Bab Ii.docx

  • Uploaded by: Faris KUN
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,720
  • Pages: 13
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pemeriksaan sistem respirasi merupakan satu dari sistem-sistem yang ada pada tubuh manusia. Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan data objektif yang dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu untuk nmemepertoleh data yang sistematis dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien (Dewi Sartika,2010) Pemeriksaan fisik paru adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk melakukan pengkajian fisik pada pasien yang mengalami abnormalitas system pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Tambunan 2011: 56)

2.2 Tujuan Tujuan pemeriksaan fisik sistem pernafasan yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien 2. Untuk menambah,mengonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan 3. Untuk

mengkonfirmasikan

dan

mengidentifikasi

diagnosis

keperawatan. 4. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan 2.3 Indikasi Pemeriksaan fisik sistem pernapasan diindikasikan pada pasien : 1. Klien ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) 2. Emfisema 3. Infeksi saluran pernapasan atas 4. Infeksi saluran pernapasan bawah 2.4 Kontra Indikasi Pemeriksaan fisik sistem permapasan di kontraindikasikan pada pasien :

3

1. Klien mengalami fraktur 2. Riwayat medis klien yang abnormal sejak lahir 3. Adanya lesi atau luka di daerah yang akan dipalpasi dan diperkusi 4. Tingkat kesadaran klien yang rendah 2.5 Persiapan 2.5.1

Persiapan Alat

1. Baju periksa, 2. Selimut, 3. Stetoskop, 4. Senter, 5. Pena, 6. Penggaris, 7. Sarung Tangan, 8. Masker dan 9. Jam 2.5.2

Persiapan Pasien

Anjurkan klien menanggalkan baju sampai ke pinggang. 2.5.3

Persiapan Tempat

Pastikan ruangan periksa memiliki cukup penerangan dan hangat, serta bebas dari gangguan lingkungan, dan menutup sampiran. 2.5.4

Persiapan Perawat

Pastikan perawat sudah cuci tangan dan menjelaskan prosedur kepada klien. 2.6 Prosedur Kerja 1. Pengkajian Awal a) Salam Terapeutik b) Jelaskan prosedur kepada klien c) Cuci tangan d) Atur posisi klien Semi fowler e) Mulai pemeriksaan dengan klien pada posisi duduk serta semua pakaian dibuka sampai pinggang.

4

f) Lakukan pengkajian cepat tentang klien untuk menetukan kemampuan klien berpartisipasi dalam pemeriksaan. g) Inspeksi penampilan umum secara keseluruhan dan posisi klien. Beri perhatian khusus terhadap usaha bernapas, warna kulit wajah, ekspresinya, bibir, otot-otot yang digunakan, serta pergerakan dada dalam tiga bagian torak (anterior, posterior, dan lateral) 2.6.1

Inspeksi Konfigurasi Dada a) Atur Posisi Pasien Pemeriksaan dimulai dengan memposisikan pasien pada posisi duduk dengan pakaian dibuka sampai pinggang. b) Hitung pernapasan selama satu menit penuh. 1. Saat menghitung pernapasan, observasi juga laju pernapasan, ritme, dan kedalaman siklus pernapasan 2. Observasi pergerakan dada pada tiga bagian torak. 3. Laporkan bahwa pernapasan tenang, simetris, dan tanpa usaha yang berlebihan. 4. Sebelum dilanjutkan pada langkah berikutnya, minta klien untuk menarik napas dalam dan observasi keterlibatan otototot. c) Inspeksi warna kulit Laporkan apakah warna kulit dada (anterior, posterior, dan lateral) kosnsisten dengan warna bagian tubuh lainnya. d) Inspeksi konfigurasi dada Lakukan pengukuran diameter anteroposterior dan tranversal dada. Pada orang dewasa normal akan didapatkan hasil 1 : 2 bagian. Inspirasi dilakukan lebih lama. Pola pernapasan wanita dan pria berbeda: 1. Pola pernapasan wanita adalah pernapasan dada, dimana otot antar iga lebih berperan 2. Pola pria adalah pernapasan perut, dimana diafragma lebih berperan

5

Inspeksi

Normal

Penampilan umum

-

Pernapasan tenang -

Bibir monyong ketika

-

Duduk

menghirup napas

-

Abnormal

atau

bangun bersandar -

Tampak

tanpa kesulitan

gelisah

Kulit

tranlusen, -

resah

dan

Condong ke depan

tampak kering

dengan tangan atau

Bidang

siku diatas lutut

6

kuku

-

merah muda -

Kulit:

berkeringat,

Membran mukosa

sedikit

pucat

merah muda dan

agak kemerahan -

lembab -

Sianosis

atau

pucat

mukosa

tampak kebiruan -

dengan

Sianosis : kulit atau membran

dikaji

atau

Sianosis

sentral:

menatapkan nilai

akibat

dasar

oksigenasi darah.

individual

sebelumnya

-

penurunan

Sianosis

perifer

:

akibat vasokonstriksi setempat

atau

penurunan

curah

jantung -

Kuku

tubuh

perbesaran

:

falang

terminal tanpa nyeri yang

berkaitan

dengan

hipoksia

jaringan kronis. Trachea

Bagian tengah leher -

Deviasi

trachea

:

pergesaran tempat baik lateral,

anterior

atau

posterior. -

Distensi

vena

jugularis -

Batuk : kuat atau lemah,

kering

atau

basah, produktif atau non produkti. -

Pembentukan sputum : jumlah, warna, bau,

7

konsistan. Frekuensi

Pola pernapasan

-

Eupneau

-

-

:

12 -

Takipnea : frekuensi

sampai 20 kali

= 10kali/menit

Upaya

Hiperpnea

inspirasi -

:

minimal : pasif,

peningkatan

ekspirasi tenang

kedalaman

Rasio

pernapasan.

inspirasi/ekspirasi

Pernapasan

=

1:2

pria

:

pernapasan

otot-otot aksesoris -

diafragma, wanita pernapasan toraks

dengan

Apnea : tidak ada pernapsan total.

-

Biot irama tak teratur dengan periode apnea.

-

Cheynenapas

stokes dalam

dangkal

: dan

bersiklus,

diikuti dengan periode apnea -

Kussmaul

:

pernapasan

cepat,

dalam dan teratur -

Paradok

:

bagian

dinding dada bergerak ke

dalam

selama

inhalasi dan ke luar selama ekshalasi. -

Stridor : bunyi yang terdengar jelas, keras, tidak nyaring selama inhalasi

dan

ekashalasi Konfigurasi toraks

-

Tampak simetris

8

-

Ekspansi

dada

-

Diameter

taksama

anteroposterior

-

-

-

Perkembangan

(AP) lebih kecil

muskuler asimetris

dari

Dada tong : diameter

diameter -

transversal

AP meningkat dalam

Tulang belakang

hubungannya dengan

lurus

diameter transversal

Scapula

pada -

Kifosis

bidang

ekstansi

horizontal yang

belakang

sama

-

:

fleksi tulang

Scoliosis

:

peningkatan lengkung lateral -

Letak

scapula

asimetris

2.6.2

Palpasi Dinding Dada a) Lakukan palpasi untuk mengetahui ekspansi paru – paru / dinding dada : 1. Letakkan kedua telapak tangan secara datar pada dinding dada depan. 2. Anjurkan pasien untuk menarik napas. 3. Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi kiri. 4. Berdiri dibelakang pasien, letakkan tangan anda pada sisi dada pasien,

perhatikan gerakan ke samping sewaktu pasien

bernapas. 5. Letakkan kedua tangan anda di punggung pasien dan bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada.

9

b) Lakukan palpasi untuk mengkaji taktil fremitus. Minta pasien menyebut bilangan “tujuh-tujuh” sambil anda melakukan palpasi dengan cara : 1. Letakkan telapak tangan anda pada bagian belakang dinding dada dekat apeks paru – paru. 2. Ulangi langkah a dengan tangan bergerak ke bagian basis paru – paru. 3. Bandingkan fremitus pada kedua sisi paru – paru serta di antara apeks dan basis paru – paru. 4. Lakukan palpasi taktil fremitus pada dinding dada anterior.

Palpasi Kulit

Normal dan

dada

dinding Kulit

Abnormal tak

nyeri

tekan, Kulit lembab atau terlalu

lembut, hangat dan kering

kering Kerpitus-berbunyi

tajam

ketika kulit dipalpasi yang disebabkan

oleh

kebocoran udara dari paruparu ke dalam jaringan Tulang belakang dan iga subkutan tak nyeri tekan Fremitus

Nyeri tekan setempat

Simetris, vibrasi ringan Peningkatan

10

fremitus-

teraba pada dinding dada akibat selama bersuara

vibrsi

melalui

media padat, seperti pada tumor paru Penurunan akibat

fremitus-

vibrasi

melalui

peningktan ruang dalam dada,

seperti

pada

pneumothorak

atau

obesitas Fremitus

asimetris

merupkan suatau kondisi yang selalu tidak normal Ekspansi dada lateral

Ekspansi

simetris

3 Ekspnsi kurang dari 3 cm,

sampai 8 cm

2.6.3

nyeri atau asimetris

Perkusi Paru-paru a) Lakukan perkusi paru – paru anterior dengan posisi pasien telentang. 1. Perkusi mulai dari atas klavikula ke bawah pada setiap ruang interkostal 2. Bandingkan sisi kiri dan kanan b) Lakukan perkusi paru – paru posterior dengan posisi pasien sebaiknya duduk atau berdiri. 1. Yakinkan dulu bahwa pasien duduk lurus. 2. Mulai perkusi dari puncak paru – paru ke bawah. 3. Bandingkan sisi kanan dan kiri. 4. Catat hasil perkusi dengan jelas. c)

Lakukan perkusi paru – paru posterior untuk menentukan gerakan diafragma (penting pada pasien emfisema). 1. Minta pasien untuk menarik napas panjang dan menahannya. 2. Mulai perkusi dari atas ke bawah (dari resonan ke redup) sampai bunyi redup didapatkan. 11

3. Beri tanda denagn spidol pada tempat didapatkan bunyi redup (biasanya pada ruang interkostal ke-9, sedikit lebih tinggi dari posisi hati di dada kanan). 4. Minta pasien untuk menghembuskan napas secara maksimal dan menahannya. 5. Lakukan perkusi dari bunyi redup (tanda I) ke atas. Biasanya bunyi redup ke-2 ditemukan di atas tanda I. Beri tanda pada kulit yang ditemukan bunyi redup (tanda II). 6. Ukur jarak antara tanda I dan tanda II.Pada wanita, jarak kedua tanda ini normalnya 3-5 cm dan pada pria adalah 5-6 cm. d) Lakukan perkusi untuk mengkaji ekskursi diafragma 1. Minta klien untuk menghirup napas dalam dan menahannya ketika memperkusi ke arah bawah bidang paru posterior dan dengar kan bunyi perkusi yang berubah dari bunyi resonan ke pekak. 2. Tandai area ini dengan pena 3. Proses ini diulang stelah klien menghembuskan napas, tandai lagi area ini. 4. Kaji kedua sisi kanan dan kiri, jarak antara dua tanda seharusnya 3-6 cm, jarak lebih pendek ditemukan pada wanita dan lebih panjang pada pria 5. Tanda pada sebelah kiri akan sedikit lebih tinggi karena adanya hepar 6. Klien dengan enaikan diafragma yang berhubungan dengan proses patologis akan mempunyai penurunan ekskursi diafragma. 7. Jika klien mempunyai penyakit pada lobus bawah (mis, konsolidasi atau cairan pleural), akan terdengar bunyi perkusi pekak. Bila ditemukan abnormalitas lain, pemeriksaan diagnostik lain harus dilakukan untuk mengkaji masalah secara menyeluruh

12

Temuan pada pemeriksaan perkusi paru Perkusi

Normal

Bidang paru

Bunyi

Abnormal resonan,

kenyaringan

tingkat Hiperesonan rendah, terdengar

:

akan pada

menggaung, kualitas sama pengumpulan udara atau pada kedua sisi

pneumothorak. Pekak atau datar : terjadi

13

akibat penurunan udara di dalam

paru-paru(tumor,

cairan) Gerakan diafargma

dan

posisi Letak vertebra setiap

diafragma torakik

pada Posisi tinggi – distensi ke-10, lambung atau kerusakan

hemidiafragma saraf frenikus. Penurunan

bergerak 3-6 cm

atau tanpa gerakan pada kedua hemodiafragma

14

2.6.4

Auskultasi Paru-paru

a.

Duduk menghadap pasien.

b.

Minta pasien bernapas secara normal, mulai auskultasi dengan meletakkan stetoskop pada trakea, dan dengarkan bunyi napas secara teliti.

c.

Lanjutkan auskultasi suara napas yang normal dengan arah seperti pada perkusi dan perhatikan bila ada suara tambahan.

d.

Ulangi auskultasi pada dada lateral dan posterior serta bandingkan sisi kanan dan kiri

Perubahan dalam bunyi napas yang mungkin menandakan keadaan patologi termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi napas, peningkatan bunyi napas, dan bunyi napas saling mendahului atau yang dikenal dengan bunyi adventiosa. Peningkatan bunyi napas akan terdengar bila kondisi seperti atelektasis dan pneumonia meningkatkan densitas(ketebalan) jaringan paru. Pemurunan atau tidak terdengarnya bunyi napas terjadi bila transmisi gelombang bunyi yang melewati jaringan paru atau dinding dada berkurang. 2.7 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Hal-hal yang perlu diperhatikan selama melakukan prosedur pemeriksaan adalah: 1. Jaga privasi klien. 2. Pemeriksaan harus terorganisasi dengan baik untuk menghemat tenaga klien. 3. Lakukan universal precautions karena mungkin klien batuk dan bersin selama pemeriksaan 2.8 Dokumentasi 1. Mencatat temuan pada pengkajian 2. Deskripsikan dengan jelas tiap temuan abnormal, mencakup lokasi 3. Mencatat intruksi yang diberikan pada klien 4. Mencatat pemahaman klien terhadap informasi yang diberikann

15

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"