BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi fisiologi Stuktur sendi lutut sangat kompleks dengan berbagai macam jaringan di sekitarnya. Sendi lutut adalah merupakan salah satu sendi besar yang menahan axial loading cukup berat (Flandry & Hommel 2011). Sendi lutut merupakan sendi sinovial “hinge type“ dengan pergerakan fleksi, ekstensi, dikombinasikan dengan pergeseran dan berputar atau rotasi (Ángel et al. 2012) B. Biomekanik a) Osteokinematik Axis gerakan fleksi dan ekstensi terletak diatas permukaan sendi lutut melewati condyles femur, sedangkan axis gerakan rotasi axisnya
longitudinal
pada
daerah
condyles
medialis.
Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerakan fleksi dan ekstensi pada bidang sagittal pada LGS fleksi antara 120º-130º, bila posisi hip felksi penuh, dan dapat mencapai 140º bila hip ekstensi penuh. Untuk gerakan ekstensi, LGS antara 0º-10º. Gerakan putaran pada bidang rotasi dengan LGS untuk endorotasi antara 30º35º, sedangkan untuk eksorotasi antara 40º-45ºdari posisi awal mid posision. Gerakan rotasi ini terjadi pada posisi lutut fleksi 90º (Ramadani, 2017).
b) Arthrokinematika Arthrokinematika pada sendi lutut disaat femur (convex) bergerak rolling dan sliding berlawanan arah, disaat terjadi gerakan fleksi femur rolling kearah belakang dan slidingnya kedepan. Disaat geraka ekstensi femur rolling kearah depan dan slidingnya kearah belakang. Jika tibia (concave) bergerak fleksi ataupun ekstensi maka rolling maupun sliding terjadi searah. Disaat fleksi menuju dorsal, sedangkan ekstensi menuju ventral (kisner,2016) C. Tinjauan Tentan Osteoathritis 1. Definisi Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi. (Delima Apriliana Sella,dkk,2017) 2. Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses terjadinya osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen,
otot-otot persendian,serabut aferen, dan tulangtulang. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Osteoarthritis juga bias terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya (Iit Selviani, S.FT,2018). 3. Faktor Resiko 1. Faktor Sitemik a. Usia : merupakan faktor risiko paling umum pada OA. Proses penuaan meningkatkan
kerentanan
sendi
melalui berbagai mekanisme. Kartilago pada sendi orang tua sudah kurang responsif dalam mensintesis matriks kartilago yang distimulasi oleh pembebanan (aktivitas) pada sendi. Akibatnya, sendi pada orang tua memiliki kartilago yang lebih tipis. Kartilago yang tipis ini akan mengalami gaya gesekan yang lebih tinggi pada lapisan
basal
dan hal inilah yang menyebabkan
peningkatan resiko kerusakan sendi. Selain itu, otot-otot yang menunjang sendi menjadi semakin lemah dan memiliki respon yang kurang cepat terhadap impuls. Ligamen menjadi semakin regang, sehingga kurang bisa mengabsorbsi impuls. Faktor-faktor ini secara keseluruhan meningkatkan kerentanan sendi terhadap OA (j, santosa,2018)
b. Jenis kelamin : masih belum banyak diketahui mengapa prevalensi OA pada perempuan usila lebih banyak daripada laki- laki usila. Resiko ini dikaitkan dengan berkurangnya hormon pada perempuan pasca menopause (j, santosa,2018). c. Faktor
herediter
juga
berperan
pada
timbulnya
osteoartritis. Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur- unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoarthritis (j, santosa,2018) 2. Faktor Intrinsik a. Riwayat Truma Lutut Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA lutut.4 Studi Framingham menemukan bahwa orang dengan riwayat trauma lutut memiliki risiko 5 – 6 kali lipat lebih tinggi untuk menderita OA lutut.10 Hal tersebut biasanya terjadi pada kelompok usia yang lebih muda serta dapat menyebabkan
kecacatan
(Maharani,2007)
yang
lama
dan
pengangguran
b. Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada sendi lutut seperti genu varum, genu valgus, Legg – Calve – Perthes disease dan displasia asetabulum. Kelemahan otot kuadrisep dan laksiti ligamentum pada sendi lutut termasuk kelainan lokal yang juga menjadi faktor risiko OA lutut (Maharani,2007). 4. Klasifkasi a. OA Primer Osteoarhritis primer adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan beban tubuh (weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada sendi dan kerusakkan akibat proses penuaan.Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada kaki (Iit Selviani, S.FT,2018) b. OA Sekunder Osteoarthritis sekunder paling sering terjadi pada trauma, pada aktivitas berlebih atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya penyakit sistemik. Osteoarthritis
sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal dari pada osteoarthritis primer. (Iit Selviani, S.FT,2018) 5. Patofisologi Perubahan yang terjadi pada OA adalah ketidakrataan rawan sendi disusul ulserasi dan hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kontak tulang dengan tulang dalam sendi disusul dengan terbentuknya kista subkodral, osteofit pada tepi tulang dan reaksi radang pada membrane sinovial. Pembengkakan sendi, penebalan membran sinovial dan kapsul sendi, serta teregangnya ligament menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot disekitar sendi menjadi lemah karena efusi sinovial dan disuse atropy pada satu sisi dan spasme otot pada sisi lain. Perubahan biomekanik ini disertai dengan biokimia dimana terjadi gangguan metabolisme kondrosit, gangguan
biokimia
matrik
akibat
terbentuknya
enzim
metalloproteinase yang memecah proteoglikan dan kologen. Meningkatkan aktivitas subtansi p sehingga meningkatkan nociceptor dan menimbulkan nyeri (Suriani, 2013).
6. Tanda dan Gejala a. Nyeri sendi Nyeri sendi merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri sendi pada OA merupakan nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri akan bertambah jika ada pergerakan dari sendi yang
terserang dan sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri juga dapat menjalar (radikulopati) misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal. Claudicatio intermitten merupakan nyeri menjalar ke arah betis pada osteoartritis lumbal yang telah mengalami stenosis spinal. Predileksi OA pada sendi-sendi; Carpometacarpal I (CMC I), Metatarsophalangeal I (MTP I), sendi apofiseal tulang belakang, lutu, dan paha). b. Kaku pada pagi hari (morning stiffness) Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi misalnya karena duduk di kursi atau mengendarai mobil dalam waktu yang sukup lama, bahkan sering disebutkan kaku muncul pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness). c. Hambatan pergerakan sendi Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi d. Krepitasi Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang sakit. e. Perubahan bentuk sendi Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada
celah sendi. Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berjalan dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi. Seringkali pada lutut atau tangan mengalami perubahan bentuk membesar secara perlahan-lahan. f. Perubahan gaya berjalan Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan, hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut dan panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang). Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri.