Bab Ii Fix.docx

  • Uploaded by: Prayitra Mahardika
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,433
  • Pages: 21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Konsep Penerapan a. Pengertian Menurut J.S Badudu dan Sultan Mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil (Badudu & Zain, 1996). Adapun menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan (Ali, 1995). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi : 1) Adanya program yang dilaksanakan. 2) Adanya kelompok target, yaitu masyarakat menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari proses tersebut. 3) Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan tersebut. (Wahab, 1995) 2. Konsep Terapi Musik a. Pengertian Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Ketika musik diterapkan 7

8

menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional dan spiritual. Musik memiliki beberapa kelebihan yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur dan universal. (Rasyid, 2010) Intervensi menggunakan terapi musik dapat mengubah ambang otak yang daam keadaan stres menjadi lebih adaptif secara fisiologis dan efektif. Musik tidak mebutuhkan otak untuk berfikir maupun menginterpretasi, tidak pula dibatasi dengan inteektual maupun pikiran mental. Musik tidak memiliki batasan-batasan sehingga mudah diterima organ pendengaran. Musik diterima melalui saraf pendengaran kemudian diartikan oleh otak atau sistem limbik. Musik dapat pula beresonasi dan bersifat naluriah sehingga dapat langsung masuk otak tanpa melalui jalur kognitif. Lebih jauh lagi terapi musik tidak membutuhkan panduan fungsi intelektual tinggi untuk berjalan efektif. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang meproses emosi (sistem limbik). Contohnya ketika kita mendengarkan suatu alunan musik (meskipun tanpa lagu) seketika membuat kita gembira, sedih, terharu, terasa sunyi, semangat, mengingatkan masa lalu dan lain-lain. b. Musik Gamelan Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gelombang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya atau alatnya, yang mana merupakan salah satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa, gamel yang berarti memukul atau menabuh, diikuti akhiran yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebantakan terdapat

9

dipulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan. Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur Magelang Jawa Tengah, yang berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut.

Namun,

sedikit

ditemukan

elemen

alat

musik

logamnya.

Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan Musik gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakan musik dari India, bowed string dari daerah Jawa Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengarpada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini. c. Bagian-Bagian Musik Pada dasarnya seua jenis musik dapat dijadikan sebagai musik terapi. Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau tujuan yang ingin kita capai. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat mempengaruhi

tubuh,

ritme

mepengaruhi

jiwa,

sedangkan

harmony

mempengaruhi roh. (Rasyid, 2010) Dalam dunia penyembuhan dengan musik, dikenal 2 macam terapi musik, yaitu:

10

1) Terapi Musik Aktif Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik. 2) Terapi Musik Pasif Terapi

musik

yang

murah,

mudah

dan

efektif.

Pasien

tinggal

mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan pasien. (Salampesy, 2004) d. Manfaat Terapi Musik 1) Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi istirahat, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami reproduksi, penyembuhan alami akan berlangsung, produksi hormon diseimbangkan dan pikirang mengalami penyegaran. 2) Meningkatkan Kecerdasan Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia seseorang disebut efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara alamiah oleh Franches Rauscher.et.al dari Universitas California. 3) Meningkatkan Kemampan Mengingat Terapi musik dapat meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini bisa terjadi karena bagian otak memproses musik terletak

11

berdekatan dengan memori, sehingga ketika seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara otomatis memorinya juga terlatih. 4) Kesehatan Jiwa Seorang ilmuan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950 M) dalam bukunya “Grat Book About Musik”, mengatakan bahwa musik membuat rasa tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan psikologis. 5) Mengurangi Rasa Sakit Musik bekerja pada saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung, dan fungsi otak yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut berinteraksi sensitif terhadap musik. Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaksasi secara fisik dan mental, sehingga mebantu menyebuhkan dan mencegah rasa sakit. 6) Meningkatkan Motivasi Motivasi adalah hal yang biasa dilahirkan dengan perasaan dan mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu maka semangat menjadi luruh, lemas, tidak bertenaga untuk beraktifitas. 7) Penembangan Diri Musik

ternyata

sangat

berpengaruh

terhadap

perkembngan

diri

seseorang. Musik yang kita dengarkan menentukan kualitas pribadi kita.

12

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang punya masalah perasaan, biasanya cenderung mendengarkan musik sesuai dengan perasaannya. 8) Menyeimbangkan Tubuh Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu menyeimbangkan organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan otak. Jika oran keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat. 9) Meningkatkan Olahraga Mendengarkan musik selama berolahraga dapat memberikan olahraga yang lebih baik dalam beberapa cara, diantaranya meningkatkan daya tahan, meninggkatkan mood dan mengalihkan kita dari pengalaman yang tidak nyaman selama berolahraga. e. Indikasi Terapi Musik 1) Lansia yang mengalami insomnia. 2) Lansia yang mengalami kesepian. 3) Lansia yang mengalami depresi, stres, dan trauma. 4) Lansia yang mengalami kecemasan. 5) Lansia yang mengalami penolakan terhadap lingkungan. f. Kontraindikasi Terapi Musik 1) Lansia yang mengalami gangguan pendengaran atau tuna rungu 2) Lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa menggerakkan badan atau anggota tubuh. 3) Lansia yang mengalami perawatan tirah baring.

13

g. Hal-hal yang perlu diperhatikan 1) Jangan memberikan suara yang terlalu keras pada lansia walaupun lansia sering terjadi gangguan pendengaran. 2) Untuk merileksasikan tubuh membutuhkan waktu sekitar 10-30 menit. 3) Posisi tubuh lebih nyaman dengan mata tertutup dan jangan dengan berdiri. 4) Beri waktu klien untuk memilih jenis lagu yang disukai sesuai terapi yang diinginkan. 5) Memeriksa apakan pasien benar-benar rileks. 6) Terus menerus memberikan instruksi pada pasien saat mendengarkan musik karena pada lansia sering terjadi kesulitan untuk konsentrasi atau fokus pada musik. h. Teknik Terapi Musik Persiapan alat dan lingkungan : 1) Kursi dan meja 2) Kaset CD, tape recorder, atau mp3 jenis musik yang digunakan 3) Lingkungan yang tenang, nyaman dan rileks Persiapan Pasien : 1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur pelaksanaan, serta meminta persetujuan pasien untuk mengikuti terapi musik. 2) Posisikan tubuh klien secara nyaman dan rileks. Prosedur 1. Memberi kesempatan pada pasien untuk memilih jenis musik yang diinginkan (mengutamakan musik gamelan).

14

2. Mengaktifkan sound dan mengatur volume suara sesuai dengan selera pasien. 3. Mempersilahkan pasien mendengarkan musik selama kurang lebih 15 menit. 4. Saat pasien mendengarkan musik arahkan untuk fokus dan rileks terhadap lagu yang didengar dan melepaskan semua beban

yang ada.

5. Setelah musik berhenti klien dipersilahkan megungkapkan perasaan yang muncul saat musik tersebut diputar, serta perubahan yang terjadi dalam dirinya i. Kriteria Evaluasi 1. Klien tidak mengalami depresi dan stres 2. Klien tidak mengalami insomnia 3. Klien tidak mengalami kesepian 4. Klien tidak mengalami kejenuhan, raut wajah tampak segar bugar

3. Konsep Lanjut Usia a. Pengertian Lanjut Usia Berdasarkan definisi secara umum, seorang dikatakan lansia apabila usianya diatas 60 tahun, baik pria maupun wanita. Sedangkan Departemen Kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun (Kushariadi, 2010; Indriana, 2012; Wallnce, 2007). b. Batasan Umur Lanjut Usia Batasan-batasan umur yang mencangkup batasan umur lanjut usia dari pendapat berbagai ahli yang dikutip dari Nugroho (2008) :

15

1. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat II yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas”. 2. Menurut WHO : a) Usia pertengahan : 45-59 tahun b) Lanjut usia

: 60-74 tahun

c) Lanjut usia tua

: 75-90 tahun

d) Usia sangat tua

: diatas 90 tahun (Kushariadi, 2010)

c. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik dan intelektual. 1. Perubahan Fisik a) Sel, saat seseorang memasuki lanjut usia keadaan sel dalam tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran semakin besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati berkurang. b) Sistem persyarafan, keadaan sistem persyarafan pada lansia akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra pengelihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang pandang. Pada indra pembau akan terjadi seperti menurunnya kekuatan otot pernafasan, sehingga kemampuan mencium juga berkurang.

16

c) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunnya selera makan, seringnya terjadi konstipasi, menurunnya produksi air liur (saliva) dan gerak peristaltik usus juga menurun. d) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun. e) Sistem muskuloskeletal, pada lansia tulang akan mengalami kehilangan cairan dan semakin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon mengerut. f)

Sistem kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa darah yang menurun, ukuran jantung secara keseluruhan menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung menurun, katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia karena hilangnya distensibility arteri. Tekanan darah diastolik tetap sama atau meningkat.

2. Perubahan Intelektual Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti perubahan intelegenita quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverval, pemecahan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajahseseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.

17

4. Konsep Stres a. Pengertian stres Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri atau jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian, sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negative yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yang dicintai, putus cinta. Perubahan positif juga dapat menimbulkan stres, seperti naik pangkat, perkawinan jatuh cinta. Stress adalah respon adaftif, dipengaruhi oleh karakteristik individual dan atau proses psikologis, yaitu akibat dari tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntunan fisik dan atau psikologis terhadap seseorang (Nursalam, 2006) Stress adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). (Dadang Hawari, 2001) b. Jenis stress 1) Stress fisik Disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik. 2) Stress kimiawi Disebabkan oleh asam basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas. 3) Stress mikrobiologis Disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.

18

4) Stress fisiologis Disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan,organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal. 5) Stress proses tumbuh kembang Disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua 6) Stress psikologis atau emosional Disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan. c.

Faktor yang mempengaruhi stress

a) Factor biologis, herediter,konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik, dan neurohormonal b) Factor psikoedukatif atau sosio kultural, perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi lain yang mepengaruhi. (Sunaryo, 2010) Respon terhadap stressor yang diberikan pada invidu akan berbeda, hal tersebut tergantung faktor stressor dan kemamuan koping yang dimiliki individu. Berikut akan dijelaskan secara singkat beberapa karakteristik stressor yang dapat mempengaruhi respon tubuh : 1) Sifat stressor Sifat stressor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur dan dapat mepengaruhi respons seseorang dalam menghadapi stress,tergatung mekanisme yang dimilikinya. 2) Durasi stressor Lamanya stressor yang dialami seseorang dapat mempengaruhi respon tubuh. Apabila stressor yang dialami lebih lama, maka

19

respons juga akan lebih lama, dan tentunya dapat mempengaruhi fungsi tubuh. 3) Jumlah stressor Semakin banyak stressor yang dialami seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh. 4) Pengalaman masa lalu Pengalaman masa lalu seseorang dalam menghadapi stress dapat menjadi bekal dalam menghadapi stress berikutnya karena individu memiliki kemampuan beradaptasi/mekanisme koping yang lebih baik. 5) Tipe kepribadian Tipe kepribadian seseorang diyakini juga dapat mepengaruhi respons terhadap stressor. Menurut Friedman dan Rosenman,1974, terdapat dua tipe kepribadiaan, yaitu Tipe A dan Tipe B. orang dengan tipe kepribadian A lebih rentan terkena stress apabila dibandingkan dengan orang yang memiliki tipe kepribadian B, Tipe A memiliki ciri-ciri : Ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan, berbicara dengan cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai berorganisasi dan memimpin atau memerintah, lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, tidak mudah di pengaruhi, dan sulit untuk santai. Sedangkan Tipe B memiliki sifat kebalikan dari tipe A, antara lain santai, penyabar, tenang, tidak mudah marah atau tersinggung, jarang kekurangan

20

waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai, fleksibel,mudah bergaul, dan lain-lain. 6) Tahap perkembangan Tahap perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stressor. Stressor yang dialami individu berbeda pada setiap tahap perkembangan usia. (Nussalam, 2006). d. Reaksi Psikologis Terhadap Stress a) Kecemasan Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak menyenangkan istilah “kuartir” ,”tegang” , “prihatin” , “takut fisik” ,jantung berdebar, keluar keringat dingin , mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur. b) Kemarahan dan agresi Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi. Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar. Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang. c) Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat, terkadang diseratai rasa sedih.

21

e. Respon fisiologi terhadap stress Hans selye (1956) mengidentifikasi dua respon fisiologis terhadap stress, yaitu : 1) Local adaptation syndrome (LAS) Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka,akomodasi mata terhadap cahaya,dll. Responnya berjangka pendek. Ciri-ciri LAS sebagai berikut : a) Bersifat local , yaitu tidak melibatkan keseluruhan system tubuh. b) Bersifat adaptif, yaitu diperlukan stressor untuk menstimulasinya. c) Bersifat jangka pendek, yaitu tidak berlangsung selamanya. d) Bersifat restorative, yaitu membantu memperbaiki homeostatis daerah atau bagian tubuh (Nursalam,2006). 2) General adaptation syndrome (GAS) a) Fase alarm (waspada) Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat,darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress mempengaruhi denyut nadi, ketegangan di otot dan daya tahan tubuh menurun.

22

b) Fase Resitence (Melawan) Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan

tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor

penyebab stress. Bila teratasi maka gejala stress menurun dan akan normal. c) Fase Exhaustion (kelelahan) Merupakan

fase

tertanggulangi

perpanjangan

pada

fase

stress

sebelumnya.

yang Energi

belum

dapat

penyesuaian

terakuras,timbul geala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri coroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. f.

Tahapan stress Menurut Dr. Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh prof Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stress sebagai berikut :

1) Stress tahap pertama (paling ringan) , yaitu stress yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan pengelihatan menjadi tajam. 2) Stress tahap kedua, yaitu stress yang keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekaas lelah setelah makan,tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel

23

discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai. 3) Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi

tidak

teratur

(kadang-kadang

diare),

otot

semakin

tegang,emosional, imsonia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan. 4) Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan,seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari(loyo), aktifitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat,kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kesemasan. 5) Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik

dan

mental

(physical

and

psuchological

exhaustion),

ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan

pencernaan

berat,

meningkatnya

rasa

takut

dan

cemas,bingung,dan panic. 6) Stress tahap keenam (paling berat) yaotu tahapan stress dengan tandatanda, seperti jantung berdebar keras,sesak nafas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps. g. Cara mengendalikan stress Kiat

untuk

mengendalikan

stress

menurut

Grant

Brecht

(2000)

sebagaiberikut : 1) Sikap, keyakinan, dan pikiraan kita harus positif, fleksibel, rasional, dan adaptif

terhadap

orang

lain.

Artinya,

jangan

terlebih

dahulu

24

menyalahkan orang lain sebelum Intropeksi diri dengan pengendalian internal. 2) Kendalikan faktor-faktor penyebab stress dengan jalan : a) Kemampuan menyadari (awerness skills) b) Kemampuan untuk menerima (acceptance skills) c) Kemampuan untuk menghadapi ( coping skills) d) Kemampuan untuk bertindak (action skills) 3) Perhatikan diri anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan anda 4) Kembangkan sikap efesien 5) Relaksasi 6) Visualisasi ( angan-angan terararah) 7) Circuit breaker dan koridor stress h. Cara ukur stress The

Depression

Anxiety

stress

scales

(DASS)

adalah

seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negative dari depresi, kecemasan dan stress. DASS terdiri dari 42 item laporan subjektif/introspektif yang dapat mengukur tiga pengaruh negative masing-masing mempengaruhi Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) di kembangkan oleh Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negative dari depresi, kecemasan dan stress. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang

25

lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran, yang berlaku dimanapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stress. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu dengan tujuan penelitian (Lovibond & Lovibond, 1995). Tingkatan stress pada instrument ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat (Nursalam,2015). i.

Tingkat stress Tingkatan stres berdasarkan skala pengukuran menggunakan DASS (Depression Anxiety Stress Scale) menurut Psychology Foundation of Australia (2004) yaitu:

a) Normal Dikatakan normal apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS tidak pernah dialami atau jarang dialami. b) Stres Ringan Dikatakan stres ringan apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS jarang dialami tetapi hanya kadang-kadang. c) Stres Sedang Dikatakan stres sedang apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS terkadang dialami himgga sering dialami, namun lebih domain terjadi kadang-kadang saja. d) Stres Berat Dikatakan stres berat apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS terkadang dialami, namun lebih domain sering.

26

e) Stres Sangat Berat Dikatakan sangat berat apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS sering dialami. j. Alat ukur stress stress Alat ukur yang digunakan untuk menentukan seseorang dalam kondisi stress ataukah tidak dengan menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stress (DASS 42) yang terdiri 42 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban yang bernilai 0 (tidak pernah), 1 (kadang-kadang), 2 (sering), 3 (selalu). Apabila skor yang dicapai 0-14 berarti normal, 15-18 kriteria stress ringan, 19-25 stress sedang, 26-33 stress parah, lebih dari sama dengan 34 kondisi stress sangat parah (Syalfina, 2018).

27

B. Kerangka Konsep

Penerapan Audio Visual Terapi Musik Gamelan

Tingkat stres pada lansia : 1. 2. 3. 4. 5.

Normal Stres ringan Stres sedang Stres berat Stres sangat berat

Faktor-faktor yang mempengaruhi stres pada lansia :

Keterangan :

1. Pengaruh genetik 2. Pengalaman masa lalu 3. Kondisi saat ini

= Diteliti = Tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep Penerapan Audio Visual Terapi Musik Gamelan Untuk Mengurangi Tingkat Stres Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Babakan.

Related Documents

Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47
Bab Ii
July 2020 48
Bab Ii
June 2020 44
Bab Ii
October 2019 82

More Documents from "Mohamad Shodikin"

Bab Ii Fix.docx
June 2020 8
Bebik.docx
April 2020 22
P4 Soal Pr 1.docx
June 2020 0
Kliping K3.docx
April 2020 2
Statistika 1.docx
December 2019 17