Bab Ii New-2.docx

  • Uploaded by: sepri
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii New-2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,371
  • Pages: 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anemia 2.1.1 Pengertian Anemia Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari jumlah normal. Kadar hemolglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13, 5 gram/100 ml dan pada wanita sebaai hemoglobin kurang dari 12,0 gram/ 100 ml. Pada ibu hamil, dikatakan anemia apabila kadar Hb 10 gram/dL (Proverawati, 2011). Pada orang dewasa, produksi sel darah merah terjadi di sumsum tulang. Dokterberusaha untuk menentukan apakah jumlah sel darah merah yang disebabkan oleh kehilangan darah meningkat dari sel-sel darah merah atau dari penurunan produksi mereka disumsum tulang. Mengetahui apakah jumlah sel darah putih dan atau platlets telah berubah juga membantu menentukan penyebab anemia (Proverawati, 2011). Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia yan pengobatannya relative mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother child” (potensial

7

8

membehayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dalam semua pihak yan terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan (Manuaba, 2010).

2.1.2 Penyebab Anemia Banyak bagian tubuh yang penting terlibat dalam sitesis sel darah merah, sebaian besar dilakukan disumsum tulang. Sumsum tulang adalah jaringan lunak dipusat tulang yang membantu sel darah. Usia sel darah merah normal antara 90-120 hari. Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen didalam sel darah merah yang member warna merah pada sel darah merah (Proverawati, 2011). Menurut Proverawati (2011) anemia disebabkan oleh banyak hal tetapi tiga mekanisme utama tubuh yan menyebabkannya adalah : 1) Penghancuran sel darah merah yang berlebihan Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui darah keseluruh tubuh. Pada saat sintesis sel darah yan belum matur (muda) dapat juga disekresi kedalam darah. Sel darah yang usianya muda biasanya gampang pecah atau lisis hingga terjadi anemia. Penghancuran sel darah yang berlebihan dapat disebabkan oleh : a) Masalah dengan sumsum tulan seperti limfoma, leukemia, atau multiple myeloma. b) Masalah dengan system kekebalan tubuh yang menyebabkan kerusakan sel-sel darah merah (anemia hemolitik). c) Kemoterapi

9

d) Penyakit kronis AIDS 2) Anemia disebabkan oleh penghancuran sel darah merah : a) Anemia hemolitik terjadi ketika sel-sel darah merah dihancurkan sebelum waktunya. Umur normal sel darah adalah 120 hari, pada anemia hemolik, umur sel jauh lebih pendek. Sumsum tulan (jarinan lunak spons dalam tulang yang membuat sel darah baru) tidak bisa memenuhi permintaan tubuh untuk sel-sel baru. b) Anemia sel sabit adalah bentuk berat dari anemia yang ditemukan paling sering pada orang-orang Kaukasia, Arab Saudi, India, dan keturunan Mediterania. dalam kondisi ini, hemoglobin berbentuk batang yang lama ketika melepas oksigen, sel-sel darah merah abnormal menjadi berbentuk bulan sabit. c) Thalassemia yang biasanya mempengaruhi orang Mediterania, Afrika, dan keturunan Asia Tenggara, yang ditandai dengan sel darah merah abnormal dan berumur pendek. Thalassemia mayor, juga disebut anemia Cooley, adalah bentuk parah anemia dimana sel darah merah dengan cepat dihancurkan dan besi disimpan dalam kulit dan organ-organ vital. d) Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) kekurangan yang paling sering mempenaruhi laki-laki dari warisan Afrika, meskipun telah ditemukan dikelompok banyak orang lainnya. Denan kondisi ini sel darah merah tidak membuat cukup enzim G6PD atau enzim yan dihasilkan tidak normal dan tidak bekerja dengan baik.

10

e) Spherocytosis herediter adalah kelainan genetic membran sel darah merah yang menyebabkan anemia, penyakit kuning (kulit kunigkebiru-biruan), dan pembesaran limpa. Sel darah merah memiliki luas permukaan yang lebih kecil dari sel darah merah biasanya yang dapat menyebabkan sel darah mudah untuk patah. 3) Kehilangan Darah Kehilangan darah dapat disebabkan oleh: a) Perdarahan:menstruasi,persalinan b) Penyakit:malaria c) Penyakit kronis seperti kanker, kolitis ulserativa, atau rheumatoid arthritis d) Kehilangan darah(misalnya, dari perioda menstruasi berat atau borok lambung) Pecahnya sel darah merah (anemia hemolitik) karena anti bodi menempel kepermukaan sel-sel darah merah (misalnya, penyakit hemolitikpada bayi baru lahir dan dalam kondisi lainnya ). Beraneka ragam penyakit sumsum tulang dapat menyebabkan anemia. Sebagai contoh, kanker yang menyebar (metastasis) ke sumsum tulang, atau kanker dari sumsum tulang (seperti leukemia atau multiple myeloma) dapat menyebabkan sumsum tulang tidak cukup memproduksi sel darah merah, sehingga terjadi anemia.

11

4) Penurunan produksi sel darah merah Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi kerusakan pada daerah sumsum tulang, atau bahan dasar produksi tidak tersedia. Penurunan produksi sel darah dapat terjadi akibat: a) Obat-obatan/racun (obat penekan sumsum tulang:kortikosteroid, alcohol) b) Diet yang rendah, vegetarian ketat c) Gagal ginjal d) Genetic-beberaopa bentuk anemia, seperti talasemia e) Kehamilan f) Operasi untuk lambung atau usus yang menurangi penyerapan zat besi, vitamin B12, atau asam folat (Proverawati, 2011).

2.1.3 Tanda dan Gejala Anemia Menurut Proverawati (2011) tanda dan gejala anemia pada ibu hamil antara lain : 1) Anemia Ringan Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebakan berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh, anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Gejala anemia mungkin termasuk yang berikut: a) Kelelahan b) Penurunan energi

12

c) Kelemahan d) Sesak napas e) Ringan f) Palpitasi(rasa jantung balap atau pemukulan tidak teratur) g) Tampak pucat

2) Anemia berat Beberapa tanda-tanda yang mungkin menunjukan anemia berat pada seseorang dapat mencakup: a) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan berbau busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika anemia karena kehilangan darah melalui saluran pencernaan. b) Denyut jantung cepat c) Tekanan darah redah d) Frekuensi pernapasan cepat e) Pucat atau kulit dingin f) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah g) Murmur jantung h) Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tartentu i) Nyeri dada j) Pusing atau kepala terasa ringan (terutama ketika berdiri atau dengan tenaga) k) Kelelahan atau kekurangan energi

13

l) Sakit kepala m) Tidak bisa berkonsentrasi n) Sesak napas(khususnya selama latihan) o) Nyeri dada, angina, atau serangan jantung p) Pingsan

Beberapa jenis anemia mungkin memiliki gejala yang lainnya, seperti: a) Sembelit b) Daya konsentrasi rendah c) Kesemutan d) Rambut rontok e) Malaise (rasa umum merasa tidak sehat), dan f) Memburuknya masalah jantung (Proverawati, 2011).

2.1.4 Pengobatan pada Anemia Menurut Proverawati (2011) pengobatan harus ditujukan pada penyebab anemia, dan mungkin termasuk: 1) Tranfusi darah 2) Kortikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekan sistem kekebalan tubuh 3) Erytropoienti, obat yang membantu sum-sum tulang membentuk sel-sel darah 4) Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineral lainnya.

14

2.1.5 Dampak Anemia pada Ibu Hamil Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko, tingginya angka kematian ibu berkaitan dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapatkan pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita ang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemia tidak dapat mentolelir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan sampai terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis) gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, produksi asi rendah) dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal).

2.1.6 Pencegahan anemia Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil atau mencoba menjadi hamil. Makan-makanan yang tinggi kandungan besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telir dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan zat besi yang dibuuhkan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam

15

besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari. Jika mengalami anemi selama kehamilan, biasanya dapat diobati dengan mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil dicek pada

kunjungan

pertama

kehamilan

untuk

pemeriksaan

anemia

(Proverawati, 2011). Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain : 1) Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang – kacangan, protein hewani, terutama hati. 2) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jambu biji, jeruk, tomat, mangga dan lain–lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan suplemen zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu tambahkan

substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti

vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari (Kemenkes,2014).

16

2.1.7 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang sering menjadi kekurangan adalam energi protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat bahkan mencapai 68% dari sebelum hamil. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau zat besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume daah adalah 500mg (Sukarni,2013).

2.2 Zat Besi Menurut Aritonang (2010) dalam Darosha (2012) selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat besi merupakan senyawa yang digunakan untuk memproduksi hemoglobin yang berfungsi untuk : 1) Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh 2) Sintesis enzim yang terkait besi 3) Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel Menurut Arisman (2004) dalam Darosha (2012) menyatakan total besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan

17

penambahan sebanyak 13 mg untuk kehamilan pada trimester ketiga. Dengan demikian, angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil trimester ketiga adalah 39 mg/hari. Menurut Aritonang (2010) dalam Darosha (2012), ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan, yaitu besi heme yang terdapat dalam produkproduk hewani dan besi nonheme yang terdapat dalam produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya. Namun, zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi kebutuhan besi sehari Makanan-makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi selama hamil diantaranya sebagai berikut : 1) Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging, sayur, dan buah yang kaya vitamin C. 2) Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi. Kebutuhan akan zat besi yang besar terutama pada kehamilan yang menginjak usia trimester ketiga tidak akan mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh karena itu, suplementasi zat besi sangat penting sekali, bahkan kepada ibu hamil status gizinya sudah baik.

18

2.3 Jambu Biji Merah 2.3.1 Taksonomi Jambu Biji Merah Menurut Parimin (2005) dalam Jasmani (2016) adapun klasifikasi jambu biji merah secara lengkap adalah sebagai berikut: 1) Kingdom : Plantae 2) Divisi : Spermatophyta 3) Class : Dicotyledoneae 4) Ordo : Myrtales 5) Famili : Myrtaceae 6) Genus : Psidium 7) Spesies : Psidium guajava L. 8) Nama Lokal : Jambu Biji

2.3.2 Morfologi Jambu Biji Merah (Psidium guajava Linn) Menurut Sutrisna (2005) dalam Jasmani (2016) Jambu Biji (Psidium guajava linn) tersebar meluas sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Srilangka. Jambu biji termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak cabang dan ranting, batang pohonnya keras. Jambu biji memiliki akar tunggang yang bercabang yang bentuknya kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, bercabang-cabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga memberi kekuatan yang lebih besar pada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas,hingga dapat menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak.

19

Bunga jambu biji kecil-kecil berwarna putih. Bunga pada jambu biji terdiri dari kelopak dua mahkota yang masing-masing terdiri aras 4-5 daun berkelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama, dan memiliki benang sari yang banyak dan berkelopak, berhadapan dengan daun-daun mahkota memiliki tangkai sari dengan warna yang cerah bakal buah tenggelam dan mempunyai satu tangkai putik. Buah jambu biji memiliki buah sejati tunggal artinya, buah ini terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah saja dan memiliki lebih dari satu biji. Jambu biji termasuk dalam buah sejati tunggal yang berdaging dan bentuk buahnya bulat. Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya.

2.3.3 Kandungan Zat Gizi Jambu Biji Merah (Psidium guajava Linn) Zat gizi pada jambu biji merah tampak pada berikut ini Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Jambu Biji Merah per 100 gram Komponen Air (g) Energi kalori) Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (g) Vitamin A (mg) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Niacin (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Serat (g)

Berat (mg/100g) 86 49 12,2 0,9 0, 25 0,05 0,04 87 14 1,1 28 1,1 5,6

Sumber : Daftar analisis bahan makanan, 2012

20

2.3.4 Kandungan Vitamin C Jambu Biji (Psidium guajava Linn) Menurut Dalimartha (2000) dalam Jjasmani (2016) jambu biji merah (Psidium guajava Linn) mempunyai kandungan flavonoid, vitamin C dan beta karotin. Menurut Astawan (2004) dalam Jasmani (2016) buah jambu biji merupakan buah yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan fungsional karena memiliki fungsi untuk kesehatan. Sifat fungsional yang dimiliki jambu biji disebabkan karena terdapatnya vitamin C yang cukup tinggi sebagai zat antioksidan. Sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada kulit dan daging bagian luarnya yang lunak dan tebal dan mencapai puncaknya menjelang matang. Apabila dilihat dari kandungan gulanya, jambu biji matang optimal akan memiliki rasa lebih manis dibandingkan dengan saat matang dan kurang manis saat lewat matang. Warna merah pada jambu biji menunjukkan bahwa jambu biji merah mengandung vitamin A lebih tinggi dibandingkan jambu biji putih. Vitamin C disebut juga asam askorbat, berperan banyak dalam proses tubuh manusia, terutama sebagai donor elektron (agen pereduksi). Agen pereduksi adalah substansi yang mendonorkan elaktronnya dan sebagai hasilnya dia sendiri teroksidasi (kehilangan elektron). Vitamin C mendonorkan elekton sebagai bagian dari atom hidrogen dan menangkap radikal bebas sebelum terjadi oksidasi. Sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada bagian kulit serta daging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Hal ini juga menyebabkan kadar vitamin C yang dianalisis lebih tinggi.

Related Documents

Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47
Bab Ii
July 2020 48
Bab Ii
June 2020 44
Bab Ii
October 2019 82

More Documents from "Mohamad Shodikin"