Bab Ii.docx

  • Uploaded by: YUNY
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,968
  • Pages: 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Definisi Nyeri merupakan suatu ungkapan emosi terkait dengan tanda adanya kerusakan jaringan atau cenderung adanya kerusakan jaringan. Pengertian nyeri juga merupakan perasaan yang subjektif bagi seseorang terhadap apa yang dirasakan, baik itu sesuatuyang tidak menyenangkan maupun menyakitkan baginya.(Sugijanto dan Ardhi, 2008). Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi terjadinya kerusakan jaringan.(Makmuriyah dan Sugijanto, 2013). Sedangkan menurut International Association for Study of Pain di dalam buku karangan sigit tahun 2010, nyeri di definisikan sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat actual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadiankejadian dimana terjadi kerusakan. Nyeri juga merupakan problematik utama yang sering muncul pada de quervain tenosynovitis. De quervain tenosynovitis adalah suatu peradangan yang melibatkan tendon dan selubungnya (Chaidir, 1999). Menurut Elizabeth dan Boris de quervain tenosynovitis adalah rasa sakit yang di sebabkan karena adanya inflamasi pada tendon di bagian pergelangan tangan (wrist) di pangkal ibu jari. Tendon tersebut adalah extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus. Nyeri pada de quervain tenosynovitis adalah nyeri akibat dari pemakaian tangan yang

berulang-ulang sehingga terjadi pembengkakan serta iritasi pada proccesus styloideus lateralis dan terjadi inflamasi. Maka dari itu de quervain tenosynovitis di definisikan sebagai gangguan nyeri pada pergelangan tangan, terjadi karena adanya inflamasi pada tendon dan selubung extensor policcis brevis dan abductor policcis longus, akibat dari pemakaian tangan yang berulang-ulang. 2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Tulang tangan di susun dalam beberapa kelompok karpus ( tulang pangkal tangan ) atau yang masuk formasi pergelangan adalah tulang pendek. Metacarpal membentuk kerangka tapak tangan dan berbentuk tulang pipa. Palang adalah tulang jari dan berbentuk tulang pipa. Karpus (corpus) terdiri dari delapan tulang yang tersusun dalam dua baris, empat tulang dalam setiap baris. Baris atas tersusun dari luar ke dalam adalah skapoideum, lunatum, triquertum, pisiform. Sedangkan pada baris bawah adalah trapezium, trapezoideum, capitatum, dan hamatum. Metakarpus ( metacarpo) terdapat lima tulang metacarpal. Setiap tulang memiliki dua ujung. Ujung yang bersendi dengan tulang kapal disebut tulang karpal, sedangkan ujung distal bersendi dengan falang disebut kepala. Palang disebut juga tulang panjang, mempunyai batang dan dua ujung. Bentuk batangnya mengecil kearah ujung distal. Terdapat empat empat belas palang, tiga di setiap jari dan dua pada ibu jari.

Gambar 2.1 Anatomi Tulang Pada Tangan ( Sumber : Atlas Shobota) Keterangan gambar : 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Os trapezium Os scapoideum Os lunatum Os triquertum Os pisifom Os hamatum

7. Os capitatum 8. Os trapezoideum 9. Os metacarpal 10. Palang proximal 11. Palang medial 12. Palang dista

4

Ada beberapa sendi yang membentuk tangan. Sendi-sendi tersebut antara lain : 1. Articulationes radiokarpal 2. Articulatines karpometacarpal 3. Articulatines intermetacarpal 4. Articulatines metacarpophalangeal 5. Articulatines digitorum manus. Selain sendi struktur tangan juga di bentuk oleh beberapa otot. Di tangan terdapat otot-otot tangan pendek berada di antara tulang-tulang tapak tangan. Antara lain : 1. Thenar, yang mengatur fungsi ibu jari. 2. Hipothenar, yang mengatur fungsi kelingking. 3. M interossea dan m lumbricallis, yang menagtur adduksi dan abduksi jari-jari Ada dua otot penggerak pada ibu jari. Yaitu otot extensor policcis brevis dan otot abductor policcis longus. Tabel 2.1 Otot ekstensor pollicis brevis dan otot abduktor pollicis longus. No Nama Otot 1. M. extensor pollicis brevis (EPB) 2. M. abductor pollicis longus (APL)

Origo

Insertio

Persarafan

Epicondylus Basis R. lateralis metacarpalis profundus humeri III n. radialis (C7 dan C8) Permukaan Basis n. posterior metacarpalis interosseus ulna, radius I posterior dan (C7 dan membrana C8) interossea (Sumber : Anatomi Klinis Dasar, Moore Dan Agus, 2002)

Fungsi Ekstensi dan abduksi tangan pada articulatio radio-ulnaris Abduksi dan ekstensi pollex [digitus primus (I)] pada arculatio carpometacarpalis

5

Gambar 2.2 Otot Tangan (Overuses of the Muskuloskeletal System, Marko M Pecina and Ivan Bojanic, 2003) Keterangan : 1) Otot ekstensor pollicis brevis. 2) Otot abduktor pollicis longus.

6

2.1.3 Etiologi Penyebab dari de quervain tenosynovitis tidak dapat diketahui secara pasti atau idiopatik. Akan tetapi penggunaan sendi yang berlebihan sering kali memunculkan kasus tersebut. Di posisi tendon extensor policcis brevis dan abductor pollicis longus menekan pada processus styloideus dan ketika bergerak dengan banyak pengulangan dapat menyebabkan iritasi pada tendon oleh gerakan friction.

Ketika

tendon

membengkak,

maka

terowongan

akan

menyempit.(Elizabeth dan boris, 2011). Selain gerakan yang berlebihan penyakit remathoid arthritis dapat menjadi penyebab tenosynovitis pada ibu jari. 2.1.4 Patofisiologi Otot extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus merupakan dua otot yang bekerja secara berdampingan dan hamper mempunyai fungsi yang hampir sama yaitu menggerakkan ibu jari menjauh dari tangan atau disebut juga dengan radial abduction. Melihat analisa posisi tendon yang menekan pada proccesus styloideus, ketika terjadi gerakan maka akan terjadi penekanan. Dan bila gerakan dilakukan secara berulang dapat mengakibatkan peradangan pada tendon yang dapat memunculkan rasa nyeri karena adanya penekanan. Dan adanya peradangan tersebut dapat mengakibatkan pembengkakan yang dapat menghambat terowongan. 2.1.5 Tanda dan Gejala Ketika seseorang mengalami kondisi de quervain tenosynovitis, biasanya akan mengalami beberapa tanda dan gejala. Gejala umum yang sering dialami adalah rasa sakit atau nyeri pada tendon (Marko dan Ivan, 2003). Menurut rizal

7

chaidir (1999), menyebutkan tanda dan gejala de quervain tenosynovitis sebagai berikut : 1. Nyeri pada ibu jari atau pergelangan tangan yang semakin memburuk bila dilakukan gerakan berulang-ulang pada ibu jari atau memutar pergelangan tangan. 2. Biasanya terjadi pembengkakan 1-2 cm proksimal dari styloid radius. 3. Karena pembengkakan dan nyeri sehingga kesulitan menggerakkan ibu jari atau pergelangan tangan. 4. Iritasi pada nerve diatas tendon sheath mengakibatkan rasa baal pada dorsal ibu jari dan telunjuk.

2.2 TEKNOLOGI INTERVENSI FISIOTERAPI Ada berbagai macam modalitas fisioterapi yang dapat di gunakan pada kasus de quervain tenosynovitis. Dan penulis memilih mengaplikasikan phonophoresis dan manual longitudinal muscle stretching ntuk mengurangi nyeri pada kondisi de quervain tenosynovitis. 2.2.1 Phonophoresis Didalam sebuah jurnal menyebutkan evaluasi hasil penelitian menunjukkan bahwa baik iontophoresis dan phonophoresis yang efektif dalam memasukkan obat jauh ke dalam periosteum dan struktur musculo-tendinous berdekatan.(Muktamath, 2009). Menurut chard starkey “phonophoresis describes the aplication of theurapeutic ultrasound to assist in the diffusion of medication the skin” yang artinya phonophoresis merupakan aplikasi ultrasound terapi untuk memasukkan

8

obat ke dalam kulit.sedangkan menurut William Phonophoresis adalah teknik di mana ultrasound digunakan untuk meningkatkan pengiriman obat ke dalam jaringan. Ultrasound (yang selanjutnya akan disebut dengan Ultrasonik/US) adalah salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan gelombang suara dengan getaran mekanis membentuk gelombang longitudinal dan berjalan melalui medium tertentu dengan frekuensi yang bervariasi. Terapi ultrasound adalah suatu usaha pengobatan yang menggunakan mekanisme getaran dari gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz (Sugijanto dan Ardhi, 2008) Keuntungan dari phonophoresis adalah obat yang dimasukkan dengan teknik yang aman, sama seperti halnya iontophoresis yang menggunakan energi listrik untuk memasukkan obat. Diperkirakan bahwa transpor aktif terjadi sebagai akibat dari kedua mekanisme thermal dan non-thermal yang bersama-sama meningkatkan permeabilitas stratum korneum, meskipun menggunakan parameter termal tampaknya paling beneficial. Ini memungkinkan obat untuk meredakan di atasnya karena perbedaan konsentrasi dari yang luar ke dalam selama sonation. Tidak seperti iontophoresis, phonophoresis mengangkut seluruh molekul ke dalam jaringan sebagai lawan ions. Akibatnya phonophoresis tidak mungkin untuk merusak atau membakar kulit. Juga, potensi kedalaman penetrasi dengan phonophoresis secara substansial lebih besar dibandingkan dengan iontophoresis (William, 2005). Dalam penelitian ini akan digunakan obat dengan kandungan diclofenac. Diclofenac merupakan salah satu obat analgesik anti inflamasi yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit atau nyeri dan sebagai anti radang. Senyawa ini

9

merupakan turunan asam fenilasetat dan inhibitor siklooksigenase, serta potensinya jauh lebih besar dari pada indometasin, naproksen atau beberapa senyawa lain. a. Dosis Intensitas

: 1,0 Watt / cm2

Frequensi : 3 MHz Dutycyle

: 100 %

Waktu

: 3 menit

b. Efek pemberian phonophoresis a. Efek thermal Penggunaan ultrasound sebagai phonophoresis umumnya dapat menimbulkan efek panas. Beberapa medium yang terpapar ultrasound akan mengalami peningkatan suhu. Tingkat panas yang dihasilkan di dalam jaringan tergantung kepada frekuensi generator mesin ultrasound, lamanya terpapar, kemampuan penyerapan dari jari-ngan tersebut dan refleksi yang terjadi di permukaan jaringan dan juga penyebaran dari gelombang suara tersebut. Peningkatan suhu yang terjadi pada jaringan yang terpapar gelombang pada mesin ultrasound dapat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah, yang akan meningkatkan kecepatan peredaran darah dalam tubuh. Sehingga akan mempercepat sistem metabolisme dalam tubuh, dan mempercepat penyembuhan. b. Efek kimia Melihat penjelasan diatas selain menimbulkan efek thermal. Juga terdapat efek kimia yang dihasilkan dari penambahan diclofenac pada phonophoresis. Diclofenac merupakan salah satu obat analgesik anti inflamasi yang berfungsi

10

sebagai penghilang rasa sakit atau nyeri dan sebagai anti radang. Senyawa ini merupakan turunan asam fenilasetat dan inhibitor siklooksigenase, serta potensinya jauh lebih besar dari pada indometasin, naproksen atau beberapa senyawa lain. Rangsangan (misalnya : cedera ringan) mengaktifkan asam arakidonat melalui membrane fosfolipase A2 (PA2). Melalui siklooksigenase. Berbagai prostaglandin (PG) dibentuk sesuai dengan jalur jaringan tertentu. Perubahan

asam

arakidonat

menjadi

prostaglandin

dengan

bantuan

cyclooxygenase (COX) dapat dihambat dengan pemberian NSAID yang juga dikenal sebagai COX inhibitor. Oleh karena kejadian nyeri dan inflamasi bukan hanya berkaitan dengan peningkatan produksi prostaglandin oleh aktivasi COX2, NSAID yang ideal hendaklah lebih nyata menghambat aktifitas COX-2 dan juga menghambat aktifitas mediator-mediator inflamasi lainnya seperti bradikinin, histamin dan interleukin, serta mampu merembes ke cairan serebrospinal (Makmuriah dan Sugijanto, 2013). 2.2.2 Manual Longitudinal Muscle Stretching Selain menggunakan elektroterapi, penanganan nyeri pada de quervain tenosynovitis ada modalitas stretching yang bisa di aplikasikan. Stretching dapat di bagi menjadi dua menurut cara mengaplikasikannya, ada pasif stretching dan aktif stretching. Manual longitudinal muscle stretching adalah teknik manipulasi jaringan lunak dengan menggunakan penekanan searah dengan serabut otot. Manual longitudinal muscle stretching dikenal juga sebagai parallel atau linear stretching, yang merupakan jenis pasif stretching yang dilakukan oleh fisioterapis.(Sugijanto, 2008)

11

Manual longitudinal muscle stretching cara pengaplikasiannya yaitu dengan memfokuskan stretching pada grup otot di ibu jari. Pertama tangan pasien dalam keadaan mid posisi, lalu ibu jari di fleksikan kemudian empat jari yang lain menggenggam ibu jari seperti posisi awal pada tes finklestein. Kemudian salah satu tangan terapis memegang tangan pasien dengan posisi ibu jari menekan pada metacarpal I, dan empat jari lainnya fiksasi pada proccesus styloideus ulna. Kemudian tangan terapis lainnya menarik kearah proximal. Stretching dilakukan menggunakan ibu jari. Saat dilakukan stretching empat jari yang ada di proccesus styloideus ikut menekan, gerakan tersebut dimaksudkan agar memaksimalkan stretching. Penggunaan tarikan yang sesuai dapat mengulur kulit, fascia, dan jaringan di bawah otot, posisi tersebut akan merelaksasikan jaringan lunak. Manual longitudinal muscle stretching secara langsung berpengaruh terhadap peregangan lokal otot dan fascia, selain itu juga dapat melepaskan abnormal cross link. a. Dosis Intensitas

: 8 detik x 6 kali

Frequensi

: 5 x seminggu

Tipe

: pasif stretching

Waktu

: > 5 menit

b. Efek pemberian manual longitudinal muscle stretching 1) Peregangan lokal Pada saat dilakukan manual longitudinal muscle stretching, akan terjadi peregangan pada jaringan otot, fascia, dan jaringan-jaringan dibawahnya.

12

2) Pengelepasan abnormal cross link Saat terjadi peregangan pada jaringan otot, juga akan menimbulkan adanya pelebaran pada pembuluh darah. Sehingga peredaran darah menjadi lancar, zat-zat nyeri yang menumpuk dapat terbawa oleh darah. Maka dari itu dapat mempercepat proses penyembuhan. 3) Efek relaksasi Karena zat-zat nyeri yang tetumpuk, terbawa oleh darah. Maka otot akan mengalami relaksasi. Jika otot mengalami relaksasi, ketegangan otot juga berkurang. Sehingga nyeri juga dapat berkurang.

13

2.3 KERANGKA BERPIKIR

DE QUERVAIN TENOSYNOVITIS

Identifikasi masalah :     

Nyeri pada ibu jari. Keterbatasan gerak pada ibu jari. Adanya oedem atau bengkak pada ibu jari. Adanya spasme pada otot pergelangan tangan. Adanya penurunan aktifitas fungsional.

Pembatasan masalah

Instrument penelitian :

Nyeri

Visual analogue scale (VAS).

Modalitas :

phonophoresis

Nyeri berkurang

Manual longitudinal muscle stretching

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

14

2.4 KEASLIAN PENELITIAN

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama

: Naufal Nafisa

NIM

: 109113023

Alamat

: Jl. Nusantara No.113 Rt.02 Rw.08 Karangtalun, Cilacap Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis ilmiah dengan judul “APLIKASI

PHONOPHORESIS DAN MANUAL LONGITUDINAL MUSCLE STRETCHING PADA KONDISI DE QUERVAIN TENOSYNOVITIS” bukan merupakan suatu plagiat karya tulis/skripsi/tulisan ilmiah dan merupakan karya asli penulis. Demikian surat ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.

Cilacap, 6 Februari 2016 Penulis

Naufal Nafisa

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"