BAB II DASAR TEORI 2.1. Granit Granit adalah salah satu jenis batuan beku bersifat asam yang terbentuk dari proses intrusi magma. Instrusi magma adalah proses naiknya magma ke permukaan bumi, dan menyusup diantara celah- celah batuan. Tetapi karena tenaga yang kecil, magma tidak pernah sempat keluar dari dalam bumi, dan mengalami pendinginan di dalam bumi. Batu granit terbentuk melalui pendinginan magma yang terjadi di dalam bumi, dengan tempo yang lama. Karena terbentuk di dalam bumi, maka batu granit merupakan batu intrusif (Plutonik). Akibat pendinginan/pembekuan magma yang lama, tekstur batu granit cenderung kasar. Magma yang mengalami pendinginan membentuk butiran mineral yang besar. Butiran mineral yang besar ini kemudian bersatu dan menjadi batu granit. Batu granit juga dapat ditemukan di permukaan bumi. Hal ini dapat terjadi jika lelehan lava yang merayap di permukaan bumi mengandung unsur batu granit. Struktur dari batu granit adalah 20-60% batu granit yang terdiri dari kuarsa dan fieldspar, dengan rincian 10% kuarsa, 30-60% fieldsparkalium, 0-35% plagioklas natrium dan mineral mafik 30- 35%. Kata Granit berasal dari bahasa latin yaitu Granum yang artinya butir padi. Batu Granit umumnya berwarna putih, abu-abu, atau campuran keduanya, namun terkadang juga berwarna merah muda atau jingga. Batuan ini kasar, keras, dan kuat, serta sering ditemukanpada daerah pinggir pantai, pinggir sungai, atau di dasar sungai. Batu granit umumnya bersifat masif dan keras, bertekstur porfiritik, terdiri atas mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, dan hornblende. Batu granit sering dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Kegunaan batu granit sebagai bahan bangunan dapat digunakan untuk membangun rumah dan gedung, untuk bangunan monumen, jalan dan jembatan, sebagai batu hias (dekorasi), sebagai bahan baku industri poles (tegel, ornamen, dll), selain itu dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan aksesoris rumah seperti lantai, wastafel dan meja.
3
4
2.2. Penggerusan Penggerusan merupakan salah satu tahap awal proses pengecilan ukuran (penghalusan) bijih atau batuan. Penggerusan dilakukan sebelum bahan galian memasuki proses pengolahan. Penggerusan ini bisa merupakan tahap akhir sebelum bahan galian dimanfaatkan untuk keperluan tertentu. Penggerusan yang sering juga disebut penggilingan, dilakukan terhadap agregat-agregat berukuran kecil agar menjadi butiran yang sangat halus. Agregat ini diperoleh sebagai hasil proses pemecahan batuan. Pada bahan galian industri, penggerusan dilakukan untuk menjadikan butiran-butiran batuan yang berukuran kecil menjadi serbuk sangat halus berukuran beberapa milimeter. Pada bijih logam, penggerusan dilakukan sampai dicapai ukuran yang sesuai dengan ukuran yang diperlukan untuk proses selanjutnya. Misalnya, agar terjadi pemisahan fisik antara mineral berharga dan mineral pengotornya. Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau ukuran butiran dapat menentukan tingkat homogenitas zat aktif dan tingkat kerja optimal. Penggerusan juga dilakukan untuk menjamin perolehan kandungan zat aktif yang diinginkan sekuantitatif mungkin. Suatu proses penggerusan meningkatkatkan gaya tekan, gaya bentur, gaya gesek dan gaya geser. Penggerusan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penggerusan kering dan penggerusan basah. Pada penggerusan basah, kedalam bahan yang digerus diberi cairan dimana bahan tidak melarut didalamnya. Proses penggerusan yang paling sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan mortir dan stemper. Alat ini terutama untuk penggerusan sediaan farmasi yang berbentuk serbuk. Peralatan yang digunakan untuk menghaluskan dipilih sesuai dengan tujuan yang dikehendaki tergantung dari jumlah material dan sifat fisikanya, ukuran partikel awal bahan yang digerus, dan ukuran partikel akhir produk yang diinginkan. Sifat fisik alamiah dari bahan menentukan proses penghalusan, misalnya bahan berserat tidak dapat digerus dengan tekanan atau tumbukan tetapi bahan
5
tersebut harus diiris. Dalam proses penggerusan adanya air lebih dari 5% dapat menghalangi penghalusan. Efek ini lebih nyata dampaknya pada bahan yang memiliki partikel halus daripada partikel yang lebih besar. Penggerusan juga dapat mengubah struktur kristal dan menyebabkan perubahan struktur kimiawi pada zat-zat tertentu.
2.4. Disk Mill Disk mill merupakan jenis alat pengecil bahan yang dapat menghasilkan produk dalam ukuran sedang maupun halus, seperti kedelai, jagung kentang dan lainnya. Alat ini digunakan untuk mengupas kulit ari, pembelah dan penghancur biji kedelai dalam keadaan kering maupun basah. Disk mill merupakan alat yang memiliki konstruksi dan prinsip kerja yang sama seperti dengan stone mill. Keduanya sama-sama memiliki dua piringan yang dipasangkan pada sebuah shaft. Terdapat dua macam disk mill yaitu: (1) Disk mill yang bergerak pada satu roda dan roda lainnya stasioner. (2) Disk mill dimana kedua rodanya bergerak. Pada keadaan pertama, satu piringan terpasang permanen (stasioner) pada badan mesin. Sedangkan pada keadaan kedua, piringan berputar bersamaan dalam arah putaran yang berlawanan satu dengan lainnya. Bahan yang akan diproses dimasukkan melalui bagian atas alat (corong pemasukan) yang mempunyai penampung bahan. Selama proses, bahan akan mengalami gesekan diantara kedua piringan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil dan halus.
Gambar 1. Disk Mill