SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA SEBELUM ABAD KE-20 Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah bisa dikatakan sejak datangnya para penjajah di seluruh wilayah Nusantara dan sekitarnya, antara lain : 1. Pati Unus dari kesultanan Demak, tahun 1511 berusaha mengusir Portugis dari Malaka, setelah Portugis menguasai Malaka. 2. Sultan Agung dari Kesultanan Mataram, tahun 1628 dan 1629 berusaha mengusir Belanda dari Batavia. 3. Sultan Mirsa dari kesultanan Cirebon, empat kali bangkit melawan penjajah Belanda, yaitu pada tahun 1788 dipimpin oleh Mirsa, kemudian tahun 1793, 1796, dan tahun 1802.
4. Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1680) dari Kesultanan Banten juga berusaha mengusir Belanda dari Banten. 5. Tahun 1674 Trunajaya memimpin rakyat Madura, dibantu laskar Banten dan Makassar melawan Mataram karena Mataram sudah bekerja sama dengan Belanda. 6. Sultan Hasanuddin dari Kesultanan Makassar mengadakan perlawanan terhadap Belanda antara lain terjadi pada tahun 1653, 1655, 1660 dan 1666. 7. Sultan Khairun dari Kesultanan Ternate dengan dukungan rakyat Ternate menyatakan perang dengan Portugis, yang kemudian dilanjutkan oleh putranya Baabullah. 8. Pangeran Antasari dari Kesultanan Banjar, bersama rakyat Banjar mengadakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
9. Sultan Muhammad Salihuddin dari Kesultanan Kutai Kartanegara tahun 1884 mengadakan perlawanan terhadap tentara Inggris. 10. Sutan Nuku dari Kesultanan Tidore tahun 1802 melawan Belanda. 11. Perlawanan rakyat Saparua, Ambon dan sekitarnya melawan Belanda di bawah pimpinan Pattimura tahun 1817. 12. Pangeran Diponegoro bersama rakyat Jawa Tengah dan Yogyakarta melawan Belanda pada tahun 1825-1830. 13. Perlawanan rakyat Sumatera Barat yang terkenal dengan Kaum Paderi, melawan Belanda pada tahun 1821-1837 di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol. 14. Perlawanan Rakyat Aceh tahun 1837-1904, yang dipimpin oleh Panglima Polim, Tengku Cik Ditiro, Tengku Umar, Dll., yang berhasil mengobarkan semangat jihad melawan penjajah Belanda.
13. Kerajaan Karangasem di pantai Timur Bali, bersama suku Sasak yang sudah memeluk islam, mengadakan perlawanan Belanda pada tahun 1894.
14. Perlawanan rakyat Bali melawan Belanda dibawah Raja Klungkung tahun 1908 yang terkenal dengan “puputan”, tidak mau tunduk kepada Belanda. 15. Perlawanan rakyat Batak melawan Belanda tahun 1875-1907 yang dipimpin oleh Si Singamangaraja
Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah sebelum abad ke-20 di seluruh wilayah Nusantara belum berhasil, antara lain disebabkan oleh hal-hal sbb:
1. Belum ada persatuan yang kuat sehingga masih mudah dipecah belah dan masih bersifat kedaerahan. 2. Mengutamakan perlawanan yang bersifat fisik, kalah dalam persenjataan. 3. Perjuangan masih sangat bergantung kepada para pemimpin, jika pemimpin gugur atau tertangkap, berakhirlah perlawanan terhadap penjajah.
Pada abad XX di panggung politik internasional terjadilah pergolakan kebangkitan Dunia Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Republik Philipina (1898), yang dipelopori Joze Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), gerakan SunYat Sen dengan Republik Cinanya (1911). Partai Konggres di India dengan tokoh Tilak dan Gandhi. Berdasarkan pengalaman yang terdapat di negara-negara lain tersebut, maka bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah sejak abad ke20 mengalami perubahan. Yang tadinya bersifat fisik sekarang menjadi bentuk organisasiOrganisasi yang dibuat didalam masyarakat.
Organisasi - organisasi sosial, politik dan keagamaan yang muncul ditengah-tengah masyarakat tersebut adalah sebagai berikut :
Boedi Oetomo
Kebangkitan Nasional diawali dengan berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908, pendorong berdirinya adalah dokter Wahidin Sudirohusodo yang digerakkan oleh para pelajar STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen/Sekolah Calon Dokter Pribumi).
Sarekat Islam
Pada tahun 1912 Sarekat Dagang Islam menjelma menjadi serikat yang dipimpin oleh H. Samanhudi, H.O.S Cokroaminoto dan Abdul Muis. Sarekat Islam ini secra terang-terangan merupakan gerakan politik yang kooperatif (mau bekerja sama) dengan pemerintah Hindia Belanda.
Indische Partij
Pada tahun 1912 berdirilah Indische Partij di Bandung yang didirikan oleh Tiga Serangkai yaitu Douwes Dekker (Dr. Setiabudhi), Dr. Ciptomangkusumo dan Suwardi Suryaningra (Ki Hajar Dewantara.
Kronologis Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia
Masa Penjajahan Jepang dan Suasana Pembentukan BPUPKI
Masa Sidang BPUPKI
MASA PENJAJAHAN JEPANG DAN SUASANA PEMBENTUKAN BPUPKI Setelah Nederland diserbu oleh tentara Nazi Jerman pada tanggal 5 Mei 1940 dan jatuh pada tanggal 10 Mei 1940, maka Ratu Wihelmina dengan segenap Aparat pemerintahannya mengungsi ke Inggris, sehingga pemerintahan Belanda masih dapat berkomunikasi dengan pemerintah jajahan Indonesia. Janji Belanda tentang Indonesia merdeka kelak kemudian hari dalam kenyataannya hanya suatu kebohongan belaka sehingga tidak pernah menjadi kenyataan. Bahkan sampai akhir pendudukan pada tanggal 10 Maret 1940, kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak pernah terwujud.
Nampaknya memang penderitaan bangsa Indonesia silih berganti. Kepergian penjajah berkulit bule berganti dengan datangnya orang-orang Jepang yang tidak kalah bengisnya. Dengan licik mereka membawa propaganda semboyan dengan semangat “Tiga A” yang berbunyi: “Nippon cahaya Asia”, “Nippon Pelindung Asia”, dan “Nippon Pemimpin Asia”. Dimana propagandis Jepang Hirosyi Syimizu turut aktif memperluaskan slogan tersebut. Di samping praktek-praktek kekuasaan fasis Jepang lainnya yang menindas rakyat.
Pada tahun 1943 tentara Jepang mulai terdesak di semua medan pertempuran. Dalam keadaan yang demikian, pemerintah Jepang memberikan janji kepada bangsa Indonesia, bahwa bangsa Indonesia akan diberikan Kemerdekaan di kelak kemudian hari dalam lingkungan kemakmuran bersama Asia Timur Raya, apabila perang dunia II berakhir dengan kemenangan pada Pihak Jepang. Janji tersebut diucapkan oleh Perdana menteri Jepang Jenderal Kaiso pada 7 September 1944 di depan sidang Istimewa Dewan Perwakilan Rakyat Jepang (Toikuhu Gikai). Janji tersebut tentunya bermaksud agar Bangsa Indonesia bersimpati kepada Jepang dalam menghadapi tentara sekutu.
Selanjutnya pada tanggal 12 Agustus 1945 dibentuknya PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yakni pada saat Radjiman Soekarno, dan Hatta diterima oleh oleh Jenderal Terauchi Hisaichi yang sekaligus melantik Soekarno sebagai ketuanya di Saigon. Selain mempunyai tugas untuk mensyahkan undang-undang dasar yang dibuat oleh BPUPKI. PPKI juga memiliki tugas untuk membuat lambang negara yang merupakan lambang sejarah, hal ini sesuai dengan konstitusi RIS 27 Desember 1949, pemerintah mempunyai kewajiban untuk menetapkan lambang negara
MASA SIDANG BPUPKI Setelah dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 Badan Penyelidik mengadakan 2 kali sidang, yaitu: 1. Sidang pertama, pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan tanggal 1 Juni 1945.
2. Sidang kedua, pada tanggal 10 juli 1945 sampai dengan 17 Juli 1945.
SIDANG I 29 MEI – 1 JUNI 1945 Di Sidang Hari ke 1 Mr. Muhammad Yamin adalah orang pertama yang berbicara dan mengajukan usul tentang asas dan dasar negara Indonesia. 1.
Peri Kebangsaaan
2.
Peri Kemanusian
3.
Peri Ketuhanan
4.
Peri Kerakyatan
5.
Kesejahteraan Rakyat
Pada hari ketiga sidang BPUPKI yaitu tepatnya pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Mr. Soepomo mengemukakan lima dasar negara sebagai berikut :
1.
Persatuan
2.
Kekeluargaan
3.
Keseimbangan Lahir dan Bathin
4.
Musyawarah
5.
Keadilan
PIDATO SOEKARNO Pada 1 Juni 1945 Soekarno mendapat giliran berpidato atau menyampaikan usulnya tentang dasar negara di sidang Pleno 1 BPUPKI. Saat itu Soekarno mengusulkan dasar negara, Pancasila sesuai dengan isinya yang memuat lima sila atau lima dasar negara, yaitu kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan yang Berkebudayaan. Saat itulah untuk pertama kalinya diperkenalkan nama Pancasila di Indonesia modern sehingga pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 itu dikenal sebagai pidato lahirnya Pancasila.
Dengan selesainya rapat tanggal 1 Juni 1945, maka selesailah seluruh masa sidang BPUPKI. Selanjutnya untuk menampung perumusan-perumusan yang bersifat perseorangan dan individual, dibentuklah sebuah panitia kecil yang disebut “Panitia Sembilan” karena anggotanya terdiri dari 9 orang. Yaitu : 1. Ir. Soekarno Ketua merangkap anggota
2. Drs. Moh. Hatta, anggota 3. Mr. A.A. Maramis, anggota 4. K. H. Wachid Hasyim, anggota
5. A. K Mudzakir, anggota 6. Abikusno Tjokrosujoso, anggota
7. H. Agus Salim, anggota 8. Mr. Ahmad Subardjo, anggota 9. Mr. Muh, Yamin, anggota
Panitia sembilan dibentuk kebutuhan untuk mencari modus antara apa yang disebut “Golongan Islam” dengan apa yang disebut “Golongan Kebangsaan” mengenai soal agama dan negara.
HASIL KARYA PANITIA SEMBILAN Piagam Jakarta (22 Juni 1945) didalamnya terdapat perumusan Pancasila yang berbunyi :
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia