Bab Ii..docx

  • Uploaded by: yani las majalengka
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii..docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,677
  • Pages: 30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Hiperemesis Gravidarum 2.1.1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejalagajala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu.(33) Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya.(22)

7

8

Pada umumnya hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke 6-12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa kehamilan. Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara setengah dari wanita hamil mengalami morning sickness, antara 1,2 - 2% mengalami hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius.(9) Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual ini mulai dialami sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil muda sering disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat. Pada beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan trimester kedua dan ketiga, tapi ini jarang terjadi.(23)

2.2

Faktor Psikologis Sebagian besar literatur mengenai penyebab psikologis bagi hiperemesis diterbitkan sebelum dan selama tahun 1970-an. Seseorang bisa menyimpulkan

saat ini merupakan bidang penelitian aktif. Faktor

psikologis tidak boleh diabaikan seluruhnya, namun penyebab dan hubungan akibat antara hiperemesis dan psikopatologi, termasuk kecemasan sosial, kecemasan, insomnia, atau depresi, tidak jelas.(25) Sebuah studi 2004 menemukan tingkat tinggi psikopatologi pada wanita dengan hiperemesis, namun sebab-akibat tidak didirikan.(26) Hal ini dihipotesiskan bahwa

9

psikopatologi yang mendasari dapat menyebabkan atau memperburuk gejala hiperemesis gravidarum. Berbagai teori tentang neurosis telah diajukan untuk menjelaskan hiperemesis gravidarum yaitu reaksi stress, disfungsi seksual, penolakan dari feminitas, keinginan sadar atau tidak sadar untuk tidak hamil, penolakan bawah sadar janin, bentuk hukuman diri, serta status belum menikah

dan

ambivalensi

terhadap

kehamilan.(4&8)

Kecenderungan

hiperemesis gravidarum yang kurang lazim selama perang dan periode sesudah perang juga dianggap bukti dari proses psikologis.(3) Selain itu, sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa hipnosis mungkin kurang berhasil dalam mengurangi gejala hiperemesis gravidarum, menunjukkan hubungannya dengan psikologis.(10) Namun, tambahan yang dirancang dengan baik penelitian diperlukan untuk menilai efektivitas hipnosis dan untuk menentukan penyebab psikologis.

(5&12)

El-Mallakh,

Liebowitz, dan Hale disajikan studi kasus dua hiperemesis gravidarum dan menyimpulkan bahwa hiperemesis gravidarum sesuai dengan kriteria untuk gangguan konversi (yaitu, kerugian atau perubahan fungsi fisik karena faktor psikologis sadar).(8) Menurut Bogen, salah satu argumen yang ditawarkan dalam mendukung teori psikosomatik dari hiperemesis gravidarum adalah bahwa tidak ada penjelasan fisiologis terbukti.(4) Bogen melakukan analisis kepustakaan literatur tentang hiperemesis 1965-1991. Menggunakan metode Medline, dia memeriksa 384 studi tentang subjek dan menemukan bahwa

10

ada 64 yang gelisah dengan penyebab hiperemesis gravidarum. Dari 64 itu, 31 yang diterbitkan dalam bahasa inggris. Akhirnya, dari 31, hanya empat meneliti kemungkinan penyebabnya psikologis. Setelah penyelidikan lebih lanjut, keempat penelitian ditemukan penderita tidak dapat mengontrol dirinya. Selain itu, tidak ada upaya untuk menghilangkan bias dari pewawancara, dan rawat inap digunakan sebagai kriteria untuk diagnosis suatu penyakit. Bogen tidak menemukan bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap kehamilan menyebabkan mual dan muntah. Dia menegaskan bahwa pada abad ke-19, dijelaskan psikologis / fisik penyakit pada wanita yang sering dikaitkan dengan disfungsi reproduksi. Obat untuk penyakit tersebut yaitu operasi: histerektomi, ovariektomi, dan clitorectomy. Setelah diperkenalkan oleh psikoanalisis Freud, penyakit ini pada wanita yang dikaitkan dengan neurosis. Dalam paruh kedua abad ke-20, kondisi kehamilan yang tidak khas dianggap abnormal. Bogen menegaskan bahwa sementara mual dan muntah pada trimester pertama kehamilan adalah normal, muntah melampaui titik yang dianggap abnormal dan merupakan patologis. Faktor psikologis yang mungkin berperan dalam hiperemesis adalah persepsi wanita terhadap hubungan pasien-penyedia. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa wanita dengan dokter konseling tentang hiperemesis dan penyedia layanan kesehatan yang mungkin meragukan, meremehkan, atau mengabaikan gejala mereka.(13) Perempuan tidak puas dengan dokter

11

yang tersirat bahwa gejala mereka disebabkan oleh faktor psikologis, stress, atau tidak bisa mengatasi. Dalam membantu pasien yang menderita hiperemesis, penting bagi penyedia layanan kesehatan dan pasien untuk mengeksplorasi keyakinan mereka sebab-akibat dan tiba pada suatu rencana perawatan yang disetujui bersama. 2.2.1 Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan a. Adaptasi Maternal (24) Wanita segala umur selama beberapa bulan kehamilannya beradaptasi untuk berperan sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial dan kognitif. Pada kehamilan awal tidak ada yang berbeda. Ketika fetusnya mulai bergerak pada trimester ke-2, wanita tersebut mulai menaruh perhatian pada kehamilannya dan menjalin percakapan dengan ibunya atau teman – teman lain yang pernah hamil. Kehamilan adalah suatu krisis yang mematangkan dan dapat menimbulkan stress tetapi imbalannya dalah wanita tersebut siap memasuki suatu fase baru untuk bertanggung jawab dan memberi perawatan. Konsep dirinya berubah, siap menjadi orang tua dan menyiapkan peran barunya, secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya sendiri, punya kebebasan menjadi suatu komitmen untuk bertanggung jawab kepada makhluk lain. Perkembangan ini membutuhkan suatu tugas perkembangan yang pasti dan tuntas yang mencakup menerima kehamilan,

12

mengidentifikasi

peran

sebagai

ibu,

membangun

kembali

hubungan dengan ibunya, dengan suaminya, dengan bayi yang dikandungnya serta menyiapkan kelahiran anaknya. Dukungan suami secara emosional adalah faktor yang penting untuk keberhasilan tugas perkembangan ini. b. Tugas-Tugas Psikologi Ibu(24) Rubin (1984) mengidentifikasi 4 tugas ibu hamil untuk memelihara fetusnya dan keluarga memasukkan anak tersebut ke dalam sistem keluarga, yaitu : 1) Memastikan keamanan kehamilan dan persalinan dengan cara : a) Mencari pemeriksaan ibu hamil yang baik b) Mencari aktivitas merawat diri (diet,olahraga) 2) Mencari lingkungan yang menerima anaknya. Ia memerlukan dukungan

dari

kelompoknya,

misalnya

keluarga

atau

bergantung pada kelompok. Figur suami perlu membantu penyesuaian untuk mendapatkan identitasnya sebagai ibu. Bila di rumah ada anak-anak yang lain, ibu juga perlu memastikan penerimaan mereka terhadap anak yang akan lahir. Diperlukan hubungan yang ekslusif, perempuan dan suami atau ibu dengan anak pertama yang dapat menimbulkan stress. Penerimaan sosial bagi ibu yang remaja atau orang tua tunggal akan lebih sulit.

13

3) Mencari kepastian dan penerimaan diri sebagai ibu. Selama trimester pertama keberadaan anak adalah abstrak. Dengan “Quickening” anak mulai menjadi nyata ada, dan ibunya mengembangkan hubungan melalui pengalaman atas gerakan anak dalam perutnya merupakan cara yang ekslusif untuk merasakan cintanya. Ia lalu berfantasi membayangkan anak yang ideal, yang akan memotivasinya untuk berperan sebagai ibu. Rasa cintanya itu akan meningkatkan komitmennya untuk melindungi fetusnya termasuk secara lahir. 4) Menyiapkan Kelahiran. Banyak aktivitas yang dilakukan untuk menyambut kelahiran, dengan membaca buku, melihat film, mengikuti kelas-kelas pendidikan menjadi orang tua, dan berdiskusi dengan wanita-wanita lain. Mereka mencari tahu cara perawatan yang memungkinkan.(19) c. Penyesuaian Psikologi pada Ibu dan Prosesnya(32) Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada di dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.

14

Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya cepat sekali berubah. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi sangat berlebihan. Seorang wanita hamil akan lebih terbuka pada dirinya sendiri dan suka berbagi kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya, angan-angan, fantasinya dan arti kata-katanya, objek, pariwisata, konsep abstrak, seperti kematian, kehidupan, keberhasilan dan kebahagiaan. Ia dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa usia subur atau mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan. Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat rapuh. Mereka sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya. Mereka cemas akan hal-hal yang tidak mereka pahami karena mereka merasa tidak dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang berada dalam suatu proses yang tidak berubah kembali. Hal ini membuat sebagian besar wanita menjadi tergantung dan sebagian lainnya menjadi tidak menuntut. Saat ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan saran selaras dengan uasaha mereka mencari sumber pendukung baru dan arahan dalam membayangkan hal-hal yang dibutuhkan untuk menjalani peran yang baru, perubahan dalam kehidupan

15

yang tidak jelas dan tidak dipahami serta makna dari semua hal ini. Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologi khusus yang jelas, yang kadang nampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi. Peristiwa dan proses psikologi ini dapat diidentifikasi pada trimester ketiga dan pembagian trimester ini akan digunakan pada diskusi berikut. Respon psikologi umum terhadap kehamilan yang baru dibahas dan proses maupun proses psikologi lain dapat terulang lagi pada kehamilan berikutnya. d.

Trimester Pertama(32) Trimester

pertama

sering

dianggap

sebagai

periode

penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan. Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kecemasan, penolakan, kekecewaan, depresi dan kesedihan. Hingga kini masih diragukan bahwa seorang wanita lajang bahkan yang telah merencanakan dan menginginkan kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil tidak mengatakan pada

16

dirinya sendiri sedikitnya satu kali bahwa dirinya bahwa sebenarnya berharap tidak hamil. Keseragaman kebutuhan ini perlu dibicarakan dengan wanita karena ia cenderung menyembunyikan ambivalensi atau perasaan negatifnya ini karena perasaan tersebut bertentangan dengan apa yang menurutnya semestinya ia rasakan. Jika ia dibantu memahami

dan

menerima

ambivalensi

dan

perasaan

negatif tersebut sebagai suatu hal yang normal dalam kehamilan, maka ia akan merasa sangat bersalah jika nantinya bayi yang ia kandung meninggal saat dilahirkan atau terlahir cacat atau abnormal. Ia akan mengingat pikiran-pikiran yang ia miliki selama trimester pertama dan merasa bahwa ia adalah penyebab tragedi tersebut. Hal ini dapat dihindari bila ia dapat menerima pikiran tersebut dengan baik. Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri. Dari fokus pada dirinya sendiri ini, timbul ambivalensi mengenai kehamilannya seiring usahanya menghadapi pengalaman kehamilan yang buruk, yang pernah ia alami sebelumnya, efek kehamilan untuk kehidupannya Tanggung

kelak (terutama apabila

jawab

ditanggungnya,

yang

baru

kecemasan

atau yang

ia

memiliki

tambahan berhubungan

karier).

yang akan dengan

kemampuannya untuk menjadi seorang ibu, masalah-masalah keuangan dan rumah tangga dan penerimaan orang-orang terdekat

17

terhadap kehamilannya. Perasaan ambivalen ini biasanya berakhir dengan seiring ia menerima kehamilannya. Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester pertama dan difasilitasi oleh perasannya sendiri yang merasa cukup aman untuk

mulai

mengungkapkan

perasaan-perasaan

yang

menimbulkan konflik yang ia alami. Sementara itu, beberapa ketidaknyamanan

pada

trimester

pertama

seperti

nausea,

kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia alami dan pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilannya. Beberapa wanita, terutama mereka yang telah merencanakan kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa ia telah hamil dan mencari bukti kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya. Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat menyenangkan apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal telah beberapa kali mengalami

keguguran

dan

bagi

tenaga

kesehatan

yang

professional yang cemas kemungkinan terjadi keguguran kembali atau trauma. Pada wanita ini sangat tidak sabar menunggu hasil akhir trimester pertama sebagai suatu batu loncatan sehingga setelah trimester pertama ini terlewati, mereka dapat merasa santai dan percaya sepenuhnya terhadap kehamilan mereka.

18

Beberapa pasangan memilih untuk tidak memberi tahu pihak manapun mengenai kehamilannya hingga trimester pertama dan menghindari

rasa

pahit

yang

mungkin

timbul

dengan

menceritakan pada orang lain jika ternyata mereka mengalami keguguran. Pasangan lain memilih berbagi kebahagiaan dan kegembiraan setelah mereka mengetahui dan mempertimbangkan bahwa mereka memiliki sistem pendukung yang siap sedia jika keguguran terjadi. Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama. Berat badan dapat menjadi salah satu realitas tentang keadaannya kerena tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil. Bagi kebanyakan wanita, peningkatan berat badan ini dapat dinilai sebagai janin yang berada dalam kandungan mengalami pertumbuhan meskipun buktinya tidak terlihat secara fisik. Wanita merasa pertambahan berat badan tersebut berada dalam kendalinya dan mengkonstribusi pertumbuhan abdomennya, yang berarti berkontribusi pada kandungannya. Sebaliknya, wanita yang mengandung dan berusaha menyembunyikannya akan berusaha menahan lapar agar tidak terlihat hamil sementara berusaha mengatasi masalah dan membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka. Validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang

19

merupakan bukti adanya kehamilan. Bukti paling kuat adalah terhentinya menstruasi dan perubahan payudara berulang-ulang dipelajari. Validasi ini menjadikan temuan-temuan pada panggul, terutama yang mengaruh pada kehamilan menjadi sangat penting. Wanita

tersebut

berulang-ulang memperhatikan

foto

hasil

ultrasonografi sejak awal. Selain trimester pertama, kehamilan wanita menjadi rahasianya sendiri, yang hanya ia bagikan kepada orang-orang tertentu yang ia kehendaki. Pikirannya sebagian besar meliputi apa yang sedang terjadi pada dirinya, tubuhnya dan kehidupannya. Pada saat ini, bayi yang ia kandung masih belum dianggap sebagi mahkluk yang terpisah dari dirinya. Hasrat seksual pada trimester pertama bervariasi antara wanita yang satu dan wanita yang lainnya. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum dipengaruhi oleh keletihan, kekhawatiran. Dan masalah-masalah lain yang merupakan hal yang normal terjadi pada trimester pertama.

20

e. Trimester Kedua(32) Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan paling banyak mengalami kemunduran. Trimester

kedua

sebenarnya

terbagi

atas

dua

fase: pra

quickening dan pasca quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas

psikologis

utamanya

pada

trimester

kedua,

yakni

mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya. Menjelang akhir trimester pertama dan selama porsi pra quickening trimester kedua berlangsung, wanita tersebut akan mengalami lagi, sekaligus mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang ia jalani dengan ibunya sendiri. Wanita tersebut mencermati semua perasaan ini dan menghidupkan kembali beberapa hal yang mendasar bagi dirinya. Semua masalah interpersonal yang dahulu pernah dialami oleh wanita dan ibunya, atau mungkin masih dirasakan hingga kini, dianalisis. Potensial kemungkinan timbulnya masalah interpersonal pada hubungan pada ibu dan anak sebaiknya dikaji. Dengan pengkajian

21

ini, akan muncul suatu pengertian dan penerimaan terhadap kualitas-kualitas yang dimiliki ibu, yakni kualitas yang ia hargai dan hormati. Kualitas lain, yakni kualitas yang negatif dan tidak diinginkan dan tidak dihargainya, dapat ia tolak. Penolakan ini dapat menimbulkan perasaan bersalah dan konflik personal kecuali wanita tersebut memahami bahwa proses ini normal dan bahwa penolakan terhadap kualitas tertentu yang ada pada ibunya, dalam ia mengambangkan identitas keibuannya sendiri, tidak berarti ia menolak ibunya sebagai pribadi. Hal lain yang terdapat dalam proses ini ialah evolusi wanita tersebut mulai dari menjadi seorang penerima kasih sayang dan perhatian (dari ibunya) kemudian menjadi pemberi kasih dan perhatian (persiapan untuk menjadi seorang ibu). Ia akan mengalami konflik berupa kompetisi dengan ibunya agar dapat terlihat sebagai ibu yang ‘baik’. Penyelesaian aktual dalam konflik ini tidak akan berlarut-larut sampai lama setelah bayi dilahirkan, tetapi perhatian wanita hamil terhadap ibunya dan proses-proses yang berkaitan dengan hal tersebut akan berakhir setelah terjadi perubahan identitas dirinya sendiri menjadi pemberi kasih sayang. Pada saat yang sama ia juga menjadi penerima kasih sayang, menuntut perhatian dan cinta kasih, yang akibatnya, ia simpan bagi bayinya sesuai dalam peranannya sebagai pemberi kasih sayang.

22

Dengan timbulnya quickening, muncul sejumlah perubahan karena kehamilan telah menjadi jelas dalam pikirannya. Kontak sosial berubah. Ia lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil atau ibu baru lainnya, dan minat serta aktivitasnya berfokus pada kehamilan, cara membesarkan anak, dan persiapan untuk menerima

peran

yang

baru.

Pergeseran

nilai

sosial ini

menimbulkan kebutuhan akan sejumlah proses duka cita, yang kemudian menjadi katalis dalam memperkirakan peran barunya. Duka cita tersebut timbul karena ia harus merelakan hubungan, kedekatan, dan peristiwa maupun aspek tertentu yang ia miliki dalam peran sebelumnya yang akan terpengaruh dengan hadirnya bayi dan peran barunya. Hal ini tidak berarti bahwa ia harus meninggalkan semua hubungan dan ikatan yang ia miliki, tetapi yang jelas terjadi perubahan dan ikatan tersebut. Terkadang, seorang wanita hamil berada di lingkungan kerja tanpa seorang pun memahami kehamilannya atau orang-orang dalam kontak sosialnya tidak sedang mengandung ataupun mereka memiliki anak remaja sehingga memiliki masalah yang berbeda. Pada situasi seperti ini, wanita tersebut dapat mengalami kesulitan untuk menemukan wanita hamil lain untuk diajak berbicara dan membandingkan perubahan-perubahan fisik yang dialaminya. Memanfaatkan kesempatan, seperti bergabung dengan kelas latihan kehamilan, dapat memberi wanita tersebut kontak

23

sosial baru dengan wanita hamil lain seperti yang ia harapkan. Bagi wanita multipara, hal ini mencakup terputusnya hubungan yang

telah

terbina

dengan

anak-anak

lain

seiring

ia

mempersiapkan kondisi rumah dan keluarganya untuk menyambut perubahan yang dihadirkan oleh bayi baru mereka nanti. Sebagian besar perubahan peran dan peran baru wanita tersebut diuji coba, dikembangkan, dan dimurnikan dalam fantasi, imajinasi, dan angan-angan. Quickening memudahkan wanita mengonseptualisasi bayinya sebagai individu yang terpisah dari dirinya sendiri. Kesadaran baru ini memulai perubahan dalam fokusnya dari diri sendiri kepada bayi yang ia kandung. Secara bertahap perubahan ini terlihat dari pengalaman mimpi bahwa orang lain, biasanya orang yang tidak dikenal, sedang terluka. Mimpi-mimpi ini umumnya diartikan sebagai ekspresi kewaspadaan ibu mengenai ancaman terhadap bayinya. Pada saat ini jenis kelamin sang bayi bukan hal yang penting. Perhatian ibu adalah pada kesejahteraan bayi dan menyambutnya menjadi anggota keluarga. Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi

24

masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya,

dan

semua

faktor

ini

turut

mempengaruhi

peningkatan libido dan kepuasan seksual. f. Trimester Ketiga(32) Trimester ketiga sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapan pun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul. Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya, menjadi hal yang terus-menerus mengingatkan tentang keberadaan bayi. Orang-orang di sekitarnya kini mulai membuat rencana

untuk

bayi

merencanakan baby shower.

yang

dinantikan

dan

bahkan

25

Wanita tersebut menjadi lebih protektif terhadap bayi, mulai menghindari keramaian atau seseorang atau apapun yang ia anggap berbahaya. Ia membayangkan bahwa mengintip dalam dunia di luar sana. Memilih nama untuk bayinya merupakan persiapan menanti kelahiran bayi. Ia menghadiri kelas-kelas sebagai persiapan menjadi orang tua. Pakaian-pakaian bayi mulai dibuat atau dibeli. Kamar-kamar disusun dan dirapikan. Sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah bayi itu kelak. Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan bayi. Mimpi-mimpi yang dialaminya merefleksikan rasa penasaran dan ketakutannya. Ia mengalami mimpi yang sebagian besar mengenai bayi, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi, atau terperangkap dalam sebuah ruangan yang sangat kecil dan tidak mampu keluar. Ia kemudian menyibukkan diri agar tidak memikirkan hal-hal yang menakutkan atau hal-hal lain yang tidak diketahuinya.

26

Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama ia hamil, perpisahan antara ia dan bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan karena uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih menutup diri karena perasaan rentannya. Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin besar halangan. Alternatif posisi dalam berhubungan seksual dan metode alternatif untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan anda menjadi penting.

27

2.2.2 Stres a. Pengertian Stress Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin “stingere” yang berarti keras. Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelahaan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, strest, stresce dan stress. Stress menurut Atkinston, dkk adalah suatu keadaan yang terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa-peristiwa yang dirasakan sebagai keadaan yang mengancam baik fisik maupun psikologinya, dan ketidakyakinan akan kemampuannya dalam mengatasi peristiwa-peristiwa yang dialami.(1) Chaplin dalam kamus psikologinya menyatakan bahwa stress adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun secara psikologis.(6) Selanjutnya istilah ini digunakan dengan lebih menunjukkan kekuatan, tekanan, ketegangan atau usaha keras yang berpusat pada benda dan manusia terutama kekuatan mental manusia.(35) Menurut Mc Nerney dalam Yosep menyebutkan stress sebagai reaksi fisik, mental dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.(35) Hardjana dalam Yosep menyebutkan bahwa stress sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stress dan hal yang dianggap mendatangkan stress membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan

28

antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis dan social yang ada padanya. Tubuh akan memberikan reaksi tertentu terhadap berbagai tantangan yang dijumpai 17 dalam kondisi stress ini berdasarkan adanya perubahan biologi dan kimia dalam tubuh.(35) b. Penyebab Stress Yosep menjelaskan stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul. Namun demikian, tidak semua

mampu

mengadakan

adaptasi

dan

mampu

menanggulanginya, sehingga timbullah keluhan-keluhan kejiwaan antara lain depresi.(35) Jenis stressor psikososial pada umumnya dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Perkawinan

Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stress

yang

perpisahan,

dialami perceraian,

seseorang, kematian

misalnya salah

pertengkaran,

satu

pasangan,

ketidaksetiaan dan lain sebagainya. Stressor ini dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan. 2) Problem orang tua

Permasalahan yang dihadapi orang tua, misalnya tidak punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit.

29

Permasalahan tersebut di atas merupakan sumber stress yang pada gilirannya dapat jatuh dalam depresi dan kecemasan. 3) Hubungan interpersonal

Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang mengalami konflik, misal dengan kekasih, atasan dengan bawahan dan lain sebagainya. 4) Pekerjaan

Masalah pekerjaan merupakan sumber stress kedua setelah masalah perkawinan. Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah pekerjaan, misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan dan lain sebagainya. 5) Lingkungan hidup

Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang misalnya soal perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan dan lain sebagainya. 6) Keuangan

Masalah keuangan yang tidak sehat, misalnya pendapatan jauh

lebih

rendah

dari

pengeluaran,

terlibat

kebangkrutan usaha, soal warisan dan sebagainya.

utang,

30

7) Hukum

Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber stress pula, misalnya tuntutan hukum, pengadilan, penjara dan lain sebagainya. 8) Perkembangan

Perkembangan yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopause, usia lanjut dan sebagainya. 9) Penyakit fisik atau cidera

Sumber stress yang dapat menimbulkan depresi dan kecemasan di sini antara lain penyakit, kecelakaan, operasi, aborsi dan lain sebagainya. 10) Faktor keluarga

Faktor keluarga yang dimaksud disini adalah faktor stress yang dialami oleh anak dan remaja yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik. Stuart menyebutkan terdapat empat macam sumber utama pencetus stress, yaitu : a) Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk

kehilangan

cinta

kedudukan atau harga diri.

seseorang,

fungsi

fisik,

31

b) Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah. c) Peran dan ketegangan peran dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, terutama pada wanita. d) Perubahan fisiologik yang diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat menyebabkan gangguan dalam perasaan. Diantara obat-obatan tersebut terdapat obat antihipertensi dan zat yang menyebabkan kecanduan.[29] c. Tahapan stress Gangguan stress biasanya timbul secara perlahan, tidak jelas kapan mulainya dan seringkali kita tidak menyadarinya. Berdasarkan pengalaman praktik psikiatri, para ahli mencoba membagi

stress

dalam

enam

tahapan.

Setiap

tahapan

memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang dirasakan oleh yang bersangkutan, hal mana berguna bagi seseorang dalam rangka mengenali gejala stress sebelum memeriksanya. Tahapan stress menurut Robert J. Van Amberg,(35) sebagai berikut :

32

1) Stress tingkat I Tahapan ini merupakan tingkat stres yang ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut : a) Semangat besar b) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya c) Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya. 2) Stress tingkat II Dalam tahapan ini dampak stress yang menyenangkan mulai menghilang

dan

timbul

keluhan-keluhan

dikarenakan

cadangan energi tidak cukup lagi sepanjang hari. Keluhankeluhan yang dikemukakan sebagai berikut : a) Merasa letih sewaktu bangun pagi b) Merasa lelah sesudah makan siang c) Merasa lelah menjelang sore hari d) Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan, kadangkadang pula jantung berdebar-debar. e) Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk f) Perasaan tidak bisa mati 3) Stress tingkat III Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan gejala-gejala :

33

a) Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang). b) Otot-otot terasa lebih tegang c) Perasaan tegang yang semakin meningkat d) Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur kembali, atau bangun terlalu pagi) e) Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan). 4) Stress tingkat IV Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : a) Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit b) Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit c) Kehilangan

kemampuan

untuk

menanggapi

situasi,

pergaulan sosial, dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat. d) Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini hari. e) Perasaan negativistik f) Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam g) Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa.

34

5) Stress tingkat V Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV diatas, yaitu : a) Keletihan yang mendalam b) Untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana saja terasa kurang mampu c) Gangguan sistem percernaan lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan sering ke belakang. d) Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik 6) Stress tingkat VI Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak jarang dalam tahapan ini dibawa ke Intensive Coronary Care Unit. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan : a) Debar jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena stress tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah. b) Nafas sesak, megap-megap c) Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran d) Tenaga untuk hal-hal ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau collaps.

35

7) Pengelolaan Stress Pengelolaan stress dapat dilakukan dengan menggali sumber-sumber

koping

meliputi

status

sosioekonomi,

keluarga, jaringan interpersonal, dan organisasi sekunder yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas. Kurangnya sumber personal tersebut menambah stress bagi individu.(29) Reaksi berduka yang tertunda mencerminkan penggunaan ekspresi dari mekanisme pertahanan penyangkal dan supresi yang berlebihan dalam upayanya untuk menghindari distress hebat yang berhubungan dengan berduka.(29) 8) Pengukuran stress Pengukuran stress dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Depression anciety stress scale 42 berdasarkan reaksi fisik, mental dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan responden. Depression anciety stress scale yang merupakan kependekan dari Depression anciety stress scale merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengukur stress. Pengukuran Depression anciety stress scale terdiri dari 4 skala yaitu tidak pernah, kadang-kadang, sering dan

selalu

yang

diberikan

skor

dari

0,1,2

dan

3.

Pengkategorian stress berdasarkan Depression anciety stress

36

scale 42 terdiri dari ringan( 0-42), sedang (42-84), berat (> 84).

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"