Bab Ii Revisi.docx

  • Uploaded by: Riska Andriyani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,519
  • Pages: 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja 1. Pengertian Remaja (Adolescence) adalah dimana perkembangan selama individu mengalami perubahan masa kanak – kanak menuju sampai kemasa dewasa,dari usia 13 dan 20 tahun. ketika pubertas biasanya menunjukkan perubahan hormonal pubertas yang mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda,dan perkembangan mental. Pada anak perempuan biasanya terjadi perubahan berat badan mencapai sekitar 90% sampai 95% dari tinggi badan dewasa padamasa menarche (menstruasi pertama kali) dan mencapai pada usia 16 sampai 17 tahun (Potter & Perry, 2005). Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perkembangan, baik dari fisik, mental maupun peran sosial (Kumalasari & Andhyantoro, 2012). Masa remaja biasanya dimulai dari masa usia 10 sampai 19 tahun, merupakan masa yang penting untuk pematangan organ reproduksi yang disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas ditandai dengan perubahan fisik seperti tumbuhnya rambut halus dikemaluan, perubahan berat badan, pembesaran payudara. Perubahan paling awal muncul masa pubertas yaitu ditandai dengan adanya menarche (haid yang pertama kali) pada anak perempuan (Bahiyatun, 2009). 2. Perkembangan remaja Pada masa adolesens terjadi proses kematangan yang berlangsung secara lambat dan teratur. Dari pengalaman psikis pada masa adolesens didukung oleh pengalaman psikis pada masa pubertas dan masa pra –

8

pubertas akan banyak mempengaruhi terbentuknya individu dewasa yang matang dan berkepribadian. a. Perubahan fisik Pengaruh perubahan fisik yang terbesar pada perkembangan jiwa remaja adalah: Pertumbuhan tubuh(Badan menjadi panjang dan tinggi), Tumbuhnya seks skunder (Perubahan fisik yang dirasakan remaja meliputi pertumbuhan badan yang mencolok, pembesaran pada payudara (perubahan yang terjadi pada remaja perempuan ), pada remaja laki – laki biasanya terjadi perubahan suara yang menjadi berat). b. Perubahan kejiwaan atau emosi. Perubahan kejiwaan pada remja dibagi menjadi dua: 1) Perubahan emosi, remaja menjadi sensitif (cemas, frustasi, mudah menangis), agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga mudah berkelahi. 2) Perkembangan intelegensia, remaja menjadi mampu berfikir secara abstrak, senang memberi kritik, ingin mengetahui hal – hal yang baru, sehingga muncul perilaku rasa ingin mencoba. b. Perubahan moral Perubahan moral yang terjadi pada masa remaja: Perubahan konsep moral yaitu kurangnya bimbingan dalam mempelajari bagaimana cara membuat konsep khusus berlaku umum, jenis disiplin yang diterapkan dirumah dan disekolah; Pembentukan moral; Peran suara hati dalam pengendalian perilaku seperti rasa bersalah dan malu. c. Perubahan sosial Remaja harus membuat penyesuaian baru yang terpenting dan sulit untuk mengetahui tujuan pola sosialisasi dewasa: perubahan sikap perilaku realis, pengelompokan realis baru, kuatnya pengaruh kelompok sebaya, nilai baru penerimaan realis, nilai baru dalam memilih teman, nilai baru dalam memilih pemimpin.

9

d. Perubahan kepribadian Fakta

yang dapat mempengaruhi keberhasilan remaja untuk

memperbaiki kepribadiannya : 1) Remaja harus membuat penilaian yang realistis 2) Remaja harus menentukan ide yang realistis dan yang dapat mereka capai 3) Para remaja harus merasa cukup puas dengan apa yang mereka capai dan berusaha untuk memperbaiki prestasi dari bidang yang mereka anggap kurang. 4) Perkembangan psikologi Menurut Csiks Zentimihayi dalam buku psikologi ibu dan anak menyatakan bahwa perkembangan jiwa ditandai dengan adanya proses perubahan entropi ke kondisi entropi. Entropi merupakan keadaan ketika kesadaran manusia masih belum terbentuk dengan rapi meskipun ibunya sudah banyak pengetahuan. Negentropi merupakan keadaan ketika kesadaran sudah mulai tersusun dengan baik, pengetahuan satu terkait dengan pengetahuan yang lainnya.

3. Klasifikasi Remaja Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun) 1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. 2) Tampak dan merasa ingin bebas. 3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

10

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) 1) Tampak dan ingin mencari identitas diri. 2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. 3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) 1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. 2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. 3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. 4) Dapat mewujudkan perasaan cinta. 5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak. (Widyastuti dkk, 2009). B. Konsep Menstruasi 1. Pengertian Winkjosastro (2009) menarche adalah peristiwa keluarnya darah pertama kali yang berasal dari uterus sebangai tanda sudah matangnya alat reproduksi. Menarche adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus

disertai

pelepasan

(deskusamasi)

endometrium

(Sarwono,2005). Menarche adalah menstruasi pertama kali yang terjadi pada wanita dimana hal tersebut merupakan ciri khas atau tanda dari kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Menarche sering disertai dengan reaksi sakit kepala, sakit punggung, merasakan kejang, lelah, depresi dan mudah tersinggung (Yusuf, 2010). Menstruasi merupakan masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa subur (Najmi, 2011). Menstruasi

merupakan

tanda

biologis

dari

kematangan

seksual

mengakibatkan terjadinya bermacam-macam peristiwa berupa reaksi hormon, reaksi biologis dan reaksi psikis yang berlangsung secara siklik dan berulang secara periodic (Hastusi, 2014).

2. Usia Terjadinya Menstruasi

11

Menstruasi terjadi pada usia rata-rata 12 tahun (Norwitz,2007). Menurut Kartono (2007) menstruasi berlangsung kurang lebih pada usia 11-16 tahun. Sedangkan menurut Winkjosastro (2009) usia menarche terjadi pada usia 11-16 tahun dengan rata-ratanya 12,5 tahun. Usia anak perempuan di Indonesia pada saat menarche dapat bervariasi yaitu antara 10 hingga 16 tahun dan rata-rata menarche terjadi pada usia 12 tahun 5 bulan (Munda dkk, 2013). 3. Tanda – tanda datangnya menstruasi a. Suhu badan meningkat b. Nyeri pinggang c. Pusing d. Pembengkakan payudara e. Gangguan pada kulit f. Nafsu makan berlebih. 4. Faktor yang mempengaruhi usia menstruasi Faktor yang mempengaruhi usia menarche Menurut (Lestari, 2011). a. Faktor internal 1) Organ Reproduksi Faktor yang mempengaruhi usia ketika mendapat haid pertama adalah vagina tidak tumbuh dan berkembang dengan baik, rahim yang tidak tumbuh, indug telur yang tidak tumbuh. Beberapa wanita remaja tidak mendapat haid karena vaginanya mempunyai sekat. Tidak jarang ditemukan kelainan lebih kompleks lagi, yaitu wanita remaja tersebut tidak mempunyai rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna yang disertai tidak adanya lubang kemaluan. Kelainan ini disebut “ogenesis genitalis” yang bersifat permanen, artinya perempuan tersebut tidak akan mendapatkan haid selama – lamanya.

2) Hormonal

12

Alat reproduksi perempuan merupakan alat akhir (end organ) sehingga dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Rangsangan yang datang dari luar, masuk kepusat panca indra, diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Dengan hambatan tersebut, tidak terjadi rangsangan terhadap hipotalamus. Yang akan memberikan rangsangan pada Hipofise Pars Posterior sebagai Mother of Glad (pusat kelenjar – kelenjar). Rangsangan terus menerus datang ditangkap oleh panca indra, dengan makin selektif dapat lolos menuju Hipotalamus, selanjutnya menuju Hipofise anterior (depan) mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifiknya, yaitu kelenjar tyroid yang memproduksi hormon tiroksin, kelenjar indung telur yang memproduksi hormon estrogen

dan

progesteron,

sedangkan

kelenjar

adrenal

menghasilkan hormon adrenalin. Pengeluaran hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh kembang mental dan fisik Perubahan yang berlangsung dalam diri seorang perempuan pada masa pubertas dikendalikan oleh hipotalamus, yakni suatu bagian tertentu pada otak manusia. Kurang lebih sebelum gadis itu mengalami datang bulan atau haid, hypotalamus itu mulai menghasilkan zat kimia, atau yang kita sebut sebagai hormon yang akan dilepaskannya. Hormon pertama yang akan dihasilkan adalah perangsang kantong rambut (FSH; Folikel Stimulating Hormon). Hormon ini merangsang pertumbuhan folikel yang mengandung sel telur dalam indung telur. Karena terangsang oleh FSH, folikel itu pun akan menghasilkan estrogen yang membantu pada bagian dada dan alat kemaluan gadis. Peningkatan taraf estrogen dalam darah mempunyai pengaruh pada hipotalamus yang disebut feed back negatieve, ini menyebabkan berkurangnya faktor FSH. Akan tetapi juga membuat hipotalamus melepaskan zat yang kedua, yaitu

13

faktor pelepas berupa hormon lutinasi pada gilirannya hal ini menyebabkan kelenjarnya bawah otak melepaskan hormon lutinasi (LH; Luteinizing Hormone). Hormon LH menyebabkan salah satu folikel itu pecah dan akan mengeluarkan sel telur untuk memungkinkan terjadinya pembuahan. Folikel nyang tersisa dikenal dengan “korpus lutium”. Korpus lutium selanjutnya mengahasilkan estrogen, lalu mulai mengeluarkan zat baru yang disebut “Progesterone”. Progesteron akan mempersiapkan garis alas dari rahim untuk menerima dan memberi makanan bagi sel telur yang telah dibuahi. Apabila sel telur tidak dibuahi, taraf estrogen dan progesteron dalam aliran darah akan merosot sehingga menyebabkan garis alas menjadi pecah – pecah, proses ini akibat timbul perdarahan saat datang haid yang pertama 3) Penyakit Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terlambatnya haid adalah infeksi, kanker payudara. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang sangat rendah sehingga datangnya haid akan tertunda. b. Faktor Eksternal 1) Gizi Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting, yaitu untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan. Keadaan

gizi

gadis

remaja

dapat

berpengaruh

terhadap

pertumbuhan fisik dan usia menarche. Dengan demikian perbedaan usia menarche dan siklus haid sangat ditentukan berdasarkan keadaan status gizi. Semakin lengkap status gizinya, maka semakin cepat usia menarche. Kebiasaan perempuan remaja untuk makan tidak teratur juga berpengaruh, misalnya tidak sarapan, dan diet yang tidak terkendali. 2) Pengetahuan Orang Tua

14

Setiap wanita remaja yang mengalami transisi kedewasaan atau mulai menampakkan tanda – tanda pubertas, terutama menarche akan mengalami kecemasan. Penjelasan dari orang tua tentang

menarche

dan

permasalahannya

akan

mengurangi

kecemasan remaja putri ketika menarche datang. Disinilah orang tua sangat dibutuhkan terutama pada ibu. 3) Gaya Hidup Gaya hidup berperan sangat penting dalam menentukan usia menarche, pada anak – anak remaja yang mempunyai aktivitas olahraga, aktivitas lapangan. Remaja putri yang memiliki pola makan sehat dan olahraga baik akan memperoleh menarche dengan normal dan baik. Penelitian diberbagai negara menunjukkan hanya sepertiga dari 10 remaja putri yang melakukan olahraga cukup.Sikap remaja putri dalam menghadapi haid pertama yang berbeda beda ini setidaknya dipengaruhi dari usia, tingkat pengetahuan, kondisi Psikis. 5.

Gangguan Menarche Menarche adalah salah satu kejadian yang penting dalam masa pubertas. Gangguan gangguan yang dapat terjadi menurut Wiknjosastro dkk (2009) meliputi : a. Menarche dini Pada menarche dini terjadi haid sebelum umur 10 tahun. Hormon gonadotropin diproduksi sebelum anak berumur 8 tahun. Hormon ini merangsang ovarium sehingga ciri-ciri kelamin sekunder, menarche dan kemampuan reproduksi terdapat sebelum waktunya. b. Menarche tarda Menarche tarda adalah menarche yang baru datang setelah umur 14 tahun. Pubertas dianggap terlambat jika gejala-gejala pubertas baru datang antara umur 14-16 tahun. Pubertas tarda dapat

15

disebabkan oleh faktor herediter, gangguan kesehatan, dan kekurangan gizi. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan anak dalam menghadapi menarche a. Usia Usia

mempengaruhi

kesiapan

anak

dalam

menghadapi

menarche karena semakin muda usia anak, maka semakin anak belum siap untuk menerima peristiwa haid, sehingga menarche dianggap sebagai suatu gangguan yang mengejutkan. Menarche yang terjadi terlalu dini pada anak akan mempengaruhi kedisiplinan dalam hal kebersihan badan, seperti mandi masih harus dipaksakan oleh orang lain, padahal sangat penting menjaga kebersihan saat haid. Sehingga pada akhirnya, menarche dianggap oleh anak sebagai satu beban baru yang tidak menyenangkan (Suryani & Widyasih, 2008). b. Sumber informasi Sumber

informasi

adalah

sumber-sumber

yang

dapat

memberikan informasi tentang menarche kepada siswi. Sumber informasi yang diterima siswa menurut Yusuf (2010) dapat diperoleh dari : 1) Keluarga Keluarga adalah pihak yang memiliki hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan marga. Keluarga meliputi orang tua dan anak. Orang tua secara lebih dini harus memberikan

penjelasan

tentang

menarche

pada

anak

perempuannya, agar anak lebih mengerti dan siap dalam menghadapi menarche. Menurut Suryani & Widyasih (2008), Jika peristiwa menarche tersebut tidak disertai dengan informasi-informasi yang benar maka akan timbul beberapa gangguan-gangguan antara lain berupa: pusing, mual, haid tidak teratur.

16

2) Kelompok Teman Sebaya Kelompok teman sebaya mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadian anak. Peranan itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini. Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap remaja itu ternyata berkaitan dengan suasana keluarga remaja itu sendiri. Remaja yang memiliki hubungan baik dengan orang tua cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman sebayanya. Hubungan kelompok teman sebaya dengan kesiapan menghadapi menarche yaitu, informasi anak tentang menarche dapat diperoleh dari kelompok teman sebaya, apabila informasiinformasi tentang menarche tidak benar, maka persepsi siswa tentang menarche akan negatif, sehingga siswa tersebut merasa malu saat mengalami menarche dan dapat timbul beberapa gangguan-gangguan antara lain berupa: pusing, mual, haid tidak teratur. 3) Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksanakan progam bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka

membantu

siswa

agar

mampu

mengembangkan

potensinya, baik menyangkut aspek moral spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Hubungan sekolah dengan kesiapan anak dalam menghadapi menarche yaitu, guru di sekolah hendaknya memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, khususnya menarche pada siswa secara jelas sebelum mereka mengalami menstruasi. Keterkaitan

peran

sekolah

sebagai

pendidik

dan

komunikator akan cukup membantu dalam penyampaian

17

informasi mengenai menarche dan merupakan hal yang utama bagi kesiapan anak menghadapi menarche (Anggraini, 2008). 7. Respon Psikologi Anak Menghadapi Menarche Pengalaman pertama anak saat menarche merupakan suatu hal yang mengejutkan dan penuh emosional. Anak akan merasakan menarche sekali seumur hidup dan tidak semua individu memiliki respon yang sama, salah satu respon yang sering muncul adalah kecemasan (Dariyo, 2004). Menurut Dariyo (2004), terdapat 2 jenis reaksi anak perempuan saat menghadapi menarche yaitu : a. Reaksi negatif merupakan pandangan anak yang kurang baik terhadap menarche. Anak akan menghadapi berbagai macam keluhan fisiologis yaitu sakit kepala, sakit pinggang, mual, muntah, selain itu juga anak akan mengalami psikologis yang tidak stabil seperti bingung, sedih, stres, cemas, mudah tersinggung, marah dan emosional.

Macam-macam

keluhan

yang

dirasakan

anak

kemungkinan karena ketidaktahuan anak tentang perubahanperubahan fisiologi yang terjadi. b. Reaksi positif merupakan pandangan anak untuk menilai menarche sebagai peristiwa yang normal yang wajar. Anak mampu memahami, menghargai dan menerima menarche sebagai tanda dari sebuah kedewasaan, seringkali anak akan merasakan senang dan gembira saat menghadapi menarche.

Respon yang telah

dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa respon positif hanya mencakup rasa bahagia dan biasa saja.

18

C. Pengetahuan 1

Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo,2010). Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

2

Klasifikasi Pengetahuan Klasifikasi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan dalam struktur kognitif hirarki mencakup enam klasifikasi, yaitu : a. Tahu (Know) Tahu di artikan sebagai pengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya temasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang di pelajari atau rangsangan yang di terima. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benarbenar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretsakan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang di pelajari pada situasi atau kondisi reall (sebenarnya).

19

d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis

menujuk

pada

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. 3

Proses Adopsi Pengetahuan Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa apabila suatu pembuatan yang didasari oleh pengaetahuan akan lebih langgeng dari pada pembuatan yang tidak didasari pengetauan, dan apabila manusia mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut: a. Awarness

(Kesadaran)

Dimana

orang menyadari

dalam

arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). b. Interest (Tertarik) Subyek mulai tertarik pada stimulus atau obyek tersebut, maka disini sikap obyek sudah timbul. c. Evaluation (Evaluasi) Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus-stimulus bagi dirinya, hal ini berarti sikap respon sudah lebih baik lagi. d. Trial (Mencoba) Dimana subyek mulai mencoba melaksanakan sesuatu hal sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus atau obyek. e. Adaptation (Adaptasi) Subyek mencoba melaksanakan sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Penerimaan perilaku baru atau adopsi yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010). Disebutkan pula bahwa

20

pengetahuan merupakan suatu wahana untuk mendasari seseorang berperilaku

secara

alamiah,

sedangkan

tingkatannya

maupun

lingkungan pergaulan melalui pengetahuan yang didapatnya akan mendasari seseorang dalam mengambil keputusan rasional dan efektif untuk kesehatannya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang untuk mengadaptasikan dirinya dalam lingkungan inovasi yang baru maka semakin baik pula penerimaannya (Notoatmodjo, 2010). 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang

yang

berpendidikan

rendah

tidak

berarti

muntlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak muntlak diperoleh di pendidikan formal, akan juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut

21

b. Media masa/ informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediate impact)

sehingga

menghasilkan

perubahan

dan

peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. c. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang

akan

bertambah

pengetahuannya

walaupun

tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan

fisik, biologis,

maupun

sosial.

Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. 5

Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan Menurut

Nursalam

(2010)

menyatakan

bahwa

pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian

22

atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan : a. Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%- 100%. b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%- 75% c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <56%. (Nursalam,2010) D. Sikap 1. Pengertian sikap Dalam buku Notoadmodjo (2003) mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek (Notoadmodjo, 2003). Sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam proses- proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku (A.Wawan dan Dewi M, 2010). Berdasarkan definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan respon-respon yang konsisten). 2. Tingkatan Sikap Menurut Wawan dan

Dewi (2010), sikap terdiri dari berbagai

tingkatan yaitu : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan perhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide itu. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

23

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut Azwar S (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu: a. Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. d. Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan

24

apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. f. Faktor emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. 4. Cara pengukuran sikap Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) dan pengukuran (measurement) sikap (Azwar S, 2011). Menurut Azwar S (2011) Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran sikap yaitu : a.

Thrustone Metode penskalaan Thrustone sering disebut sebagai metode interval tampak setara. Metode penskalaan pernyataan sikap ini dengan pendekatan

stimulus yang artinya

penskalaan dalam

pendekatan ini ditujukan untuk meletakkan stimulus atau pernyataan sikap pada suatu kontinum psikologis yang akan menunjukkan derajat favourable atau tak favourable pernyataan yang bersangkutan b.

Likert Likert dalam buku Azwar S (2011), sikap dapat diukur dengan metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings). Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pernyataan tidak ditentukan oleh derajat favourable nya masing-masing akan tetapi ditentukan oleh distribusi respons setuju dan tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji coba (pilot study). Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh 2 asumsi (Azwar S, 2011), yaitu : respons setuju dan tidak setuju dari sekelompok reponden yang bertindak sebagai kelompok uji coba (pilot study). Prosedur penskalaan dengan

25

metode rating yang dijumlahkan didasari oleh 2 asumsi (Azwar S, 2011), yaitu: a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favourable. b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif. Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok di mana responden itu termasuk (Azwar S, 2011). Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok di mana responden itu termasuk (Azwar S, 2011). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model Likert adalah skor-T, yaitu:

𝑇 = 50 + 10 [

𝑥−𝑥 ] 𝑠

Keterangan : T

= Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T



=Mean skor kelompok

s

=Standar deviasi skor kelompok Perlu pula diingat bahwa perhitungan harga x̄ dan s tidak

dilakukan pada distribusi skor total keseluruhan responden, yaitu skor sikap para responden untuk keseluruhan pernyataan (Azwar S, 2011). Skor sikap yaitu skor X perlu diubah ke dalam skor T agar dapat diinterpretasikan. Skor T tidak tergantung pada banyaknya pernyataan,

26

akan tetapi tergantung pada mean dan deviasi standar pada skor kelompok. Jika skor T yang didapat lebih besar dari nilai mean maka mempunyai sikap cenderung lebih favourable atau positif. Sebaliknya jika skor T yang didapat lebih kecil dari nilai mean maka mempunyai sikap cenderung tidak favourable atau negatif (Azwar S, 2011).

E. Pengaruh Edukasi Terhadap Sikap Dan Pengetahuan Remaja Tentang Menstruasi Pendidikan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan, hasil (output) yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif (Notoatmodjo, 2007). Menarche yang tidak disertai dengan pemberian informasi-informasi

yang jelas, benar dan bisa

menentramkan hati akan mengakibatkan munculnya gejala–gejala patologis misalnya rasa ketakutan, kecemasan konflik–konflik batiniah dan gangguan pusing, mual, disminorhea, haid tidak teratur dan berbagai macam gangguan lainnya, sedangkan masalah fisik yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan itu adalah kurangnya personal hygiene sehingga dapat beresiko untuk terjadinya infeksi pada saluran kemih (ISK) dan kanker leher rahim (Proverawati, 2009). Menarche memerlukan penyesuaian diri yang kuat, baik positif maupun negatif yaitu sikap menerima secara biologis menjalani fungsi kewanitaannya (Manuaba, 2009). Pengetahuan

yang

diperoleh

remaja

tentang

menstruasi

akan

mempengaruhi persepsi remaja tentang menarche, jika persepsi yang dibentuk remaja tentang menstruasi pertama (menarche) positif, maka hal ini akan berpengaruh baik pada kesiapan remaja dalam menghadapi menstruasi pertama (menarche), dan sebaliknya jika persepsi yang dibentuk adalah negatif, maka akan berpengaruh kurang baik pada sikap remaja dalam menghadapi menarche (Fajri & Khairani, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2016) mengenai pengaruh edukasi melalui metode peer group terhadap kesiapan mengahadapi

27

menarche di kabupaten Demak, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil ada pengaruh yang signifikan edukasi melalui metode peer group terhadap kesiapan mengahadapi menarche dengan rata-rata kesiapan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode peer group sebesar 17,2 setelah diberikan perlakuan edukasi melalui metode peer group rata-rata kesiapan menjadi 28,0. Penelitian yang dilakukan oleh mendri, N. K dkk (2014) mengenai pengaruh penggunaan modul tentang menarche terhadap pengetahuan dan kesiapan menghadapi menarche, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pengetahuan tentang menarche post pada kelompok perlakuan dan pembanding nilai p = 0,000 dengan tingkat kesalahan 5% yang ditunjukkan dengan nilai (p<0,05). Hasil rata-rata pengetahuan

sebelum

diberikan signifikan edukasi dengan menggunakan modul sebesar 67,22 setelah diberikan perlakuan signifikan edukasi dengan menggunakan modul rata-rata pengetahuan menjadi 81,43. Berarti ada pengaruh menggunakan modul tentang menarche terhadap post pengetahuan tentang menarche Penelitian lainya yang dilakukan oleh Novita (2014) mengenai Pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap sikap siswi kelas V dan VI dalam menghadapi menarche mendapatkan hasil uji statistik menunjukkan pada responden yang mendapatkan pendidikan kesehatan tentang menstruasi pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah intervensi meningkat secara bermakna (P-value < α 0,05) dengan selisih kenaikan pengetahuan sebesar 13,6% dan sikap positif sebesar 25,0 %. Hasil uji statistik dapat disimpulkan ada peningkatan yang bermakna pemberian edukasi terhadap pengetahuan dan sikap anak menghadapi menarche sebelum dan sesudah intervensi (Pvalue 0,000 < α 0,05) yang artinya Ho ditolak.

28

Kerangka Teori

Perilaku saat menstruasi pertama terjadi : 1. Binggung 2. Cemas 3. Stress 4. Ketidaktahuan akan perubahan fisik

Faktor interpersonal : - Dukungan keluarga - Teman sebaya v - Tenaga kesehatan

Psikologis : 1. Cemas 2. Takut 3. Malu

Pengetahuan tentang

sikap

menstruasi

Factor

yang

mempengaruhi

1. Positif 2. Negatif

pengetahuan 1. Tingkat pendidikan 2. Media massa/inform asi 3. Sosial budaya dan ekonomi 4. lingkungan

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian (Sumber :Modifikasi Azwar, 2011: Suryani & Widyasih, 2008: Notoatmodjo,2010)

29

Related Documents

Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47
Bab Ii
July 2020 48
Bab Ii
June 2020 44
Bab Ii
October 2019 82

More Documents from "Mohamad Shodikin"

Bab Ii Revisi.docx
November 2019 31
Efek Rumah Kaca.docx
November 2019 33
Lembar Balik.docx
November 2019 28
Lampiran Output.docx
November 2019 22