Bab Ii.docx

  • Uploaded by: Nackerr
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,317
  • Pages: 22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tsunami (bahasa Jepang: tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang (Sugito, 2008). Wilayah Indonesia dikepung oleh 3 lempeng yang sewaktu-waktu lempeng ini akan bergeser patah menimbulkan gempa bumi. Sejak awal tahun 1990 hingga saat ini, tercatat telah terjadi 9 kali tsunami dengan korban jiwa lebih dari 2000 meninggal dunia. Kejadian tsunami yang paling besar di Indonesia adalah bencana Tsunami yang melanda Pantai Barat-Utara Sumatera, utamanya wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara, yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, yang telah menelan korban lebih dari 70.000 orang. Adapun daerah-daerah lain yang rawan tsunami di Indonesia berdasarkan daerah yang pernah terjadi dan berdasarkan peta tektonik adalah meliputi daerah sepanjang pantai Selatan, Pulau Jawa dan Bali, Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku, sebagian Sulawesi dan Pantai Utara Irian Jaya. Selanjutnya, jika terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami seperti yang terjadi di Aceh. Berdasarkan katalog gempa (1629-2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 109 kali yakni 1 kali akibat longsoran, 9 kali akibat gunung berapi, dan 98 kali akibat gempa tektonik (Sugito, 2008) Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban

1

jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami (Sugito, 2008) Indonesia terletak pada dua jalur yaitu jalur circum pasifik dan jalur Himalaya. Selain itu Indonesia berada di 3 lempeng tektonik yaitu lempeng pasifik, Indo-Australia dan Eurasia. Dikawasan Indonesia juga banyak terjadi patahan aktif seperti : Patahan Semangko di Sumatera. Indonesia dilihat dari kondisi geologis merupakan daerah rawan bencana khususnya gempa bumi dan tsunami. Berbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana, terutama bencana gempa bumi dan tsunami (Sugito, 2008) Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya, bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih. Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami. Tsunami menyebabkan banyak korban jiwa dan kematian, korban mengalami masalah secara fisik, dan psikologi. Sehingga pada makalah ini akan dbahas tentang peran dunia kesehatan khususnya perawat dalam manajemen bencana dan penanganan kegawatdaruratan “Tsunami”. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Agar mahasiswa dapat memahami tentang manajemen bencana pada kasus tsunami. 1.2.2 Tujuan Khusus Agar mahasiswa dapat memahami tentang : 1. Konsep dasar bencana 2. Konsep dasar manajemen bencana 3. Konsep tsunami 4. Penyebab tsunami 5. Ciri-ciri tsunami

2

6. Karakteristik tsunami 7. Dampak tsunami 8. Usaha meringankan tsunami 9. Manajemen atau peran perawat yang dilakukan pada bencana tsunami

3

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Bencana Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam maupun oleh manusia sendiri yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan manusia (Purba, 2005). Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, penyebab terjadinya bencana dapat disebabkan oleh tiga faktor. Faktor tersebut yaitu, bencana dapat terjadi karena fenomena alam seperti tsunami, letusan gunung berapi, gempa bumi, kekeringan. Menurut Subagyo, ada dua kemungkinan terjadinya bencana alam yaitu, pertama karena proses alam yang berasal dari perut bumi yang kehadirannya diluar batas kemampuan manusia. Kedua, karena sikap manusia pada alam yang tidak memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi akibat perbuatannya (Subagyo, 2005). Bencana juga dapat terjadi karena perbuatan manusia terhadap lingkungannya seperti banjir, tanah longsor, bencana juga dapat terjadi akibat tindakan manusia atau hubungannya terhadap lingkungan sosialnya seperti konflik agama, kerusuhan politik yang kacau balau dan konflik suku bangsa (Susanto, 2006). 2.2 Konsep Manajemen Bencana Manjemen bencana adalah serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengantisipasi bencana, mencegah kehilangan jiwa, mengurangi penderitaan manusia, memberi informasi dan mempercepat pemulihan. Pengesahan Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana oleh Pemerintah RI tanggal 26 April 2007 telah membawa dimensi baru dalam pengelolaan bencana di Indonesia. Untuk memaksimalkan upaya penanggulanagan bencana dibidang kesehatan, pelayanan kesehatan harus mempersiapkan tenaga kesehatan yang profesional. Besarnya angka kejadian dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana membutuhkan upaya penanggulangan (Loke, 2014). Penanggulangan bencana adalah upaya sistematis dan terpadu untuk mengelola bencana dan mengurangi dampak bencana, diantaranya penetapan kebijakan dalam 4

bencana, pengelolaan resiko berupa usaha pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat serta upaya pemulihan dan rehabilitasi dan rekonstruksi. Penanggulangan bencana oleh perawat pada tahap tanggap darurat meliputi pengkajian secara cepat dan tepat terhadap korban bencana serta pemberian bantuan hidup dasar. Bencana menyebabkan banyak korban dengan berbagai jenis cedera yang membutuhkan pertolongan segera dengan tindakan penyelamatan serta pertolongan bencana. Tindakan ini bertujuan untuk memberikan tanggap darurat yang efektif dan difokuskan pada pertolongan serta bantuan sementara untuk membantu korban setelah terjadi bencana (Arbon, 2013). 2.3 Konsep Tsunami 2.3.1 Pengertian Tsunami Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang, Tsu berarti “pelabuhan” dan nami berarti “gelombang”, sehingga tsunami dapat diartikan sebagai “gelombang pelabuhan”. Istilah ini pertama kali muncul dikalangan nelayan Jepang. Karena panjang gelombang tsunami sangat besar pada saat berada ditengah laut, para nelayan merasakan adanya gelombang ini. Tsunami (gelombang pasang) adalah sebuah kata yang diambil dari khasanah bahasa Jepang yang artinya kira-kira ‘gelombang di pantai’. Banyak orang menyebutnya tsunami (gelombang pasang) ‘gelombang pasang’, padahal sesungguhnya tsunami (gelombang pasang) tidak ada hubungannya dengan pasang surut gelombang air laut (Nanin, 2008). Memang di permukaan laut sewaktu terjadi tsunami (gelombang pasang) akan muncul gelombang -gelombang besar yang seringkali sampai menyapu pantai-pantai yang jauh, tetapi gelombang-gelombang itu tidak sama dengan gelombang naik dan turun yang biasa datang dan pergi silih berganti. Asal gelombang-gelombang tsunami (gelombang pasang) adalah dari dasar laut atau dari daerah pantai yang memiliki kegiatan-kegiatan seismik, kelongsoran tanah dan letusan gunung api. Apa pun penyebabnya yang jelas air laut terdorong sehingga meluap, pecah menyapu dataran dengan daya rusak luar biasa (Nanin, 2008). Tsunami adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, atau hantaman meteor di laut. Tsunami tidak terlihat saaat masih berada jauh ditengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya bergerak cepat dan semakin membesar. Apabilah gelombang menghamipiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Tsunami juga sering dinggap sebagi gelombang air 5

pasang. Hal ini terjadi karena pada saat mencapai daratan, gelombang tsunami lebih menyerupai air pasang yang tinggi dari pada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli oceanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismic (seismic sea wafe) (Nanin, 2008). Tinggi tsunami pada saat mendekati pantai akan mengalami perbesaran karena adanya penumpukan massa air akibat adanya penurunan kesempatan penjalaran. Tinggi tsunami yang ada dilaut dalam hanya sekitar 1-2 meter, saat mendekati pantai dapat mencapai tinggi puluhan meter. Tinggi diantaranya sangat ditentukan oleh karakteristik sumber pembangkit tsunami, morfologi dasar laut, serta bentuk pantai. Kerusakan yang diakibatkan tsunami biasanya disebabkan oleh dua penyebab utama yaitu terjangan gelombang tsunami, dan kombinasi akibat goncangan gempa dan terjangan gelombang tsunami (Nanin, 2008). 2.3.2 Penyebab Terjadinya Tsunami Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan (disturbance) berskala besar terhadap air laut. Misalnya, gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi dibawah laut atau tumpukan benda langit. Gerakan vertikal pada kerak bumi dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer perjam. Apabilah tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya, dan gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus kilometer (Nanin, 2008). Gerakan-gerakan geologis yang memicu timbulnya tsumani (gelombang pasang) berlangsung akibat tiga hal pokok :

6

1. Gerakan dasar laut 2. Tanah longsor 3. Kegiatan gunung api Hal yang paling sering menyebabkan tsunami (gelombang pasang) adalah gerakangerakan sesar / patahan di dasar laut, disertai peristiwa gempa bumi. Patahan / sesar, bila dipaparkan adalah zona planar lemah yang bergerak melalui kerak bumi. Sebenarnya jika dikatakan bahwa gempa bumi menjadi penyebab tsunami (gelombang pasang) tidaklah tepat. Yang benar tsunami (gelombang pasang) maupun gempa bumi sama-sama merupakan hasil gerakan-gerakan patahan / sesar. Penyebab ketiga adalah kegiatan vulkanis atau gunung api. Kawah gunung api, baik yang berada di bawah laut maupun yang ada di pantai, bisa mengalami pergeseran tempat, entah terangkat atau terbenam, akibat gerakan patahan / sesar (Nanin, 2008). Akibatnya mirip dengan longsoran atau gunung api itu meletus. Pada tahun 1833, gunung api terkenal di Indonesia, yakni Krakatau meletus hebat sampai memunculkan tsunami (gelombang pasang) setinggi 39 meter, menyapu dataran Jawa dan Sumatera. Waktu itu terdapat sekitar 36.000 korban tewas. Meskipun tsunami (gelombang pasang) yang dipicu oleh tanah longsor atau gunung api mungkin sangat menghancurkan kawasan disekitarnya, namun energi tsunami (gelombang pasang itu kecil, cepat surut ukurannya dan dalam jarak jauh hampir-hampir tak terasa atau nampak. Tsunami (gelombang pasang) raksasa yang bisa melintasi samudera hampir selalu disebabkan oleh aktifitas tektonik, gerakan-gerakan patahan bawah laut (submarine faulting) yang berhubungan dengan gempa bumi (Nanin, 2008). Beberapa penyebab terjadinya tsunami dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.

Longsoran lempeng bawah laut (undersea landslides) Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antara lempeng tektonik. Celah retakan antara kedua lempeng tektonik ini disebut sesar (fault). Sebagai contoh disekeliling tepian samudera pasifik yang biasa disebut dengan lingkaran api (ring of fire), lempeng samudera yang lebih padat menunjang masuk ke bawah lempeng benua. Proses ini dinamakan dengan penunjaman (subduction). Gempa subduksi sangat efektif membangkitkan gelombang tsunami (Nanin, 2008).

2.

Gempa bumi bawah laut (undersea earth quake) Gempa tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergeseran lempeng bumi. Jika gempa semacam ini terjadi di bawah laut, air diatas wilayah 7

lempeng yang bergerak berpindah dari posisi ekuilibriumnya. Gelombang muncul ketika air ini bergerak oleh pengaruh gravitasi kembali ke posisi ekuilibriumnya. Apabilah wilayah yang luas di bawah dasar laut bergerak naik ataupun turun, tsunami dapat terjadi (Nanin, 2008). Berikut ini adalah beberapa syarat terjadinya tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi: 1.

Gempa bumi yang berpusat ditengah laut dan dangkal (0-30 km)

2.

Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangya 6,5 sklara ritcher.

3.

Gempa bumi dengan pola sesar naim atau sesar turun.

Tidak semua gempa menghasilkan tsunami tergantung tipe sasaran, kemiringan sudut antar lempeng, dan kedalaman pusat gempa (Nanin, 2008). 3.

Aktivitas fulkanik Pergeseran lempeng didasar laut, selain dapat mengakibatkan gempa, seringkali menyebabkan peningkatan aktivitas vulkanik pada gunung berapi. Kedua hal ini dapat menggoncangkan air laut diatas lempeng tersebut (Nanin, 2008).

4.

Tumpukan benda luar angkasa Tumpukan benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan terhadap air laut yang datang dari arah permukaan. Tsunami yang timbul karena sebab ini umumnya sangat jarang dan jarang mempengaruhi wilayah pesisir (Nanin, 2008).

2.3.3 Ciri-ciri Umum Tsumani (Gelombang Pasang) Telah disebutkan bahwa tsunami (gelombang pasang) berbeda dengan gelombanggelombang lautan dalam yang biasa. Kalaupun tampilannya hampir mirip, gelombang gelombang laut yang terbesar pun disebabkan oleh terpaan angin yang menyapu permukaan air laut. Gelombang-gelombang air laut yang normal jarang bisa melampaui panjang 300 meter jika diukur dari puncak ke puncak. Sedangkan tsunami (gelombang pasang) bisa mencapai panjang 150 kilometer antar puncak. Lagi pula gelombanggelombang tsunami (gelombang pasang ) bergerak dengan kecepatan yang jauh melebihi gelombang biasa. Laju gelombang laut yang normal sekitar 100 kilometer per jam, sementara di perairan dalam bisa bergerak dengan kecepatan menyaingi pesawat jet – 800 kilometr per jam. Meski bergerak sangat kencang, tsunami (gelombang pasang) 8

hanya menaikkan permukaan air laut sampai 30-45 sentimeter saja, dan tak jarang awak kapal ditengah laut tidak melihat tanda-tanda amukan tsunami (gelombang pasang) biarpun pada saat itu sedang terjadi bencana di kawasan pantai (Nanin, 2008). Sebuah tsunami (gelombang pasang) bisa terdiri atas 10 gelombang atau lebih, yang kemudian biasa disebut ‘rantai gelombang tsunami (gelombang pasang)’, gelombanggelombang itu susul menyusul dengan jarak waktu antara 5 sampai 90 menit satu sama lain. Saat gelombang-gelombang tsunami (gelombang pasang) makin mendekati pantai, terjadi perubahan. Bentuk dasar laut diseputar pantai mempengaruhi bagaimana “perilaku” tsunami (gelombang pasang) itu nanti. Kalau dasar laut dekat pantai dalam, gelombang -gelombang yang akan memecahkan dipantai lebih kecil. Sebaliknya di wilayah-wilayah yang berpantai dangkal, memungkinkan terbentuknya gelombanggelombang tsunami (gelombang pasang)yang sangat tinggi (Nanin, 2008). Di daerah teluk dan kuala / muara, air bisa bergolak maju mundur. Peristiwa ini dinamakan seiches, dan dapat mendongkrak ketinggian gelombang -gelombang tsunami (gelombang pasang) sampai memecahkan rekor. Selagi gelombang-gelombang merapat ke pantai,jarak tempuh per jam mengecil, gerakannya melambat, samapai akhirnya hanya mencapai sekitar 48 kilometer per jam. Sinyal pertama kedatangan tsunami (gelombang pasang) di pantai tergantung pada bagian mana dari gelombang gelombangnya yang lebih dulu sampai ke tepian. Jika palung (lembang antar gelombang) lebih dulu merapat, akan terkjadi penurunan ketinggian permukaan air. Sebaliknya permukaan air akan meninggi bila yang lebih dulu sampai ke tepi adalah puncak gelombang. Tetapi tidak mudah mengamati kejadian sebenarnya. Pengamat dipantai mungkin tidak bisa memastikan bagian mana yang lebih dulu tiba. Kecuali dalam kasus penurunan tingkat permukaan air, penyurutan air besar-besaran, yang memuntahkan ikan -ikan mengelepar diatas pasir (Nanin, 2008). Jika diamati tsunami (gelombang pasang) yang sebenarnya, lebih sering tampak sapuan air bah yang dimuntahkan ke pantai, seolah ada bendungan jebol. Gelombanggelombang dan riak-riak air laut yang normal mungkin akan “bertengger” di puncak gelombang tsunami (gelombang pasang), atau gelombang tsunami (gelombang pasang) itu sendiri dengan relatif tenang meluncur dan “mendarat” di seputar pantai. Banjir tsunami (gelombang pasang) berbeda -beda,bahkan antara dua pantai yang berdekatan pun terjadi banjir yang berlainan. Yang mempengaruhi perbedaan ini antara lain adalah : 1.

Topografi (tinggi – rendah) patahan muka laut

2.

Bentuk pantai 9

3.

Gelombang-gelombang pantulan

4.

Modifikasi (penyesuaian) bentuk gelombang karena seiches dan pasang naik (Nanin, 2008).

2.3.4 Karakteristik tsunami Periode tsunami cukup berfariasi mulai dari 2 menit hingga lebih dari 1 jam. Panjang gelombangnya sangat besar antara 100-200 km. Kecepatan tsunami bergantung pada kedalaman air. Apabilah lempengan samudera pada sesar bergerak naik (raising) terjadi air pasang diwilayah pantai hingga wilayah tersebut akan mengalami banjir sebelum gelombang air yang lebih tinggi datang menerjang. Apabila lempeng samudera pada sesar bergerak turun, kurang lebih pada separuh waktu sebelum gelombang tsunami sampai dipantai air laut di pantai tersebut surut. Pada suatu gelombang apabilah rasio antara kedalaman air dan panjang gelombang menjadi sangat kecil, gelombang tersebut dinamakan gelombang air dangkal. Karena gelombang tsunami memiliki panjang gelombang yang sangat besar (Nanin, 2008). Tsunami bergerak maju kesatu arah dari sumbernya sehingga wilayah yang berada didaerah “bayangan” relatif dalam kondisi aman. Namun demikian, gelombang tsunami dapat saja berbelok kesekitar daratan. Gelombang ini juga bisa saja tidak simetris. Tsunami bisa merambat kesegala arah dari sumber asalnya dan bisa melanda wilayah yang cukup luas, bahkan didaerah belokan, terlindung atau daerah yang cukup jauh dari sumber tsunami. Ada yang disebut tsunami setempat (local tsunami), yaitu tsunami yang hanya terjadi dan melanda disuatu kawasan yang terbatas. Hal ini terjadi karena lokasi awal tsunami terletak disuatu wilayah yang sempit atau tertutup, seperti selat atau danau. Ada juga yang disebut tsunami jauh (distand tsunami), hal ini karena tsunami bisa melanda wilayah yang sangat luas dan jauh dari sumber asalnya (Nanin, 2008). a. Fisika Tsunami Gelombang tsunami bisa dijelaskan dari fenomena penajalaran gelombang secara transversal, energinya adalah fungsi dari ketinggian (ampiltudo) dan kecepatannya. Ketinggiannya sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang (Nanin, 2008). b. Megatsunami dan Seiche Banyak bukti menunjukkan bahwa megatsunami yaitu tsunami yang mencapai ketinggian hingga 100 meter, memang mungkin terjadi. Peristiwa yang langka ini 10

biasanya disebabkan oleh sebuah pulau yang cukup besar amblas kedasar samudera. Megatsunami bisa juga disebabkan oleh sebongkah besar es yang jatuh keair dari ketinggian ratusan meter. Satu hal yang berkaitan dengan tsunami antara lain adalah seiche, yaitu fluktuasi atau pengalunan permukaan danau atau badan air yang kecil yang disebabkan oleh gempa-gempa kecil, angin, atau oleh keragaman tekanan udara. Seringkali gempa yang besar menyebabkan tsunami dan seiche sekaligus, atau sebagian seiche justru terjadi karena tsunami (Nanin, 2008). c. Gempa bumi dan Tsunami Gempa bumi merupakan salah satu penyebab terjadinya tsunami. Gempa bumi disebabkan oleh berbagai sumber antara lain letusan gunung berapi (erupsi vulkanik), tubrukan meteor, ledakan bawah tanah, dan pergerakan kulit bumi. Berdasarkan seisimology, gempa tektonik dijelaskan oleh teori lapisan tektonik, teori yang menyebutkan bahwa lapisan bebatuan terluar mengandung banyak lempengan. Diantara lempengen bisa terjadi 3 hal : 1. Lempengan bergerak saling menjauh, maka magma dari perut bumi akan keluar menuju permukaan bumi. 2. Lempengan bergerak saling menekan, maka salah satu lempeng akan naik atau turun atau dua-duanya naik / turun. 3. Lempengan bergerak berlawanan satu sama lain, misalnya satu kearah selatan dan satunya kearah utara (Nanin, 2008). Jika lempengan bergerak saling menekan terjadi didasar laut, ketika salah satu lempengan naik atau turun maka volume daerah diatasnya akan mengalami perubahan kondisi stabilnya. Apabila lempengan itu turun, maka volume daerah itu akan bertambah. Sebaliknya, apabila lempeng itu naik maka volume daerah itu akan berkurang. Perubahan volume tersebut akan mempengaruhi gelombang laut. Air dari arah pantai akan tersedot kearah tersebut. Gelombang-gelombang menuju pantai akan terbentuk karena massa air yang berkurang pada daerah tersebut karena pengaruh gaya gravitasi air, air tersebut berusaha kembali mencapai kondisi stabilnya. Apabila lempengan itu turun, maka volume daerah itu akan bertambah. Sebaliknya apabila lempeng itu naik, maka volume daerah itu akan berkurang (Nanin, 2008).

11

Perubahan volume tersebut akan mempengaruhi gelombang laut. Air dari arah pantai akan tersedot kearah tersebut. Gelombang-gelombang menuju pantai akan terbentuk karena massa air yang berkurang pada daerah tersebut, karena pengaruh gaya gravitasi air tersebut berusaha kembali mencapai kondisi stabilnya. Ketika daerah tersebut cukup luas, maka gelombang tersebut mendapatkan tenaga yang lebih dahsyat. Inilah yang disebut dengan tsunami. Tsunami merupakan fenomena gelombang laut yang tinggi dan besar akibat dari gangguan mendadak pada dasar laut yang secara vertikal mengurangi volume kolom air. Gangguan ini bisa datang dari gempa (Nanin, 2008). Gejala Tsunami a. Diawali dengan gempa bumi. b. Air laut tiba-tiba surut c. Bau garam menyengat d. Langit tampak berwarna hitam e. Terjadi ledakan yang dahsyat 2.3.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kerawanan Terhadap Tsunami Faktor-faktor yang mempengaruhi kerawanan terhadap tsunami (gelombang pasang) Ada beberapa faktor yang paling berpengaruh terhadap kerawanan semua daerah yang dibayangi bencana tsunami (gelombang pasang) : 1. Pertambahan penduduk dunia yang kian pesat,makin memusatnya pemukiman di wilayah – wilayah perkotaan, dan makin besarnya penanaman modal infrastruktur, khususnya di daerah -daearah pesisir. Sebagain daerah pemukiman dan letak harta tak bergerak yang bernilai ekonomis ini (hotel-hotel, fasilits wisata bahari, dsb) berada dalam jangkauan bahaya tsunami (gelombang pasang). 2. Kurangnya perencanaan pendirian bangunan dan proyek jasa lahan yang sejak semula dirancang untuk tahan terhadap sapuan gelombang tsunami (gelombang pasang). 3. Kurangnya (atau bahkan tidak adanya) sistem peringatan bencana tsunami (gelombang pasang) bagi penduduk, atau kurangnya pendidikan umum untuk membangkitkan kesadaraan akan dampak-dampak buruk tsunami (gelombang pasang) dan kedahsyatannya yang hingga kini tidak bisa diramalkan sebelum benar-benar terjadi (Nanin, 2008).

12

2.3.6 Bencana Tsunami di Indonesia Indonesia terletak pada dua jalur yaitu jalur circum pasifik dan jalur Himalaya. Selain itu Indonesia berada di 3 lempeng tektonik yaitu lempeng pasifik, Indo-Australia dan Eurasia. Dikawasan Indonesia juga banyak terjadi patahan aktif seperti : Patahan Semangko di Sumatera. Indonesia dilihat dari kondisi geologis merupakan daerah rawan bencana khususnya gempa bumi dan tsunami. Berbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana, terutama bencana gempa bumi dan tsunami. Wilayah Indonesia dikepung oleh 3 lempeng yang sewaktu-waktu lempeng ini akan bergeser patah menimbulkan gempa bumi (Nanin, 2008). Selanjutnya, jika terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami seperti yang terjadi di Aceh. Berdasarkan katalog gempa (1629-2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 109 kali yakni 1 kali akibat longsoran, 9 kali akibat gunung berapi, dan 98 kali akibat gempa tektonik. Hal-hal yang berpotensi menimbulkan tsunami yaitu : 1. Gempa yang terjadi didasar laut 2. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km 3. Kekuatan gempa lebih besar dari 6,0 SR 4. Jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun 5. Tsunami di Samudera Hindia (26-12-2004) 2.3.7 Dampak-Dampak Tsunami Dampak – dampak Tsunami (gelombang pasang) yang paling parah : 1. Kerusakan fisik 2. Korban jiwa kesehatan masyarakat 3. Pasokan air bersih 4. Tanaman dan pasokan pangan Banjir dan kerusakan fisik akibat tsunami (gelombang pasang) bisa menyebabkan terjadinya hal-hal berikut ini : 1. Panen musnah seluruhnya bila pada saat tsunami (gelombang pasang) datang para petani baru saja menanami sawah dan ladang (tanaman yang masih baru itu tercabut seluruhnya dari tanah, dan terseret ombak ke lautan). 2. Tanah garapan kehilangan kesuburan akibat genangan air laut. 13

3. Lumbung pangan akan tergenang atau bahkan terseret arus dan tenggelam, dan persediaan pangan akan rusak sebagian atau seluruhnya bila tidak sempat diselamatkan ke tempat lain yang lebih tinggi letaknya. 4. Binatang ternak yang tak diungsikan secepatnya akan mati tenggelam atau terseret arus. 5. Sistem budidaya tanaman pangan (termasuk teras-teras sawah yang rendah, petakpetak,pengairan, peralatan seperti traktor, bajak, dsb) hancur,hilang terbawa ombak, atau rusak akibat air garam. 6. Sistem perikanan hancur (kapal dan perlengkapan nelayan remuk atau hilang terseret ombak). Kerusakan Akibat Tsunami : Korban meninggal akibat tsunami terjadi biasanya karena tenggelam, terseret arus, terkubur pasir, terutama serpihan atau puing, dll. Kerusakan lain akan meliputi kerusakan rumah tinggal, bangunan pantai, prasarana lalu lintas, suplai air, listrik, dan telpon. Gelombang tsunami juga merusak sektor pertanian, peternakan, kehutanan, industri dll (Nanin, 2008). 2.3.8 Usaha Meringankan Bahaya Tsunami Banyaknya korban jiwa karena tsunami disebabkan banyak faktor seperti kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gempa dan tsunami, terbatasnya peralatan, peramalan, peringatan dll. Untuk mengurangi bahaya bencana tsunami diperlukan perhatian khusus terhadap 3 hal yaitu : 1. Struktur pantai (costal structuries) 2. Penataan wilayah (city planing) 3. Sistem yang terpadu (tsunami prevention system) a.

Struktur pantai Didaerah pantai dimana gempa biasa terjadi sebaiknya dibangun struktur bangunan penahan ombak berupa dinding pantai (sea wold or costal dike) yang merupakan bangunan pertahanan (defense structure) terhadap tsunami. Struktur ini akan efektif, apabila ketinggian tsunami relatif tidak terlalu tinggi. Jika ketinggian tsunami melebihi 5 meter, prasarana ini kurang begitu berfungsi. Pohon seperti tanaman bakau (mangrove) juga cukup efektive untuk mereduksi energi tsunami, terutama untuk tsunami dengan ketinggian kurang dari 3 meter (Nanin, 2008).

14

b.

Penataan wilayah Korban terbanyak bencana tsunami adalah perkampungan padat didaerah pantai disamping daerah wisata pantai. Cara paling efektive mengurangi korban bahaya tsunami adalah dengan memindahkan wilayah pemukiman pantai kedaerah bebas tsunami (tsunami-free area). Menurut catatan, sudah banyak peristiwa tsunami yang menyapu habis pemukiman nelayan sekitar pantai, mereka terperangkap dan tidak sempat menyelamatkan diri ketika tsunami datang. Kedatangan tsunami yang begitu cepat sangat tidak memungkinkan penduduk didaerah pesisir pantai untuk meloloskan diri (Nanin, 2008).

c.

Sistem yang terpadu Sistem pencegahan tsunami (tsunami prevention system) akan meliputi hal sebagai berikut : Peramalan, peringatan, evakuasi, pendidikan masyarakat, latihan, kebiasaan untuk selalu waspada terhadap bencana, dan kesigapan pasca bencana. Kedatangan tsunami sama dengan kejadian gempa itu sendiri, masih sulit diprediksi. Pemasangan papan pengumuman daerah rawan tsunami atau awas tsunami. 1. Untuk tsunami yang terjadi dalam jarak dekat: Peringatannya berupa gempa yang sangat kuat guncangannya. 2. Untuk tsunami yang terjadi dalam jarak menengah: Peringatannya berupa gempa yang guncangannya berlangsung sekitar 40 detik atau lebih. 3. Untuk tsunami yang terjadi dalam jarak jauh: Peringatannya datang dari lembaga-lembaga internasional dan sistem peringatan dini nasional melalui TV, radio, pengeras suara, dan megafon. Perhatikan/ simak peringatan ini sampai ada pengumuman bahwa peringatan sudah dicabut atau bahaya sudah lewat. Di semua kasus: segera lakukan evakuasi ke tempat yang lokasinya lebih tinggi yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai tempat aman di lokasi yang tinggi dan jauh dari bibir pantai, atau ke tempat evakuasi vertikal (Nanin, 2008).

4. Mitigasi Tsunami Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat 15

didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan harta-benda” (FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan individu (Nanin, 2008). Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard assessment), 2) peringatan (warning), dan 3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi. Unsur kunci lainnya yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung adalah penelitian yang terkait (tsunami-related research) (Nanin, 2008). Rekomendasi Sistem Terpadu Jika tsunami datang

Sesudah tsunami

1. Jangan panik

1. Ketika sampai dirumah jangan lupa memeriksa kerabat satu persatu

2. Jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai tontonan.

2. Jangan memasuki wilayah yang rusak kecuali setelah dinyatakan aman

3. Jika air laut surut dari batas

3. Hindari instalasi listrik

normal, tsunami mungkin terjadi 4. Bergeraklah denga cepat ke

4. Datangi posko bencana

tempat yang lebih tinggi 5. Jika

anda

sedang

berada

dipinggir laut atau dekat sungai

5. Bersiaplah

memungkin

kembali

kehidupan yang normal

maka berlarilah sekuat-kuatnya. 6. Jika

untuk

berlarilah

menuju bukit yang terdekat

16

ke

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN 3.1 Contoh Kasus Gempa tsunami di DI Aceh (NAD) Nangroe Aceh Darussalam pada hari minggu, tanggal 26 Desember 2004 adalah gempa dengan kekuatan 8,9 SR, yang telah menelan korban lebih dari 100.000 ribu orang. Kekuatan tsunami telah memporak-porandakan aset fisik, psikologis, sosial budaya, dan ekonomi masyarakat Aceh. Bencana tsunami ini telah menjadi bencana yang berskala internasional. Berbagai bantuan baik berwujud uang, kebutuhan bahan, makanan, pakaian, tenda-tenda, para relawan dan peralatan evakuasi korban bencana berdatangan dari berbagai pihak. Tsunami mengaruskan masyarakat Aceh menata sendi-sendi kehidupannya kembali. Setelah itu, pembangunan secara fisik yang terus menerus dilakukan maka pembangunan non fisik seperti perkembangan psikologis harus juga menjadi perhatian agar masyarakat dapat mencapai keseimbangan antara kesehatan fisik dan psikologis. Stres emosional memiliki dampak yang cukup penting dari segi psikososial. Selain itu, kerusakan juga terjadi pada infrastruktur, fasilitas umum, dan pemukiman penduduk. Masalah yang muncul dalam segi kesehatan adalah dibutuhkan perhatian khusus bagi kebutuhan air dan sanitasi, serta peran perawat dalam penanggulangan kegawatdaruratan bencana tsunami. Bagaimana peran perawat dalam bencana tsunami ini?? 3.2 Pembahasan Kasus Peran perawat : (Pada saat bencana) 1. Pada kasus ini perawat dapat melakukan Penilaian Cepat Kesehatan Kejadian Bencana (Rapid Health Assesment) sangat diperlukan dalam kondisi bencana. Dampak yang ditimbulkan dari tsunami Aceh ini adalah dampak fisik yaitu kesakitan dan kematian, mulai dari terkontaminasinya air bersih, tersumbatnya saluran air, sehingga ini menyebabkan gangguan kesehatan khusunya iritasi pada kulit. 2. RHA pada kasus tsunami Aceh ini berisi tentang : a) Data jenis bencana : bencana tsunami akibat gempa dengan kekuatan 8,9 SR. b) Lokasi bencana : Daerah Istimewa Aceh (Nangroe Aceh Darussalam), 26 Desember 2004. 17

c) Kondisi korban : Korban lebih dari 100.000 ribu orang. Kondisi korban bencana tsunami saat ini sebagian belum ditemukan, dan sebagian sudah berada di pos penampungan korban bencana, dengan korban meninggal hampir mencapai 60 %. evakuasi terhadap korban masih terus dilakukan. Saat ini PTB (Penduduk Terkena Bencana) yang sudah berada di Posko penampungan sangat membutuhkan bantuan fisik berupa kebutuhan bahan makanan, pakaian, tenda-tenda. d) Kondisi sanitasi lingkungan penampungan : sampai saat ini kurang air bersih dan sanitasi yang kurang terjaga, terkontaminasinya air, tersumbatnya air bersih. e) Kemungkinan KLB yang akan terjadi : Iritasi pada kulit karena kurang sanitasi lingkungan, kurang sumber air bersih. 3. Penyelamatan dan rehabilitasi korban bencana sampai saat ini terus dilakukan. 4. Peran perawat dalam menangani korban bencana tsunami saat ini adalah tidak hanya di rumah sakit melainkan ditempat terjadinya bencana dengan segala penyesuian tempat, alat, dan fasilitas yang digunakan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain. Perawat melakukan sistem penggolongan pasien yang dikenal dengan TRIAGE. 5. Para perawat menanggulangi penderita dengan gangguan seperti : a) Menilai ABCDE (Jalan nafas, peredaran darah, kesadaran, otak/refleks. b) Pada sistem pernafasan perawat mengatasi obstruksi jalan nafas dan membuka jalan nafas serta memberi nafas buatan pada korban yang tenggelam atau sempat tenggelam. c) Sistem sirkulasi : mengenal syok dan memberi pertolongan pertama d) Sistem saraf : memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala e) Sistem muskuloskletasl : mengenal korban yang mungkin mengalami patah tulang, memasang bidai. Perawat juga memperhatikan keadaan korban bencana dengan menutup luka, memperhatikan kesadaran, tanda-tanda vital (TTV) dan memperhatikan supaya tidak ada infeksi silang. Prioritas utama juga pada pasien yang tidak sadar, henti jantung, dan syok. Peran perawat : (Setelah pasca bencana) Selanjutnya, pasien ditangani tidak hanya secara fisik namun juga mempertimbangkan psikologis korban pasca bencana. Peran perawat setelah pasca bencana ini adalah mengembalikan kemampuan penyesuaian sosial pasca trauma. Dalam masalah ini dukungan sosial atau sosial suport sangatlah penting.

18

Kesimpulan dari kasus ini untuk kedepannya adalah : 3 hal penting yang harus dilakukan perawat sebelum terjadinya bencana yaitu : 1. Self help artinya perawat ikut aktif dan jadi motor penggerak pembentuk komunitas kesiapsiagaan dikalangan masyarakat 2. Join operation, artinya melibatkan pemerintah dalam pendanaan dan pelatihan perawat tanggap bencana. 3. Research, artinya mengumpulkan data dan mempelajari guna antisipasi bencana dikemudian hari atau ditempat lain.

19

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. 2. Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami. Perawat dapat melakukan Penilaian Cepat Kesehatan Kejadian Bencana (Rapid Health Assesment) sangat diperlukan dalam kondisi bencana. Dampak yang ditimbulkan merupakan dampak fisik seperti kesakitan dan kematian, misalnya terkontaminasinya air bersih, tersumbatnya saluran air, dampak ini menyebabkan gangguan kesehatan khusunya iritasi pada kulit. RHA berisi tentang data jenis bencana, lokasi, kondisi korban, kondisi sanitasi lingkungan penampungan, upaya yang telah dilakukan, kemungkinan KLB yang akan terjadi. 4.2 Saran Tiga hal penting yang harus dilakukan perawat sebelum terjadinya bencana yaitu : 1. Self help artinya perawat ikut aktif dan jadi motor penggerak pembentuk komunitas kesiapsiagaan dikalangan masyarakat 2. Join operation, artinya melibatkan pemerintah dalam pendanaan dan pelatihan perawat tanggap bencana 3. Research, artinya mengumpulkan data dan mempelajari guna antisipasi bencana dikemudian hari atau ditempat lain.

20

Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut : 1. Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang bermukim didekat pantai. 2. Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi tsunami. 3. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat dan pengungsian. 4. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau obat-obatan..

21

DAFTAR PUSTAKA

Humas Ners, (2014). Guest Lecture Disaster Nursing dari Jepang. Surabaya : Universitas Airlangga Ibrahim Rahmat, (2007). Penanganan Pasien Dalam Tahap RECOVERY DISASTER. Yogjakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Marion Couldrey, dkk, (2005). Forced Migration Tsunami : Belajar Dari Respon Kemanusiaan. UNICEF : Refugee Studies Centre Nanin Sugito, ST.,MT, (2008).Tsunami.Jurusan Pendidikan Geografi : UI Nurul Hartini, (2011, Vol 24, No 1). Remaja Nangroe Aceh Darusaalam Pasca Tsunami.Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Surabaya : Universitas Airlangga Lisabona Rahman, dkk, (2005). Designing For Tsunamis : Seven Principles for Planing and Designing for Tsunami Hazards. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara www.journal.com.waspadai-bencana-alam.doc/ diakses 25/09/2018 www.journal.com.tsunami2.ppk.itb.ac.id/ diakses 25/09/2018 www.jurnal rekayasa vol.15 No.1 April 2011/ diakses 25/09/2018

22

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"