambaran visual kematian. 4) Respon Afektif Gelisah,
tidak
sabar,
mudah
terganggu,
tegang dan ketakutan atau gugup. d. Tingkat Kecemasan 1) Kecemasan ringan Berhubungan
dengan
ketegangan
dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan dapat memotivasi belajar
dan
menghasilkan
pertumbuhan
serta
kreativitas. 2) Kecemasan sedang Kecemasan ini memungkinkan seseorang untuk
memusatkan
mengesampingkan
pada hal
yang
suatu lain.
hal
dan
sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih rendah.
13
3) Kecemasan berat Seseorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. 4) Kecemasan panik Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror, karena mengalami kehilangan kendali orang yang mengalami panik tidak mampu mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan panik, akan terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya
kemampuan
untuk
berhubungan dengan orang lain. e. Penilaian tingkat kecemasan dapat ditentukan dengan gejala yang ada dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) atau Hamilton Rating Scale Anxiety (HRS-A). Menurut Norman (2005) yang dikutip oleh Kusumadewi (2008), HARS digunakan untuk melihat tingkat
keparahan
terhadap
gangguan
kecemasan
seorang pasien. HARS mencakup 14 aspek. Gejala yang dinilai adalah: 1) Kecemasan a) Firasat buruk b) Takut pada pikiran sendiri
14
c) Mudah tersinggung 2) Ketegangan a) Merasa tegang b) Lesu c) Mudah terkejut d) Tidak dapat istirahat dengan nyenyak e) Mudah menangis f)
Gemetar
g) Gelisah 3) Ketakutan a) Pada gelap b) Ditinggal sendiri c) Pada orang lain d) Pada binatang besar e) Pada keramaian lalu lintas f)
Pada kerumunan banyak orang
4) Gangguan tidur a) Sukar memulai tidur b) Terbangun di malam hari c) Tidak pulas d) Mimpi buruk e) Mimpi yang menakutkan 5) Kesukaran konsentrasi dan gangguan daya ingat a) Daya ingat buruk
15
b) Sulit berkonsentrasi c) Sering bingung 6) Perasaan depresi a) Kehilangan minat b) Sedih c) Bangun dini hari d) Berkurangnya kesukaan pada hobi e) Perasaan berubah-ubah sepanjang hari 7) Gejala somatik a) Nyeri otot b) Kaku c) Kedutan otot d) Gigi gemeretak e) Suara tak stabil 8) Gejala sensorik a) Telinga berdenging b) Penglihatan kabur c) Muka merah dan pucat d) Merasa lemah e) Perasaan ditusuk-tusuk 9) Gejala kardiovaskuler a) Denyut nadi cepat b) Berdebar-debar c) Nyeri dada
16
d) Denyut nadi mengeras e) Rasa lemah seperti mau pingsan f)
Detak jantung hilang sekejap
10) Gejala pernapasan a) Rasa tertekan di dada b) Perasaan tercekik c) Merasa napas pendek atau sesak d) Sering menarik napas panjang 11) Gejala pencernaan a) Sulit menelan b) Mual muntah c) Berat badan menurun d) Konstipasi atau sulit buang air besar e) Perut melilit f)
Gangguan pencernaan
g) Nyeri lambung sebelum atau sesudah makan h) Rasa panas di perut i)
Perut terasa penuh atau kembung
12) Gejala perkemihan dan kelamin a) Sering kencing b) Tidak dapat menahan kencing 13) Gejala vegetatifatauotonom a) Mulut kering b) Muka kering
17
c) Mudah berkeringat d) Pusing/sakit kepala e) Bulu roma berdiri 14) Apakah ibu merasakan : a) Tidak tenang b) Mengerutkan dahi c) muka tegang d) Ketegangan otot meningkat e) Napas pendek dan cepat f)
Muka merah
g) Jari gemetar f.
Alat Ukur Kecemasan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) Menurut Nursalam (2003) dikutip oleh Siti Aspuah (2013), cara menghitung nilai kecemasan: 1) Penilaian 0 : Tidak ada (Tidak ada gejala sama sekali) 1 : Ringan (Satu gejala dari pilhan yang ada) 2 : Sedang ( Separuh dari gejala yang ada) 3 : Berat (Lebih dari separuh gejala yang ada) 4 : Panik (Semua gejala yang ada) 2) Hasil penilaian total skor Skor < 14 : Tidak ada kecemasan Skor 14-20: Kecemasan ringan
18
Skor 21-27: Kecemasan sedang Skor 28-41: Kecemasan berat Skor 42-56: Kecemasan panik g. Kecemasan Ibu Hamil dalam Menghadapi Persalinan Setiap pertama
kehamilan
merupakan
terutama satu
kehamilan
yang
baru
dalam
fajar
perkembangan hidupnya. Merupakan satu putaran baru dalam
nasibnya.
Penuh
teka-teki,
kebahagiaan,
kecemasan dan pengharapan tertentu. Zandeen (2007) mengatakan bahwa menghadapi persalinan
merupakan
suatu
kondisi
konkrit
yang
mengancam diri ibu hamil yang menyebabkan perasaan tegang. Kecemasan yang dialami calon ibu antara lain berupa
kerisauan disebabkan oleh kelelahan dan
kesakitan
jasmaniah
pada
saat
akan
melahirkan
anaknya (Kartono, 2006). Kecemasan mungkin juga dirasakan oleh calon ibu dalam mengahadapi proses persalinan. Ketakutan kalau bayinya akan mati setelah lahir atau cacat jasmaninya yang disebabkan oleh kesalahan pada waktu kehamilanny (Kartono, 2006). Terkadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan
akan
lahir
sewaktu-waktu.
Keadaan
ini
19
menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan. Sering kali ibu merasa khawatir atau takut akan kehidupan dirinya, bayinya, kelainan pada bayi, persalinan, nyeri persalinan dan ibu tidak akan pernah tahu kapan ia akan melahirkan. Ketidaknyamanan akan meningkat pada trimester ketiga. Ibu merasa dirinya aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah tersinggung serta merasa menyulitkan. Mimpinya
mencerminkan
perhatian
dan
kekhawatirannya. Dia lebih sering bermimpi tentang bayinya, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi, atau terjebak di suatu tempat kecil dan tidak bisa keluar. Ibu mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahay fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Ketenangan jiwa penting dalam mengahadapi persalinan, karena lancar atau tidaknya persalinan itu banyak bergantung pada kondisi biologis, khususnya kondisi wanita yang bersangkutan. Namun kita juga mengerti bahwa hampir tidak ada tingkah laku manusia dan proses biologis yang tidak dipengaruhi oleh proses psikis (Kartono, 2006).
20
2. Konsep Kehamilan a. Definisi Menurut
Federasi
Obstetri
Ginekologi
Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Sarwono, 2010). Kehamilan merupakan krisis maternitas yang dapat menimbulkan stres, menyiapkan
wanita
tetapi berharga
tersebut
untuk
karena
memberikan
perawatan dan mengemban tugas yang lebih berat. Kehamilan sendiri berlangsung selama 9 bulan atau sekitar 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama dimulai pada minggu pertama sampai minggu ke-13 gestasi. Trimester kedua adalah periode minggu ke-14 sampai ke-26, sedangkan trimester ketiga adalah periode minggu ke-27 sampai kehamilan cukup bulan (38 sampai 40 minggu). b. Diagnosa Kehamilan Menurut Mochtar (2012) tanda-tanda pasti hamil yaitu : 1) Gerakan janin Dapat dilihat atau diraba, juga bagian-bagian janin. Biasanya menjadi jelas setelah minggu ke-22.
21
Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah minggu ke-24. 2) Denyut jantung janin Dapat didengar dengan stetoskop leanec pada minggu 17-18. Pada orang gemuk, biasanya lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic (Doppler), DJJ dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12, melakukan auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti : bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu. 3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen c. Perubahan-perubahan
fisik
dan
psikologi
selama
(2010),
selama
kehamilan 1) Perubahan fisik selama kehamilan a) Uterus Menurut
Sarwono
kehamilan uterus akan beradaptasi menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalianan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas. Pada awal
22
kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon estrogen dan sedikit progesteron. Hal ini dapat dilihat pada perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dengan kehamilan ektopik. Akan tetapi setelah kehamilan 12 minggu lebih penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada
awal
kehamilan
tuba
fallopi,
ovarium, dan ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apeks fundus, sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan
uterus.
Posisi
plasenta
juga
mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, di mana bagian uterus yang mengelilingi tempat implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda Piscaseck. Pada minggu–minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah avokad.
Seiring
dengan
perkembangan
kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan membulat pada usia kehamilan 12 minggu. Panjang uterus akan bertambah lebih cepat
23
dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk oval. b) Serviks Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya
edema
pada
seluruh
serviks,
bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia
pada
kelenjar-kelenjar
serviks
(Sarwono, 2010).
c) Indung telur (ovarium) Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium (Sarwono, 2010). d) Vagina dan perieum Selama
kehamilan
peningkatan
vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan
24
hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos (Sarwono, 2010). e) Payudara (Mammae) Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar (Sarwono, 2010). Walaupun mammae
secara
pertengahan
perkembangan fungsional
masa
hamil,
kelenjar
lengkap tetapi
pada laktasi
terhambat sampai kadar estrogen menurun, yaitu saat janin dan plasenta lahir. f)
Sistem pernapasan Wanita hamil kadang-kadang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini disebabkan oleh karena diafragma yang tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak (Mochtar, 2011).
25
g) Sistem pencernaan Pada
bulan-bulan
pertama
kehamilan
terdapat perasaan mual akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus-tonus traktus digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usususus. Gejala muntah (emesis), biasanya terjadi pada pagi hari yang biasa dikenal dengan morning sickness(Wiknjosastro H, 2010). h) Sistem perkemihan Pada
bulan-bulan
pertama
kehamilan
kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul,
keluhan
itu
akan
timbul
kembali
(Sarwono, 2010). i)
Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi peruabahan warna menjadi kemerahan, kusam
26
dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya. Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan clhoasma atau melasma gravidarum. Selain itu, pada areola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan.
Pigmentasi
yang
berlebihan
itu
biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga bisa menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi yang sama. Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui. Adanya peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormone pada akhir bulan kedua masih sangat
27
diragukan sebagai penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya (Sarwono, 2010). j)
Tulang dan gigi Persendian panggul akan terasa lebih longgar
karena
ligamen-ligamen
melunak
(softening), juga terjadi sedikit pelebaran pada ruang persendian. Apabila pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin, maka
kalsium
panjang
akan
maternal diambil
pada
tulang-tulang
untuk
memenuhi
kebutuhan janin (Mochtar, 2011). k) Kenaikan berat badan Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Tabel 2.1
Kategori Rendah Normal Tinggi Obesitas Gemeli
Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks massa tubuh IMT < 19,8 19,8 - 26 26 - 29 > 29
Rekomendasi (kg) 12,5 - 18 11,5 - 16 7 - 11,5 ≥7 16 - 20,5
28
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan
dengan
gizi
baik
dianjurkan
menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg (Sarwono, 2010). 2) Perubahan psikologi pada kehamilan: a) Merasa dirinya aneh dan jelek b) Merasa cemas menunggu kapan persalinan akan dimulai dan bagaimana mengetahui bahwa hal tersebut sudah dimulai c) Merasa takut suami mengadakan relasi seks dengan wanita lain d) Rasa tidak nyaman karena membesarnya janin dalam kandungan e) Cemas bila terlambat tiba di rumah sakit atau memanggil bantuan f)
Merasa tertekan, gelisah dan khawatir bila bayinya lahir sewaktu-waktu.
3. Konsep Persalinan a. Definisi Persalinan adalah proses dimana bayi dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
29
normal jika proses terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Depkes RI, 2008). Persalinan adalah proses yang alamiah yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalian pada manusia
setiap
membahayakan
saat ibu
terancam
maupun
penyulit
janinnya
yang
sehingga
memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2009). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang
berlangsung
dalam
18
jam,
tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janin (Sarwono.2006). b. Sebab-sebab Mulainya Persalinan Menurut Asrinah (2010) sebab-sebab mulainya persalinan meliputi: 1) Penurunan hormon progesteron Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif sehingga menimbulkan his. 2) Peregangan otot-otot Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh karena isinya bertambah maka
30
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya atau mulai persalinan. 3) Peningkatan hormon oksitosin Pada
akhir
kehamilan
hormon
oksitosin
bertambah sehingga dapat menimbulkan his. 4) Pengaruh janin Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranan dalam proses persalinan, oleh karena itu pada anencepalus kehamilan lebih lama dari biasanya. 5) Teori prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan dari desidua meningkat saat umur kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan
menunjukkan
bahwa
prostaglandin
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. 6) Plasenta menjadi tua Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, Villicorialis mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun. c. Tanda-tanda Persalinan 1) Terjadinya his persalianan His persalinan mempunyai sifat: a) Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan
31
b) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar. c) Kontraksi
uterus
mengakibatkan
perubahan
uterus 2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina) Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat di kanalis servikalis lepas,
kapiler
pembuluh
darah
pecah,
yang
menjadikan perdarahan sedikit. 3) Pengeluaran cairan Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang pecah pada pembukaan kecil(Asrinah, 2010). d. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persalinan 1) Power (kekuatan) Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut meliputi: a) His (kontraksi uterus) Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi
32
simetris, fundus dominan, terkoordinasi dan relaksasi. b) Tenaga mengedan Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah atau dipecahkan, serta sebagian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk mengedanatau
usaha
volunter.
Keinginan
mengedan ini disebabkan karena: (1) Kontraksi
otot-otot
dinding
perut
yang
mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal dan tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar. (2) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengedan sewaktu buang air besar (BAB), tapi jauh lebih kuat. (3) Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul
refleks
yang
mengakibatkan
ibu
menutup glotisnya, mengkontraksikan otototot perut dan menekan diafragmanya ke bawah.
33
(4) Tenaga mengedan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his. (5) Tanpa tenaga mengedan bayi tidak akan lahir. 2) Passage ( jalan lahir) 3) Passenger (janin dan plasenta) Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir lahir, maka dia dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan normal (Sumarah, 2010). 4) Faktor psikis Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan orang yang di cintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar dibanding dengan
ibu
bersalin
tanpa
pendamping.
Ini
menunjukkan bahwa dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh
34
terhadap kelancaran proses persalinan (Asrinah, 2010). 5) Faktor penolong Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan
kesalahan
atau
malpraktik
dalam
memberikan asuhan tidak terjadi (Asrinah, 2010).
35
B. Kerangka Teori Gambar 2.1 Bagan kerangka teori tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar.
36
C. Kerangka Konsep Penelitian Gambar 2.2 Bagan kerangka konsep tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar. Tingkat kecemasan ibu hamil Ringan Sedang Berat Panik Panik Keterangan: : Variabel independen : Variabel dependen
Persalinan
37
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif Tabel 2.2 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif No. 1.
2.
Variabel
Definisi Operasional Tingkat Perasaan kecemasan khawatir, pada ibu cemas dan hamil takut pada ibu hamil
Persalinan
Proses pengeluaran hasil konsepsi yang sudah mampu hidup diluar kandungan
Kriteria 1. Ringan a. Duduk tenang, posisi rileks b. Isi pembicaraan tepat dan normal 2. Sedang a. Tremor halus pada tangan b. Pada beberapa orangtua mampu duduk dengan tenang c. Banyak bicara dan cepat 3. Berat a. Pergerakan menyentak saat menggunakan tangan b. Posisi tubuh selalu berubah c. Banyak bicara 4. Panik a. Tak mampu mengendalikan motorik kasar b. Pembicaraan sulit dimengerti
Skala Ordinal
Ordinal