Bab Ii Pengukuran Dasar.docx

  • Uploaded by: Ferdy Wahyu Ramdhani
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Pengukuran Dasar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,807
  • Pages: 20
BAB II PENGUKURAN DASAR

2.1.Tujuan 1.Mempelajari penggunaan alat ukur dasar. 2.Menuliskan bilangan-bilangan berarti hasil pengukuran atau

perhitungan.

3.Menghitung besaran lain berdasarkan besarkan yang terukur langsung

2.2.Teori Dasar Fisika merupakan ilmu exsperimen ,exsperimen memerlukan pengukuran dan untuk mendapatkan hasil pengukuran di perlukan alat ukur dan digunakan bilangan untuk menyatakan hasil pengukuran. Setiap bilangan digunakan untuk mendiskripsikan suatu fenomena fisika secara kuantitatif di sebut besaran .Ketika kita mengukur suatu besaran kita selalu membandingkannya dengan suatu yang di jadikan acuan standar .Standar ini didefinisikan sebagai satuan ,setiap pengukuran selalu memiliki ketidakpastian .Pengukuran dengan alat ukur yang lebih akurat memiliki ketidakpastian lebih kecil dari alat ukur biasa. Setiap pengukuran besaran fisis terdapat batas ketelitian dan kesalahan pengukuran ,hal ini karena keterbatasan pembuatan alat maupun kemampuan membaca serta perbedaan cara membaca karena itu, setiap hasil pengukuran harus dilaporkan secara benar yang memperlihatkan ketelitian pengukuran tersebut. Pengukuran adalah suatu bentuk teknik untuk mengaitkan suatu bilangan dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan. Selanjutnya semua pengukuran sedikit banyak dipengaruhi oleh kesalahan eksperimen karena ketidaksempurnaan yang tak terelakkan dalam alat ukur atau karena batasan yang ada pada indera kita (penglihatan dan pendengaran), yang harus merekam informasi. Tujuan pengukuran adalah untuk mendapatkan hasil berupa nilai ukur yang tepat dan benar. Ketepatan pengukuran merupakan hal yang sangat penting didalam fisika untuk memperoleh hasil atau data yang akurat dan dapat dipercaya. Ketelitian (presisi) adalah kesesuaian diantara beberapa data pengukuran yang sama yang dilakukan secara berulang. Tinggi rendahnya tingkat ketelitian hasil suatu pengukuran dapat dilihat dari harga deviasi hasil pengukuran. Sedangkanketepatan (akurasi) adalah kesamaan atau kedekatan suatu hasil pengukuran dengan angka atau data yang sebenarnya (true value/correct result) Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya nilai skala terkecil (NST), kesalahan

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi keterampilan pengamatan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran: 1. Nilai skala terkecil alat ukur pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi. Inilah yang disebut nilai skala terkecil (NST). 2. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal ada ketidakpastian umumnya digunakan bernilaisetengah dari NST. 3. Ketidakpastian pada pengukuran berulangketidakpastian dituliskan lagi seperti pada pengukuran tunggal. Kesalahan ½ rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang. 4. Angka berarti (significan figures)Angka berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada hasil pengukuran. 5. Ketidakpastian pada fungsi variabel (perambatan ketidakpastian)Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian. Hasil pengukuran berupa angka-angka atau disebut sebagai hasil numerik selalu merupakan nilai pendekatan. Menurut kelaziman hasil pengukuran sebuah benda mengandung arti bahwa bilangan yang menyatakan hasil pengukuran tersebut.  Syarat-syarat besaran:  Dapat didefinisikan secara fisik  Jelas dan tidak berubah terhadap waktu  Dapat digunakan dimana saja  Besaran terdiri dari:  Besaran pokok, merupakan besaran yang sesuai standar satuan internasional. Tabel 2.1. Besaran Pokok

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

2

BAB II PENGUKURAN DASAR



KELOMPOK 2

Besaran Turunan, merupakan besaran yang di peroleh dari beberapa variabel besaran pokok dalam bentuk persamaan. Tabel 2.2 Besaran turunan

Alat ukur yang biasa digunakan dalam pengukuran adalah sebagai berikut: a. Jangka sorong Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian danketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.

Gambar 2.1.Jangka Sorong Sumber: https://brainly.co.id/tugas/7072493 Bagian terpenting dari jangka sorong yaitu: 1. Rahang tetap = Memiliki skala panjang, disebut skala utama. 2. Rahang geser = Memiliki skala pendek yang

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

3

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

disebut nonius atau skala geser. Jangka sorong memiliki nonius yaitu angka pendek yang panjangnya 9 mm dan dibagi atas 10 skala nonius dan satu skala utama, adalah 0,1 mm atau 0,01 cm sehingga ketelitian jangka sorong adalah 0,01 mm. b. Mikrometer Mikrometer adalah sebuah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm

Gambar 2.2.Mikrometer sekrup Sumber: http://fisikawanhijau.blogspot.com/2015/04/cara-menggunakan-alatukur-mikrometer.html Satu mikrometer adalah secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk mengukur ketebalan secara tepat dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan batangbatang slot. Mikrometer ini banyak dipakai dalam metrologi, studi dari pengukuran,

Mikrometer Luar digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan, blokblok dan batang-batang. Mikrometer dalam Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur garis tengah dari lubang suatu benda. Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot.Satu mikrometer ditetapkan dengan menggunakan satu mekanisme sekrup titik nada. 3. Neraca Teknis Neraca Ohaussterdiri atas tiga batang skala. Batang pertama berskala ratusan gram, batang kedua berskala puluhan gram, dan batang ketiga berskala satuan gram. Neraca ini mempunyai ketelitian hingga 0,1g. Benda yang akan ditimbang diletakkan di atas piringan. Setelah beban geser disetimbangkan dengan benda, massa benda dapat dibaca pada skala neraca.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

4

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

Gambar 2.3 Neraca ohaus Sumber: https://juniorsciences.blogspot.com/2017/11/mengukur-massa-denganneraca-ohaus.html Fungsi Neraca Ohaus Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

5

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

2.3.Metodologi Praktikum 2.3.1.Skema proses Jangka sorong

Siapkan material yang akan diukur

Ukur dimensi benda

Kunci benda

Baca sekala Hitung dan catat Lakukan pengukuran sebanyak 5 kali

Mikrometer teknis

Putar roda bagian pemutar

Masukan benda ke rahang

Putarkan roda pemutar

Putarkan roda pemutar halus

Hitung dan catat hasil pengukuran

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

6

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

Neraca teknis Datarkan terlebih dahulu neraca

Letakan benda kerja

Hitung massa benda

Catat hasil penimbangan 2.3.2. Penjelasan Skema Proses Jangka sorong Siapkan material yang akan diukur,ukur dimensi benda dengan menggunakan rahang jangka sorong .Untuk mengukur panjang, lebar, tebal dan diameter benda dilakukan dengan menjepit benda kerja pada rahang bawah. Untuk mengukur kedalaman dengan menggunakan penduga ,dan rahang dalam untuk untuk mengukur diameter dalam,kemudian kunci dengan lingkaran yang ada pada jangka sorong. Lihat dan baca sekala utama dan sekala nonius yang ditunjukan ,hitung dan catat hasil pengukuran ,lakukan pengukuran panjang, lebar dan tebal sebanyak 5 kali setiap benda kerja. Mikrometer teknis Putarkan roda bagian pemutar kasar untuk memperpanjang rahang putar lalu masukan benda ke antara rahang putar terus putar roda pemutar kasar sehingga bena terjepit. Kemudian putarkan roda pemutar halus kurang lebih 3 kali, jika sudah pas kunci dengan penguat hitung dan catat hasil pengukuran lakukan pengukuran sebanyak 5 kali setiap benda kerja Neraca teknis Datarkan terlebih dahulu neraca yang akan dipakai dengan menggerakan puntir yang ada pada neraca teknis sehingga jarum penunjuk seimbang lalu letakan benda kerja ke lengan neraca.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

7

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

Hitung masa benda kerja dengan menambahkan beban bernilai mulai dari yang terbesar hingga jarum sejajar dengan garis atau penggerak jarum seimbang antara naik dan turun Catat hasil penimbangan lakukan pengukuran setiap benda kerja.

2.4.Alat Dan Bahan 2.4.1.Alat 1.Jangka sorong 2.Mikrometer teknis 3.Neraca Teknis

2.4.2.Bahan 1.Besi 1 buah 2.Kuningan 1 buah 3.Tembaga 1 buah

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

8

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

2.5.Pengumpulan dan Pengolahan Data 2.5.1.Pengumpulan data Benda kerja 1 Besi 1.Mengukur dengan jangka sorong BAGIAN

PANJANG (P)

LEBAR(L)

TINGGI/TEBAL

1

35,40 mm

18,80 mm

9,80 mm

2

35.40 mm

18,80 mm

9,80 mm

3

35,30 mm

18.80 mm

9,80 mm

4

35.35 mm

18.85 mm

9,85 mm

5

35,35 mm

18.90 mm

9,80 mm



176,8 mm

94.15 mm

49,5 mm

̅×

35,36 mm

18.83 mm

9,81 mm

∑𝑋1 2

8.251.655 mm

1.777.2225 mm

481.1825 mm

(∑𝑋1 )2

1.250.3296 mm

8.864.2225 mm

96.2361 mm

Tabel 2.3. Mengukur dengan jangka sorong 2.Mengukur dengan mikrometer sekrup BAGIAN

TINGGI/TEBAL(T)

1

8.87 mm

2

8.84 mm

3

8.83 mm

4

8.81 mm

5

8.81 mm

Tabel 2.4. Mengukur dengan mikrometer

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

9

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

3.Menimbang dengan neraca teknis Massa BK-1 (m1)= 43,07 gram

Benda kerja 2 (BK-2): Kuningan 1.Mengukur dengan jangka sorong BAGIAN

PANJANG(P)

LEBAR(L)

TEBAL/TINGGI(T)

1

47.60 mm

27.70 mm

18.50 mm

2

47.45 mm

27.70 mm

18.45 mm

3

47.55 mm

27.60 mm

18.50 mm

4

47.60 mm

27.65 mm

18.45 mm

5

47.40 mm

27.60 mm

18.50 mm



237.6 mm

138.25 mm

92.4 mm

̅×

47.52 mm

27.65 mm

18.48 mm

∑𝑋1 2

1.290.785 mm

3.822.6225 mm

1.707.555 mm

(∑𝑋1 )2

2.258.785 mm

764.5225 mm

341.5104 mm

Tabel 2.5.Mengukur dengan jangka sorong 2.Mengukur dengan mikrometer skrup BAGIAN

TINGGI/TEBAL(T)

1

18.49 mm

2

18.49 mm

3

18.48 mm

4

18.47 mm

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

10

BAB II PENGUKURAN DASAR

5

KELOMPOK 2

18.46 mm

Tabel 2.6.Mengukur dengan mikrometer 3.Menimbang dengan neraca teknis Massa BK-(m2)=46,6 gram

Benda kerja 3(BK-3):Tembaga 1.Mengukur dengan jangka sorong BAGIAN

PANJANG

LEBAR

TINGGI/TEBAL(T)

1

25.10 mm

18.60 mm

7.00 mm

2

25.10 mm

18.70 mm

7.70 mm

3

25.20 mm

18.60 mm

7.60 mm

4

25.25mm

18.70 mm

7.70 mm

5

25.90 mm

18.60 mm

7.85 mm



125.9 mm

93.2 mm

37.85 mm

̅×

25.18 mm

18.64 mm

7.57 mm

∑𝑋1 2

3.170.185 mm

1.737.26 mm

286.9625 mm

(∑𝑋1 )2

634.0324 mm

347.4496 mm

57.3049 mm

Tabel 2.7 Mengukur dengan jangka sorong

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

11

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

2.Mengukur dengan mikrometer skrup BAGIAN

TEBAL/TINGGI( T)

1

6.80 mm

2

6.79 mm

3

6.80 mm

4

6.82 mm

5

6.89 mm

Tabel 2.8.Mengukur dengan mikrometer 3.Mengukur dengan neraca teknis Massa BK-3(m3) =26,04 gram

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

12

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

3.2.Pengolahan Data Benda kerja 1(BK-1) : Besi Nilai ketidakpastian (∆𝑃, ∆𝐿, ∆𝑇) dan intervalnya ∑𝑋1 2 −(∑𝑋1 )2

1

∆= 𝑛 √ 1

𝑃1 = ̅p +∆𝑃

𝑛−1

5.8251,655−1.250.3296

=5√ 1

= 35,36+20,31

5−1 41257.02467

=5√

𝑃2 =35,36-20,31 = 15,05

= 55,67

4

1

= 2 √10314,25617 = 20.311825294

Chart Title 35.45 35.4

35.4

35.4

35.35

35.35

35.3

35.35

35.3

35.25 1

2

3

4

5

Gambar 2.4 Grafik panjang besi di ukur dengan jangka

2

2

1 𝑛∑𝑋 −(∑𝑋 ) ∆𝐿 = 𝑛 √ 1 5−1 1 1

5.1.777.8525−8.804.2225

= 5√ 1

5−1 0,02504

= 5√

4

𝐿1 = ̅l +∆𝐿 = 18,83+0,015

𝐿2 =18.83-0,015 = 18,815

= 18,815

1

=5 𝑥 0.07912016 =0,015824032

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

13

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

Chart Title 18.92 18.9 18.88 18.86 18.84 18.82 18.8 18.78 18.76 18.74

18.9 18.85 18.8

18.8

1

2

18.8

3

4

5

Gambar 2.5 Grafik panjang besi di ukur dengan jangka sorong

2

2

1 𝑛∑𝑋 −(∑𝑋 ) ∆𝑇 = 𝑛 √ 15−𝑛 1 1

5.481.1825−96.2361

=5 √ =

1 5

5−1 2309,6764



̅t +∆𝐿

𝑇2 =9,81-4,80

= 9,81+4,80

= 5,01

𝑇1

=

= 14,61

4

1

= 5 𝑥 24,0295464 = 4,80590928

Chart Title 9.86 9.85 9.84 9.83 9.82 9.81 9.8 9.79 9.78 9.77

9.85

9.8

1

9.8

2

9.8

3

9.8

4

5

Gamabr 2.6. Grafik panjang besi di ukur dengan jangka sorong

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

14

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

Benda kerja 2 (BK-2) : Kuningan Nilai ketidakpastian (∆𝑃, ∆𝐿, ∆𝑇) dan intervalnya ∑𝑋1 2 −(∑𝑋1 )2

1

∆𝑃 = 𝑛 √ 1

𝑃1 = ̅p +∆𝑃

𝑛−1

5.1.290.785 −2.258.1504

=5√

= 47.52+0.183

1

5−1 4.1957746

=5√

𝑃2 = 47.52 – 0.183 = 47.337

= 47.703

4

1

= 5 𝑥 0.91605399 = 0.183210798

Chart Title 47.65 47.6

47.6

47.6

47.55

47.55

47.5 47.45

47.45

47.4

47.4

47.35 47.3 1

2

3

4

5

Gamabr 2.7. Grafik panjang kuningan di ukur dengan jangka sorong

1

∑𝑋1 2 −(∑𝑋1 )2

∆𝐿 = 𝑛 √ 1

𝑛−1

5.3.822.6225−764,5225

=5√ 1

5−1 3348,59

=5√

4

𝐿1 = ̅l +∆𝑃 = 27,65+5,78

𝐿2 = 27,65-5,78 = 21,87

= 33,43

1

= 5 𝑥 2.8.93350134 = 5,7867002286

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

15

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

Chart Title 27.72 27.7 27.68 27.66 27.64 27.62 27.6 27.58 27.56 27.54

27.7

27.7 27.65 27.6

1

2

3

27.6

4

5

Gamabr 2.8. Grafik panjang kuningan di ukur dengan jangka sorong

1

∑𝑋1 2 −(∑𝑋1 )2

∆𝑇 = 𝑛 √ 1

5.1.707.555−341.5104

=5√ 1

𝑇1 = ̅t +∆𝑃

𝑛−1

= 18,48 +0,226

5−1 5122671

=5√

𝑇2 = 18,48 - 0,226 = 18,254

= 18,706

4

1

= 5 𝑥 1.13137085 = 0.22627417

Chart Title 18.51 18.5 18.49 18.48 18.47 18.46 18.45 18.44 18.43 18.42

18.5

18.5

18.5

18.45

1

2

18.45

3

4

5

Gamabr 2.9. Grafik panjang kuningan di ukur dengan jangka sorong

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

16

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

Benda kerja 3(BK-3) : Tembaga Nilai ketidakpastian (∆𝑃, ∆𝐿, ∆𝑇) dan intervalnya ∑𝑋1 2 −(∑𝑋1 )2

1

∆𝑃 = 𝑛 √ 1

𝑃1 = ̅p +∆𝑃

𝑛−1

5.3.170.185−634,0324

=5√

= 25.182 + 0.038

1

5−1 9510601

=5√

𝑃2 = 25.182 - 0.038 = 24.8718

= 25.4882

4

1

= 5 𝑥 1,541 = 0.3082

Chart Title 25.3 25.25

25.25

25.2

25.25

25.2

25.15 25.1

25.1

25.1

25.05 25 1

2

3

4

5

Gamabr 2.10. Grafik panjang tembaga di ukur dengan jangka sorong

1

∑𝑋1 2 −(∑𝑋1 )2

∆𝐿 = 𝑛 √ 1

𝑛−1

5.1.737.26 −347.4496

=5√ 1

5−1 521181

=5√

4

𝐿1 = ̅l+∆𝐿 = 18,64 + 0,22

𝐿2 = 18,64 - 0,22 = 18.42

= 18.86

1

= 5 𝑥 1.141 = 0.2282

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

17

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

Chart Title 18.75 18.7

18.7

18.7

18.65 18.6

18.6

18.6

18.6

18.55

1

2

3

4

5

Gamabr 2.11. Grafik panjang tembaga di ukur dengan jangka sorong

1

∑𝑋1 2 −(∑𝑋1 )2

∆𝑇 = 𝑛 √ 1

5.286.9625−57.3049

=5√ 1

𝑇1 = ̅t+∆𝐿

𝑛−1

= 7.57 +3.73

5−1 1392.5076

=5√

𝑇2 = 7.57 +3.73 = 3.84

= 11.3

4

1

= 5 𝑥 1865 = 3.73

Chart Title 8 7.85

7.8

7.7

7.6

7.7

7.6

7.4 7.2 7

7

6.8 6.6 6.4 1

2

3

4

5

Gamabr 2.12. Grafik panjang tembaga di ukur dengan jangka sorong

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

18

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

2.6 ANALISA DAN PEMBAHASAN Setiap pengukuran memiliki nilai yang berbeda ,sehingga perlu mencari nilai yang paling mendekati nilai yang sebenarnya pada pengukuran . Pada pengukuran jangka sorong harus lebih hati-hati dan haru lebih memperhatikan keakuratannya , jika pengukuran jangka sorong atau mikrometer skrup tidak akurat maka dapat di ukur kalibrasinya terlebih dahulu, sehingga kita dapat menghitung nilai dari hasil pengukuran yang berulangkali. Pada neraca teknis harus memperhatikan benda tersebut pada bidang dasar sehingga tidak menunggu keseimbangan pada pengukuran neraca teknis ,dan kita juga perlu untuk memastikan keadaan neraca dalam keadaan bersih. Pada saat melakukan pengukuran menggunakan neraca teknis ,diketahui bahwa untuk menentukan titik nol sangatlah sulit .Dikarenakan sering terjadinya goyangan pada saat pengukuran sehingga pengukuran kurang akurat. Selain faktor dari benda tersebut hal yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran lainnya adalah terdapat pada kesalahan sistematik yaitu kesalahan pada alat yang digunakan maupun lingkungan pada saat melakukan pengukuran,pada kesalahan yang ada pada alat misalnya : kesalahan kalibrasi , kesalahan menentukan titik nol, kesalahan komponen alat maupun hal yang lainnya. Selain itu pada saat melakukan pengolahan data , sering terjadinya human eror ,hal ini tidak lain dari pada kelalaian praktikan dalam mengolah data , sehingga pada saat melakukan pengolahan data baik itu dalam penentuan interval, grafik maupun lainya menjadi tidak tepat maupun menjadi salah. Penggunaan alat ukur dengan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm dan mikrometer 0,01 mm. Benda yang meliputi besi , kuningan, dan tembaga dengan mengukur panjang ,tebal dan tinggi dan lebar sebanya 5 kali daerah yang berbeda Mikrometer hanya untuk mengukur tebal dari besi , kuningan , dan tembaga serta mikrometer tidak bisa mengukur diameter dalam perlu membutuhkan mikrometer dalam.Mikrometer merupakan alat ukur yang spesifikasi ketelitiannya lebih besar dari pada jangka sorong .Neraca teknis hanya untuk mengukur berat benda

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

19

BAB II PENGUKURAN DASAR

KELOMPOK 2

2.7 SIMPULAN 1. Dalam mempelajari penggunaan alat ukur harus memperhatikan cara pemakaian alat pengukuran terdapat angka atau nilai ketidakpastian dari hasil pengukuran dengan dasar ketidakpastian setengah dari nilai skala terkecil (NST) alat ukurnya. 2. Dalam setiap proses pengukuran hasil pengukuran tidak selalu sama pada satu bidang 3. Pengukuran dengan alat ukur mikrometer dan jangka sorong hanya pada bisa pada bidang tertentu. 4. Dalam melakukan pengukuran secara tidak langsung bisa menghitung besaran lain seperti volume balok. 5. Perbedaan hasil pengukuran benda yang tidak sama pada suatu bidang dapat di karenakan alat ukur yang sudah tidak presisi ataupun kesalahan pada orang yang mengukurnya. 6. Neraca teknis mempunyai kegunaan untuk mengukur suatu massa benda

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2018/2019

20

Related Documents

Pengukuran
May 2020 30
Pengukuran
November 2019 37
Pengukuran
December 2019 53

More Documents from "Frisya Maghfirah"