BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Home Care 1. Pengertian Home Care Menurut Departemen Kesehatan (2002) home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan
atau
memaksimalkan
tingkat
kemandirian
dan
meminimalkan akibat dari penyakit. Dari beberapa literatur pengertian “ home care ” adalah : a) Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah sakit yang sudah termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning) dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas di mana pasien berada, atau tim keperawatan khusus yang menangani perawatan di rumah. b) Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan keluarga, sebagai tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau puskesmas. c) Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen rentang keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka,
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal. d) Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di
3
4
rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak) (Warola,1980 dalam Pengembangan Model Praktek Mandiri keperawatan di rumah yang disusun oleh PPNI dan Depkes). 2. Konsep Model/Teori Keperawatan Yang Mendukung Home Care Menurut Hidayat
(2004), Model / teori keperawatan yang
mendukung home care antara lain : a) Teori Lingkungan (Florence Nightingale) Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi udara bersih, air yang bersih, pemeliharaan yang efisien, kebersihan, dan penerangan/pencahayaan. b) Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers) Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda – beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. c) Teori Transkultural nursing (Leininger) Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture s care ‟ , nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu.
5
d) Theory of Human Caring (Watson, 1979) Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Dalam
konsep
praktik
keperawatan
Orem
mengembangkan dua bentuk teori Self Care, di antaranya: (1) Perawatan diri sendiri (Self Care) (a) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan. (b)Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi
oeh
usia,
perkembangan,
sosiokultural,
kesehatan dan lain-lain. (c)Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat. (d)Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses
kehidupan
manusia
serta
dalam
upaya
mepertahankan fungsi tubuh. (2) Self Care Defisit Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum
di
mana segala
perencanaan
keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan.
6
Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. (3) Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice) Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit yang ditetapkan oleh pasien. 3.
Mekanisme Pelayanan Home Care Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun pasien/ klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di lakukan adalah sebagai berikut: a)
Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
b) Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan. c)
Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.
7
d) Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan. Persyaratan pasien / klien yang menerima pelayanan perawatan dirumah : 1) Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi pendamping bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola. 2) Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (Informed consent) 3) Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.
B. Konsep Dasar Retardasi Mental 1. Pengertian Retardasi Mental Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO). 2. Penyebab Retardasi Mental Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan
8
banyak diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial. Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a)
Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
b) Tampak sejak lahir atau usia dini c)
Secara fisis tampak berkelainan/aneh
d) Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal e)
Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a)
Biasanya merupakan retardasi mental ringan
b) Diketahui pada usia sekolah c)
Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
d) Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah) e)
Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.
C. Hubungan Antara Home Care dengan Anak Retardasi Mental 1.
Indikasi Home Care Pada Anak dengan Retardasi Mental Pelayanan kesehatan di rumah (home care) merupakan penyediaan
pelayanan
professional
perawat
bagi
pasien
dan
keluarganya di rumah untuk menjaga kesehatan, edukasi, pencegahan penyakit, terapi paliatif, dan rehabilitative. Perawat menangani pemulihan dan stabilitasi penyakit di rumah dan mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan gaya hidup, keamanan, lingkungan, dinamika keluarga, dan praktik layanan kesehatan. Bayi/Anak-anak
9
yang berkebutuhan khusus dan memerlukan pelayanan kesehatan khusus untuk tumbuh kembang mereka. Anak-anak retardasi mental atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat dilakukan perawatan di rumah dengan bekerjasama dengan para terapis dengan persetujuan keluarga. Tanda dan gejala dari anak retardasi mental yang menjadi alasan kenapa home care dilakukan, seperti gangguan pada interaksi sosial dengan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di sekitar rumah sakit. Maka dari itu perawatan di rumah akan sangat membantu bagi pasien untuk berinteraksi dengan keluarganya maupun orang-orang disekitarnya dan agar keluarga dapat memandirikan pasien dalam pemeliharaan kesehatan, resiko kekambuhan, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Penderita retardasi mental membutuhkan bimbingan dan pengawasan setiap waktu maka dengan perawatan di rumah, keluarga dapat membimbing dan mengawasi anak mereka dengan tanpa hambatan, serta dapat menghemat biaya. Menurut WHO (dikutip dari menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental bila memenuhi kriteria sebagai berikut : a) Fungsi intelektual umum di bawah normal Apabila IQ dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingat lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah. b) Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial Kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Gangguan yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
10
c) Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah umur 18 tahun Karena kalau gejala timbul setelah berumur 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya. Tanda dan gejala anak retardasi mental : 1) Retardasi mental ringan Golongan ini termasuk amampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi mereka kurang mampu menghadapi stres, sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya. 2) Retardasi mental sedang Golongan ini termasuk mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan, pertanian, dll, dan bila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stres dan kurang dapat mandiri, sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan. 3) Retardasi mental berat Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik, mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih ketrampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
11
4) Retardasi mental sangat berat Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal, mereka
ini
seluruh
hidupnya
tergantung
pada
orang
disekitarnya. 2.
Tenaga Home Care Pelayanan kesehatan ini diberikan oleh para professional yang tergabung dalam tim home care. Menurut Setyawati (2004) tim home care tersebut antara lain: a) Kelompok profesional kesehatan, termasuk di dalamya adalah ners atau perawat profesional, dokter, fisioterapis, ahli terapi kerja, ahli terapi wicara, ahli gizi, ahli radiologi, laboratorium, dan psikolog. b) Kelompok profesional non kesehatan, yaitu pegawai sosial dan rohaniawan atau ahli agama. c) Kelompok non profesional, yaitu nurse assistant yang bertugas sebagai pembantu yang menunggu untuk melayani kebutuhan atau aktivitas sehari-hari dari klien. Kelompok ini bekerja di bawah pengawasan dan petunjuk dari perawat. Unsur
perawatan
kesehatan
di
rumah(
Ferry
Efendi-
Makhfudli,2009) Perawatan kesehatan di rumah terdiri atas 3 unsur, yaitu : pengelolah pelayanan, pelaksana pelayanan, dan klien. a) Pengelolah pelayanan Merupakan individu, kelomok, ataupun organisasi yang bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan pelayanan kesehatan rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan, serta mekanisme pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. b) Pelaksana pelayanan Merupakan tenaga keperawatan profesional bekerja sama dengan tenaga profesional lain terkait dan tenaga non-profesional. Pelaksana pelayanan terdiri atas koordinator kasus dan pelaksana pelayanan.
12
c) Klien Merupakan penerima perawatan kesehatan di rumah dengan melibatkan salah satu anggota keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila diperlukan keluarga dapat juga menunjuk sesorang yang akan menjadi pengasuh yang melayani kebutuhan sehari-hari klien. Secara kelembagaan, home care melekat dengan Rawat Inap (Palaran) sebagai salah satu bentuk layanan medis yakni Rawat Inap yang memiliki hirarki baku. Dalam institusi layanan kesehatan (dalam hal ini milik pemerintah) semua sistem ada aturannya, dan sudah tentu kompetensi medis diserahkan kepada dokter. Selanjutnya dokter dapat mendelegasikan tindakan medis kepada paramedis berdasarkan indikasi dan protap (prosedur tetap). Ini dimaksudkan untuk melindungi pasien dan petugas, sehingga jika terjadi sesuatu berkenaan dengan tindakan medis, dapat dipertanggung jawabkan sesuai undangundang dan kompetensi. Kecuali jika Homecare tidak ada tindakan medis, maka perawatan bersifat follow up, bisa jadi tidak diperlukan penanggung jawab dokter. Health home care dilakukan oleh tiga kelompok lembaga berwenang, yaitu: Lembaga Kesehatan di Rumah Bersertifikat (certified home health agency / CHHA); Program Perawatan Kesehatan di Rumah Jangka Panjang (the long-term home health care program (LTHHCP); dan Lembaga Berlisensi. Rinciannya adalah sebagai berikut: a) Lembaga Kesehatan di Rumah Bersertifikat (CHHA) Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan bagi individu yang mengalami penyakit akut untuk menerima perawatan terampil yang dibutuhkan di rumah mereka sendiri. CHHA memenuhi kebutuhan individu dengan memberi berbagai jenis pelayanan, termasuk pelayanan keperawatan terampil, terapi wicara, terapi fisik dan terapi okupasi, pelayanan sosial medis,
13
asisten perawatan kesehatan di rumah (HHA), konseling nutrisi, transportasi, peralatan, dan terapi pernapasan. CHHA juga memiliki program khusus, seperti pelayanan kesehatan mental, pelayanan pediatrik, program untuk anak dan ibu, dan program AIDS, terdapat juga pelayanan berteknologi tinggi seperti terapi intravena, kemoterapi di rumah, dan penatalaksanaan nyeri. CHHA dikenal sebagai program jangka pendek karena pelayanan yang diberikan biasanya singkat. b) Program Perawatan Kesehatan di Rumah Jangka Panjang (LTHHCP) Program Perawatan Kesehatan di Rumah Jangka Panjang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan individu yang menderita penyakit kronis di rumah. Merupakan program yang memberikan pelayanan
sosial
dan
kesehatan
kepada
masyarakat
yang
membutuhkan perawatan kesehatan di rumah dalam waktu yang lama. Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi terapi fisik, okupasi, dan wicara, pelayanan sosial medis, dukungan nutrisi serta pelayanan perawatan personal. 3. Kemampuan Perawat Home Care Pada Anak Dengan Kebutuhan Khusus (Retardasi Mental) Menyediakan perawatan berbasis rumah untuk anak-anak memberikan perawat kesempatan untuk mengkaji dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungannya. Pengkajian ini dapat membantu tim pemberi asuhan kesehatan dengan informasi mengenai keamanan, system dukungan, nutrisi, kemampuan orang tua dan praktek asuham kesehatan yang nyata. Kebutuhan keahlian perawat ditentukan oleh kebutuhan pasien, kemampuan orang tua, struktur keluarga dan lingkungan rumah. Dalam home care ini, perawatan pediatrik bertanggung jawab terhadap pangkajian pada pasien dan keluarga dan evaluasi ketepatan rencana asuhan. Koordinasi asuhan keperawatan untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus diantaranya :
14
a) Memfasilitasi akses terhadap pelayanan dan sumber daya b) Promosi asuhan keperawatan yang berkelanjutan c) Memastikan penerapan asuhan berkualitas tinggi dirumah d) Menyediakan dukungan keluarga dan meningkatkan family wellbeing e) Meningkatkan tujuan kesehatan, perkembangan, pendidikan, psikososial dan fungsional f) Memaksimalkan efisiensi dan keefektifan penggunaan sumber daya Secara umum kualitas dan kemampuan yang harus dimiliki perawat home care anak-anak kebutuhan khusus antara lain : a) Kompetensi dalam keahlian serta manajemen kasus b) Menunjukkan keahlian dalam berinteraksi dengan anak-anak c) Memahami dan menyadari bahwa perawat adalah tamu di rumah klien d) Menghormati kebudayaan keluarga dan mampu beradaptasi sesegera mungkin e) Bekerja sebagai bagian dari tim interdisiplin f) Menunjukkan keahlian dalam perawatan anak-anak berkebutuhan khusus (pengkajian dan keahlian teknis) g) Memiliki dan menggunakan kemampuan komunikasi yang efektif h) Memahami konsep pertumbuhan dan perkembangan nomal sesuai usia i) Kemampuan berkolaborasi dengan orang tua dalam upaya pemberian asuhan keperawatan berbasis-keluarga Asuhan kolaboratif memperkenankan perawat dengan keluarga untuk bekerja bersama. Pendekatan ini dicirikan sebagai berikut : a) Mendorong aktivitas untuk mengembangkan kepercayaan dan harga diri b) Memperlihatkan peningkatan kewaspadaan dan penghargaan untuk pemberi asuhan di keluarga c) Mengenali keragaman keluarga dalam mendefinisikan peran mereka
15
d) Berbagi pandangan, tidak hanya tugas dan fungsi e) Mendukung keluarga dalam peran mereka sebagai pemberi asuhan f) Membantu keluarga mengetahui kontribusi yang dapat mereka berikan g) Mengindentifikasi kekuatan serta sumber daya anak dan keluarga h) Negosiasi pilihan dan prioritas i) Membiarkan keluarga menemukan arti pemberian asuhan pada anak dirumah 4. Teknik-Teknik Untuk Perawatan Di Rumah Anak Dengan Kebutuhan Khusus (Retardasi Mental) Tujuan dari penanganan pada penyandang retardasi mental adalah: a) Membangun komunikasi dua arah yang aktif. b) Mampu melakukan sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum dan bukan hanya dalam lingkungan keluarga. c) Menghilangkan dan meminimalkan perilaku tidak wajar. d) Mengajarkan materi akademik. e) Meningkatkan kemampuan Bantu diri atau bina diri dan keterampilan lain. i. Banyak cara yang bisa dilakukan terhadap penderita retardasi metal, antara lain (faisal,2003) : f) Melalui program pendidikan dan latihan diikuti pelayanan dan perlakuan lingkungan yang wajar. g) Pengasuh dan orang tua harus diajari cara menghadapi anak autisme untuk mengurangi perlakuan yang tidak wajar. h) Pengobatan yang dilakukan adalah untuk membatasi memberatnya gejala dan keluhan sejalan dengan pertambahan usia anak. i) Diusahakan agar anak meningkatkan perhatian dan dan tanggung jawab terhadap orang sekitarnya. j) Bimbingan dilakukan secara perorangan agar efektif.