Bab Ii Nurul Konsul.docx

  • Uploaded by: Baiq Nurul Hidayati Azmi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Nurul Konsul.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,882
  • Pages: 38
BAB II Commented [T1]: TEORI KEMAMPUAN DIPERBAIKI, KERANGKA KONSEP DIPERBAIKI SESUAI LIAT PUNYA ANGGI

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Konsep Teoritis 1. Konsep Kemampuan a. Pengertian Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bias, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Kemampuan adalah kapasitas individu saat ini untuk melakukan berbagai tugas dalam sebuah pekerjaan. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan

adalah

kesanggupan

atau

kecakapan

seseorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Robbins & Judge, 2017) b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan Menurut Robbins & Judge faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu : 1) Kemampuan intelektual Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas mental, berpikir, penalaran

dan

memecahkan

7

masalah. Kemampuan

intelektual

memiliki

beberapa

dimensi

kemampuan

intelektual: a) Kecerdasan numerik Kemampuan untuk melakukan aritmatika yang cepat dan akurat. b) Komprehensi verbal Kemampuan untuk memahami apa yang dibaca atau didengar dan hubungan antarkata. c) Kecepatan perceptual Kemampuan untuk megidentifikasi kesamaan dan perbedaan visual secara cepat dan akurat. d) Penalaran induktif Kemampuan untuk mengidentifikasi urutan logis dalam sebuah

masalah

dan

kemudian

memecahkan

masalah. e) Penalaran deduktif Kemampuan

menggunakan

logika

dan

menilai

implikasi sebuah argumen. f) Visualisasi spasial Kemampuan

untuk

mengimajinasikan

bagaimana

sebuah objek terlihat jika posisinya dalam ruang diubah. g) Ingatan

8

Kemampuan

untuk

mempertahankan

dan

meningkatkan pengalaman masa lalu. 2) Kemampuan fisik Kemampuan fisik adalah kapasitas untuk melakukan tugas yang menuntut stamina, ketangkasan, kekuatan dan karakteristik-karakteristik yang berbeda. Kemampuan fisik memiliki faktor dasar. a) Kekuatan dinamis Kemampuan

untuk

menggunakan

dorongan

otot

berulang-ulang atau terus menerus sepanjang waktu. b) Kekuatan otot Kemampuan

untuk

menggunakan

kekuatan

otot

dengan menggunakan otot tubuh c) Kekuatan statis Kemampuan untuk menggunakan kekuatan atas objek eksternal d) Kekuatan eksplosif Kemampuan untuk menghabiskan maksimum energi dalam satu atau serangkaian tindakan eksplosif e) Fleksibilitas memanjang Kemampuan untuk menggerakkan otot tubuh dan punggung sejauh mungkin f) Fleksibilitas dinamis

9

Kemampuan untuk membuat pergerakkan fleksibel cepat dan berulang g) Koordinasi tubuh Kemampuan

untuk

mengoordinasikan

tindakan

simultan dari bagian-bagian tubuh berbeda h) Keseimbangan Kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan meskipun

ada

dorongan

yang

mengganggu

keseimbangan i) Stamina Kemampuan untuk melanjutkan usaha maksimum yang membutuhkan usaha panjang c. Komponen Kemampuan Menurut Schumacher dalam Sinamo (2010), ada tiga komponen penting yang tampak dalam kemampuan diri manusia yaitu: 1) Keterampilan Keterampilan

adalah

suatu

kemampuan

untuk

mengukur alat, pikiran, ide, dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah maupun membuat suatu menjadi lebih bermakna sehingga sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. 2) Kemampuan

10

menghasilkan

Kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan

pekerjaannya

baik

secara

mental

ataupun fisik. 3) Etos kerja Etos kerja dihubungkan dengan sikap dan motivasi seseorang dalam bekerja. Prinsip yang tidak kenal lelah dalam bekerja sebagai dasar etos kerja yang tinggi yang dimiliki oleh seseorang. Berdasarkan kutipan tersebut diketahui bahwa tanpa ketiganya, semua sumber daya tetap terpendam, tidak dapat dimanfaatkan, dan tetap merupakan potensi belaka. Jika di simak ketiga komponen yang tidak kelihatan tersebut memang berada dalam diri manusia, tersimpan dalam bentuk kemampuan insani operasional (operational human abilities). Menurut Sinamo (2002), sebagai makhluk psikologikal (psycological being) manusia ditandai dengan kemampuan dalam enam hal, yaitu: 1)

Kemampuan berpikir persepsional-rasional

2)

Kemampuan berpikir kreatif-imajinatif

3)

Kemampuan berpikir kritikal-argumentatif

4)

Kemampuan tersedia

11

memilih

sejumlah

pilihan

yang

5)

Kemampuan berkehendak secara bebas

6)

Kemampuan untuk merasakan Sedangkan kemampuan sejati adalah kekuatan

yang

dapat

mendorong

terwujudnya

sinergi

kemampuan konstruktif seluruh potensi yang ada dalam diri manusia berupa kekuatan fisik, akal pikiran, jiwa, hati nurani (spiritualitas) dan etika Kompetensi merupakan perpaduan dari tiga domain pendidikan yang meliputi ranah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang terbentuk dalam pola berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar ini, kompetensi dapat berarti pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Menurut kecakapan,

Chaplin

ketangkasan,

ability

(kemampuan,

bakat,

kesanggupan)

merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu

perbuatan.

Sedangkan

menurut

Robbins

kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Adapun menurut Akhmat Sudrajat, ability adalah menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan.

12

Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran yang mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.

2.

Teori Aktivitas fisik a. Konsep Teori Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk mengerjakannya. Sedangkan olah raga merupakan aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur serta melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Farizati dalam Khomarun, 2013). Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau pembakaran kalori (Kemenkes RI, 2015). Latihan fisik yang terencana, terstruktur, dilakukan berulang-ulang termasuk olahraga fisik merupakan bagian dari aktifitas fisik. Aktifitas fisik sedang yang dilakukan secara terus menerus dapat mencegah resiko terjadinya penyakit tidak menular seperti penyakit pembuluh darah, diabetes, kanker dan lainnya (Kristanti et al., 2002).

13

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global ( WHO, 2010). a. Manfaat Aktifitas Fisik Menurut Kemenkes RI (2006) aktivitas fisik secara teratur

memiliki

efek

yang

menguntungkan

terhadap

kesehatan yaitu terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis, dan lain-lain, berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang

lebih

kuat,

bentuk

tubuh

menjadi

ideal

dan

proporsional, lebih percaya diri, lebih bertenaga dan bugar, secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik. b. Tipe-tipe aktifitas fisik Ada 3 tipe/macam/sifat aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu: 1. Ketahanan (endurance) Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga.

Untuk

mendapatkan

ketahanan

maka

aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari

14

per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: a)

Berjalan kaki, misalnya turunlah dari bus lebih awal menuju

b)

tempat kerja kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan

c)

saat pulang berhenti di halte yang menghabiskan 10 menit

d)

berjalan kaki menuju rumah

e)

Lari ringan

f)

Berenang, senam

g)

Bermain tenis

h)

Berkebun dan kerja di taman

2. Kelenturan (flexibility) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat

membantu

pergerakan

lebih

mudah,

mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: a)

Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau

15

b)

sentakan, lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki

c)

Senam taichi, yoga

d)

Mencuci pakaian, mobil

e)

Mengepel lantai.

3. Kekuatan (strength) Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan

bentuk

tubuh

serta

membantu

meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: a)

Push-up,

pelajari

teknik

yang

benar

untuk

mencegah otot dan b) sendi dari kecelakaan c) Naik turun tangga d) Membawa belanjaan e) Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness)

16

f)

Aktivitas

fisik

pengeluaran

tersebut

tenaga

dan

akan energi

meningkatkan (pembakaran

kalori), misalnya: 1)

Berjalan kaki (5,6-7 kkal/menit)

2)

Berkebun (5,6 kkal/menit)

3)

Menyetrika (4,2 kkal/menit)

4)

Menyapu rumah (3,9 kkal/menit)

5)

Membersihkan jendela (3,7 kkal/menit)

6)

Menucuci baju (3,56 kkal/menit)

7)

Mengemudi mobil (2,8 kkal/menit )

3. Teori Senam kaki dan Peningkatan Sirkulasi Darah a. Pengertian Senam kaki Berdasarkan

pengertiannya

senam

kaki

adalah

kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (S,Sumosardjuno, 1986 dalam Widianti A & Artikah P, 2010). Senam kaki juga dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu juga dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha,dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.

17

b. Fungsi senam kaki diabetik Adapun fungsi dari senam kaki adalah sebagai berikut: 1.

Memperbanyak /memperbaiki sirkulasi darah

2.

Memperkuat obat-obat kecil

3.

Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

4.

Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha

5.

Membatasi keterbatasan gerak sendi

6.

Meningkatkan kebugaran kline diabetes militus

7.

Memperkuat otot-otot kecil (Widianti, 2010).

c. Manfaat Senam Kaki 1.

Membantu

memperbaiki

peredaran

darah

yang

terganggu dan memperkuat otot-otot kaki, otot betis dan paha. 2.

Membantu

memperbaiki

peredaran

darah

yang

terganggu dan memperkuat otot-otot kaki, otot betis dan paha. 3.

Mencegah

terjadinya

kelainan

bentuk

pada

kaki

(fransisco, 2012). d. Indikasi dan kontraindikasi 1. Indikasi senam kaki Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita diabetes mellitus tipe 1 maupun tipe 2. Tetapi sebaiknya senam kaki ini disarankan kepada penderita untuk

18

segera

dilakukan

semenjak

didiagnosa

menderita

diabetes mellitus sebagai tindakan pencegahandini. 2. Kontraindikasi senam kaki a. Penderita mengalami perubahan fungsi fisiologi seperti dyspnea atau nyeri dada. b. Orang yang depresi, khawatir atau cemas. e. Prosedur Senam kaki Sebelumnya alat yang harus dipersiapkan adalah: Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk). 2 lembar koran,prosedur pelaksanaan senam. Sedangkan persiapan untuk klien adalah kontrak topik,waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki. Perhatikan juga lingkungan yang mendukung, seperti lingkungan yang nyaman bagi pasien,da jaga privaci pasien (Widianti, 2010) 1)

Langkah 1 : Duduk dengan baik di atas kursi sambil meletakkan kaki ke lantai.

1

1.

Posisi

duduk

maka

posisikan pasien duduk tegak diatas bangku

2

2.

Kaki menyentuh lantai.

Gambar 1. Pasien duduk di atas kursi

19

2)

langkah 2: Sambil meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas dan dibengkokkan ke bawah sebanyak 10 kali. 2 1. Dengan meletakkan tumit dilantai 2. Jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas

3 1

3. Dibengkokkan kemali kebawah seperti cakar ayam

Gambar 2. Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki di luruskan ke atas. 3)

Langkah 3: Sambil meletakkan tumit di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Kemudian, jari-jari kaki diletakkan di lantai sambil tumit kaki diangkat ke atas. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali.

2

1. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, 2. Angkat ujung telapak kaki ke atas.

1 3

3. Pada kaki lainnya,jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit diangkatkan ke atas.

Gambar 3. Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat.

20

4)

Langkah 4: Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian depan kaki diangkat ke atas dan putaran 360 º dibuat dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. 2

1. Tumit kaki diletakkan dilantai. 2. Bagian ujung kaki diangkat ke atas

3

1

3. Buat gerakan memutar kearah samping

Gambar 4. Tumit kaki di lantai dan ujung kaki diangkat ke atas. 5) Langkah 5: Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan putaran 360º dibuat dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

2

1.

Jari-jari kaki diletakkan di lantai.

2.

Tumit diangkat

3.

Dibuat gerakan memutar

1 3

Gambar 5. Jari-jari kaki di lantai. 6) Langkah 6: Kaki diangkat ke atas dengan meluruskan lutut. Putaran 360º dibuat dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. 3

1. Angkat salah satu lutut kaki, 2. Luruskan. 3. Gerakan jari-jari kaki ke depan dan turunkan kembali.

21

1

2

Gambar 6. Kaki diluruskan dan di angkat. 7) Langkah 7: Lutut diluruskan dan dibengkokkan ke bawah sebanyak 10 kali. Ulangi langkah ini untuk kaki yang sebelah lagi. 3

1. Luruskan salah satu kaki di atas lengan

2

2. Angkat kaki tersebut 3. gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali kelantai

1

Gambar 7. Kaki di luruskan dan di angkat. 8) Langkah 8: Letakkan sehelai kertas koran di lantai. Remas kertas itu menjadi bola dengan kedua kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi kertas yang lebar menggunakan kedua belah kaki. Langkah ini dilakukan sekali saja.

3

1. Letakkan sehelai koran dilantai. 2. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki.

1

3. Kemudian,buka bola itu dan dilicinkan kembali menjadi lembaran

2

22

Gambar 8. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki

b. Peningkatan Sirkulasi Darah 1) Prinsip Aliran Darah Aliran darah melalui pembuluh darah bergantung pada dua variabel yang saling berlawanan; perbedaan tekanan antara kedua ujung pembuluh darah dan resistensi terhadap aliran darah. Aliran darah meningkat karena terdapat peningkatan perbedaan tekanan antara kedua ujung pembuluh darah; sebaliknya, aliran darah menurun karena terjadi peningkatan resistensi. Hal yang penting diperhatikan adalah perbedaan tekanan (atau gradien tekanan), bukanlah tekanan absolut dalam pembuluh darah, menentukan aliran darah. Semua aliran darah dalam sirkulasi disebut sebagai curah jantung (Price, 2006). Darah mengallir melalui seluruh sirkulasi dari arteri ke ujung

pembuluh

perbedaan

vena

tekanan.

sebagai

Perbedaan

respons tekanan

terhadap ditentukan

melalui tekanan darah arteri rata-rata (mean arterial pressure, MAP) dan tekanan atrium kanan (right arterial pressure, RAP), atau tekanan vena sentral (central venous pressure, CVP). MAP didefinisikan sebagai tekanan yang terbentuk dalam pembuluh arteri besar

23

sepanjang waktu dan merupakan cerminan komplians dan volume

darah

rata-rata

dalam

sistem

arteri.

RAP

bergantung pada keseimbangan antara aliran balik vena dan fungsi pemompaan atrium kanan. MAP normal adalah 100 mmHg dan dapat diperkirakan dari tekanan darah sistolik (systolic blood pressure, SBP) dan diastolik (diastolic blood pressure, DBP) (Price, 2006). Perubahan aliran darah lokal dipengaruhi berbagai zat yang beredar yang mempunyai sifat vasoaktif. Zat vasodilatasi

kuat

mencakup

histamin,

bradikimin,

prostaglandin, dan beberapa metabolit otot. Turunnya persediaan oksigen dan nutrisi dan perubahan pH lokal juga mempengaruhi aliran darah. Serotonin, suatu zat yang dibebaskan trombosit yang teragregasi di sekitar tempat kerusakan dinding pembuluh darah, membuat arteriol berkontriksi. Pemberian panas pada bagian permukaan

tubuh

mengakibatkan

vasodilatasi

lokal,

sedangkan pemberian dingin menyebabkan vasokontriksi (Smeltzer & Bare, 2002). 2) Faktor Resiko penyebab peningkatan sirkulasi darah Adapun faktor penyebab peningkatan sirkulasi darah dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu : Faktor resiko yang dapat dikontrol dan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol, antara lain :

24

a) Faktor yang dapat dikontrol, sebagai berikut :

b)

(1)

Penggunaan tembakau (rokok)

(2)

Hipertensi

(3)

Obesitas

(4)

Gaya hidup yang monoton

(5)

Stres

(6)

Diabetes mellitus

Faktor yang tidak dapat dikontrol, sebagai berikut : (1) Usia (2) Jenis kelamin

B. Teori Penyakit Diabetes Melitus 1.

Pengertian Diabetes atau yang di kenal dengan Diabetes melitus (disingkat DM ) merupakan dua kata yang berasal dari dua negara. Meskipun terdengar indah, kata ini sebenarnya menyimpan hal yang membahayakan. Diabetes berasal dari kata diabainein. Kata diabetes berasal dari bahasa yunani yang berarti “tembus”atau “pancuran air “ dan melitus berasal dari bahasa latin yang berarti rasa manis. Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan 25

kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi

insulin.Gejala

yang

dikeluhkan

pada

penderita

Diabetes Melitus yaitu polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan berat badan,kesemutan. (Noor 2015 ) Diabetes merupakan penyakit kronis yang serius dan terjadi baik saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin ( hormon yang mengatur glukosa darah ) maupun jika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif. (WHO, 2016 ). Sedangkan menurut American Diabetes Association (ADA) 2014, Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang di tandai dengan hiperglikemi yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua duanya. Dalam kamus besar bahasa indonesia, definisi kencing manis adalah penyakit yang menyebabkan air kencing di produksi bercampur zat gula. Adanya kadar gula yang tinggi dalam air kencing dapat menjadi tanda tanda gejala awal penyakit diabetes. seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126 mg/dl.

26

c.

Klasifikasi diabetes melitus 1)

Diabetes melitus Tipe 1 (insulin Dependent Diabetes Melitus) DM tipe 1 terjadi karena adanya dekstruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada Diabetes Melitus tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein cpeptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis (american Diabetes Association , 2010 ).

2)

Diabetes

Melitus

Tipe

2

(insulin

Non-dependen

Diabetes Melitus ) DM tipe ini terjadi hiper insulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunya

kemampuan

insulin

untuk

merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya esistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah ) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal

tersebut

dapat

mengakibatkan

berkurangnya

sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan

27

mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi perlahan lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahan

lahan

akan

mengakibatkan

sensitivitas

reseptor akan glukosa berkurang . Diabetes Melitus tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi (american Diabetes Association , 2010 ). 3)

Diabetes pada kehamilan Diabetes yang terjadi pada saat hamil disebut diabetes gestasional. Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa

hormon

pada

wanita

hamil

yang

menyebabkan resistensi insulin (Novika, 2017) 4)

Diabetes yang lain Ada pula diabetes yang tidak termasuk kelompok di atas, yaitu diabetes yang terjadi sekunder atau akibat dari penyakit lain yang menggangu produksi insulin atau memengaruhi kerjanya insulin. Contohnya adalah radang pankreas (pankreatitis), gangguan kelenjar adrenal

atau

hipofisis,

penggunaan

hormon

kortikosteroid, pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolesterol, malnutrisi, atau infeksi (Novika, 2017).

28

d.

Etiologi diabetes melitus 1. Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes

Mellitus

tipe

1

ditandai

dengan

penghancuran sel β pankreas yang terjadi dari kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan (infeksi virus) yang diperkirakan menimbulkan destruksi sel β. Pada faktor genetik penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi Diabetes Mellitus tipe 1 sendiri akan tetapi mewarisi suatu kecenderungan genetik kearah terjadinya Diabetes Mellitus tipe 1 tersebut. Kecendrungan genetik ditemukan pada individu yang memiliki human leucocyte antigen (HLA) tertentu (Smeltzer & Bare, 2002; National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease [NIDDK], 2014). Dari segi imunologi, penderita Diabetes Mellitus tipe 1 terdapat proses respon autoimun. Hal ini terjadi disebabkan oleh sel darah putih/sel T menyerang dan merusak sel β. Respon ini termasuk respon abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dan bereaksi terhadap jaringan tersebut seolaholah sebagai jaringan asing. Pada faktor lingkungan, penyelidikan masih dilakukan terhadap kemungkinan adanya faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β. Sebagai contoh, virus atau toksin tertentu

29

bisa memicu proses autoimun sehingga menimbulkan destruksi sel β (Smeltzer & Bare, 2002; NIDDK, 2014). 2. Etiologi penyakit diabetes tipe II : a) Keturunan Orang yang bertalian darah dengan orang yang mengidap diabetes lebih cenderung juga mengidap penyakit yang sama. Risikonya bergantung pada jumlah anggota keluarga yang memiliki diabetes. Makin banyak jumlah sanak saudara yang mengidap diabetes, makin tinggi resiko yang ia hadapi b) Pola makan tidak sehat Pola makan yang tidak sehat menjadi salah satu faktor

penyebab

terjadinya

diabetes.

Terutama

makanan yang terlalu banyak mengandung gula dan makanan dengan indeks glikemik yang tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung lemak tinggi dan kolestrol tinggi juga dapat memicu diabetes. c) Obesitas / kegemukan Hampir 80 % orang yang terjangkit diabetes pada usia lanjut biasanya memiliki kelebihan berat badan. Kelebihan

berat

badan

kebutuhan insulin pada tubuh.

d) Usia

30

akan

meningkatkan

Resiko

diabetes

meningkat

sejalan

dengan

bertambahnya usia, terutama setelah usia 40 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah sel sel beta di dalam pankreas yang memproduksi insulin menurun seiring bertambahnya usia e) Jenis kelamin Baik pria maupun wanita memiliki resiko yang sama besar terkena diabetes hingga usia dewasa awal. f)

Infeksi pada kelenjar pankreas Hormon insulin yang mengatur kadar gula dalam darah dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Jika terjadi infeksi dalam tubuh dan menyerang pankreas makan organ tersebut tidak dapat memproduksi hormon insulin dengan baik sehingga tanda tanda diabetes akan muncul.

g) Kurang aktivitas fisik (olahraga ) Kebanyakan orang di zaman modern tidak sempat untuk melakukan olahraga , padahal olahraga berfungsi untukmembakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Jika tidak melakukan olahraga akan mengakibatkan efek lanjut berupa obesitas.

31

h) Gaya hidup stres Stress akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas sehingga pankreas

mudah

rusak

dan

berdampak

pada

penurunan insulin

e.

Patofisiologi Diabetes Melitus Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak

di

belakang

lambung.

Didalamnya

terdapat

kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau dalam peta, sehingga disebut pulau langerhans pankreas. Pulau pulau ini berisi sel alpa yang menghasilkan hormon glucagon sel b yang menghasilkan insulin. Kedua hormon ini bekerja berlawanan,

glucagon

meningkatkan

glukosa

darah

sedangkan insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah (price & Wilson , 2006 ). Insulin yang dihasilkan oleh sel b pankreas dapat di ibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuk glukosa ke dalam sel, kemudian di dalam sel glukosa tersebut di metabolisasikan menjadi tenaga. Jika insulin tidak ada atau jumlahnya sedikit, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadarnya di dalam darah tinggi atau meningkat (hiperglikemia). Pada DM tipe 2 jumlah insulin

32

kurang atau dalam keadaan normal, tetapi jumlah reseptor insulin dipermukaan sel berkurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk

ke

dalam

sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup banyak, namun karena jumlah lubang kuncinya (reseptor) berkurang , maka jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang ( resistensi insulin). Sementara produksi glukosa oleh hati terus meningkat, kondisi ini menyebabkan kaar glukosa darah meningkat ( subekti & suryono, 2009 ). Resistensi insulin pada awalnya belum menyebabkan DM secara klimis, sel b pancreas masih bisa melakukan kompensasi. Insulin sekresikan secara berlebihan sehingga terjadi hiperinsulenemia dengan tujuan normalisasi kadar glukosa darah. Mekanisme kompenasi yang terus menerus menyebabkan kelelahan sel b pancreas, kondisi ini disebut dekompensasi dimana produk insulin menurun secara absolute. Resistensi dan penuruanan produksi insulin menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. f.

Manifestasi klinis Diabetes Melitus Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM menurut Bararah dan Jauhar ( 2013 ). diantaranya : 1)

Poliuria (peningkatan peneluaran urine ) merupakan gejala yang paling utama dirasakan oleh setiap

33

pasien. Jika konsetrasi glukosa dalam darah tinggi ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine ( glukosuria ). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. 2)

Polidipsi Peningkatan rasa haus akibat volume urine yang besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.

3)

Polifagia Peningkatan

rasa

lapar

diakibatkan

habisnya

cadangan gula di dalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi. 4)

Rasa lelah dan kelemahan otot Akibat gangguan darah pada pasien diabetes lama, metabolisme protein diotot dan ketidak mampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi

5)

Peningkatan infeksi akibat penurunan protein Sebagai bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,

34

gangguan

fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik 6)

Kelainan kulit Kelainan kulit gatal gatal diketiak dan di bawah payudar, biasanya akibat tumbuhnya jamur

7)

Kesemutan Pada penderita DM regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat kurangnya bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyaknya persyarafan terutama perifer mengalami kerusakan

8)

Luka yang tidak sembuh sembuh Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita DM bahan protein banyak di formulasikan untuk kebutuha energi sel sehingga bahan dipergunakan untuk pergantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu, luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita DM

9)

Mata kabur Mata kabur yang di sebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemi. Dapat di sebabkan juga kelainan pada korpus itreum.

35

10) Gusi merah dan bengkak Kemampuan rongga mulut menjadi lemah untuk melawan infeksi. Akibatnya, gusi akan membengkak dan memerah, timbul infeksi, serta gigi tampak tidak rata dan mudah tanggal(Hans Tandra, 2013). 11) Kulit kering dan gatal Kulit terasa kering, sering gatal, dan infeksi. Keluhan ini biasanya menjadi penyebab si pasien datang memeriksakan diri ke dokter, lalu pada pemeriksaan akhirnya ditemukan ternyata menderita diabetes(Hans Tandra, 2013). g.

Komplikasi Diabetes Mellitus Penderita

Diabetes

Mellitus

memiliki

risiko

mengalami komplikasi dikarenakan tingginya glukosa yang dapat mengarah ke penyakit serius lainnya. Beberapa komplikasi Diabetes Mellitus, yaitu: 1) Diabetic Ketoasidosis (DKA) DKA

merupakan

komplikasi

metabolik

yang

palingserius pada Diabetes Mellitus tipe 1. Hal ini terjadi karena

kadar

insulin

sangat

menurun,

pasien

mengalami hiperglimia, glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton. Pasien dapat menjadi hipotensi dan

36

mengalami syok yang akhirnya menyebabkan koma dan meninggal (Schteingart, 2006). 2) Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketonik (HHNK) HHNK adalah komplikasi metabolisme akut lain yang sering terjadi pada Diabetes Mellitus tipe 2. Hal ini terjadi karena hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih besar dari 600 mg/dl. Keadaan hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas, diuretik osmotik, dan dehidrasi berat. Pasien dapat menjadi tidak

sadar

dan

meninggal

bila

tidak

ditangani

(Schteingart, 2006). Adalah periode yang berlangsung antara 3 sampai 10 hari setelah melahirkan, pada fase ini timbul rasa

khawatir

tanggung

akan

jawabnya

ketidakmampuan dalam

merawat

dan bayi,

rasa ibu

mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah 3) Hipoglikemia Hipoglikemia adalah komplikasi metabolik yang lainnya. Hipoglikemia terjadi akibat komplikasi dari terapi insulin. Pasien dengan insulin dependen mungkin akan mengalami keadaan di mana menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan kadar normal

37

glukosa

sehingga

menimbulkan

hipoglikemia

(Schteingart, 2006).

4) Penyakit Kardiovaskuler Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang

umumnya

menyebabkan

kematian

dan

disabilitas pada orang dengan Diabetes Mellitus. Tingginya glukosa dapat merusak pembuluh darah yang menyebabkan penumpukkan lemak di dinding yang rusak dan dapat menyempitkan pembuluh darah (Ndarah, 2014). Penyakit karidovaskuler yang bisa diderita penderita Diabetes Mellitus seperti angina, miokard infark, stroke, PAD, dan gagal jantung kongestif (IDF, 2013). 5) Penyakit pada ginjal Penyakit pada ginjal (nefropati) lebih sering terjadi

pada

pasien

dengan

Diabetes

Mellitus

dibandingkan dengan pasien tanpa Diabetes Mellitus. Hal ini terjadi dikarenakan kerusakan pembuluh darah kecil di ginjal yang menyebabkan kerja ginjal kurang efisien atau bahkan gagal ginjal (IDF, 2013). 6) Penyakit pada mata Penderita DM memiliki masalah pada mata (retinopati) yang dapat merusak penglihatan bahkan

38

memicu kebutaan. Retinopati terjadi karena pembuluh darah yang bertugas menyuplai nutrisi ke retina diblok dan rusak akibat tingginya glukosa dalam darah, tekanan darah, serta kolesterol (IDF, 2013). 7) Kerusakan saraf Ketika glukosa darah dan tekanan darah terlalu tinggi dapat memicu kerusakan saraf (neuropati). Salah satu area yang paling terpengaruh akibat neuropati adalah area ekstremitas terutama kaki. Kerusakan saraf pada area ini dikenal dengan peripheral neuropati yang bica memicu terjadinya nyeri, perasaan seperti tertusuk, bahkan hilangnya sensasi di kaki. Hilangnya sensasi di kaki ini berbahaya karena bisa terjadi luka tanpa diketahui yang bisa mengarah keinfeksi serius (IDF, 2013). 8) Kaki diabetik Kaki diabetik terjadi diawali dengan kerusakan saraf dan pembuluh darah. Penderita DM beresiko 24 kali lebih besar terjadi amputasi dibanding dengan orang tanpa DM. Hal ini dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kaki secara teratur (IDF, 2013)

39

h.

Penatalaksanaan diabetik Empat Pilar Penatalaksanaan DM : 1) Edukasi Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya

harus

diberikan

kepada

pasien.

Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus (Perkeni, 2011). 2) Perencanaan Diet Prinsip pengelolaan makan atau diet pada pasien Diabetes Mellitus yaitu makanan seimbang yang sesuai dengan kebutuhan kalori masingmasing individu. Diet ini juga harus memperhatikan keteraturan jadwal, jenis, dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20% (PERKENI, 2011). 3) Latihan Jasmani Latihan jasmani yang dilakukan teratur 3-4 kali dalam seminggu selama 30 menit dapat menjaga kebugaran

tubuh,

menurunkan

40

berat

badan,

dan

meningkatkan sensitivitas insulin. Latihan jasmani yang bisa dilakukan seperti berjalan kaki, jogging, berenang, dan bersepeda. Latihan jasmani disesuaikan dengan umur dan status kebugaran jasmani (PERKENI, 2011). 4) Terapi gizi medis Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalm hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin (Melissa, 2005). 5) Latihan jasmani Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang dari 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjallan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan.

Latihan

jasmani

selain

untuk

menjaga

kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas

insulin,

sehingga

akan

memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

41

aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

Latihan

jasmani

sebaiknya

disesuaikan

dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan,

sementara

yang

sudah

mendapat

komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup

yang

kurang gerak

atau

bermalas-malasan

(Perkeni, 2011). 6)

Terapi Farmakologi atau Pengobatan Terapi farmakologi pada pasien Diabetes Mellitus terdiri obat oral dan suntikan tambahan insulin. Terapi farmakologis ini diberikan bersama dengan diet dan latihan jasmani (PERKENI, 2011).

42

A. Kerangka Konsep Kemampuan pasien DM Faktor-faktor yang mempengaruhi : Intelektual

Senam kaki: 1. Posisi duduk tegak 2. Meluruskan dan membengkokkan jari kaki

Kategori : Baik Cukup Kurang

3. Mengangkat telapak kaki 4. Memutar pergelangan kaki

Fisik Kekuatan tubuh

5. Mengangkat tumit 6. Mengangkat lutut kaki

Kekuatan verbal verbal

Kekuatan statis

7. Menggerakkan ujung jari kaki ke arah wajah

Keluwesan dinamis

8. Menggerakkan ujung jari kaki ke arah wajah 9. 9. Menggerakkan pergelangan kaki

Koordinasi tubuh

10. Menulis di udara dengan kaki

Keluwesan extent

Keseimbangan

11. Membentuk koran menjadi bola

Stamina

Keterangan : : Tidak diteliti : Diteliti Gambar 9. Kerangka konsep kemampuan pasien diabetes mellitus dalam memperlancar sirkulasi darah dengan melakukan senam kaki Modifikasi Robbins (2011), Widianti (2010) dan Franciska (2012)

43

44

Related Documents

Nurul Khotimah Bab Ii.pdf
December 2019 6
Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47
Bab Ii
July 2020 48

More Documents from ""