Bab Ii.docx

  • Uploaded by: Dian Rizki Fauzi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,962
  • Pages: 16
BAB II DASAR TEORI

1.

Landasan Teori 1.1. Poros Transmisi Poros transmisi adalah salah satu jenis elemen konstruksi yang berfungsi menerima kemudian meneruskan momen puntir (Mt) dari elemen transmisi yang satu kepada yang lain, misalnya: roda gigi, puli sabuk, kopling. Pembebanan pada poros transmisi terutama berupa puntir (t) akibat momen puntir (Mt). Selain itu masih terdapat pembebanan bengkok atau tekuk (b) yang masih tetap harus disangga, karena elemen transmisi dapat berupa roda gigi miring dan lain-lain, maka poros transmisi juga harus menerima pembebanan tekan (d) atau pembebanan tarik (z) akibat gaya aksial (Fa). Berkaitan dengan sistem transmisi sabuk, maka menggunakan poros transmisi yang mendapat beban puntir dan lentur, yang secara garis besar untuk meneruskan daya dari motor ke sistem berikutnya. Maka dalam merencanakan suatu poros harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1.1.1. Kekuatan Poros Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur, bahkan kombinasi antara puntir dan lentur, dalam berbagai kasus ada poros yang mengalami beban tarik atau tekan seperti poros pada baling-baling kapal atau turbin. Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak sehingga alur poros harus direncanakan cukup kuat untuk mampu menahan benda-benda tersebut. 1.1.2. Kekakuan Poros Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntiran terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian atau getaran dan suara. Selain

10

11

kekuatan

poros,

kekakuannya

juga

harus

diperhatikan

dan

disesuaikan dengan macam mesin yang akan dihubungkan poros tersebut. 1.1.3. Putaran Kritis Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka dalam putaran tertentu dapat terjadi getaran yang cukup besar, putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dan lain-lain. Juga dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian bagian lainya. Jika mungkin, poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya. 1.1.4. Korosi Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros propeller karena terjadi kontak dengan fluida yang korosif.

Demikian

juga

yang

terancam

kavitasi

yaitu

gejala

menguapnya zat cair yang sedang mengalir sehingga membentuk gelembung uap karena kurangnya tekanan cairan sampai dibawah titik jenuh uapnya. 1.1.5. Bahan Poros Bahan poros harus dipilih sesuai dengan fungsi dari poros tersebut harus tahan terhadap keausan. Pada poros yang menderita beban puntir dan beban lentur sekaligus, maka pada permukaan poros akan terjadi tegangan geser. Untuk mengetahui putaran poros dapat digunakan persamaan di bawah ini: 𝑁1 𝐷1 = 𝑁2 𝐷2 Keterangan : N1 : Jumlah putaran puli motor (rpm) N2 : Jumlah putaran puli poros (rpm) D1 : Diameter puli motor (mm) D2 : Diameter puli (mm)

12

Perhitungan daya rencana pada poros dapat digunakan persamaan di bawah ini : 𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 𝑃 (π‘˜π‘Š) Rumus 1. Daya Rencana Poros Keterangan : Pd : Daya rencana (kW) Fc : Faktor koreksi P : Daya nominal motor penggerak (kW)

Faktor

koreksi

yaitu

faktor

keamanan

yang

diambil

dalam

menentukan perencanaan, dalam hal ini perencanaan daya.

Untuk menghitung momen puntir dapat digunakan persamaan di bawah ini:

𝑀𝑝=

𝑃𝑑 π‘₯ 60 π‘₯ 2 π‘₯ πœ‹ 𝑛π‘₯𝑔

Rumus 2. Momen Puntir Keterangan : Mp : Momen puntir (kg.mm) N : Jumlah putaran (rpm) P : Daya motor (kg.mm)

Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros d (mm), maka tegangan geser 𝜏 (kg.mm2) yang terjadi adalah: 𝜏=

𝑇 (πœ‹π‘‘3 ⁄16)

=

5,1𝑇 𝑑3

Rumus 3. Tegangan Geser

Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas momen puntir saja, perlu diperhatikan pula apakah ada

kemungkinan

pemakaian

dengan

beban

lentur

dimasa

mendatang. Jika memang diperkirakan akan terjadi pemakaian dengan beban lentur, maka dapat dipertimbangkan pemakaian faktor Cb yang harganya antara 1,2 - 2,3 (jika tidak diperkirakan akan terjadi pembebanan lentur maka Cb diambil = 1,0).

13

Dari persamaan di atas diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros : 𝑑=[

1⁄3 5,1 𝐾𝑑 𝐢𝑏 𝑇] πœπ‘Ž

Rumus 4. Diameter Poros

Sedangkan tegangan geser yang diijinkan: πœπ‘Ž = πœŽπ‘ ⁄(𝑠𝑓1 π‘₯𝑠𝑓2 ) Rumus 5. Tegangan Geser Ijin Keterangan : πœπ‘Ž : Tegangan geser yang diijinkan (kg.mm2) πœŽπ‘ : Kekuatan tarik (kg/mm2) (Sularso, Suga K., Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. PT. Pradya Paramita, Jakarta, 1991.)

1.2. Pisau Pencacah Pisau pencacah merupakan komponen utama mesin pencacah sampah daun yang berfungsi sebagai alat pencacah. Pisau pencacah memiliki peran penting pada mesin pengolah sampah daun secara kontinyu. Pisau berfungsi memotong bahan yang dimasukkan dari corong masukan (hopper inlet). Dari identifikasi gambar kerja pisau pencacah merupakan langkah untuk mengetahui gambar kerja sebagai acuan dari perancang yang ditujukan untuk membuat komponen-komponen berdasarkan gambar kerja. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan pekerjaan selanjutnya yaitu proses pembuatan atau pembentukan tidak terjadi kesalahan bentuk, jumlah potongan serta ukuran yang ditentukan. Pisau pada mesin pencacah rumput ini terdiri dari pisau pencacah yang disusun membentuk star-rata. Bahan yang digunakan untuk membuat pisau pencacah adalah Cold Work Tool Steels yaitu 115CrV3 dengan kadar karbon 1,10% - 1,25%, kadar Si 0,15% - 0,3%, kadar Mn 0,2% 0,4%, kadar P 0,03%, kadar S 0,03%, kadar Cr 0,5% - 0,8% dan kadar V 0,07% - 0,12%.

14

1.3. Rangka Mesin Desain rangka mesin memiliki keutamaan yang berfungsi untuk mengakomodasi seluruh komponen-komponen mesin yang terpasang di dalamnya. Pada dasarnya rangka merupakan bentuk dasar suatu mesin yang bekerja sebagai penyangga atau penguat dudukan. Hal yang penting untuk diperhatikan perancang ialah dari segi penentuan tata letak tumpuan supaya tidak mengganggu kinerja mesin secara optimal. Parameter yang harus dipenuhi dalam merancang rangka terdiri dari kekuatan, kekakuan, ketahanan

korosi,

ukuran,

penampilan,

berat,

biaya

manufaktur,

kebisingan, umur dari struktur yang akan dibuat. Telah diketahui di dunia engineering, terdapat banyak macam rangka seperti rangka mesin, rangka jembatan, rangka bangunan, rangka batang, rangka kendaraan dan lainnya. Maka dari itu, rancangan rangka disesuaikan dengan fungsinya masing-masing dan harus memenuhi standar parameter perancangannya. Tidak ada batasan tertentu dalam merancang rangka mesin, sehingga perancangannya lebih dipusatkan pada analisis faktor yang mempengaruhi suatu rangka seperti, gaya yang ditimbulkan oleh komponen mesin lainnya melalui titik-titik pemasangan seperti bantalan, engsel, siku, atau komponen mesin lainnya kemudian cara dudukan rangka itu sendiri, kepresisian sistem, lingkungan tempat mesin akan beroperasi, dan kapasitas produksi mesin. Faktor tersebut perlu dijadikan perhatian khusus saat merancang rangka. Parameter yang dapat dikendalikan oleh perancang ialah pemilihan bahan, geometri bagian rangka yang menahan beban dan proses manufaktur. Pemilihan bahan untuk rangka harus mempertimbangkan sifatsifat bahan, yakni kekuatan dan kelenturan. Selain kekuatan dan kelenturan, sambungan pada rangka atau konstruksi sering dijadikan faktor penentu dalam perancangan. Beberapa hal yang berkaitan dengan proses pembuatan rangka mesin, antara lain : 1.3.1. Bahan rangka mesin Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan rangka mesin terdiri dari baja profil kotak. Pada proses pemilihan bahan untuk pembuatan rangka mesin diasumsikan, bahan yang digunakan ialah baja karbon rendah dan didasarkan pada bentuk serta ukuran bahan sebagaimana yang tertera pada gambar kerja.

15

1.3.2. Bagian-bagian rangka mesin Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, rangka mesin sebagai salah satu bagian dari mesin pengolah sampah daun mempunyai peranan penting dalam mendukung kinerja mesin. Secara umum rangka mesin terdiri dari tiga bagian pokok, antara lain rangka dudukan bak pencacah, rangka utama, dan rangka dudukan motor. Proses pengerjaan rangka mesin ini dibuat secara bertahap diawali dengan pembuatan dudukan bak pencacah kemudian dilanjutkan dengan pembuatan rangka utama dan rangka dudukan motor. Urutan ini dibuat untuk memudahkan proses pengerjaan.

1.4. Casing Casing berfungsi sebagai pengaman dan memperindah tampilan luar mesin pengolah sampah daun, selain itu casing dapat mengamankan operator dari komponen mesin yang membahayakan saat mesin dioperasikan.

1.5. Komponen Elektrik 1.5.1. Motor Listrik Motor listrik berfungsi sebagai tenaga penggerak. Penggunaan dan pemilihan dari motor listrik ini disesuaikan dengan kebutuhan daya dari mesin tersebut.

Gambar 1. Motor Listrik (Sumber : http://carapedia.com/macam_macam_motor_listrik_info3163.html)

16

Jika n (rpm) adalah putaran dari poros motor listrik dan T (kg.mm) adalah torsi pada poros motor listrik, maka besarnya daya P (kW) yang diperlukan untuk menggerakkan sistem adalah :

𝑃𝑑 =

𝑇π‘₯𝑛 9,74 π‘₯ 105

Rumus 6. Daya Motor Listrik Keterangan :

𝑃𝑑 : Daya motor listrik (kW) T : Torsi (kg.mm)

Penurunan Rumus :

𝑃=

𝑇 2π‘₯πœ‹π‘₯𝑛 (1000) ( 60 ) 1 3 𝑔 π‘₯ 10

𝑔 = 9,8 π‘šβ„π‘  2 1 1 π‘₯ 103 = π‘₯ 103 = 102,04 β‰ˆ 102 𝑔 9,8 𝑃=

𝑇 2π‘₯πœ‹π‘₯𝑛 (1000) ( 60 )

102 𝑇 2π‘₯πœ‹π‘₯𝑛 𝑃 π‘₯ 102 = ( )( ) 1000 60 𝑇 π‘₯ 2 π‘₯ πœ‹ π‘₯ 𝑛 = 𝑃 π‘₯ 102 π‘₯ 60 π‘₯ 1000 𝑃 π‘₯ 102 π‘₯ 60 π‘₯ 1000 2π‘₯πœ‹π‘₯𝑛 𝑃 𝑇= π‘₯ 974.028,25 𝑛 𝑃 𝑇= π‘₯ 9,74 π‘₯ 105 𝑛 𝑇=

𝑃 π‘₯ 9,74 π‘₯ 105 = 𝑇 π‘₯ 𝑛 𝑃=

𝑇π‘₯𝑛 9,74 π‘₯ 105

17

1.5.2. Emergency Stop Emergency stop merupakan salah satu saklar yang dipergunakan dalam rangkaian pengendali. Saklar ini memiliki kontak NC saja, emergency stop akan bekerja bila ada tekanan dan saklar ini akan memutuskan sistem yang sedang beroprasi.

Gambar 2. Emergency Stop (Sumber : hhtps://www.asi-ez.com/member/x256-Panel-signs.asp)

1.5.3. Push Button Push button merupakan salah satu saklar yang dipergunakan dalam rangkaian pengendali. Saklar ini memiliki titik kontak NC dan NO saja, kontak ini memiliki dua terminal baut sebagai kontak sambungan. Sedangkan yang memiliki kontak NC dan NO kontaknya memiliki 4 buah terminal baut. Push button akan bekerja bila ada tekanan dan saklar ini akan memutus atau menghubung sesuai dengan jenisnya. Bila tekanan dilepas maka kontak akan kembali ke posisi semula karena ada tekanan pegas.

Gambar 3. Push Button (Sumber : www.directindustry.com/prod/rafi/push-button-switches-5441191654.html)

18

Push button pada umumnya memiliki kontruksi yang terdiri dari kontak begerak dan kontak tetap. Dari kontruksinya, maka push button dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu:

a. Tipe Normally Open (NO) Tombol ini disebut tombol start karena kontak akan menutup bila di tekan dan kembali terbuka bila dilepaskan. Bila tombol ditekan maka kontak akan bergerak sehingga arus listrik akan mengalir.

Gambar 4. Push button NO (Sumber : http://soul89.blogspot.com/2011/10/push-button.html?m=1)

b. Tipe Normally Close (NC) Tombol ini disebut dengan tombol stop karena kontak akan terbuka bila ditekan dan akan kembali tertutup bila dilepaskan. Kontak bergerak akan lepas dari kontak tetap sehingga arus listrik akan terputus.

Gambar 5. Push button NC (Sumber : http://soul89.blogspot.com/2011/10/push-button.html?m=1) c. Tipe NC dan NO

Gambar 6. Push button NC dan NO (Sumber : http://soul89.blogspot.com/2011/10/push-button.html?m=1)

19

Tipe ini kontaknya memiliki 4 buah terminal baut, sehingga bila tombol tidak ditekan maka sepasang kontak akan NC dan kontak lain akan NO, bila tombol ditekan maka kontak tertutup akan membuka dan kontak yang membuka akan tertutup. 1.6. Sabuk dan Puli Sabuk dan puli digunakan untuk mentransmisikan daya dari satu poros ke poros yang lain yang berputar pada kecepatan yang sama atau berbeda. Hal yang menentukan besar daya yang ditransmisikan adalah kecepatan sabuk, kekencangan sabuk, sudut kontak antara sabuk dan puli, kondisi dimana sabuk digunakan. Sedangkan koefisien gesek antara sabuk dan puli tergantung pada bahan sabuk, bahan puli dan kecepatan sabuk. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam instalasi sabuk puli antara lain : a. Kedua poros harus benar-benar sejajar, agar kekencangan sabuk bisa seragam. b. Jarak kedua puli jangan terlalu dekat, agar sudut kontak pada puli kecil sebesar mungkin. c. Jarak

kedua

puli

tidak

boleh

terlalu

jauh,

karena

akan

menyebabkan sabuk membebani poros. d. Sabuk yang panjang cenderung berayun dari sisi ke sisi yang menyebabkan sabuk aus. e. Sisi kencang sabuk harus di bawah, sehingga jika sabuk turun pada sisi kendor akan menambah besar sudut kontak pada puli. f. Untuk memperoleh hasil yang baik pada sabuk datar, jarak maksimal antar poros tidak boleh lebih dari 10 meter dan jarak minimal tidak boleh kurang dari 3,5 kali diameter puli besar.

Sabuk terdiri dari 3 macam, yaitu: 1.6.1. Sabuk datar (flat belt), Bahan sabuk pada umumnya terbuat dari samak atau kain yang diresapi oleh karet. Sabuk datar yang modern terdiri atas inti elastis yang kuat seperti benang baja atau nilon. Pada sabuk datar akan terjadi pengereman apabila ada sambungan sabuk.

20

1.6.2. Sabuk V (V- belt), Sabuk V terbuat dari kain dan benang, biasanya katun rayon atau nilon dan diresapi karet. Kelebihan sabuk V dibandingkan dengan sabuk datar, yaitu: a. Selip antara sabuk dan puli dapat diabaikan. b. Sabuk V yang dibuat tanpa sambungan sehingga memperlancar putaran. c. Memberikan umur mesin lebih lama, 3-5 tahun. d. Sabuk V mudah dipasang dan dibongkar. e. Operasi sabuk dengan puli tidak menimbulkan getaran. f. Sabuk V mempunyai kemampuan untuk menahan goncangan saat mesin dinyalakan. g. Sabuk V juga dapat dioperasikan pada arah yang berlawanan.

Sedangkan kelemahan sabuk V dibandingkan dengan sabuk datar, yaitu: a. Sabuk V lebih mudah rusak dibandingkan dengan sabuk datar. b. Konstruksi puli sabuk V lebih rumit daripada sabuk datar. 1.6.3. Sabuk bundar/tali (circular balt/rope) Sabuk bundar pada umumnya digunkan untuk meneruskan daya yang besar dari satu puli ke puli yang lain dan mampu digunakan pada jarak antar puli lebih dari 8 meter. 1.7. Bantalan Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerak bolak-balik dapat bekerja dengan aman, halus dan umur pakai menjadi lebih lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros atau elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak bekerja dengan baik, maka kinerja seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja semestinya. Jadi, jika disamakan pada gedung, maka bantalan dalam permesinan dapat disamakan dengan pondasi pada suatu gedung. Berdasarkan dasar gerakan bantalan terhadap poros, maka bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

21

1.7.1. Bantalan luncur Bantalan luncur mampu menumpu poros putaran tinggi dengan beban yang besar. Bantalan ini memiliki konstruksi yang sederhana dan dapat dibuat dan dipasang dengan mudah. Bantalan luncur memerlukan momen awal yang besar karena gesekannya yang besar pada waktu mulai jalan. Pelumasan pada bantalan ini tidak begitu sederhana, gesekan yang besar antara poros dengan bantalan menimbulkan efek panas sehingga memerlukan suatu pendinginan khusus seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 7. Pelumasan Bantalan Luncur (Sumber : http://mabitsh.blogspot.com/p/elemen-mesin-sabuk-v.html)

Lapisan pelumas pada bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran sehingga hampir tidak bersuara. Tingkat ketelitian yang diperlukan tidak setinggi bantalan gelinding sehingga harganya lebih murah. 1.7.2. Bantalan gelinding Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol jarum dan rol bulat. Bantalan gelinding pada umumnya cocok untuk beban kecil daripada bantalan luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya. Putaran pada bantalan ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut. Bantalan gelinding hanya dibuat oleh pabrik-pabrik tertentu saja karena konstruksinya yang sukar dan ketelitiannya yang tinggi. Harganya pun pada umumnya relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan bantalan luncur.

22

Bantalan

gelinding

diproduksi

menurut

standar

dalam

berbagai ukuran dan bentuk, hal ini dilakukan agar biaya produksi menjadi lebih efektif serta memudahkan dalam pemakaian bantalan tersebut. Keunggulan dari bantalan gelinding yaitu, gesekan yang terjadi pada saat berputar sangat rendah. Pelumasannya pun sangat sederhana, yaitu cukup dengan gemuk, bahkan pada jenis bantalan gelinding yang memakai sil sendiri tidak perlu pelumasan lagi. Meskipun ketelitiannya sangat tinggi, namun karena adanya gerakan elemen gelinding dan sangkar, pada putaran yang tinggi bantalan ini sedikit berisik jika dibandingkan dengan bantalan luncur.

Gambar 8. Komponen Bantalan Gelinding (Sumber : http://mabitsh.blogspot.com/p/elemen-mesin-sabuk-v.html) 1.8. Pupuk Kompos Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dibuat dengan cara menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme hidup. Untuk membuat pupuk kompos diperlukan bahan baku berupa material organik dan organisme pengurai. Organisme pengurainya bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Teknologi pengomposan dikembangkan dari proses penguraian material organik yang terjadi di alam bebas. Terbentuknya humus di hutan merupakan salah satu contoh pengomposan secara alami. Prosesnya berjalan sangat lambat, bisa sampai berbulan-bulan hingga bertahuntahun. Kemudian manusia memodifikasi proses penguraian material

23

organik tersebut sehingga pengomposan yang dikelola manusia bisa dilakukan dalam waktu yang lebih singkat. Khususnya untuk sampah daun, sampah daun tersebut dicacah di dalam sebuah mesin pengolah sampah, proses pencacahan daun tersebut dilakukan agar proses dekomposisi berlangsung secara maksimal. Sampah daun yang telah dicacah akan dicampur dengan Efektif Mikroorganisme (EM4) dan dimasukkan kedalam sebuah bak penampungan yang tertutup. Hal itu dilakukan untuk menghindari sinar matahari dan hujan. Sampah yang diproses menjadi kompos harus dalam keadaan basah, tetapi tidak sampai berair, itu sebabnya bak penampungan ditutup sehingga sampah tidak cepat kering karena penguapan atau terlalu basah karena hujan. Proses pengomposan juga memerlukan proses pengadukan, supaya bakteri pengurai dapat merata. Tumpukan sampah harus dibolakbalik setidaknya seminggu sekali. Tumpukan sampah yang telah diaduk dalam waktu dua hingga tiga bulan akan teruarai menjadi kompos.

2.

Mekanika Teknik 2.1. Momen Momen merupakan efek yang terjadi akibat bekerjanya gaya pada suatu benda. Momen juga sering didefinisikan sebagai hasil kali gaya dan jarak terpendek arah garis kerja terhadap titik tumpu, sehingga apabila dirumuskan secara umum adalah

𝑀 = 𝐹. π‘Ÿ Rumus 7. Momen

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule. Momen pada umumnya dibagi menjadi beberapa jenis, dua diantaranya adalah momen puntir dan momen bengkok. 2.1.1. Momen Puntir (Mt) Terbentuk oleh gaya (F) yang bekerja pada jarak tertentu (r) dari sumbu benda yang mengakibatkan benda terpelintir disepanjang sumbunya. Besarnya momen gaya tergantung dari besar gaya yang diberikan dan panjang lengan momennya.

24

Gambar 9. Skema Momen Puntir (Sumber : http://blog.ub.ac.id/rizalhendrawan) 2.1.2. Momen Bengkok (Mb) Jika suatu batang diberikan gaya dengan jarak tertentu dari titik

penyanggaan

garis

dari

batang

tersebut

maka

akan

memungkinkan batang tersebut mengalami kebengkokan.

Gambar 10. Skema Momen Bengkok pada Batang (Sumber : http://blog.ub.ac.id/rizalhendrawan) Untuk mengetahui momen bengkok suatu batang dihitung dengan rumus: 𝑀𝑏 = 𝑃. 𝐿 (π‘˜π‘”. π‘šπ‘š) Rumus 8. Momen Bengkok Keterangan : P : Beban maksimum (kg) L : Jarak tumpuan (mm) (Stefanus,

Hendrosudjono

MEKANIK SWISS-ITB hal. 48)

J.

Mekanika

Teknik.

POLITEKNIK

25

3.

Daya Tenaga atau daya adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dinyatakan dalam satuan Nm/s, Watt, atau HP.

P=W/t

atau

P=Fxv

Rumus 9. Tenaga atau Daya

Keterangan : P

: Daya (Watt)

W

: Usaha (J)

t

: Waktu (s)

F

: Gaya (N)

V

: Kecepatan (m/s)

Daya angkat adalah inputan daya minimal yang harus dipasang guna menggerakkan suatu sistem. P = 𝜏 x ( Ο‰ / r) P = 𝜏 x 2 x Ο€ x n / 60 Rumus 10. Daya Angkat Keterangan : P

: Daya (Watt)

Ο‰

: Putaran sudut (rad/s)

𝜏

: Momen torsi (Nm)

n

: Putaran rotor (rpm)

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Bab Iii.docx
December 2019 2
Bab Iv.docx
December 2019 3
Ulir.docx
December 2019 3
Bab Ii.docx
December 2019 1
Bab I.docx
December 2019 2
Bab V.docx
December 2019 6