Bab Ii.docx

  • Uploaded by: Irmha Yanti
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,811
  • Pages: 39
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Rumah 1. Pengertian Rumah Perumahan adalah suatu struktur fisik dimana orang yang menggunakan sebagai tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan untuk kesehatan jasmani dan rohani (Notoatmodjo 2003) Rumah merupakan kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan sosialnya, setiap orang membutuhkan perumahan yang sehat dan layak huni. Di lain pihak rumah merupakan dambaan setiap keluarga, artinya setiap keluarga mampu meraihnya sesuai dengan apa yang diinginkannya, untuk memperolehnya dapat dengan berbagai cara, ada yang mampu membeli secara tunai dan ada pula yang membeli secara angsuran sesuai dengan kemampuannya (Notoatmodjo 2003 ). Menurut Anung (2002) memiliki rumah adalah merupakan kebahagiaan tersendiri dengan kepastian batin dalam membina anakanak

dan

menghadapi

ketenangan,

kebahagiaan

bagi

setiap

nghuninya lahir dan batin pribadi maupun keluarga (Anung, 2002). Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti 12

temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.; (2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan; (3) Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat kesehatan; serta (4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Azwar, 2003). 2. Pengertian Sanitasi Rumah Menurut Azrul Azwar yang dimaksud dengan sanitasi adalah : Usaha

kesehatan

masyarakat

yang

menitik

beratkan

pada

pengawasan terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat (Azwar, 2003). Definisi atau pengertian rumah menurut WHO adalah tempat untuk tumbuh dan berkembang baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Slamet (2009) mengemukakan bahwa rumah adalah tempat untuk berlindungg atau bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (misalnya, hujan, matahari, dan lain-lain), serta merupakan tempat untuk beristirahat setelah bertugas memenuhi kebutuhan

13

sehari-hari (Slamet, 2009). Sedangkan

pengertian

sehat

menurut

Undang-Undang

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan menggabungkan pengertian dari rumah dan sehat maka dapat disimpulkan pengertian rumah yang sehat adalah diartikan sebagai tempat berlindung, bermain, dan tempat untuk beristirahat sehingga menimbulkan keadaan sejatera dari badan, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomi. Rumah disebut sehat apabila memenuhi syarat – syarat (Notoadmojo, 2003): a. Kesehatan Suatu rumah disebut memenuhi syarat kesehatan apabila : cukup hawa dan aliran udara segar, berarti mempunyai ventilasi yang cukup. b. Kekuatan bangunan 1) Rumah dengan struktur dan kontruksi bangunan yang cukup kuat sesuai dengan keadaan setempat. 2) Rumah yang menggunakan bahan yang cukup kuat, tidak mudah rapuh dan tidak khawatir dapat ambruk sewaktu – waktu. 14

c. Keterjangkauan Secara sosial ekonomis, terjangkau oleh pemilik atau penghuni, baik ongkos / biaya sewa, membeli atau membangun. Masalah perumahan masih menjadi topik yang menarik untuk dibahas, sebab umumnya perumahan belum memuaskan baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. Hal ini disebabkan oleh karena pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan pembangunan perumahan, disamping harga tanah yang jauh melampaui daya beli masyarakat. Keadaan perumahan merupakan salah satu faktor yang menentukan hygiene dan sanitasi lingkungan. Rumah yang sempit akan menyebabkan terhambatnya pertukaran udara dalam rumah yang diperburuk oleh padatnya penghuni rumah. 3. Persyaratan Rumah Sehat Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketepatan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi

penghuni

rumah,

masyarakat

yang

bermukim

di

perumahan dan atau masyarakat sekitarnya dari bahaya atau gangguan kesehatan (Anonim, 2004). Persyaratan rumah sehat menutut Winslow dan American Public Health association (APAH) dalam Sanropie (2002) bahwa rumah sehat harus memiliki persyaratan sebagai berikut :

15

a. Memenuhi Kebutuhan Fisiologis 1) Pencahayaan Cahaya yang cukup untuk penerangan ruangan di dalam rumah merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Agar rumah atau ruangan

mempunyai

sistem

cahaya

yang

baik

dapat

dipergunakan dua macam cara, yaitu : a) Pencahayaan alam Dengan menggunakan sumber cahaya yang ada di alam nyata, masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela, cela-cela, dan bagian bangunan yang terbuka. Selain berguna untuk penerangan sinar ini juga dapat mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk dan membunuh kuman penyakit tertentu. Dianjurkan membuat ventilasi sekurang-kurangnya 15 – 20 % dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan (Azwar, 2003). b) Pencahayaan Buatan Pencahayaan

buatan

biasa

mempergunakan

sumber

cahaya yang bukan alamiah seperti listrik, lampu minyak tanah atau lilin. Pencahayaan yang baik dan memenuhi standar dapat dipengaruhi oleh (Anonim, 2006), yaitu : (1) Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit-langit

16

(2) Konstruksi

sumber

cahaya

dalam

ornament

yang

dipergunakan (3) Luas dan bentuk ruangan (4) Penyebaran sinar dari sumber cahaya Besarnya penerangan pada kamar tidur tidak boleh kurang dari 100 lux. Hanya untuk bagian-bagian tertentu seperti dapur 200 lux dan kamar mandi 100 lux (Suyono, 2000). 2) Ventilasi (penghawaan) Salah satu persyaratan bagi suatu rumah sehat adalah harus mempunyai ventilasi yang baik dengan maksud agar keadaan udara dalam rumah dapat terjaga dengan baik. Namun dalam kehidupan sehari-hari masih sering ditemukan rumah-rumah yang masih kurang penghawaan (ventilasi). Untuk mencapai kenyamanan dalam rumah tinggal, penggunaan ventilasi mutlak diperlukan.

Adanya

ventilasi

maka

akan

memperlancar

terjadinya pertukaran udara dalam ruangan (Sandropie, 2002). Ventilasi atau penghawaan adalah proses pengaliran udara segar ke dalam ruangan dan pengeluaran udara kotor dari dalam ruangan tertutup secara alamiah ataupun secara buatan. Ventilasi diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang akan merugikan penghuni, antara lain (Sandropie, 2002): a) Berkurangnya kadar oksigen (O2) dalam ruangan

17

b) Meningkatnya kadar karbodioksida (CO2) yang bersifat racun bagi penghuni c) Meningkatnya suhu udara dalam ruangan d) Bertambahnya kelembaban udara dalam ruangan Adapun kegunaan ventilasi atau penghawaan adalah : a) Masuknya udara segar dan mengeluarkan udara kotor di dalam ruangan rumah b) Sebagai jalan masuknya sinar matahari pada siang hari c) Memberi rasa nyaman bagi penghuninya d) Mengatur suhu dan kelembaban ruangan Penularan penyakit saluran pernapasan lebih besar terjadi karena jumlah/konsentrasi kuman lebih banyak pada udara yang

tidak

tertukar.

Dengan

adanya

ventilasi

dapat

membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen. Menurut Sandropie (2002) ventilasi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a) Luas ventilasi yang tetap (tidak dapat dibuka dan ditutup), minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan (Menkes, 1999). Ukuran luas ini diatur

18

sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit. b) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu, dan lain-lain. c) Aliran udara tidak menyebabkan orang masuk angin. Untuk ini tidak boleh menempatkan tempat tidur atau tempat duduk persis pada aluran udara, misalnya di depan jendela pintu. d) Aliran

udara

diusahakan

Cross

Ventilation

dengan

menempelkan lubang hawa berhadapan antara dua dinding ruangan. Aliran ini jangan sampai terhalang oleh barangbarang besar misalnya lemari, dinding, sekat, dan lain-lain. e) Kelembaban udara ruangan tidak boleh terlampau tinggi dan juga terlampau rendah, sehingga dapat menghasilkan udara yang nyaman dengan kelembaban 40 – 70% dan suhu 18 – 30oC sesuai kesehatan perumahan. Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam penularan ISPA, dimana ventilasi dapat memelihara kondisi udara yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu studi melaporkan bahwa upaya penurunan angka kesakitan ISPA berat dan sedang dapat dilakukan diantarannya dengan pembuatan ventilasi yang cukup untuk mengurangi

19

polusi udara (Anonim, 2008). 3) Fasilitas Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut : a) Penyediaan air bersih yang cukup b) Pembuangan tinja c) Pembuangan air limbah d) Pembuangan sampah e) Fasilitas dapur f) Ruang berkumpul keluarga b. Memenuhi Kebutuhan Psikologis Yang dimaksud memenuhi kebutuhan psikologis disini, antara lain : 1) Penataan ruangan cukup baik, cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni 2) Untuk menciptakan suatu kehidupan keluarga normal, bagi penghuni perlu diperhatikan tentang kemudahan komunikasi, ruang duduk yang dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat langsung berdialog dengan orang tuanya 3) Air

yang

bersih

memegang

peranan

penting

dalam

meningkatkan kebersihan di dalam rumah

20

4) Mempunyai WC dan kamar mandi serta terpelihara dengan baik kebersihannya 5) Untuk memperindah pemandangan, maka halaman depan rumah perlu ditanami tanaman hias, tanaman bunga, sayursayuran, buah-buahan yang semuanya diatur, ditata dan dipelihara secara rapi (Anonim, 2008). c. Mencegah Penularan Penyakit Kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal bagi keluarga harus memperhatikan pula faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penularan penyakit bagi penghuninya (Anonim, 2008), seperti : 1) Sistem pengadaan air harus baik, tersedia air minum yang cukup dan memenuhi sayarat kesehatan 2) Tidak memberi kesempatan nyamuk, lalat, tikus dan binatang lain bersarang di dalam dan di sekitar rumah 3) Sistem pembuangan kotoran tinja dan air limbah memenuhi syarat kesehatan 4) Pembuangan sampah pada tempat yang baik dan sehat 5) Tempat masak, penyimpanan makanan hendaknya bebas dari pencemaran atau gangguan binatang serangga atau debu.

6) Fasilitas mandi yang bersih d. Mencegah Terjadinya Kecelakaan

21

Rumah

hendaknya

dapat

melindungi

penghuninya

dari

kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan (Anonim, 2008) dengan : 1) Bangunan yang kokoh dan tangga yang tidak terlalu curam dan licin 2) Cukup ventilasi dan cahaya 3) Jauh dari pohon besar yang rapuh dan mudah tumbang 4) Jarak rumah dengan jalan sesuai dengan peraturan 5) Lantai yang selalu basah jangan sampai licin 6) Perlu adanya alat-alat pemadam kebakaran 7) Bagian-bagian yang dekat api atau listrik harus terbuat dari bahan yang tahan api 4. Kepadatan Penghuni Mengingat rumah tidak hanya digunakan sebagai tempat berlindung, membina individu dan keluarga, tetapi juga sebagai tempat melakukan kegiatan kerja yang ringan bagi penghuninya, maka perlu adanya penetapan luas rumah, jumlah dan ukuran ruangannya disesuaikan dengan jumlah penghuninya (Sandropie, 2002). Ditinjau dari segi kesehatan, kepadatan penghuni sangat bermakna menentukan

pengaruhnya insiden

karena

penyakit

kepadatan maupun

penghuni

kematian.

Di

sangat negara

berkembang seperti Indonesia banyak penyakit infeksi yang menular

22

melalui pernapasan dan pencernaan, yang secara mudah dapat menyebar melalui udara (Sandropie, 2002). Sebagai mana yang dikemukakan oleh WHO (1995) bahwa rumah tidak cukup atau terlalu sempit akan mengakibatkan tingginya angka kejadian penyakit. Hubungan tersebut dapat dilihat, sebagai berikut : a. Kebersihan udara Rumah yang terlalu sempit menyebabkan ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen, mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh yang memudahkan terjadinya penyakit. b. Fasilitas dalam rumah untuk setiap orang berkurang Fasilitas akan berkurang karena dibagi dalam jumlah yang banyak misalnya air. Walaupun kualitasnya baik tetapi karena pemakaiannya banyak maka kuantitasnya berkurang, sehingga penghuni tidak tiap hari mandi, hal ini akan mempermudah terjadinya penyakit. c. Memudahkan terjadinya penularan penyakit Karena rumah terlalu sempit maka pemindahan bibit penyakit dari manusia yang satu ke manusia yang lain akan lebih mudah terjadi, misalnya TBC, penyakit kulit dan saluran pernapasan. Luas rumah harus disesuaikan dengan standar minimal yaitu 150 ftm 2 (14 m2) luas lantai bagi penghuni pertama dan 100 ftm2 (9 m2) bagi

23

setiap penghuni tambahan. Selain luas rumah jumlah penghuni, jumlah dan ukuran ruang harus sesuai dengan adat kebiasaan dan aktifitas dari penghuninya (Sandropie, 2002). Bukti-bukti dari penelitian menunjukkan bahwa ISPA yang terjadi pada anak berhubungan dengan kepadatan hunian rumah. Anak yang tinggal di rumah yang padat (< 10 m 2/orang) akan mendapat risiko ISPA sebesar 1,75 kali dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat penghuninya (Nyoman, 2002). 5. Kamarisasi Banyaknya ruangan di dalam rumah biasanya tergantung dari jumlah penghuni. Banyaknya jumlah penghuni dari suatu rumah akan menuntut jumlah ruangan yang banyak terutama ruangan tidur. Tetapi pada umumnya jumlah ruangan tersebut seperti (Sandropie, 2002): a. Ruang untuk istrahat atau ruang tidur Rumah yang sehat harus mempunyai ruangan yang khusus untuk tidur. Ruangan tidur ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruangan ganti pakaian dan di tempatkan pada tempat yang cukup terang dan diusahakan ruangan tidur ini cukup mendapat sinar matahari pagi. Agar terhindar dari penyakit saluran pernapasan, maka luas atau ukuran ruang tidur minimal 9 m2 (3 x 3 m) untuk setiap orang yang

24

berumur di atas lima tahun atau untuk orang dewasa, dan 4 ½ m2 (1,5 x 3 m) untuk anak-anak yang berumur dibawah 5 tahun dengan tinggi langit-langit 2,9 meter dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur. b. Ruang tamu Ruang tamu yaitu suatu ruangan khusus untuk menerima tamu, biasanya diletakkan di bagian depan rumah. c. Ruang makan Ruang makan sebaiknya mempunyai ruangan khusus, ruangan tersendiri, sehingga bila ada anggota sedang makan tidak akan tergganggu oleh anggota keluarga lainnya. Tetapi untuk suatu rumah yang kecil atau sempit, ruang makan ini boleh jadi satu ruang duduk. d. Ruang masak-memasak (dapur) Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap hasil pembakaran

(memasak

dengan

bahan

bakar

minyak)

dapat

membawa dampak negatif pada kesehatan. e. Kamar mandi dan jamban Ruang kamar mandi sebaiknya pisah dengan jamban, mau masuk jamban tidak harus menunggu selesainya anggota keluarga lainnya yang mandi. Tetapi bila ruangan yang tersedia sempit, kamar mandi jamban boleh jadi satu dalam satu ruangan. Lantai kamar dan jamban harus kedap air dan selalu terpelihara kebersihannya agar

25

tidak licin (Sandropie, 2002).

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial-budaya

(Sutrisno, 2009)

Pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat oleh setiap individu setelah ia mendengar, mengalami, meyaksikan dan mengamati, sejak lahir hingga dewasa, khususnya setelah diberi Ekonomi. Pengetahuan merupakan tahap awal bagi seseorang untuk berbuat sesuatu, karena itu kalau melihat manusia sebagai individu, maka unsur yang diperlukan agar dapat berbuat sesuatu yaitu : 1. Pengetahuan tentang apa yang dilakukan Keyakinan atau kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya. 2) Sarana yang diperlukan untuk melakukannya. 3) Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan (knowledge,) mempunyai enam tingkatan, yaitu : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini 26

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (comprehention) Memahami

diartikan

sebagai

suatu

pengetahuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat meniterprestasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai pengetahuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada

situasi atau

kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu pengetahuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Pengetahuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat

menggambarkan

(membuat

bagan),

membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis

menunjuk

kepada

suatu

pengetahuan

untuk

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

27

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu pengetahuan untuk menyusun suatu formula baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

C. Tinjauan Umum Tentang Motivasi Terdapat kecenderungan bahwa keinginan untuk menduduki jabatan dengan kompensasi lebih baik merupakan pendorong untuk belajar sungguh-sungguh.

Karyawan/perawat lain mungkin mencari

inisiatif yang diperlukan dalam cita-cita mereka untuk promosi pada jenjang yang lebih tinggi dan memperbaiki status sosial, maupun hirarki dalam perusahaan (Sastrohadiwiryo, 2005). Menurut teori kebutuhan, seseorang mempunyai motivasi kalau dia belum

mencapai

tingkat

kepuasan

tertentu

dalam

kehidupannya.

Kebutuhan yang telah terpuaskan bukan lagi menjadi motivator. Menejer memegang peranan yang penting dalam memotivasi staf/karyawan untuk mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2002).

1. Pengertian Dikalangan para ahli muncul berbagai pendapat tentang motivasi. Masing-masing ahli memberikan pengertian motivasi dengan 28

titik berat yang berbeda-beda, sesuai dengan hasil penelitian yang mereka peroleh dan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Purwanto N, 2006).

Motivasi adalah

karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang (Suarli S dan Bahtiar Y, 2008). Motivasi adalah adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner & Freeman, 1995 dalam Nursalam, 2007). Dari berbagai pendapat para ahli tersebut diatas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa ada tiga komponan utama dalam motivasi yaitu : kebutuhan; dorongan; dan tujuan. a. Kebutuhan Maslow (1984), membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan, yaitu : 1) Kebutuhan fisiologis : Kebutuhan yang berkaitan langsung dengan fisik manusia. 2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan : kebutuhan

akan

kebebasan dari ancaman, baik berupa ancaman kejadian atau ancaman lingkungan.

29

3) Kebutuhan rasa memiliki, social, dan cinta : kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. 4) Kebutuhan harga diri : kebutuhan untuk menghargai diri sendiri maupun mendapat penghargaan dari orang lain. 5) Kebutuhan

aktualisasi

diri

:

kebutuhan

untuk

bisa

memaksimumkan, kemampuan, keahlian, dan potensi diri. b. Dorongan Hull dan Winkle (1991) seperti yang dikutip oleh Maulana (2003)

Motivasi

organisme.

berkembang

untuk

Kebutuhan-kebutuhan

memenuhi organisme

kebutuhan merupakan

penyebab munculnya dorongan, dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan keseimbangan fisiologis organisme. Hull dan Winkle memang menekankan dorongan sebagai motivasi penggerak utama perilaku, tetapi ada juga pengaruh faktor-faktor eksternal. c. Tujuan Dari segi tujuan, maka tujuan merupakan sebuah penjabaran keinginan yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu dan mengandung keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik, yang akan menjadi arah untuk menjadi nyata (Arianto, 2009). Sudirman

(1994)

yang

dikutip

dalam

Maulana

(2003)

30

mengatakan motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang / terdorong oleh adanya unsur lain. Dalam hal ini adalah tujuan, tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. 2. Teori-teori Motivasi Beberapa teori motivasi menurut Purwanto ( 2006) : a. Teori Hedonisme Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Menurut pandangan faham ini, manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya. b. Teori Naluri Teori ini mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia

31

memiliki tiga dorongan nafsu pokok, yang dalam hal ini disebut juga dengan naluri, yaitu : 1) Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri. 2) Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan 3) Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis. Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaankebiasaan ataupun tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut.

Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk

memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. c. Teori Reaksi yang Dipelajari Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau prilaku menusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga “teori lingkungan kebudayaan” d. Teori Daya Pendorong Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam

32

naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Menurut teori ini, bila ingin memotivasi seseorang, harus mendasarkan atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. e. Teori Kebutuhan Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini apabila ingin memotivasi seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhankebutuhan orang yang akan dimotivasinya. Abraham Maslow mendefinisikan lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimakssud adalah : 1) kebutuhan fisiologis; 2) kebutuhan rasa aman; 3) kebutuhan social; 4) kebutuhan penghargaan; dan 5) kebutuhan aktualisasi diri. McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi) mengemukakan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement memiliki motivasi yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan seseorang akan

33

prestasi. Kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan : “ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit, ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin sesuai kondisi yang berlaku, mengatasi kendala-kendala, mencapai standard tinggi, mencapai performa puncak untuk diri sendiri, mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain, dan meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil “ (Sudrajat, 2008). 3. Tujuan Motivasi Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu ( Purwanto, 2006). 4. Jenis-jenis Motivasi Ditinjau dari sudut asalnya, motivasi pada diri manusia itu digolongkan kedalam motivasi biogenetis dan sosiogenetis (Purwanto H, 1999 dalam Maulana 2003). a. Motivasi biogenetis adalah motif yang berkembang pada diri seseorang dan berasal dari organismenya sebagai makhluk hidup. Merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme seseorang demi kelanjutan hidupnya secara biologis. Contoh motif biogenetis misalnya : lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, bernafas, seksual, eleminasi, dan lain-lain.

34

b. Motivasi sosiogenetis adalah motif yang berasal dari lingkungan kebudayaan dimana orang itu berada dan berkembang. 5. Unsur-unsur motivasi a. Motivasi merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya memerlukan rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. b. Motivasi sering kali ditandai dengan prilaku yang penuh emosi. c. Motivasi merupakan reaksi pilihan

dari beberapa alternatif

pencapaian tujuan. d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia. 6. Fungsi Motivasi Purwanto (2006) menjelaskan fungsi motivasi yaitu : a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau suatu perbuatan serta menyeleksinya. b. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan. c. Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

7. Beberapa Ciri Motivasi Sudirman A.M (1986) yang dikutip Maulana (2003) mengatakan, bahwa motivasi yang tinggi dari setiap orang itu mempunyai cirri-ciri

35

sebagai berikut : a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan karena kuatnya motivasi instrinsik, tidak cepat puas dengan hasil yang telah dicapai c. Menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah d. Lebih senang bekerja sendiri e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu h. Senang mencari dan memecahkan masalah

D. Tinjauan Umum Tentang Pendapatan Pendapatan diartikan sebagai penghasilan yang diterima individu melalui kegiatan ekonomi dalam bentuk upah atau uang yang memiliki nilai selama suatu periode(Carles, 2001).pendapatan adalah yang diterima oleh masyarakat dari seluruh kegiatan usaha di suatu wilayah selama waktu tertentu, yang biasanya disebut pendapatan masyarakat (Depaartemen Pendidika dan Kebudayaan, 2002). Pendapatan nasional disebut juga pendapatan masyarakat, pada umumnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan, kemakmuran dan kemajuan perekonomian suatu masyarakat. Oleh karena itu kondisi ekonomi masyarakat dipengaruhi pula oleh pendapatan. Semakin besar 36

pendapatan

yang

perekonomiannya

diperoleh akan

rumah

meningkat,

tangga

atau

masyarakat,

bila

pendapatan

sebaliknya

masyarakat rendah, maka akibatnya perekonomian rumah tangga dalam masyarakat tidak mengalami peningkatan. Selain itu pendapatan disebut juga dengan income yaitu imbalan yang diterima oleh seluruh rumah tangga pada lapisan masyarakat dalam suatu negara / daerah, dari penyerahan faktor-faktor produksi atau setelah melakukan kegiatan perekonomian. Pendapatan yang diterima oleh masyarakat dapat digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan konsumen dalam setiap rumah tangga, misalnya membeli perlengkapan rumah tangga, membayar listrik bulanan, membayar bunga atas pinjaman atau utang lainnya. Penghasilan rata-rata keluarga tiap bulan merupakan variabel yang sangat berperan dalam mengambil keputusan suatu masalah. Keluarga dengan penghasilan yang cukup akan mempunyai kesempatan lebih banyak untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memelihara dan mengobati sakit, memperbaiki tempat tinggal sehingga menjadi

yang

standar dan bersih (Suprapto 1999). Rendahnya

pendapatan

atau

kemiskinan

akan

sangat

mempengaruhi tingkat kesehatan, perumahan, nutrisi, tingkat pendidikan maupun kesuburan. Keluarga miskin tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan kesehatannya atau kehidupan yang sehat, seperti rumah

37

sehat. Dalam suatu keluarga berpendapatan rendah atau miskin, akan tidak mementingkan kebersihan atau kesehatan tempat tinggal mereka. Pendapatan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas perumahan atau sanitasi rumah masyarakat, karena untuk kehidupan yang layak dan mampu dimiliki oleh masyarakat untuk menciptakan sanitasi rumah yang baik. E. Tinjauan tentang Penyakit ISPA 1. Definisi ISPA ISPA sering disalah artikan sebagai salah satu infeksi saluran pernapasan akut . yang benar ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari, yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelmbung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (Rendie, 2003). Menurut Karna (2006), ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (salura bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. 2. Penyebab Terjadinya ISPA Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab

38

seperti bakteri, virus, mikroplasma, jamur, dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkab oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan mikroplasma. ISPA bagian bawah

yang

disebabkan

oleh

bakteri

umumnya

mempunyai

manifestasi klinik yang berat, sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya. Bakteri

penyebab

ISPA

antar

lain

adalah

dari

genus

Steptococus, Stapilococus, Pneumococus, Hemofillus, Bordetella, dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,

Adenovirus,

Koronavirus,

Pikornavirus,

Mikoplasma,

Herpesvirus, dan lain-lain (Anonim, 2002). 3. Tanda-tanda Bahaya / Gejala Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda

39

klinis dan tanda-tanda laboratoris. a. Tanda-tanda klinis 1) Pada sistim respiratorik adalah : Tachypnea, napas tidak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. 2) Pada

sistim

cardial

adalah

:

tachycardia,

bradycardia,

hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. 3) Pada sistim cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma. 4) Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak. b. Tanda-tanda laboratoris 1) Hypoxemia, 2) Hypercapnia dan 3) Acydosis (metabolik dan atau respiratorik) (DepKes RI, 2000) Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah : tidak bias minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah : kurang bias minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam dan dingin (DepKes RI, 2000).

40

4. Cara Penularan ISPA ISPA ditularkan lewat udara. Pola penyebaran ISPA yang utama adalah melalui droplet yang keluar dari hidung atau mulut penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak

(termasuk

kontaminasi

tangan

oleh

bakteri

saluran

pernapasan, hidung dan mulut) dan melalui udara dengan jarak dekat saat dilakukan tindakan yang berhubungan dengan saluran napas (Rendie, 2003). Ada faktor tertentu yang dapat memudahkan penularan ISPA, yaitu (Katrina, 2005) : a. Kuman (bakteri dan virus) yang menyebabkan ISPA mudah menular

dalam

rumah

yang

mempunyai

kurang

ventilasi

(peredaran udara dan ada banyak asap (baik asap rokok maupun asap api). b. Orang yang bersin atau batuk tanpa menutup mulut dan hidung akan mudah menularkan kuman pada orang lain. c. Kuman yang menyebabkan ISPA mudah menular dalam rumah yang ada banyak orang (misalnya banyak orang yang tinggal di satu rumah kecil.

5. Klasifikasi ISPA Program pemberatsan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA

41

sebagai berikut : a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). b. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. c. Bukan pneumonia : ditandai secara kilns oleh batuk pilek, biasa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinoferingitis, faringitis dan tonsillitis tergolong bukan pneumonia (DepKes RI, 2000). d. Angka kesakitan dan angka kematian ISPA berbeda pada setiap wilayah. Hal ini seringkali dihubungkan dengan faktor risiko. Ada 2 faktor risiko utama untuk negara berkembang yaitu malnutrisi (gizi buruk) dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Handayani, 2002) Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun : Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu: a. Pneumonia berat: tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih. b. Bukan Pneumonia (batuk filek biasa) yaitu bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Untuk golongan umur kurang 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi

42

penyakit yaitu: a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada sat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta). b. Pneumonia, yaitu bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk anak usia 2 – 12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk anak usia 1 - 4 tahun 40 kali per menit atau lebih. c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Lubis, 1996). 6. Klasifikasi ISPA Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pngobatan penyakit ISPA. Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mngurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk

43

tentang pemberian makanan dan miuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi penderita ISPA (DepKes RI, 1998). a. Pemeriksaan Pemeriksaan

artinya

memperoleh

informasi

tentang

penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dengan mendengarkan anak (Anonim, 2001). Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis

akan

meningkatkan

frekuensi

napas),

untuk

ini

diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit umtuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan stetoskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklasifkasi (DepKes RI, 2000). b. Pengobatan 1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya. 2) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kotrimoksasol keadaan penderita menetap,

44

dapat

dipakai obat antibiotik pengganti yaitu

ampisilin,

amoksisilin atau penisilin prokain. 3) Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang

merugikan

seperti

kodein,

dekstrometorfan

dan

antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap

sebagai

radang

tenggorokan

oleh

kuman

streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. c. Perawatan dirumah Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA. 1) Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.

45

Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam, untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). 2) Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari. 3) Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan. 4) Pemberian minuman Usakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya, ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita. d. Pencegahan dan Pemberantasan a) Pengkondisian Awal (health promotion) Pencegahan Primer atau pencegahan tingkat pertama

46

yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus yang dapat ditujukan pada host, agent dan lingkungan. Pencegahan

pada

faktor

penyebab

ISPA

(agent)

bertujuan mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh agent ISPA yaitu mikro organisme serendah mungkin dengan melakukan isolasi pada penderita ISPA selama menjalani proses pengobatan. b) Perlindungan khusus (specific protection) Salah satu upaya yang dilakukan dengan mengatasi faktor lingkungan yang berpengaruh penyakit ISPA seperti : 1. Meningkatkan kualitas pemukiman dengan menyediakan ventilasi pada rumah dan mengusahakan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah 2. Meningkatkan daya tahan pejamu seperti meningkatkan status gizi individu, pemberian imunisasi lengkap terutama bagi anak 3. Meningkatkan pengetahuan individu pejamu (host) tentang pengertian ISPA, penyebab, cara untuk mencegah penyakit ISPA seperti imunisasi lengkap, pengobatan ISPA. c) Pencegahan Dini dan Pengobatan Tepat (early diagnosis and prompt treatment) Diagnosis dan pengobatan dini merupakan upaya

47

pencegahan penyakit tahap II. Sasaran pada tahap ini yaitu bagi mereka yang menderita penyakit atau terancam akan menderita suatu penyakit. d) Membatasi Kecacatan (disability limitation) Serangkaian dari tahap pemberantasan kecacatan (disability

limitation)

dengan

tujuan

untuk

berusaha

mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan sosial. Mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian. e) Rehabilitasi (rehabilitation) Yaitu semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat itu, yang meliputi : 1) Mencegah timbulnya komplikasi 2) Mencegah kegagalan organ 3) Mencegah kecatatan tubuh (Depkes, 2008) Tugas

pemberantasan

penyakit

ISPA

merupakan

tanggungjawab bersama. Kepala Puskesmas bertanggungjawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya. Sebagian besar kematian akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader

48

akan sangat membantu menemukan kasus-kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlu segera dirujuk ke rumah sakit. Adapun tugas dari Dokter Puskesmas adalah sebagai berikut : 1) Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan tenaga yang tersedia. 2) Melakukan

supervisi

dan

memberikan

bimbingan

penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis. 3) Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus-kasus pneumonia berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu. 4) Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah sakit. 5) Bersama dengan staf Puskesmas memberikan penyuluhan kepada

ibu-ibu

yang

mempunyai

anak

balita

perihal

pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta tindakan penunjang di rumah. 6) Melatih semua petugas kesehatan di wilayah Puskesmas yang diberi wewenang mengobati penderita penyakit ISPA.

49

7) Melatih kader untuk bisa mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyakit ISPA. 8) Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan

pemberantasan

penyakit

ISPA

mendeteksi

hambatan yang ada serta menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.

50

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"