Formatted: Indent: Left: 0"
BAB II SUMBER KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA INDUSTRI KONSTRUKSI Formatted: Left, Indent: Left: 0"
Objektif :
2.1
Setelah selesai pembahasan Bab II, mahasiswa mengetahui, memahami dan mampu
Formatted: Left
mengenali sumber kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada industria konstruksi.
Formatted: Font: Not Bold
Umum
Formatted: Justified, Indent: Left: 0"
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dimana akan berakibat cidera, sakit / penyakit akibat kerja sampai kepada kematian dan / atau mengakibatkan kerusakan ataupun kerugian. Sedangkan Penyakit Akibat Kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Untuk dapat mencegah atau menekan terjadinya kecelakaan atau sakit / penyakit akibat kerja. ,aka perlu dikeatui dan dipahami sumber kecelakaan dan sakit / penyakit akibat kerja tersebut. Secara umum, sumber kecelakaan dan sakit / penyakit akibat kerja dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu kondisi/lingkungan kerja, manajemen/organisasi kerja, dan perilaku kerja yang tidak aman seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.1 (Anonim, 2003).
Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: 1.5 lines
The Three Basic Causes of Occupational Accident
1
Formatted: Line spacing: 1.5 lines
Gambar 2.1 Faktor Utama Penyebab Kecelakaan Kerja Sumber : Anonim, 2003.
Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: 1.5 lines
lingkungan kerja yang tidak aman dan Manajemen yang kurang proporsional dapat menyebabkan timbulnya kondisi kerja dan perilaku kerja yang tidak aman, yang pada akhirnya akan menimbulkan terjadinya kecelakaan, sakit dan kerugian baik bagi pekerja maupun perusahaan.
2.21
Kondisi kerja yang Tidak Aman (unsafe condition-environment factors) Yang dimaksud dengan kondisi kerja adalah kondisi interaksi antara manusia kerja
dengan sarana/prasarana/alat kerja, lingkungan kerja, benda kerja dan sistem atau organisasi kerja. Karakteristik kondisi sarana/prasarana/alat kerja, lingkungan kerja, benda kerja dan sistem kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia kerja dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan sakit/penyakit akibat kerja seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.2.
2
Formatted: Space After: 0 pt
BAHAN
ALAT
Formatted: Line spacing: 1.5 lines
Gambar 2.2. Faktor Penyebab Kecelakaan dan sakit Akibat Kerja
Kondisi kerja pada industri konstruksi pada umumnya tidak aman karena banyak sumber bahaya yang tidak dapat dihindari seperti uraian berikut (Rees & Eidison, 2006; Grandjean, 1993). 1. bBekerja di ketinggian tertentu; 2. Bersentuhan langsung dengan kondisi cuaca yang sering tidak menentu seperti dibawah paparan panas dan hujan; 3. Bekerja di bawah paparan, kebisingan, getaran, radiasi serta dan bahan-bahan bangunan yang mengandung bahan berbahaya seperti semen, kapur, bahan-bahan cat dan sebagainya; 4.
(Gambar 2.3). Pekerjaan konstruksi juga seringbanyak menggunakan alat-alat yang tajam baik yang dioperasikan secara manual, mekanik maupun elektrik tanpa alat pelindung yang proporsional;
5. Area kerja yang kurang tertata dengan rapi 3
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
6. Sirkulasi lalu lintas yang sempit; 7. Penyimpanan barang yang kurang tertata dengan rapi; 8. Sarana, fasilitas dan peralatan yang kurang sesuai dengan kapasitas, kemampuan dan keterbatasan pekerja; dan 9. Banyaknya bahan-bahan yang mudah terbakar. Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
. Sumber bahaya tersebut memang sulit untuk dieliminasi atau dihindari seperti yang
Formatted: Normal Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
terlihat pada Gambar 2.3, namun dapat dikendalikan melalui pengaturan manajemen yang
Formatted: Normal, Indent: First line: 0.5"
proporsional sehingga dampak dari kondisi kerja yang tidak aman tersebut tidak membahayakan
Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
pekerja.
Gambar 2.3 Berbagai Kondisi Kerja Pada Industri Konstruksi Sumber : Anonim (2009), Google search
2.31
Manajemen atau Organisasi Kerja Yang Kurang Proporsional (poor management) Timbulnya kecelakaan dan sakit/penyakit akibat kerja juga sering terjadi akibat
manajemen atau organisasi kerja yang kurang proporsional. Beberapa aspek sumber kecelakaan dan sakit/penyakit akibat kerja yang terjadi karena lemahnya manajemen/organisasi kerja dapat dijabarkan seperti uraian berikut (Rees & Eidison, 2006; Grandjean, 1993). Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
1. Dalam pengembangan sistem kerja kurang mempertimbangkan aspek K3; 4
2. Penempatan tenaga kerja pada posisi yang kurang sesuai dengan kemampuan, kapasitas dan keterbatasan pekerja; 3. , Ppenjadwalan waktu kerja dan istirahat yang kurang berimbang; 4. , gGizi kerja yang kurang memadai; 5. , kondisi informasi yang kurang memadai seperti minimnya tanda-tanda bahaya di area kerja; tidak tersedia acuan yang tertulis tentang prosedur K3; 6. Tidak tersedia Alat Pelindung Diri (APD) seperti pelindung kepala (helmet), pelindung
Formatted: Font: Italic
pendengaran (earplug atau earmuff), masker, sarung tangan, sepatu karet, dll. Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
minim Manajemen/organisasi kerja yang kurang proporsional dapat menyebabkan adanya kondisi kerja yang tidak aman dan secara akumulatif dapat mendorong timbulnya perilaku kerja yang tidak aman yang bermuara pada terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja.
2.43
Perilaku Tidak Aman (unsafe act-personal factors) Perilaku kerja tidak aman seringkali timbul akibat kondisi kerja yang tidak aman dan
manajemen/organisasi kerja yang kurang proporsional. Kondisi kerja yang tidak aman serta manajemen/organisasi kerja yang kurang proporsional dapat memberikan beban kerja tambahan baik yang bersifat fisik maupun psikologis yang dapat menimbulkan berbagai keluhan dan kelalahan dini, dan pada akhirnya menurunkan tingkat ketelitian dan kewasdaan yang menyebabkan timbulnya kecelakaan dan sakit akibat kerja. Di samping itu, perilaku kerja tidak aman juga sering timbul karena kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik yang sudah menjadi budaya atau juga karena kurangnya pemahaman pekerja terhadap cara kerja yang aman dan sehat seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.4.
5
Formatted: Normal Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
Gambar 2.4 Berbagai Perilaku Kerja Yang Tidak Aman Sumber : Lilik (2007)
Perilaku kerja yang tidak aman yang sering dijumpai adalah seperti uraian berikut (Rees & Eidson, 2006; Grandjean, 1993). Formatted: Indent: Left: 0.25", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0" + Indent at: 0.25"
1. Tidak disiplin dalam menggunakan alat pelindung diri; 2. Mengabaikan prosedur pengoperasian mesin/alat kerja; 3. Mengangkat dan mengangkut dengan cara yang tidak benar; 4. Sikap kerja yang tidak ergonomis; 5. Mengoperasikan peralatan dalam kondisi mengantuk, mabuk atau kurang sehat; dan 6. Mengabaikan prosedur K3.
Kondisi kerja yang tidak aman, manajemen/organisasi kerja yang kurang proporsional dan perilaku kerja yang tidak aman secara akumulatif akan akan menambah beban kerja, menimbulkan berbagai keluhan fisik, kelelahan, menurunnya tingkat ketelitian dan kewasdaan, risiko kecelakaan dan sakit akibat kerja meningkat, efisiensi dan produktivitas rendah, dan pada akhirnya akan mengurangi keuntungan perusahaan atau bahkan merugi yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup baik bagi pekerja maupun perusahaan.
6