Bab Ii Potensiometri 2.docx

  • Uploaded by: M. Riswan Wiradiwa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Potensiometri 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,130
  • Pages: 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengertian Potensiometri Pemeriksaan kimia yang didasarkan pada pengukuran potensial listrik dinamakan potensiometri. Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisikokimia yang menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indikator (Rivai, 1995). Potensiometri adalah mengukur potensi sel elektrokimia dibawah kondisi nol atau statis yang saat ini menggunakan alat yang disebut potensiometer (Harvey, 2000) Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol (Khopkar, 2003). Potensiometri merupakan suatu metode analisis kimia, sesuai nama yang diusulkan, yang melibatkan pengukuran potensial dari suatu sel Galvani. Secara umum sel terdiri dari dua buah setengah sel. Dan untuk menghitung nilai potensial sel dapat menggunakan persamaan Nernst (Suyanta, 2013). Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran. Potensial sel, diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia (Basset, J. dkk., 1994). Skema diagram sel elektrokimia untuk titrasi potensiometri ditunjukkan oleh Gambar II.1

Gambar II.1 Sel Elektrokimia untuk Potensiometri (Sumber : Harvey, 2000)

Sel galvanik merupakan sebuah sel dimana pada sel ini reaksi sel terjadi dengan spontan, melepaskan energi yang dapat digunakan untuk melakukan kerja. Potensial dari sel galvanik tergantung pada aktivitas dari berbagai spesies yang menjalani reaksi di dalam sel. Persamaan yang menyatakn hubungan ini disebut persamaan Nernst, mengikuti nama seorang ahli fisika, Nernst, yang pada tahun 1989 pertama kali menggunakan persamaan ini untuk menyatakan hubungan antara potensial dari sebuah elektroda ion metal-metal dan

II-1

II - 2 Bab II Tinjauan Pustaka konsentrasi dari ion dalam sebuah larutan (Underwood, 1998). Besarnya potensial elektroda indikator bergantung pada kepekatan ion-ion tertentu dalam larutan. Karena itu dengan menggunakan persamaan Nernst, kepekatan ion dalam larutan dapat dihitung langsung dari harga potensial yang diukur itu (Rivai, 1995). Pada titrasi potensiometri, informasi dari komposisi sampel diperoleh dari data potensial yang muncul dari kedua elektroda. Elektroda potensiometri yang bersifat selektif saat ini banyak digunakan di berbagai bidang, termasuk diagnisis klinis, kontrol proses industri, pemantauan lingkungan dan fisiologi (Wang, 2006). Dalam potensiometri, potensi sel elektrokimia diukur dalam kondisi yang statis. Karena pada saat kondisi statis, ketika pengukuran potensial sel, komposisi larutan tetap atau tidak berubah. Untuk alasan itulah, potensiometri merupakan metode kuantitatif yang berguna (Harvey, 2000). Dalam potensiometri pada dasarnya menggunakan suatu elektroda dengan rancangan khusus yang selektif terhadap ion tertentu yang sering disebut elektroda selektif ion (ESI). Elektroda yang paling sering dijumpai adalah elektroda gelas yang selektif terhadap ion H+ dan atau pH. Sekarang jenis elektroda selektif ion sangat berkembang dan perkembangan akhir-akhir ini bahkan dapat merespon tidak hanya ion tetapi juga spesies netral. Sebagai contoh elektroda untuk mendeteksi ion F- dalam air minum, glukosa dalam darah, asamasam amino dalam cairan biologi, dan berbagai penentuan yang lain (Suyanta, 2013). Menurut Suyanta, (2013), secara umum teknik potensiometri menggunakan cara dan peralatan yang pada dasarnya dapat dilihat pada Gambar II.2

Gambar II.2 Skema Alat Analisis Secara Potensiometri (Sumber : Suyanta, 2013)

Peralatan yang dibutuhkan untuk pengukuran potensiometri langsung meliputi elektroda selektif-ion, elektroda pembanding, dan perangkat pengukur potensial sel (pH / milivolt meter yang dapat membaca 0,2 mV atau yang lebih besar). Voltmeter yang konvensional tidak dapat digunakan karena hanya arus yang sangat kecil yang dapat diterjemahkan. Elektroda pembanding harus memberikan nilai potensial sel yang stabil dalam jangka waktu tertentu (Wang, 2006)

Laboratorium Analisa Instrumen Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS 2018

II - 3 Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.3 Diagram Skematik dari Sel Elektrokimia Untuk Pengukuran Potensiometri (Sumber : Wang, 2006)

2.1.2 Elektroda Pembanding Menurut Underwood, (1998), elektroda pembanding atau elektroda acuan (referensi) adalah sebuah elektroda tunggal yang potensialnya diketahui dengan tepat dan dapat digunakan untuk mengukur potensial sebuah elektroda lainnya. Pada dasarnya, elektroda hidrogen baku merupakan elektroda pembanding yang utama. Harga potensial elektroda ini dianggap nol. Akan tetapi, elektroda ini mempunyai banyak kelemahan yang menyebabkannya tidak mudah dipakai dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya (Rivai, 1995). Menurut Rivai, (1995), kelemahan itu antara lain : 1. Potensial elektrodanya mudah diganggu oleh beberapa senyawa (misalnya oksidator, reduktor, koloid, ion sulfida, dan sebagainya) 2. Diperlukan gas hidrogen yang sangat murni (bebas dari oksigen) 3. Sulit dipertahankan dalam keadaan baku Karena itu elektroda hidrogen baku digunakan sebagai baku pembanding hanya untuk pengukuran yang sangat teliti. Dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya, biasanya digunakan elektroda pembanding yang lain, yaitu elektroda kalomel jenuh (EKJ). Elektroda ini lebih mudah digunakan dalam laboratorium karena kekompakan dan kemudahan pemeliharaannya (Rivai, 1995). Elektroda hidrogen tidak sesuai untuk pengukuran-pengukuran yang rutin dan praktis dalam laboratorium. Elektroda ini membutuhkan sebuah tangki berisi gas yang bertekanan, yang berat dan kaku, campuran campuran yang mudah meledak dari hidrogen dan udaramungkin akan terbentuk, dan permukaan platinum katalistiknya mudah terkontaminasi akibat substansi-substansi yang diabsorpsi yang menghambat aktivitas katalis. Sehingga di laboratorium, elektroda-elektroda acuan yang lebih praktis lebih sering dipergunakan untuk mengukur potensial-potensial dari setengah sel lainnya. potensialpotensial dari elektroda-elektroda acuan ini tela dibandingkan dengan elektroda hidrogen standar (Underwood, 1998). 2.1.3 Elektroda Indikator Menurut Suyanta, (2013), elektroda yang merespon ion secara spesifik sering disebut sebagai elektroda indikator. Menurut Rivai, (1995), elektroda indikator untuk pengukuran

Laboratorium Analisa Instrumen Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS 2018

II - 4 Bab II Tinjauan Pustaka potensiometri terdiri atas dua jenis, yakni elektroda logam dan elektroda selaput. Elektroda indikator selaput disebut juga sebagai elektroda selektif-ion atau elektroda khas-ion. 1. Elektroda Indikator Logam Elektroda indikator merupakan bagian penting dari peralatan potensiometri. Karena itu elektroda indikator harus memenuhi berbagai persyaratan. Salah satu persyaratan penting yang harus dipenuhinya adalah bahwa tanggapannya terhadap keaktifan bentuk teroksidasi dan bentuk tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst (Rivai, 1995). 2. Elektroda Indikator Selektif-Ion Elektroda indikator selektif ion adalah elektroda yang selektif mengukur aktivitas spesies ion tertentu (dikenal sebagai ion primer atau ion analit). Elektroda indikator selektif ion mampu menunjukkan respon yang cepat, tidak terpengaruh oleh warna atau kekeruhan, tidak merusak, dan sangat murah. Elektroda selektif-ion dapat dirakit dengan mudah dalam berbagai bentuk dan ukuran. Sel-sel yang dirancang untuk elektroda selektif-ion ini bersifat khusus, sehingga memungkinkan aliran atau analisis mikroliter (Wang, 2006). Menurut Rivai, (1995), elektroda indikator selektif-ion banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia. Elektroda ini biasanya peka terhadap satu jenis ion saja. Karena itu elektroda ini dinamakan elektroda selektif-ion atau elektroda khas-ion. Menurut Khopkar, (2003), elektroda selektif dapat digunakan sebagai detektor titik akhir dalam titrasi ataupun langsung ditentukan konsentrasinya dari pengukuran potensial. Salah satu di antara elektroda jenis ini yang paling penting dalam pemeriksaan kimia adalah elektroda gelas. Elektroda gelas mempunyai tanggapan potensial yang berbolak-balik terhadap ion hidrogen sehingga sering digunakan untuk pengukuran pH. Elektroda gelas ini terdiri atas sebuah bola gelas khusu berdinding tipis, di dalamnya terdapat elektroda pembanding yang dicelupkan ke dalam larutan penyangga. Bila elektroda gelas ini dicelupkan kedalam suatu larutan maka kesetimbangan akan terjadi antara ion-ion hidrogen yang terletak di bagian dalam lapisan tipis bola gelas dan ion hidrogen yang terletak dalam larutan yang diuji. Makin besar kadar ion hidrogen dalam larutan uji makin banyak ion hidrogen yang akan masuk ke dalam lapisan gelas tadi dan makin besar muatan positif elektroda gelas itu secara keseluruhan. Lapisan gelas tersebut bertindak sebagai selaput yang selektif ion yang hanya membiarkan proton melewatinya (Rivai, 1995).

Gambar II.4 Sel Elektrokimia dengan Elektoda Indikator Selektif Ion (Sumber : Harvey, 2000)

Laboratorium Analisa Instrumen Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS 2018

II - 5 Bab II Tinjauan Pustaka Ciri penting dari elektroda gelas adalah adanya potensial tak setangkup.nilai potensial ini dapat diukur dengan percobaan asalkan nilai pH di bagian dalam dan di bagian luar bola gelasnya sama. Dalam hal demikian, potensial elektroda gelasi itu seharusnya sama dengan nol. Namun, dalam kenyataannya selalu diperoleh suatu potensial yang dsebut potensial tak setangkup, yang disebabkan oleh sifat tak setangkup selaput gelas tersebut. Kendati demikian, bila nilai potensial tak setangkup ini tetap maka nilai ini dapat dimasukkan ke dalam nilai potensial elektroda baku, sehingga tidak perlu ditentukan dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya (Rivai, 1995). Menurut Harvey, (2000), karena ketebalan membran kaca pada elektroda selektif-ion adalah sekitar 50 μm, maka untuk mencegah keretakan dan kerusakan harus ditangani dengan hati-hati. Sebelum elektroda gelas dapat digunakan, elektroda harus dikondisikan terlebih dahulu dengan perendaman selama beberapa jam dalam larutan yang mengandung analit. Elektroda gelas tidak boleh dibiakan kering karena ini dapat menghancurkan lapisan membran yang terhidrasi.

Gambar II.5 Bentuk Elektroda Gelas (Sumber : Wang, 2006)

2.1.4 Titrasi Potensiometri Analisis volumetri umumnya menggunakan indikator sebagai tanda akhir suatu titrasi. Data titrasi potensiometri dapat lebih dipercaya daripada data titrasi biasa dengan menggunakan indikator kimia seperti perubahan warna dan timbulnya endapan. Dasar-dasar sistem ini yang akan dipakai untuk melakukan analisis sistem titrasi potensiometri, yang mana sistem ini tidak menggunakan indikator tetapi mengganti suatu besaran lain yaitu potensial kimia (Suyanta, 2013). Analisis sistem titrasi potensiometri pada prinsipnya menggabungkan antara pengukuran potensial dan volume titran. Prinsip ini sangat berbeda dengan sistem potensiometri langsung yang hanya dengan pengukuran potensial langsung. Untuk memperjelas hal ini dapat diperhatikan pada contoh pengukuran potensial larutan HCl dan asam asetat 0,1 M. Kedua larutan mengandung 2 jenis konsentrasi ion H+ yang berbeda dimana pada asam asetat ion H+ hanya berasal dari proses disosiasi asam. Pada potensiometri biasa keduanya akan mempunyai potensial yang berbeda, sedangkan pada

Laboratorium Analisa Instrumen Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS 2018

II - 6 Bab II Tinjauan Pustaka titrasi potensiometri untuk kedua larutan yang mempunyai volume yang sebanding akan memerlukan volume zat standar yang sama (Suyanta, 2013). Menurut Suyanta, (2013), untuk melakukan analisis secara titrasi potensiometri dapat menggunakan alat yang sifatnya manual maupun dengan sistem rangkaian yang otomatis. Pada dasarnya, setiap titrasi (titrasi asam-basa, titrasi kompleksometri, titrasi pengendapan, atau titrasi redoks) dapat diikuti secara potensiometri dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kuva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume peniter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam disekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensio ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaraan sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator. Untuk titrasi redoks, biasanya digunakan elektroda platina sebagai elektroda indikator dan elektroda kalomel jenuh (EKJ) sebagai elektroda pembanding (Rivai, 1995). Menurut Suyanta, (2013), titrasi potensiometri seringkali mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan daripada metode potensiometri langsung. Keunggulan titrasi potensiometri diantaranya: 1. Metode ini dapat untuk menentukan konsentrasi suatu spesi dengan kecermatan lebih baik, khususnya pada konsentrasi tinggi. 2. Data eksperimen lebih berhubungan langsung dengan total konsentrasi zat yang ditentukan daripada metode potensiometri langsung, dimana pengukuran emf sebagai fungsi aktivitas bebas zat yang ditentukan dalam larutan dan hanya berhubungan dengan konsentrasi total melalui pengontrolan kondisi yang seksama. 3. Metode ini mungkin lebih akurat untuk menentukan zat, yang adanya spesi-spesi lain sering mengganggu pada pengukuran dengan elektroda, hal ini karena zat penitrir bereaksi lebih selektif terhadap zat yang ditentukan. 4. Zat-zat yang tidak selektif terhadap elektroda, dapat ditentukan dengan menitrasinya dengan menggunakan spesi-spesi yang bersifat elektroaktif terhadap elektroda. 5. Secara umum metode ini lebih sedikit gangguan pada hasil kestabilan slope kurva kalibrasi dan nilai potensial standar, dengan demikian elektroda-elektroda yang tidak cocok untuk cara potensiometri langsung dapat digunakan dengan metode titrasi potensiometri. Sedangkan kelemahan dari titrasi potensiometri ini diantaranya : 1. Zat-zat lain walaupun tidak terespon oleh elektroda dapat mengganggu, karena dapat bereaksi dengan zat penitrir. 2. Waktu yang diperlukan untuk analisis lebih lama. 3. Metode ini tidak mungkin untuk analisis zat dalam jumlah kecil. Potensiometri pada dasarnya bersifat non destruktif terhadap sampel dalam artian bahwa penyisipan elektroda tidak mengubah komposisi larutan uji (kecuali untuk sedikit kebocoran elektrolit dari elektroda acuan). Jika spesies yang direspon oleh elektroda indikator berpartisipasi dalam kesetimbangan larutan, maka aktivitasnya diukur ketika ia hadir, tanpa mengganggu kesetimbangan itu sendiri; dengan demikian potensiometri langsung sering kali sangat bermanfaat untuk menetapkan tetapan kesetimbangan. Potensial-

Laboratorium Analisa Instrumen Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS 2018

II - 7 Bab II Tinjauan Pustaka potensial yang yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat, dan tegangan mudah dicatat sebagai fungsi waktu. Dengan demikian potensiometri kadang-kadang bermanfaat untuk pemantauan yang kontinu dan tidak diawasi untuk sampel-sampel seperti sumber air umum, aliran proses industri, limbah cair yang megalir untuk pH dan ion-ion lain seperti fluorida, nitrat, sulfida, dan sianida. Akhirnya, beberapa diantara elektroda-elektroda indikator yang tersedia memperlihatkan kestabilan pada kisaran yang luas dari aktivitas analit yang merupakan satu kelebihan penting dari respons-respon Nernst (Underwood, 1998). Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Dengan pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan. Jika dua elektroda yang sama diletakkan pada silinder berisi larutan yang sama, (tetapi beda konsentrasinya) serta dihubungkan dengan suatu jembatan garam, maka potensial di antara dua elektroda sesuai dengan perbandingan kedua konsentrasinya tersebut, ini dikenal sebagai sel konsentrasi (Khopkar, 2003).

Gambar II.6 Alat Titrasi Potensiometri

2.1.5 pH Meter Suatu pH meter adalah seperangkat alat pengukur potensial elektroda tanpa aliran arus dan sekaligus menguatkan sinyal yang ditimbulkan pada elektroda gelas dengan suatu tabung vakum elektrik. Suatu pH meer dengan tipe defleksi, paling tidak mempunyai tipe panel kendali berupa tombol operasi, tombol standardisasi dengan buffer standar, tombol kompensatur temperatur yang memungkinkan untuk memperbaiki kepekaannya berdasarkan ketergantungan potensial Nernst terhadap temperatur. Beberapa model dilengkapi juga dengan suatu tombol seleksi skala, dan ini dikenal sebagai pH meter dengan skala diperluas (Khopkar, 2003).

Menurut Underwood, (1998), pada dasarnya pH meter berupa voltmeter elektronik yang mampu mengukur tegangan suatu sel galvani dengan tahanan internal yang sangat tinggi. Tegangan berubah secara linier dengan pH, yang ditunjukkan secara langsung baik dengan bentuk analog (posisi jarum penunjuk yang bervariasi) pada skala meter maupun digital (seperti pada kalkulator elektronik), dengan elektroda yang dicelupkan kedalam suatu larutan penyangga dengan pH yang telah diketahui, alat ini dipasang untuk menunjukkan

Laboratorium Analisa Instrumen Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS 2018

II - 8 Bab II Tinjauan Pustaka nilai yang tepat. Kemudian dengan memutar tombl yang berbeda, ia diatur untuk membaca dengan benar pH dari larutan penyangga standar yang kedua. Hal ini menunjukka nilai gradien garis yang menghubungkan tegangan ke pH. Gradien ini akan bervariasi dengan suhu, ia juga dipengaruhi oleh penuaan elektroda kaca, dan ini bisa bervariasi dari stu elektroda ke elektroda lainnya. Meskipun orang lebih menyukai jalan pintas, kalibrasi pH dengan dua larutan penyangga, bukan satu, menjadi hal yang mendasar untuk mencapai akurasi yang baik. Kemudian instrumen tersebut siap untuk mengukur larutan-lerutan yang tidak diketehui. Menurut Suyanta, (2013), elektroda gelas mempunyai tahanan yang sangat tinggi (antara 1 dan 100 M ohm) dan konsekwensinya menjadi penting menggunakan volmeter yang sesuai. Dalam praktek, voltameter dengan impedansi tinggi dapat digunakan sebagai pH meter. Skala volt diubah dengan skala unit pH, dengan setiap berkurangnya 0,0591 volt pada sel dihubungkan dengan 1 skala pH pada 25 oC. Nilai ini akan berubah jika temperatur berubah dan pH meter mempunyai tombol kontrol temperatur. Pengaturan ini dapat dilakukan secara manual maupun otomatis, tergantung dari jenis instrumennya. Sebelum menggunakan elektroda pH harus dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan dua (atau lebih) buffer dengan pH yang telah diketahui. Banyak buffer standard yang tersedia secara komersial dengan akurasi ±0,01 satuan pH. Kalibrasi harus dilakukan dengan temperatur yang sama dimana pengukuran akan dilakukan. pH meter modern, seperti pada Gambar II.5, dikendalikan oleh mikrokomputer, dan memungkinkan melakukan dua titik kalibrasi, perhitungan kemiringan, dan akurasinya mencapai ±0,001 satuan pH. Saat tidak digunakan, elektroda harus disimpan dalam larutan encer sehingga lapisan gel yang terhidrasi tidak kering (Wang, 2006).

Gambar II.7 pH Meter Modern (Sumber : Wang, 2006)

Menurut Alaerts, (1984), pH meter boleh digunakan hanya bila elektroda terendam larutan sampel atau buffer. Dengan tombol koreksi suhu sitem, pengukuran pH, baik dalam potensiometer maupun elektroda dapat disesuaikan dengan suhu yang ada dalam larutan sampel yang sedang diperiksa. Tombol standardisasi meyesuaikan skala mV dengan pH. Karena hubungan mV – pH adalah linier, maka satu standardisasi skala biasanya cukup (yaitu pada pH 7). Standardisasi harus dilakukan setiap kali sebelum analisa dimulai.

Laboratorium Analisa Instrumen Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS 2018

II - 9 Bab II Tinjauan Pustaka 2.3

Aplikasi Industri Penentuan Torium Dalam Bahan Bakar Campuran (TH,U) O2 dengan Metode Titrasi Potensiometri Damunir, Sukarsono PPNY-BATAN, Jl. Babarsari, P.O. Box 1008, Yogyakarta 55010 1995 Bahan bakar campuran (Th,U)O2 adalah termasuk bahan bakar keramik yang banyak digunakan sebagai bahan bakar rekator di negara-negara maju. Penggunaan Torium sebagai bahan bakar nuklir akan memperpanjang penggunaan bahan bakar nuklir di dunia. Torium juga merupakan salah stu unsur yang paling penting sebagai sumber pembuatan bahan bakar pembiak U-233. Bahan bakar (Th,U)O2 yang digunakan sebagai bahan bakar reaktor harus mengandung torium dan uranium yang mempunyaikemurnian tinggi. Perbandingan Torium dan Uranium dalam bahan bakar campuran tergantung pada disain reaktor yang digunakan. Komposisi bahan bakar yang banyak digunakan adalah antara 80%-95% torium dan 20%5% uranium. Torium dapa ditentuka dengan beberapa metode analisis, diantaranya dengan metode titrasi potensiometri. Torium dapat ditentukan dengan beberapa metoda analisis, diantaranya dengan metoda titrasi potensiometri. Metoda analisis ini sangat selektif sekali karena sudah dikerjakan, murah, tidak banyak memerlukan bahan kimia danmempunyai ketelitian relatif tinggi. Dalam penelitian ini digunakan metoda titrasi potensiometri untuk menentukan torium dalam bahan bakar campuran (Th,U)O2. Untuk mempelajari metoda analisis Th dalam bahan bakar campuran (Th,V)02, digunakan campuran Th02 daD V02 yang mempunyai kemumian tinggi dan komposisinya dibuat sarna dengan jumlah torium dan Duranium dalam bahan bakar. Hasil dari analisis torium dalam campuran (Th,U)O2 dilakukan dengan cara, pertama menimbang sebanyak 0,5-1 gram serbuk (Th,U)O2 dengan komposisi 95% ThO2 – 5% UO2, 90% ThO2 – 10% UO2, 85% ThO2 – 15% UO2, dan 80% ThO2 – 20% UO2 kemudian ditambahkan 2 mL asam nitrat 14,4 M dan 0,1 mL asam HF 40% setelah itu dipanaskan hingga terlarut sempurna. Lalu ditambahkan asam perklorat dan dipanaskan kembali hingga mendekati kering, setelah itu dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan aquadest hingga batas tera. Selanjutnya dari campuran tersebut dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan kedalam erlenmyer 50 mL. Selanjutnya ditambahkan lartan medium dari camppuran 5 mL alkohol, 5 mL alkohol dan HNO3 0,1 M dengan perbandingan 2:1, 5 mL campuran alkohol dan air dengan perbandingan 2:1, 10 mL CH3COONa 1 M dan 25 mL air bebas mineral. Larutan kemudian dinetralisir dengan EDTA pengompleks 0,05 M menggunakan potensiometer pada kondisi potensial 250 mV dan derivatif potensial 500 mV. Selanjutnya dibuat hubungan antara volume EDTA 0,05 M yang digunakan pada titik akhir dengan perubahan pH pada larutan Torium dan Uranium. Hasil analisis Th dalam bahan bakar campuran (Th,U)O2 dengan komposisi 100%-80% ThO2 dan 20%-0% UO2 menunjukkan % kesalahan analisis sebesar 0,776% - 2,836%. % kesalahan analisis sebesar 0,776% didapat pada komposisi 80% ThO2 dengan 20% UO2. % kesalahan analisis sebesar 2,836% didapat pada komposisi 100% ThO2 dengan 0% UO2. Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwasanya metode potensiometri dapat digunakan dalam analisis kandungan Torium dalam bahan bakar campuran (Th,U)O2.

Laboratorium Analisa Instrumen Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS 2018

Related Documents

Potensiometri
May 2020 8
Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47
Bab Ii
July 2020 48

More Documents from ""