Bab Ii Revisi 3.docx

  • Uploaded by: Dimas Agung
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Revisi 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,009
  • Pages: 20
BAB II TINJAUAN TEORI

A. GAGAL GINJAL KRONIK 1. Pengertian Gagal ginjal kronik (chronic kidney disease) merupakan penyakit yang menyebabkan kerusakan pada struktur ginjal secara progresif. Penyakit gagal ginjal kronik bisa timbul dari semua penyakit penyerta kemudian mengalami perburukan fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus secara progresif

1

. Gagal ginjal kronik bersifat

irreversible yang dapat mengakibatkan sindrom klinis uremia disebabkan karena berbagai macam cidera pada ginjal 2. Gagal ginjal kronik yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) <15 mL/menit memerlukan tindakan dialisis. Fungsi ginjal yang sangat menurun dapat menyebabkan uremia. Terapi dialisis merupakan terapi pengganti fungsi ginjal yang dapat mengeliminasi toksin tubuh supaya tidak terjadi gejala yang lebih berat 3. Penelitian yang dilakukan pada pasien dengan GGK di Iran didapatkan bahwa kualitas hidup pada pasien dengan GGK memiliki kualitas hidup yang lebih rendah daripada orang lain pada umumnya. Kualitas hidup pasien tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan pasien dengan penyakit jantung, diabetes, dan kanker 4.

Gagal ginjal kronik adalah perburukan fungsi ginjal yang lambat, progresif, dan ireversibel yang menyebabkan ketidakmampuan ginjal membuang produk sisa dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Akhirnya, ini mengarah ke penyakit ginjal stadium akhir, dan membutuhkan terapi pengganti ginjal atau transplatasi ginjal untuk bertahan hidup 5. 2. Etiologi Penyebab gagal ginjal kronik bermacam-macam, yaitu : a. Diabetes mellitus b. Hipertensi c. Glomerulonefritis 1) Primer (nefropati IgA, glomerulonefritis pasca infeksi) 2) Sekunder

(nefropati

HIV,

lupus,

krioglobulinemia,

glomerulonefritis Wegener, sindrom goodpasture, poliartritis nodosa, amioloidosis) d. Nefritis interstial (nefretis interstial alergik, pielonefritis) e. Penyakit

vaskuler

mikroangiopati

(penyakit

ateroembolik,

scleroderma) f. Penyakit congenital g. Penyakit genetik ( penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjal kistik mendula) h. Uropati obstruksi i. Neoplasma / tumor

j. Penolakan transplant k. Sindrom hepatorenal Namun diabetes militus dan hipertensi sampai sejauh ini adalah dua penyebab tersering yang dilaporkan masing-masing untuk lebih dari 30% dan 20% kasus gagal ginjal kronik 5. Tahapan perkembangan gagal ginjal kronik, a. Penurunan cadangan ginjal 1) 40%-75% nefron tidak berfungsi 2) Laju filtrasi glomerulus 40%-50% 3) BUN dan kreatinin serum masih normal 4) Pasien asimtomatik b. Gagal ginjal 1) 75%-80% nefron tidak berfungsi 2) Laju filtrasi glomerulus 20%-40% 3) BUN dan kreatinin serum meningkat 4) Anemia ringan dan azotemia ringan 5) Nokturia dan poliuria c. Gagal ginjal 1) Laju filtrasi glomerulus 10%-20% 2) BUN dan kreatinin serum meningkat 3) Anemia, azotemia, dan asidosis metabolic 4) Berat jenis urine 5) Polluria dan nokturia

6) Gejala gagal ginjal d. End-stage renal disease (ESRD) 1) < 85% nefron tidak berfungsi 2) Laju filtrasi glomerulus > 10% 3) BUN dan kreatinin tinggi 4) Anemia, azotemia, dan asidosis metabolic 5) Berat jenis urine tetap 1,010 6) Oliguria 7) Gejala gagal ginjal Selama gagal ginjal kronik, beberapa nefron termasuk glomeruli dan tubula masih berfungsi sedangkan nefron yang lain sudah rusak dan tidak berfungsi mengalami hipertrofi dan menghasilkan filtrasi yang berlebihan sehingga mengakibatkan dieresis osmotic dengan poluria dan haus, akhirnya nefron yang rusak bertambah dan terjadi oliguria akibat sisa metabolisme tidak diekskresikan 6. 3. Penatalaksanaan Secara garis besar penatalaksanaan GGK meliputi : a) Pengobatan penyakit dasar atas diagnosis yang ada b) Penghambatan progresivitas penurunan fungsi ginjal c) Pencegahan dan pengobatan terhdap penyakit kardiovaskular d) Pencegahan dan pengobatan terhdap komplikasi e) Persian dan pemilihan terapi pengganti ginjal, apabila sudah terjadi gejala dan tanda uremia 7.

B. HEMODIALISA 1. Pengertian Hemodialisa yaitu dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Cara kerja teknik ini adalah dengan mengeluarkan darah dari tubuh penderita melalui sebuah kateter arteri yang telah dipasang kemudian darah tersebut dialirkan ke dalam mesin hemodialisis. Didalam mesin hemodialisa, terdapat ruang yang dipisahkan oleh membran semipermeabel menjadi dua bagian ruang. Darah yang masuk dialirkan kedalam salah satu ruang dan ruang yang lainnya diisi oleh cairan perdialisis. Dari proses itu darah mengalami proses difusi. Darah yang telah mengalami proses dialisis dikembalikan ke tubuh melalui pirau vena. Proses hemodialisa ini memakan waktu 3 - 5 jam dalam sekali tindakan dan dilakukan sebanyak 3x dalam seminggu. Pasien biasanya akan merasa tidak sehat ketika keseimbangan garam, air dan pangkat hidrogen (PH) sudah tidak normal lagi, yaitu terjadi pada akhir interval 2 – 3 hari diantara terapi 1. Hemodialisis adalah suatu proses yang digunakan pada pasien yang mengalami gagal ginjal akut keadaan dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan 8.

2. Tujuan Terapi hemodialisa ini dilakukan untuk membuang zat-zat terlarut yang tidak diinginkan oleh tubuh dengan cara mengeluarkan air didalam tubuh yang dimana air tersebut memambawa zat-zat yang tidak diinginkan oleh tubuh melalui proses difusi dan hemofiltrasi 9. Terapi hemodialisis memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut salah satunya adalah menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi (membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang terganggu dan seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat, meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal serta menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain 8. Dialisis diartikan sebagai difusi molekul dalam cairan yang melewati membran semipereabel sesuai dengan gradien konsentrasi elektrokimia. Tujuan utama Hemodialisis adalah untuk mengembalikan suasana cairan ekstra dan intrasel yang merupakan fungsi dari ginjal normal. Dialisis dilakukan dengan memindahkan beberapa zat terlarut seperti urea dari darah ke dialisat. dan dengan memindahkan zat terlarut lain seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam darah. Konsentrasi zat terlarut dan berat molekul merupakan penenmtu utama laju difusi. Molekul kecil, seperti urea, cepat berdifusi, sedangkan molekul yang susunan yang kompleks serta molekul besar, seperti fosfat, β2- microglobulin, dan albumin, dan zat

terlarut yang terikat protein seperti pcresol, lebih lambat berdifusi. Disamping difusi, zat terlarut dapat melalui lubang kecil (pori-pori) di membran dengan bantuan proses konveksi yang ditentukan oleh gradien tekanan hidrostatik dan osmotik, sebuah proses yang dinamakan ultrafiltrasi 3. Ultrafiltrasi saat berlangsung, tidak merubah konsentrasi zat terlarut; tujuan utama dari ultrafiltrasi ialah untuk membuang kelebihan cairan tubuh total. Dialisis bertujuan untuk menghilangkan

komplek gejala

(symptoms) yang dikenal sebagai sindrom uremi (uremic syndrome), meskipun terdapat kesulitan dalam membuktikan bahwa disfungsi sel ataupun organ tertentu merupakan penyebab dari akumulasi zat terlarut tertentu pada kasus uremia 10. 3. Prinsip Kerja Hemodialisa Menurut Rathinavelu dkk (2011), terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis, ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah 11. Cairan dialisat terdiri dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kelebihan cairan akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan cara menciptakan gradien tekanan, yang dimana air bergerak dari daerah yang bertekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang

lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini bisa ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang disebut sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif dialpikasikan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air 10. C. DEPRESI 1. Pengertian Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik: rasa susah, murung, sedih, putus asa, dan tidak bahagia, serta komponen somatic: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan nadi menurun. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood). Depresi merupakan bentuk gangguan jiwa alam perasaan yang beratdan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi social dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada induvidu yang bersangkutan. Faktor penyebab depresi itu sendiri disebabkan oleh: faktor heriditer dan genetic, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikologis, faktor neurologic, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolitdan sebagainya, bisa juga terjadi akibat trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan, dan sebagainya 12. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaanyang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan

gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa 13. Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat, berawal dari stress yang tidak di atasi. Depresi merupakan gangguan perasaan yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan, kegembiraan/gairah) disertai dengan gejala-gejala lain, seperti gangguan tidur dan menurunnya selera makan. istilah depresi sendiri memiliki banyak nuasa arti, sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau jengkel; menjalani kehidupan yang penuh masalah; merasa kecewa; kehilangan;

frustasi.

Hal

itu

dengan

mudah

menimbulkan

ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Depresi merupaka suatu penyakit yang perlu penanganan medis, bilaman depresi timbul tanpa sebab yang jelas atau bertahan lama sesudah stress 14. Umumnya, jika orang mengalami depresi secara medis berarti “depresi klinis” yang dapat digolongkan menjadi ringan, sedang, dan berat. Dalam bentuk yang paling serius, depresi berat diikuti oleh gejala psikotis, seperti halusinasi atau delusi. Selain itu depresi ringan yang berlangsung lama atau berlangsung lebih dari 2 tahun secara medis disebut distimia. Selain depresi klinis, terdapat juga jenis depresi lain yang dikenal dokter, khususnya

di

inggris

kelainan

afektif

musiman

dan

depresi

pascamelahirkan. Masa depresi diselingi oleh periode hiperakativitas jiwa dan fisik atau “mania” disebut kelainan bipolar 15. 2. Etiologi

Depresi disebabkan beberapa faktor, yaitu : faktor heriditer dan genetik; faktor konstitusi; kepribadian pramorbid; fisik; psikobiologi; neurologik; biokimia; tubuh; keseimbangan cairan dan elektrolit; dan sebagainya. Depresi sering dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi; pembedahan; kecelakaan; persalinan; dan sebagainya, serta faktor psikis seperti kehilangan kaasih sayang atau harga diri 12. Gangguan depresi umumnya dicetuskan oleh pristiwa hidup tertentu, nanum kenyataannya peristiwa hidup tersebut tidak selalu diikuti depresi. Depresi jarang terjdai oleh satu faktor saja melainkan berbagai faktor yang saling berinteraksi sehingga menyebabkan kondisi yang mempengaruhi tinggi rendahnya depresi. Tetapi saat ini penyebab depresi yang sesungguhnya tidak dapat diketahui secara pasti namuntelah ditemukan faktor yang mempengaruhinya 14.

D. TERAPI MUSIK 1. Pengertian Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik untuk meningkatkan, mempertahankan, serta mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional, dan spiritual. Terapi musik adalah teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan mengunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi music dapat disesuaikan dengan keinginan, misalnyamusik klasik, instrumental, musik berirama santai, orchestra, dan musik modern lainnya. Beberapa ahli

menyarankan untuk tidak menggunakan jenis musik tertentu seperti pop, disko, rock and roll, dan lain sebagainya. Umumnya jenis musik yang di pakai untuk terapi adalah instrumental dan musik klasik 16. Terapi musik adalah terapi yang bersifat nonverbal dengan bantuan alunan musik, pikiran klien dibiarkan untuk mengebara, baik untuk mengenang hal-hal membahagiankan, membayangkan ketakutan yang dirasakan, menggunakan hal-hal yang diimpikan dan dicita-citakan, atau lansung mecoba mengeruaikan permasalahan yang dihadapi. Terapi musik mempunyai tujuan yang sama, yaitu membantu mengekspresikan perasaan; membantu rehabilitasi fisik; member pengaruh positif terhdap kondisi hati dan emosi; meningkatkan memori; serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosiaonal. Terapi musik juga diharap dapat mengatasi stress, mecengah penyakit, meringankan rasa sakit 17. Intervensi menggunakan terapi musik dapat mengubah ambang otak yang dalam keadaan stres menjadi lebih adaptif secara fisiologi dan efektif. Musik tidak membutuhkan otak untuk berfikir maupun menginterpretasi, tidak pula dibatasi oleh fungsi intelektual maupun pikiran mental. Musik diterima malalui saraf pendengaran kemudian diartikan oleh otak atau sistem limbik. Semua jenis musik dapat digunakan sebagai terapi, seperti lagu-lagu relaksasi, lagu popular, maupun klasik. Namun dianjurkan memilih musik yang bertempo 60 ketukan per menit yang bersifat rileks. Apabila temponya terlalu cepat secara tidak sadar kita mengikuti irama

dan tidak mencapai keadaan istirahat yang optimal. Musik yang menjadi acuan untuk terapi adalah karya Mozart, karya Mozart salah satunya adalah Sonata in D major K448 memiliki nada dengan frekuensi tinggi, rentang nada luas, dan tempo yang dinamis16. 2. Manfaat a. Musik yang berasal dari masa Barok seperti karya Bach, Handel, Vivaldi, bersifat stabil dan beraturan sehingga membngkitkan rasa aman. b. Musik masa romatik seperti karya Schuberr, Schumann, Tchaikovsky, Chopin, dan Liszt yang membangkitkan perasaan simpati dan cinta. c. Musik karya Mozart menggambarkan kejernihan, transparansi, dan mempu membangkitkan kemampuan ingatan serta kemampuan persepsi ke ruangan d. Musik masyarakat kulit hitam Amerika dan Puerto Riko seperti jazz, blues, Dixieland, soul, calypso, dan reggae cenderung membangkitkan semangat. e. Musik agama terarah pada upaya pendekatan diri kepada Sang Pencipta. f. Musik Tradisional seperti bunyi tambur, genta, dan gamelan jawa untuk memberi ketenangan hidup dan psikis g. Senandung internal untuk memperoleh rasa kedamaian. Suara pribadi adalah alat untuk Ilahi yang dibekali untuk memperoleh rasa damai dan dalam diri.

h. Musik-musik keras yang kurang beraturan dapat menghambat proses keseimbangan psikofisik16.

E. TERAPI MURROTAL 1. Pengertian Terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi bacaan Al-Qur’an yang merupakan terapi religi dimana seorang dibacakan aya-ayat Al-Quran selama beberapa menit atau jam sehingga memberikan danpak positif bagi tubuh seorang 18. Ada juga lantunan Al-Qur’an sebagai salah satu pengobatan alternative, lantunana Alquran mengandung unsur suara manusia sebagai intrumen penyembuh yang menakjubkan dan terjangkau. Suara dapat menurunkan hornmon stress, mengaktifkan hormone endorphin alami, meningkatkan rileks, mengalihkan rasa takut, cemas dan tegang. Terapi murrotal membantu otak memproduksi zat kimia, yakni neuropeptide sehingga menguatkan reseptor tubuh dan memberikan umpan balikberupa kenikmatan dan kenyaman 19. 2. Manfaat Manfaat terapi murotal Al Qur’an dibuktikan dalam berbagai penelitian. Manfaat tersebut di antaranya adalah sebagai berikut : a. Menurunkan perilaku kekerasan Dalam penelitian ini yang dilakukan oleh menunjukan bahwa penambahan terapi audio dengan murotal surah Ar Rahman pada

kelompok perlakuanlebih efektif menurunkan perilaku kekerasan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan terapi audio tersebut. b. Menurunkan kecemasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dan menunjukan bahwa pemberian pengaruh terapi murotal Al Qur’an memiliki pengaruh terhadap tingkatan kecemasasn responden. Pada peneliitian ini responden yang diberikan terapi murotal Al Qur’an memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah daripada pasien yang tidak diberikan terapi. c. Mengurangi tingkat nyeri Terapi murotal Al Qur’an terbukti dapat menurunkan tingkat nyeri. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh menunjukan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi murotal Al Qur’an terhadap pengaruh pemberian terapi murotal Al Qur’an terhadap tingkat nyeri. Pada kedua penelitian tersebut kelompok yang diberikan terapi murotal Al Qur’an memiliki tingkat nyeri yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak diberikan terapi Al Qur’an. d. Meningkatkan kualitas hidup Hal yang sama ditujukan terhadap perbedaan yang bermakna antara kualitas hidup responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi bacaan Al-Qur’an secara murotal pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi, kualitas hidup responden meningkat setelah diberikan terapi murotal Al-Qur’an. e. Efektif dalam perkembangan kognitif anak autis Penelitian yang dilakukan oleh menyebutkan bahwa terapi murotal mempunyai pengaruh yang lebih baik daripada terapi musik klasik terhadap perkembangan kognitif anak autis20.

F. KERANGKA TEORI Berdasarkan tinjauan teori : Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Hemodialisa

Depresi

Penurunan Tingkat Depresi

Terapi Musik

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Terapi Murottal

G. KERANGKA KONSEP Konsep

adalah

merupakan

abstraksi

yang

terbentuk

dengan

menggeneralisasi suatu pengertian. Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian21. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas22. Variabel independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat22. Variabel Independen

Variabel dependen

Terapi musik Penurunan Tingkat Depresi Terapi murrotal Gambar 2.2 Kerangka Konsep

H. HIPOTESIS Sugiyono (2012) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis nol (H0) adalah suatu hipotesis yang tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistic, atau tidak adanya perbedaan antara ukuran populasi dan data sampel. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah adanya perbedaan antara datapopulasi dan data sampel. Hipotesis pada penelitian ini adalah:

Ha : Ada perbandingan terapi musik dan terapi murrotal terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien hemodialisa. Ho : Tidak ada perbandingan terapi musik dan terapi murrotal terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien hemodialisa.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Elizabeth J. C. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Vol 3rd ed. Jakarta: EGC; 2009.

2.

Hickman RL, Alfes CM, Fitzpatrick JJ. Handbook of Clinical Nursing : CRITICAL AND EMERGENCY CARE NURSING. New York: Springer Publishing Company; 2018.

3.

Cahyaningsih ND. Hemodialisis (cuci Darah): Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press; 2009.

4.

Ghiasi B, Sarokhani D, Dehkordi AH, Sayehmiri K, Heidari MH. Quality of Life of patients with chronic kidney disease in Iran : Systematic Review and Meta - analysis. 2018. doi:10.4103/IJPC.IJPC.

5.

Morton PG, Fontaine D, M. Hudak C, M. Gallo B. Keperawatan Kritis. Vol 8th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.

6.

Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.

7.

Aziz F, Witjaksono J, Rasjidi I, eds. Panduan Pelayanan Medik : Model Interdisiplin Penatalaksaan Kanker Serviks Dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.

8.

Toto S, Madjid A. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media; 2009.

9.

O’Callaghan C. At a Glance Sistem Ginjal. Jakarta: Esensi Erlangga Group; 2009.

10.

Lindley E, Aspinall L, Gardiner C, Garthwaite E. Management of Fluid Status in Haemodialysis Patients: The Roles of Technology and Dietary Advice. Tech Probl Patients Hemodial. 2011:185-198. doi:10.5772/25199.

11.

Rathinavelu M, Gari AH, Uppara V, Alshamiri F a, Sandyapakula B, Thomas B. Acute Complications Associated With Haemodialysis in a CKD Cohort Population. Indian J Pharm Pract. 2017;10(2):90-95. doi:10.5530/ijopp.10.2.18.

12.

Iyus Yosep H, Sutini T. BUKU AJAR KEPERAWATAN JIWA. In: Wildani MD, ed. BUKU AJAR KEPERAWATAN JIWA. Vol 7th ed. Bandung: PT Refika Aditama; 2015:281-288.

13.

Yosep I. KEPERAWATAN JIWA. Vol (Gunarsa A, ed.). Bandung: PT Refika Aditama; 2009.

14.

Lumonggalubis N. DEPRESI : Tinjaun Psikologis. Vol 1st ed. Jakarta: KENCANA; 2009.

15.

Fox-Spencer R, Young A. Solusi Praktis : Mengenal, Mengatasi, Dan Mengantisipasi Depresi. Vol (Pamungkas R, ed.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2010.

16.

Setyoadi, Kushariyadi. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Vol (Suslia A, Lestari PP, eds.). Jakarta; 2011.

17.

Djohan. TERAPI MUSIK : Teori Dan Aplikasi. Vol (Hidajat LL, ed.). Yogyakarta: Penerbit Galangpress; 2008.

18.

Hady NA, Purwaningsih W. Perbedaan efektifitas terapi musik klasik dan terapi musik murrotal terhadap perkembangan kognitif anak autis di slb autis kota surakarta. Gaster. 2012;9(2):72-81. doi:10.1016/j.talanta.2010.11.049.

19.

Yuniarsih L. KeajaibanMurrotal Alquran Terhadap Kesehatan. 2008.

20.

M TAIG. PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL QUR’AN TERHADAP TINGKAT STRES DAN DEPRESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA RSI MUHAMMADIYAH KENDAL. 2018. http://repository.unimus.ac.id/2014/. Accessed December 12, 2018.

21.

Notoatmodjo S. Metodiologi Penelitian Kesehatan. Vol Revisi. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.

22.

Sugiyono. STATISTIKA UNTUK PENELITIAN. Bandung: Alfabeta; 2015.

Related Documents

Bab Ii (revisi)
June 2020 20
Bab Ii Last Revisi
June 2020 31
Bab Ii. Revisi
November 2019 35
Bab Ii-revisi 1.pdf
April 2020 26
Bab Ii Revisi 3.docx
June 2020 16

More Documents from "Arindhita Karisma Putri"