Bab Ii.docx

  • Uploaded by: venti agustin
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,893
  • Pages: 30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diare 2.1.1 Definisi Diare Berdasarkan definisi dari WHO (2017), bahwa diare didefenisikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang buang air besar sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari dalam bentuk cair. Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, di sertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lender dan darah. Ancaman paling parah yang ditimbulkan oleh diare adalah dehidrasi. Selama diare, air dan elektrolit hilang melalui feses cair, muntahan, keringat, urin, dan pernapasan. Dehidrasi terjadi ketika kehilangan ini tidak diganti (WHO, 2017). 2.1.2 Jenis Diare Secara

garis

besar,

World

Health

Organization

(2013)

mengelompokkan diare menjadi empat, yaitu: 1. Diare akut, berlangsung beberapa jam atau kurang dari 14 hari, penyebabnya

V.

cholera,

E.coli,

dan

Rotavirus.

Diare

dapat

menyebabkan dehidrasi. 2. Diare berdarah (disentri), ditandai darah dalam feses disebabkan kerusakan usus dan kurang gizi, penyebab paling umum adalah Shigella 3. Diare persisten adalah diare yang berlangsung selama 14-30 hari atau diare yang berkepanjangan. Masalah gizi pada anak-anak dan penyakit 9

lainnya seperti penyakit AIDS memungkinkan terjadinya diare persisten. 4. Diare kronik adalah diare dengan durasi >30 hari (Aaron C. Hamilton, MD, MBA, Moises Auron, MD, 2013) 2.1.3 Etiologi Diare Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya diare pada balita diantaranya, faktor infeksi, faktor malabsorbsi dan faktor makanan. Serta beberapa faktor yang mempengaruhi diare meliputi faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor gizi, dan faktor sosial ekonomi. Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi. Faktor gizi juga ikut mempengaruhi diare, dimana semakin buruk gizi seorang balita, ternyata semakin banyak episode diare yang dialami. Selain itu, faktor lainnya adalah sosial ekonomi yang juga berpengaruh terhadap diare pada balita. Dimana meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan dan fasilitasi ( Fahrunnisa & Fibriana, 2017). Organisme infeksi, termasuk bakteri, virus, protozoa dan cacing dapat menyebabkan diare. Organisme ini ditularkan dari tinja satu individu ke mulut orang lain, sebuah rute yang disebut transmisi fekal-oral. Namun, mereka berbeda dalam rute masuk dan dosis infeksius yang diperlukan 10

untuk menyebabkan penyakit ini. Escherichia coli dianggap sebagai agen etiologi dari banyak penyakit, termasuk beberapa yang mempengaruhi saluran kemih dan usus. Klasifikasi strain E. coli diarrhoeagenik DEC (DEC) didasarkan pada sifat virulensi mereka dan terdiri dari enam kelompok: E. coli enterotoksigenik, E. coli enteropatogenik, E. coli enteroinvasive (EIEC), enterohaemoragik E. coli (EHEC), E. coli enteroagregatif (EAggEC) dan adisi E. coli (DAEC) yang menyebar (Amir Saeed, dkk 2015). Patogen enterik rotavirus dan DEC adalah penyebab paling umum diare secara global dengan DEC yang dikutip sebagai penyebab terpenting di negara berkembang. Rotavirus adalah penyebab utama gastroenteritis infantil akut secara global dan bertanggung jawab atas 20% kematian pada anak di bawah usia 5 tahun. Selain rotavirus dan DEC, enteropatogen lainnya termasuk Shigella spp., Salmonella spp., Vibrio cholerae dan Campylobacter spp. bisa menyebabkan diare (Amir Saeed, dkk 2015). Virus adalah penyebab utama penyakit diare akut. Secara khusus, grup A rotavirus (RV) adalah penyebab tersering penyakit diare yang parah dan dehidrasi, yang sering menyebabkan rawat inap bayi dan anak-anak di seluruh dunia. Agen virus lainnya, termasuk adenovirus enterik (Adv), astroviruses (AstV), dan Human calicivirus (HucV) seperti norovirus (NOV) dan sapovirus (SAV), juga diyakini sebagai penyebab utama kasus sporadis dan wabah diare anak (Yabo et al., 2012).

11

2.1.4 Tanda dan gejala diare Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan menurun, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi (Sodikin, 2011). 2.1.5 Akibat Diare Menurut Audra Lovita (2017), diare mengakibatkan : 1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia. Menurut Mentes dan Kang 2013 dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh karena hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi

keduanya.

Dapat

disimpulkan

dehidrasi

adalah

ketidakseimbangan cairan dalam tubuh akibat banyaknya kehilangan cairan dalam tubuh daripada pemasukan cairan ke dalam tubuh. 2. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau perenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perfusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan asidosis metabolic bertambah berat, kesadaran menurun dan bila tidak cepat diobati penderita dapat meninggal. 3. Gangguan gizi akibat keluarnya cairan yang berlebihan karena diare dan muntah. Sewaktu bayi mengalami diare, banyak ibu-ibu yang menghentikan pemberian ASI, padahal ini dapat mengurangi asupan nutrisi pada bayi. Ibu 12

seharusnya tetap memberikan ASI saat anak mengalami diare ataupun setelahnya. 2.1.6 Prinsip Penatalaksanaan Diare Masalah diare dapat ditangani pada tingkat pencegahan primer dan sekunder. Yang pertama terdiri dari perbaikan kualitas sanitasi dan air. Yang terakhir ini terdiri dari pengenalan awal dehidrasi karena diare dan rehidrasi oral yang cepat dengan menggunakan ORS atau cairan rumah yang sesuai. ORS telah terbukti efektif dalam mencegah kematian diare di masyarakat sementara berbagai tingkat bukti mendukung penggunaan cairan rumah yang tersedia (Suman Saurabh, 2014). Adapun prinsip penatalaksanaan diare pada balita menurut WHO (2017) : 1. Rehidrasi menggunakan oralit 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. Teruskan pemberian ASI dan makanan 4. Nasihat kepada orang tua dan pengasuh 2.1.7 Penanganan Diare di Rumah Rencana Terapi A : Penanganan Diare di Rumah Jelaskan pada Ibu tentang aturan perawatan di rumah 1. Beri Cairan Tambahan (sebanyak anak mau) jelaskan Pada Ibu a. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian b. Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai tambahan 13

c. Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut : Oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang Anak harus diberikan larutan oralit di rumah, jika : a. Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini b. Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah Aturan Pemberian Memberikan Oralit/Cairan Lain Yang Harus Diberikan Setiap Kali Anak Buang Air Besar 1. Sampai umur 1 tahun : 50 - 100 ml setiap kali buang air besar 2. Umur 1 sampai 5 tahun : 100 - 200 ml setiap kali buang air besar Katakan kepada Ibu : a. Agar

meminumkan

sedikit-sedikit

tapi

sering

dari

mangkuk/cangkir/gelas b. Jika anak muntah, tunggu 10 menit.Kemudian berikan lebih lambat c. Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti 2. Beri Tablet Zinc Selama 10 Hari 3. Lanjutkan Pemberian Makan 4. Kapan Harus Kembali Rencana Terapi B: Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.

14

Umur

≤ 4 bulan

4 - < 12 bulan

1 - <2 tahun

2 - < 5 tahun

Berat Badan

< 6 kg

6 - < 10 kg

10 - < 12 kg

12-19 kg

Jumlah (n)

200-400

400-700

700-900

900 - 1400

TENTUKAN JUMLAH ORALIT UNTUK 3 JAM PERTAMA Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml Digunakan UMUR hanya bila berat badan anak tidak diketahui. a. Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman di atas. b. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan juga 100200 ml air matang selama periode ini. TUNJUKAN CARA MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT 1. Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas 2. Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat. 3. Lanjutkan ASI selama anak mau. 4. Bila kelopak mata bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI BERIKAN TABLET ZINC SELAMA 10 HARI SETELAH 3 JAM : 1. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya 2. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan 3. Mulailah memberi makan anak JIKA IBU MEMAKSA PULANG SEBELUM PENGOBATAN SELESAI : 1. Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah.

15

2. Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan 3. Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menabahkan 6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A. Jelaskan 4 aturan perawatan diare di rumah: 1. Beri cairan tambahan 2. Beri tablet zinc selama 10 hari 3. Lanjutkan pemberian makan 4. Kapan harus kembali 2.2 Konsep Dehidrasi 2.2.1 Jenis-jenis Dehidrasi Menurut Leksana (2015) derajat dehidrasi berdasarkan persentase kehilangan air dari berat badan : 1) Dehidrasi Ringan : kehilangan air 5% dari berat badan 2) Dehidrasi Sedang : kehilangan air 10% dari berat badan 3) Dehidrasi Berat : kehilangan air 15% dari berat badan Derajat Dehidrasi

Dewasa

Bayi dan Anak

Dehidrasi Ringan

4% dari berat badan

5% dari berat badan

Dehidrasi Sedang

6% dari berat badan

10% dari berat badan

Dehidrasi Berat

8% dari berat badan

15% dari berat badan

Tabel 2.1. Derajat dehidrasi berdasarkan persentase kehilangan air dari berat badan

16

2.2.2 Tanda-tanda Dehidrasi Pada Balita Menurut MTBS 2015, terdapat beberapa tanda umum dehidrasi, yaitu : a. Lihat keadaan umum anak, apakah : -

Letargis atau tidak sadar

-

Gelisah dan rewel / mudah marah

b. Lihat apakah matanya cekung c. Beri anak minum, apakah : -

Tidak bisa minum atau malas minum

-

Haus, minum dengan lahap

d. Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor. Apakah : -

Sangat lambat ( >2 detik)

-

Lambat (masih terlihat lipatan kulit) Menurut Kementerian Kesehatan RI 2015, tanda dan gejala

dehidrasi akibat diare : 1. Diare tanpa dehidrasi a. Balita tetap aktif b. Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa c. Mata tidak cekung d. Turgor kembali segera 2. Dehidrasi berat, terdapat dua atau lebih tanda dan gejala seperti berikut: 17

a. Letargi atau tidak sadar b. Mata cekung c. Tidak bisa minum atau malas minum d. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ≥ 2 detik (MTBS, 2015). 3. Dehidrasi ringan atau sedang a. Gelisah, rewel/mudah marah b. Mata cekung c. Haus, minum dengan lahap d. Cubitan kulit perut kembali lambat (MTBS, 2015). Skor Yang Dinilai A

B

C

Keadaan umum

Baik

Lesu/haus

Mata

Biasa

Cekung

Gelisah, lemas, mengantuk hingga syok Sangat cekung

Mulut

Biasa

Kering

Sangat kering

Turgor

Baik

Kurang

Jelek

Tabel 2.2 Derajat dehidrasi berdasarkan skor WHO Skor: < 2 tanda di kolom B dan C : tanpa dehidrasi > 2 tanda di kolom B : dehidrasi ringan-sedang ≥ 2 tanda di kolom C : dehidrasi berat

18

2.2.3 Faktor risiko terjadinya dehidrasi Menurut Leksana (2015) ada 3 faktor risiko terjadinya dehidrasi dengan diare yaitu, penanganan diare di rumah yang tidak tepat, muntah yang berlebih saat diare, dan demam. 2.2.4 Pencegahan Dehidrasi Tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan di tingkat rumah tangga jika balita mengalami diare adalah: 1. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya bagi bayi yang masih menyusui (bayi 0 – 24 bulan atau lebih) dan bagi petugas kesehatan sangat penting untuk mendukung dan membantu ibu untuk menyusui bayinya jika ibu berhenti menyusui bayinya yang masih berusia 0-24 bulan 2. Pemberian ORALIT sampai diare berhenti 3. Memberikan cairan rumah tangga, cairan/minuman yang biasa diberikan oleh keluarga/masyarakat setempat dalam mengobati diare, dan memberikan sari makanan yang cocok, contoh: kuah sayur, air tajin, kuah sup. Jika tidak tersedia cairan rumah tangga dan ORALIT di rumah, bisa dengan memberikan air minum 4. Segera membawa balita diare ke sarana kesehatan (Tatalaksana Diare KemenKes, 2011)

19

2.2.5 Pengganti Cairan 1. Oralit Oralit adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.. Oralit osmolaritas rendah telah direkomedasikan oleh WHO dan UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund) sejak tahun 2004. Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan: a. Mengurangi volume tinja hingga 25% b. Mengurangi mual muntah hingga 30% c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%. Membuat dan Memberikan Oralit Cara membuat larutan Oralit: a. Cuci tangan dengan air dan sabun b. Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak (200cc) c. Masukkan satu bungkus Oralit 200cc d. Aduk sampai larut benar e. Berikan larutan Oralit kepada balita. Cara memberikan larutan Oralit a. Berikan dengan sendok atau gelas

20

b. Berikan sedikit-sedikit sampai habis atau hingga anak tidak kelihatan haus c. Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit. d. Walau diare berlanjut, Oralit tetap diteruskan e. Bila larutan oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan oralit berikutnya. 2. ZINC Zinc baik dan aman untuk pengobatan diare. Berdasarkan hasil penelitian Departement of Child and Adolescent Health and Development, World Health Organization yaitu: a. Zinc sebagai obat diare  20% lebih cepat sembuh jika anak diare diberi Zinc (Penelitian di India)  20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang  18%-59% mengurangi jumlah tinja  Mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan b. Zinc pencegahan dan pengobatan diare berdarah  Pemberian Zinc terbukti menurunkan kejadian diare berdarah  Pemakaian Zinc sebagai terapi diare apapun penyebabnya akan menurunkan pemakaian antibiotik irasional. c. Zinc mengurangi biaya pengobatan

21

 Mengurangi jumlah pemakaian antibiotik dan  Mengurangi jumlah pemakaian Oralit d. Zinc aman diberikan pada anak. Cara Pemberian Obat Zinc a. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc selama 10 hari berturut-turut. b. Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet mudah larut kira-kira 30 detik, segera berikan ke anak). c. Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat Zinc, ulangi pemberian dengan cara potong lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh. d. Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan obat Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan. 3. Teruskan ASI dan Makanan Memberikan makanan kepada balita selama diare (usia 6 bulan ke atas) akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan meningkatkan risiko terkena diare kembali. Anjuran makan untuk balita umur 12 sampai 24 bulan  Teruskan pemberian ASI.

22

 Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak.  Berikan 3 kali sehari sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah.  Berikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu makan.  Sejak umur 12 bulan, anak sudah bisa makan makanan keluarga. Anjuran makan untuk balita umur 2 tahun atau lebih  Berikan makanan keluarga 3 kali sehari sebanyak 1/3 – ½ porsi makan orang dewasa.  Berikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu makan. 4. Cairan rumahan, seperti teh herbal, jus buah, air dari berbagai sereal dan sayuran rebus, dan minuman manis, dll (Cristina Larrea-Killinger, 2012). 2.3 Pendidikan Kesehatan Menurut Rohana dan Arbianingsih, 2016 upaya penurunan angka kejadian diare dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya khususnya unsure manusia meliputi upaya penemuan dan pengobatan secara dini, salah satunya dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan, yang tersirat dalam 23

pendidikan adalah: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, dan masyarakat), pendidik adalah (pelaku pendidikan), proses adalah (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), output adalah (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2012).

Metode Pendidikan Kesehatan Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu: a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu : 1. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling) 2. Wawancara b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam penyampaian

promosi

kesehatan

dengan

metode

ini

kita

perlu

mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu : 1. Kelompok besar 2. Kelompok kecil

24

c. Metode berdasarkan pendekatan massa Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa. Media Pendidikan Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alatalat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Notoadmojo, 2012) : a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan b. Mencapai sasaran yang lebih banyak c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –pesan yang diterima orang lain e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat g.Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoadmojo, 2012) : a. Berdasarkan stimulasi indra

25

1. Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu menstimulasi indra penglihatan 2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi

indra

pendengar

pada

waktu

penyampaian

bahan

pendidikan/pengajaran 3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids) b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya 1. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor 2. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan – bahan setempat c. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan 1. Media Cetak a. Leaflet Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran 26

Sementara itu ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik. b. Booklet Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat bantu, sarana dan sumber daya pendukung untuk menyampaikan pesan harus menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan. Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan adalah : 1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan. 2. Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan. 3. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat. 4. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain. 5. Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan. 6. Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan. 7.Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. 8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

c. Flyer (selembaran) 27

d. Flip chart (lembar balik) Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku di mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar. Keunggulan menggunakan media ini antara lain : mudah dibawa, dapat dilipat maupun digulung, murah dan efisien, dan tidak perlu peralatan yang rumit. Sedangkan kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang berjumlah relatif besar, mudah robek dan tercabik. e. Rubrik (tulisan – tulisan surat kabar), poster, dan foto 2. Media Elektronik a. Video dan film strip Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah 1. dapat memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran 2. dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap. Sementara kelemahan media ini

yaitu memerlukan

sambungan listrik,

peralatannya beresiko untuk rusak, perlu adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli profesional agar gambar mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya. b. Slide 28

Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah digunakan. Sedangkan kelemahannya memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko mudah rusak dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap. 3. Media Papan Efektifitas Pendidikan Kesehatan Pemilihan dan penggunaan metode merupakan salah satu komponen yang paling penting. Menurut Teori Bobbi DePorter & Mike Hernacki panca indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata yaitu <75 % sampai 87% sedangkan 13 % sampai 25% disalurkan oleh indera yang lain. Informasi juga dapat diserap dari kegiatan melalui membaca 10 %, mendengarkan 20%, 30 % dari melihat, 50 % melihat dan mendengar, 70 % dari pengucapan yang dikatakan, dan 90% dari pengucapaan, perkataaan, dan tindakan. Metode yang digunakan seharusnya mampu meransang atau memasukan informasi melalui berbagai indera. Menurut Koring Milena et al (2012) kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari tahap pencapaian pelajaran. Pengulangan belajar paling efektif adalah sebagai berikut : Kaji Ulang

Interval Waktu

Daya tahan ingatan

1

10 menit – 1 jam

1 hari

29

2

1 hari

1 minggu

3

1 minggu

1 bulan

4

1 bulan

½ tahun - 1 tahun

5

½ tahun -1 tahun

2 tahun – 3 tahun

Tabel 2.3 Pengulangan belajar (Koring. Milena, 2012) Menurut Rohana dan Arbianingsih, 2016 upaya penurunan angka kejadian diare dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya khususnya unsur manusia meliputi upaya penemuan dan pengobatan secara dini, salah satunya dengan pendidikan kesehatan. Salah satu factor penyebab anak diare adalah karena kurangnya pengetahuan anak dan ibu terhadap pencegahan diare. Pengetahuan ibu tentang pencegahan diare dapat diberikan melalui suatu pendidikan kesehatan. Dengan pendidikan kesehatan maka pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu balita dapat diubah sehingga ibu balita tahu bagaimana cara dalam mengambil suatu tindakan dalam mencegah diare agar dapat meningkatkan derajat kesehatan balitanya.

Pengetahuan

dibandingkan

daktor

ibu

memberikan

lingkungan

dan

kontribusi social

paling

ekonomi

kuat dalam

mempengaruhi kejadian diare akut pada balita. Sedangkan tingkat pengetahuan yang bagus terhadap anak dapat membantu terhadap pencegahan diare tentang bagaiman mengkonsumsi jajanan sehat, cara mencuci tangan yang benar, dan bagaimana membuang sampah pada

30

tempatnya. Salah satu upaya lain untuk mecegah diare adalah dilakukan melalui penyuluhan tentang diare. Penyuluhan kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan keada masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya dapat diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. 2.4 Konsep Pengetahuan 2.4.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo, 2012). 2.4.2 Tingkat pengetahuan Menurut Notoadmojo (2012) pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu: a.

Tahu Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang tahu apa yang dioekajari antara lain: 31

menyebutkan,

menguraikan,

mendefinisikan,

menyatakan,

dan

sebagainya. b.

Memahami Memahami

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

mejelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c.

Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d.

Analisis Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sapai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau mengelompokan terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e.

Sintesis 32

Sintesis menunujukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dalam komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemmapuan untuk menyusun suatu pengetahuan dari pengetahuan-pengetahuan yang telah ada. f.

Evaluasi Evaluasi ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri.

2.4.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Budiman & Riyanto (2013) ada enam faktor yang mempengaruhi pengetahuan : a. Pendidikan Pendidikan

adalah

suatu

usaha

untuk

mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

33

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu balita dalam berperilaku dan berupaya secara aktif guna mencegah terjadinya diare pada balita. b. Informasi Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, informasi

mengumumkan,

dengan

tujuan

menganalisis,

tertentu

dan

menyebarkan

(Undang-Undang

Teknologi

Informasi). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) terdapat hubungan antara informasi dengan tingkat pengetahuan. Informasi yang mudah diperoleh dapat membantu ibu dalam berperilaku dalam upaya pencegahan dan kemampuan dalam perawatan balita dengan diare. c. Sosial, budaya, dan ekonomi. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.Menurut

34

penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) ada pengaruh antara faktor ekonomi terhadap tingkat pengetahuan ibu. Ekonomi yang buruk sangat berpengaruh terhadap penyebab kejadian diare. d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun

jika penglaman tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul pesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif. Menurut penelitian yang dilkukan oleh Wijaya (2012) ada pengaruh antara pengalaman dengan pengetahuan. Pengalaman seorang ibu yang pernah mengalami anak dengan diare maka pemahaman ibu tentang penanganan dan pencegahan diare semakin tinggi dan dapat mengatasinya sesuai dengan pengalaman yang pernah dialami. f. Umur

35

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis. Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, prubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Motto, dkk (2013) terdapat pengaruh antara umur dengan tingkat pengetahuan seorang ibu. Semakin cukup umur seorang ibu maka akan mempengaruhi proses berfikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengalaman dan kemampuan mental masing-masing individu. 2.4.4 Pengetahuan Ibu tentang Pencegahan Diare Merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap sikap dan tindakannya, dalam hal ini menurut Notoadmodjo (2012) hal ini berpengaruh terhadap tindakan yang diambil oleh seorang ibu ketika dihadapi dengan masalah kesehatan balita. Dalam hal ini pengetahuan masyarakat (ibu rumah tangga yang memiliki balita) dapat memahami atau tidak penularan dan pencegahan penyakit diare pada balita, dengan adanya pengetahuan yang cukup bagi ibu diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan terutama pada balita. Tingkat pengetahuan yang rendah akan menyebabkan ibu balita tidak dapat melakukan upaya pencegahan maupun perawatan pada anak 36

diare (Sulisnadewi dkk., 2012). Sebuah penelitian menemukan bahwa faktor pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling dominan daripada faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam mempengaruhi kejadian diare akut pada balita (Sulisnadewi dkk., 2012). Selain itu dalam Sulisnadewi (2012) juga menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan pengasuh balita tentang rehidrasi oral dapat meningkatkan risiko anak untuk mengalami dehidrasi dan dirawat di rumah sakit. Dalam melakukan upaya pencegahan dan upaya agar anak terhindar dari dampak buruk diare seperti dehidrasi, kekurangan gizi dan risiko kematian sangat diperlukan pengetahuan ibu yang baik tentang diare (Sulisnadewi, 2012). 2.5 Konsep Sikap Newcomb salah seorang ahli psikologi social, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoadmojo, 2012). Sedangkan menurut Abd Nasir (2011),

sikap

merupakan

suatu

perasaan,

penilaian,

kesukaan,

atau

ketidaksukaan, kepositipan, atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis tertentu. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan menurut Notoatmodjo (2012) yaitu : 1) Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2) Merespon (Responding) Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adakan indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk 37

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3) Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi tingkat tiga. 4) Bertanggung Jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Pengukuran Sikap Dalam perkembangan ilmu sosiologi dan psikologi, maka instrumen penelitian akan lebih menekankan pada pengukuran sikap dengan menggunakan skala sikap. Macam skala sikap yang sering digunakan : a. Skala Likert b. Skala Guttman c. Skala Simantict Defferensial d. Rating Scale e. Skala Thurstone (Abd. Nasir, 2011)

38

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Kuesioner 2.docx
June 2020 2
M3.docx
June 2020 0
Kuesioner 3.docx
June 2020 4
Bab Ii.docx
June 2020 0