Bab Ii Data Pjb.docx

  • Uploaded by: Effendy Adipratama
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Data Pjb.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,823
  • Pages: 24
BAB II DATA UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil Perusahaan

Gambar 2.1-1 Gedung Utama PT. PJB UP Gresik

PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik adalah salah satu unit pembangkitan PT. Pembangkitan Jawa Bali (PT. PJB) yang bergerak dalam bidang usaha pembangkitan ketenagalistrikan, yang terletak di kota Gresik, Jawa Timur, Indonesia. Bidang usaha pembangkitan ketenagalistrikan adalah bisnis, dimana yang terkandung dalam Bahan Bakar Gas (BBG) dan atau Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui proses pada PLTG, PLTGU dan PLTU yang dikonversikan menjadi tenaga listrik, dalam jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan konsumen (pelanggan). PT. PJB merupakan anak perusahaan dari PT. PLN (Persero), yang sebelumnya dikenal dengan Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN), yang bertindak selaku Holding Company. Keberadaan PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik diawali dengan dibangunnya 2 unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan total kapasitas 40 MW pada tahun 1978, menyusul dibangun 2 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas masingmasing 100 MW. Pada tahun 1989 total kapasitas produksi listrik PLN Gresik (SGRK) mencapai 702 MW dengan penambahan 2 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berkapasitas masing-masing 200 MW. Pada awal tahun 1992 di lokasi yang bersebelahan, dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) dengan kapasitas total 1578 MW yang terdiri dari 3 blok, (dengan kapasitas terpasang masing-masing blok adalah 526 MW). PLTGU merupakan hasil dari perkembagan teknologi, yang mempunyai tingkat efisiensi lebih tinggi dibandingkan

dengan PLTG maupun PLTU konvensional. Dengan demikian total kapasitas pembangkit terpasang sebesar 2280 MW. Karena kebutuhan nasional, maka beberapa PLTG direlokasi daerah lain sehingga kapasitas UP Gresik per November 2017 sebesar 2218 MW.

Gambar 2.1-2 Kapasitas Pembangkit

Produksi listrik yang dihasilkan UP Gresik disalurkan pada saluran tegangan tinggi 150 KV dan tegangan ekstra tinggi 500 KV yang telah terinterkoneksi di seluruh Jawa, Bali, Madura. Disamping mesin-mesin utama yang berupa unit pembangkit listrik tersebut, UPGRK juga mempunyai fasilitas-fasilitas penunjang yang berfungsi mendukung realisasi produk maupun operasional perusahaan, antara lain: 1.

Fasilitas penanganan bahan bakar minyak seperti pelabuhan atau jetty, tangki BBM dan fasilitas pengolahan bahan bakar atau Fuel Oil Treatment Plan (FOTP).

2.

Stasuin penerima gas (Gas Station).

3.

Unit pengolahan air (Desalination Plant, Water Treatment Plant).

4.

Unit pengolahan air limbah (Waste Water Treatment Plant).

5.

Instalasi penunjang lainnya (Chlorination Plant, Hidrogen Pant).

Sejarah panjangnya telah menjadikan PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik mempunyai banyak pengalaman dalam pengelolaan dan pengoperasian unit pembangkit yang bermacam macam. Dengan ditunjang porgram-program pengembangan SDM yang memadai, menjadikan PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik sebagai unit yang dapat diandalkan oleh PT. PJB dalam rangka mencapai VISI enjadi perusahaan pembangkit listrik Indonesia yang berkemuka dengan standard kelas dunia. Pada saat ini sudah ada 2 unit di UP Gresik yang telah masuk dalam best ten di dunia dengan referensi dari NERC (North America Electricity Realibility Corporation). UP Gresik bertekad semua unitnya setara dengan 10% pembangkit terbaik dunia tersebut. Dengan didukung dengan oleh pengalaman operasional yang mamadai, PT. PJB UP Gresik selalu berusaha untuk terus mensejajarkan diri dengan perusahaan sejenis di seluruh dunia, dengan berorientasi pada ketersediaan pasokan listrik, andal dan efisien untuk encapai Profit Perusahaan serta Kepuasan Pelanggan.

Gambar 2.1-3 Kontribusi UP. Gresik Dalam Memasok Energi Listrik 2.2 Sejarah Berdirinya Perusahaan Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan serta kebutuhan manusia maka terjadi pertumbuhan alat-alat peenuh dan penunjang kebutuhan manusia. Teknologi yang digunakan juga semakin canggih. Hal ini sejalan dengan perkembangan guna melakukan proses produksi dengan tegnologi-teknologi tersebut. Sebagian besar teknologi yang digunakan di perusahaan menggunakan listrik untuk pengoperasianya. Selain itu sarana dan prasarana

perkantoran juga banyak mengandalkan suplay listrik. Di pihak lain alat-alat penunjang kebutuhan manusia sebagian besar merupakan alat-alat elektronik yang membutuhkan suplay listrik juga. Sehingga dapat dikatakan untuk kondisi saat ini, manusia hidup sangat memerlukan listrik. Di Indonesia pengolahan dan distribusi listrik ke masyarakat maupun perusahaanperusahaan dilakukan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) persero. PT. PLN (persero) selain sebagai distributor listrik juga sebagai regulator dalam jasa penggunaan listrik oleh konsumen. PT. PLN (persero) bukanlah pihak yang menghasilkan listrik nasional. Energi listrik nasional dihasilkan atau diolah oleh 2 anak perusahaan PT. PLN (persero) yaitu PT. Pembangkit Jawa Bali (PT. PJB) dan PT. Indonesia Power. Beberapa unit pembangkitan PT. PJB terdapat di Paiton, Muara Karang, Muara Tawar, Cirata dan Brantas serta Gresik. Unit Pembangkitan (UP) Gresik terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. PLN (persero) No.030.K/023/DIR/1980 tanggal 15 Mei 1980, merupakan unit kerja yang dikelola oleh PT. Perusahaan Listrik Nasional (persero) atau sering disingkat dengan PT. PLN (persero) Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Timur dan Bali (PLN KITLUR JBT) yang dikenal dengan sektor Gresik. Pada tanggal 30 Mei 1997 Direktur Utama PT. PLN PJB II mengeluarkan surat keputusan No. 021/023/DIR/1997 tentang perubahan sebutan menjadi Unit Pembangkitan. Pada tanggal 24 Juni 1997 Direktur Utama PT. PLN PJB II unit II mengluarkan surat keputusan No. 24.K/023/DIR/1997 tentang pemisahan fungsi pemeliharaan dan fingsi operasi pada PT. PLN PJB II unit II Unit Pembangkitan Gresik. Pembangunan sarana dan prasarana PT. PJB UP Gresik berjalan secara bertahap. Pada tahun 1978 dibangun PLTG unit 1, 2, 3, 4 dan 5. Kemudian dibangun PLTU unit 1dan 2 pada tahun 1981. Selanjutnya menyusul dibangun PLTU unit 3 dan 4 tahun 1984. Tahun 1992 dibangun unit PLTGU unit 1, 2 dan 3.

Gambar 2.2-1 lokasi pembangkit PT. PJB UP Gresik.

Gambar 2.2-2 lokasi PLTGU, PLTU, PLTG

2.3 Visi dan Misi Perusahaan 2.3.1 Visi Perusahaan Menjadi perusahaan terpercaya dalam bisnis pembangkitan terintegrasi dengan standard kelas dunia. 2.3.2 Misi Perusahaan 1. Memberi solusi dan nilai tambah dalam bisnis pembangkitan terintegrasi untuk menjaga kedaulatan listrik nasional. 2. Menjalankan bisnis pembangkitan secara berkualitas, berdaya saing dan ramah lingkungan. 3. Mengembangkan kompetensi dan produktivitas Human Capital untuk pertumbuhan yang berkesinambungan. 2.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 2.4-1 Struktur Organisasi Perusahaan

 General Manager Jabatan ini dipegang oleh General Manager yang betugas mengelola kinerja Operasi dan kompetensi SDM unit pembangkitan gresik sehingga mampu memproduksi tenaga listrik dengan efisien, mutu dan keandalan yang tinggi dengan tetap memperhatikan aspek komersial, dengan harga jual tenaga listrik yang kompetitif sesuai dengan kontrak kerja yang ditetapkan PT. PJB UP Gresik.  Manager Operasi Lingkup kerja dari Manager Operasi ini hanya pada ruang lingkup Operasi yang memiliki tugas meningkatkan tingkat kompetitif perusahaan melalui peningkatan produktifitas berkesinambungan pada unit pembangkit, PJB telah menjadwalkan program-program tam yang terintegritas sebagai Good Govermence Plan ada 9 program utama yang telah disetujui untuk diterapkan, yaitu: 

Rencana Pembangkitan.



Rencana Peningkatan Reabilitas.



Perencanaan dan Kontrol Kerja.



Manajemen Bahan Baku.



Balance Scorecard.



Manajemen Outage.



Manajemen Resiko.



Manajemen Kualitas.



Kultur Kerja.

 Manager Pemeliharaan Bagian pemeliharaan bertanggungjawab atas segala hal yang menyangkut seluruh perusahaan secara teknis. Analisis Spesialis bertanggungjawab untuk menganalisa segala kemungkinan yang menyangkut pemeiharaan kepada seluruh teknis dalam pembangkit tenaga listrik. Rendal pemeliharaan bertanggungjawab atas pelaksanaan pemeliharaan terhadap seluruh teknis dalam pembangkitan tenaga listrik yang dibagi atas PLTU, PLTG, PLTGU. Pada masing-masing tersebut dibagi lagi menjadi beberapa kapasitas pemeliharaan yaitu: 

Pemeliharaan Preventif

Merupakan pemeliharaan yang bersifat pencegahan atas kemungkinan terjadi, hal ini bersifat berskala dan terjadwal. 

Pemelliharaan Prediktif Merupakan pemeliharaan yang bersifat pencegahan kerusakan pada bagian yang telah mengalami penurunan kemampuan.



Pemeliharaan Korektif Merupakan pemeliharaan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan pada bagian yang telah mengalami penurunan kemampuan akibat tidak bekerjanya suatu bagian secara normal.

 Manager Logistik Secara umum bertanggungjawab atas segala hal yang menyangkut kegiatan rutinitas yang terjadi pada penyelenggaraan perusahaan. Bagian umum dipimpin oleh deputi manager keuangan yang bertugas anatara lain: 

Menyelenggarakan kegiatan kesekretariatan, dan rumah tangga perkantoran untuk melancarkan kinerja unit pembangkitan.



Merencanakan, mengkoordinasi dan mengevaluasi anggaran biaya administrasi.



Melaksanakan fungsi kehumasan untuk membina hubungan, serta “community development” dengan stakeholder sehingga menciptakan citra yang baik tentang perusahaan serta menunjang kinerja unit dan perusahaan.



Mengadakan pengelolaan bisnis non inti sebagai penunjang bisnis inti unit pembangkitan.



Menjamin terlaksananya kegiatan keamanan lingkungan dengan baik sehingga terciptanya lingkungan kerja yang aman dan kondusif bagi karyawan.



Menyelenggarakan kegiatan pengadaan material berdasar permintaan fungsi inventory control serta pengadaan jasa

berdasarkan permintaaan fungsi

perencanaan dan pengendalian pemeiharaan untuk dukungan pemeliharaan rutin serta kebutuhan non instalasi lainnya. 

Menyelenggarakan kegiatan proses administrasi gudang serta material handling nya untuk semua material milik unit pembangkitan.

 Manager Engineering

Bagian ini merupakan bagian yang bertanggungjawab atas pelaksanaan segala hal yang menyangkut kegiatan bersifat teknis yang dilakukan terhadap unit pembangkit tenaga listrik dan unit-unit pendukungnya.  Manager Keuangan dan Administrasi SDM merupakan hal paling penting dalam suatu perusahaan. PJB memiliki SDM yang berkualifikasi dan menjadi yang penting bagi perusahaan. Pelatihanpelatihan telah diadakan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dari SDM seiring dengan kebutuhan perusahaan. Dengan dukungan dari 395 pegawai, PT. PJB UP Gresik telah mewujudkan pencapaian-pencapaian dalam kegiatan operasinya. Tugas dari bagian ini adalah menyiapakan kebijakan program pelatihan dan pengembangan bagi seluruh sumber daya manusia unit pembagkitan berdasarkan konsep optimasi biaya dan jumlah tenaga kerja.  Manager CNG dan bahan bakar Manager CNG dan bahan bakar adalah orang yang memiliki pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang baik yang diakui oleh perusahaan untuk memimpin, mengelola, mengendalikan, mengatur serta mmengembangkan gas alam terkompresi atau CNG (Compressed Natural Gas) sebagai bahan bakar selain HSD (Solar) dan Residu Oil. 2.5 K2 dan K3 di PT. PJB UP Gresik 2.5.1 K2 (Keselamatan Kelistrikan)

Gambar 2.5-1 Keselamatan Ketenagalistrikan 2.5.1.1 Pengertian Keselamatan ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-langkah pengamanan instalasi penyediaan tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga

listrik untuk mewujudkan kondisi andal dan aman bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, serta kondisi ramah lingkungan, di sekitar instalansi tenaga listrik. 2.5.1.2 Tujuan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) Untuk Mewujudkan Kondisi: A. Andal Dan Aman Bagi Instalasi; B. Aman Dari Bahaya Bagi Manusia Dan Makhluk Hidup Lainnya; C. Ramah Lingkungan 2.5.1.3 Upaya Untuk Mewujudkan K2 1. Standarisasi 2. Penerapan 4 Pilar K2 3. Sertifikasi 4. Penerapan Sop 5. Adanya Pengawas Pekerjaan 2.5.1.4 Landasan Hukum / Dasar Hukum a. UU No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja b. UU No.30 / 2009 tentang Ketenagalistrikan c. Keppres No.22 / 1993 ttg Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja d. Kep Menaker No.5/Men/1996 ttg Sistem Manajemen K3 (SMK3) e. Kep Direksi No.090.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Instalasi f.

Kep Direksi No.091.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Umum

g. Kep Direksi No.092.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Kerja Berdasarkan Undang-undang NO 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, Keselamatan Ketenagalistrikan dapat dijelakan sebagai barikut : 1) Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan 2) Keselamatan ketenagalistrikan meliputi : a. Standarisasi b. Pengamanan instalasi dan pemanfaat TL untuk mewujudkan kondisi :  Andal dan aman bagi instalasi ( Keselamatan Instalasi )  Aman dari bahaya bagi manusia : - Tenaga Kerja ( Keselamatan Kerja )

- Masyarakat Umum ( Keselamatan Umum )  Akrab lingkungan ( Keselamatan Lingkungan ) c. Sertifikasi :  Sertifikasi laik operasi bagi instalasi penyediaan TL,  Sertifikasi kesesuaian dengan standar PUIL untuk instalasi pemanfaatan TL (instalasi pelanggan),  Tanda keselamatan bagi pemanfaat TL (alat kerja/rumah tangga)  Sertifikasi kompetensi bagi tenaga teknik ketenagalistrikan 2.5.1.5 Standarisasi Melaksanakan Kegiatan Berpotensi Bahaya 

Standarisasi Proses ( Pemasangan dsb)



Standarisasi Uji (Performance Test, Komisioning dsb)



Standarisasi Produk (Spesifikasi dsb)

2.5.1.6 Empat Pilar Keselamatan Ketenagalistrikan Empat Pilar K2 terdiri dari : 

Pilar 1 : Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman bagi pekerja dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan instalasi dan kegiatan ketenagalistrikan lainnya dari perusahaan, dengan memberikan perlindungan, pecegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang timbul karena hubungan kerja yang menimpa pekerja.



Pilar 2 : Keselamatan Umum Keselamatan umum adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman bagi masyarakat umum dari bahaya yang diakibatkan oleh kegiatan instalasi dan kegiatan ketenagalistrikan lainnya dari perusahaan, dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.



Pilar 3 : Keselamatan Lingkungan Keselamatan lingkungan adalah upaya untuk mewujudkan kondisi akra lingkungan dari instalasi, dengan memberrikan perlindungan terhadap terjadinya pencemaran dan pencegahan terhadap terjadinya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan instalasi.



Pilar 4 : Keselamatan Instalasi

Keselamatan instalasi adalah upaya untuk mewujudkan kondisi andal dan aman bagi instalasi, dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan pengamanan terhadap terjadinya gangguan dan kerusakan yang mengakibatkan instalasi tidak dapat berfungsi secara normal dan tidak dapat beroperasi. 2.5.2 K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Gambar 2.5.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.5.2.1 Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) “Occupational Health and Safety”, disingkat OHS. K3 adalah kondisi yang harus diwujudkan di tempat kerja dengan segala daya upaya berdasarkan ilmu pengetahuan dan pemikiran mendalam guna melindungi tenaga kerja, manusia serta karya dan budayanya melalui penerapan teknologi pencegahan kecelakaan yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan peraturan perundangan dan standar yang berlaku. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya. 1.

Keselamatan (safety), Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan,

tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. 2.

Kesehatan (health), Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of physiological and psychological well being of the individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

2.5.2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang- Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain : 1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja. 2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. 3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional 2.5.2.3 Alat Pelindung Diri K3 yang diterapkan PT. PJB harus memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaaan, yaitu: a. Memberikan perlindungan diri yang kuat terhadap bahaya yang spesifik b. Beratnya seringan mungkin dan nyaman c. Dapat dipakai secara fleksibel d. Bentuknya menarik e. Tidak mudah rusak f. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan g. Memenuhi standart h. Tidak membatasi pergerakan pemakainya i. Suku cadang mudah didapatkan Macam–macam alat pelindung diri antara lain: 1. Helm keselamatan 2. Sabuk dan tali keselamatan 3. Sepatu boot 4. Sepatu pelindung

5. Masker 6. Penutup telinga 7. Kacamata pengaman 8. Sarung tangan 9. Pelindung wajah 10. Pelampung 2.5.2.4 Landasan Hukum / Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang: Keselamatan Kerja Diundangkan tanggal: 12 Januari 1970 Tujuan / sasaran dari undang-undang ini adalah: a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aman dan efisien. c. Agar proses produksi dapat berjalan secara aman dan efisien. Undang-undang ini diberlakukan untuk setiap tempat kerja yang didalamnya terdapat 3 unsur, yaitu: a. Adanya suatu usaha baik usaha bersifat ekonomi maupun sosial b. Adanya tenaga kerja yang bekerja didalamnya, baik secara terus menerus atau hanya sewaktu-waktu c. Adanya sumber bahaya

2.6

Peta dan Denah Lokasi Perusahaan

Gambar 2.6-1 Overview Pembangkit PT PJB

PT. PJB UP Gresik

Gambar 2.6-2 peta lokasi PT. PJB UP Gresik

PT. Pembangkita Jawa-Bali (PT. PJB) Unit Pembangkitan Gresik terletak di Desa Sidorukun, Kec. Gresik, Kab. Gresik tepatnya berada di Jl. Harun Thohir No. 1 Gresik, Jawa Timur.

Gambar 2.6-3 Denah Lokasi PT. PJB UP Gresik

Beberapa pemilihan lokasi PT. PJB UP Gresik dekat dengan laut adalah sebagai berikut: 1. Mempermudah

pengangkutan

perlatan

transportasi

bahan

bakar.

Selain

menggunakan baha bakar gas alam juga mengggunakan bahan bakar HSD atau solar dan MFO (Marine Fuel Oil) atau bahan bakar residu. 2. Laut sebagai sumber air yang melimpah dan tidak ada habisya. Air laut digunakan sebagai bahan produksi air murni yang melalui proses Desalination plant (penyulingan air laut menjadi air tawar) serta Water Treatment Plant (Pemurnian air suling menjadi air tanpa mineral atau air demin/murni). 3. Lokasi kota Gresik, dekat dengan kota Surabaya dan kawasan Gresik, Sidoarjo, serta Mojokerto sehingga tidak membutuhkan biaya transportasi yang tiggi untuk melakukan pengiriman produksi.

2.7 Teori Dasar PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah suatu pembangkit thermal dengan menggunakan uap air sebagai fluida kerjanya, yaitu dengan memanfaatkan uap untuk menggerakan poros sudu-sudu turbin. Pada prinsipnya, pengertian memproduksi listrik dengan tenaga uap adalah dengan mengambil panas yang terkandung didalam bahan bakar untuk memporduksi uap yang kemudian dipindahkan kedalam turbin. Trubin tersebut mengubah panas yang diterima menjadi mekanis dalam bbentuk gerak putar. Dari gerakan putar ini, kemudian dikopel dengan generator yang akhirnya bisa menghasilkan listrik. Khususnya untuk tenaga listrik tenaga uap bahwa panas dalambahan bakar tidak langsung diberikan ke turbin, akan tetapi diberikan/dialirkan kedalam boiler terrlebih dahulu. Uap yang dihasilkan boiler, tekanan maupun temperaturnya cukup tinggi kemudian baru dimasukan kedalam turbin. Komponen Utama Dari sedikit uraian diatas jadi kita ketahui bahwa dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap terdapat komponen utama yaitu: 1. Condensor adalah sebuah alat yang diguanakan untuk proses kondensasi (perubahan fase dari fase uap ke fase air) dengan mengalirkan air laut kedalam tube-tube kondenser. 2. Condensate Pump adalah alat untuk memompa air kondensasi yang terkumpul pada Hot well ke deaerator untuk disirkulasikan ke sistem. 3. Heater adalah suatu pemanas yang berfungsi memanaskan air agar tidak terjadi perbedaan temperatur yang signifikan antara temperatur air dalam boiler dengan temperatur air masuk kedalam boiler. 4. Boiler Feed Pump adalah pomp pengisi drum Boiler. 5. Boiler merupakan bajana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk steam berupa energi kerja. 6. Turbin adalah suatu penggerak yang mengubah energi potensial menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros turbin. 7. Generator adalah suatu sistem yang mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga listrik.

Gambar 2.7-1 Komponen Utama PLTU

Alat Bantu PLTU Alat bantu PLTU terdiri atas: 1. Water Treatment Plant merupakan bagian dari power plant yang bertugas untuk menyediakan air pengisi boiler dalam sebuah power plant. 2. Chlorination Plant merupakan suatu plant yang memproduksi sodium hypochoride (NaCOl) dari air laut dengan cara elektrolisa. Penginjeksian Chlorine bertujuan untuk melemahkan dan mencegah biota-biota laut agar tidak berkembang biak didalam sistem air pendingin. 3. Waste Water Treatment Plant merupakan sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut digunakan untuk aktifitas yang lain. 4. Hydrogen Plant merupakan suatu alat yang memproduksi gas Hydrogen yang digunakan sebagai pendingin generator. 5. Desalination Plant merupakan suatu alat yang memproduksi air tawar yang digunakan sebagai air pengisi pada boiler. Pada instalasi pembangkit daya yang memanfaatkan uap bertekanan tinggi untuk menggunakan turbin uap, digunakan suatu acuan siklus kerja yang menjadi dasar dari pengoperasian instalasi pembangkit tersebut. Siklus kerja yang digunakan pada instalasi pembangkit pada PLTU adaah siklus Rankin (Rankincycle), dimana air sebagai fluida kerja dalam siklus akan digunakan sebagai moderator pembangkitan tenaga dengan memanfaatkan perubahan fase antara cairan dan uap melalui suatu proses perpindahan panas. Kemudian uap diekspansikan melalui proses 3~4 yaitu uap jenuh bertekanan.

Gambar 2.7-2 Siklus Rankin Pada PLTU

Berikut ini beberapa penjelasan gambar proses Siklus Rankin pada PLTU: 

1~2 : Proses menaikan tekanan air dengan bantuan Boiler Feed Pump (BFP).



2~3 : Air bertekan tinggi memasuki boiler, dipanaskan pada tekanan konstan dengan sumber panas dari luar (pembakaran bahan bakar).



3~4 : Proses ekspansi uap jenuh di turbin (menghasilkan putaran turbin, kemudian ditransfer ke generator).



4~1 : Proses kondensasi (perubahan fase uap ke cair), pada tekanan dan temperatur konstan di Condensor.

Tekanan konstan, proses ini akan berakhir sampai titik 3 yaitu titik air telah sepenuhnya berupa fase menjadi uap jenuh. Mendorong sudu-sudu turbin sehingga menggerakan poros turbin atau panas dari uap berteanan tersebut dikonfersikan menjadi energi mekanik berupa putaran poros tubin. Proses ekspansi ini berakhir pada titik 4 dimana sifat fluida tersebut mengalami penurunan temperatur tetapi masih berwujud uap dengan tingkat kebasahan tertentu. Setelah itu dilanjutkan proses 4~1 yaitu fluida kerja masuk kondenser, pada proses ini uap dikondensasi sehingga uap terebut berubah menjadi fase air. Uap tersebut terkondensasi saat kontak langsung dengan dengan ermukaan dinding tube kondensor yang telah didinginkan dengan air laut (Sea Water). Proses kondensasi pada kondensor berakhir pada titik 1. Fluida yang meninggalkan kondensor pada titik 1 tersebut kemudian dialirkan menuju boiler. 2.8 Alur Proses PLTU 3 & 4

Gambar 2.8-1 Siklus Kerja PLTU 3&4

Penjelasan : 1. Air laut dipompa oleh sea water pump diolah menjadi air tawar dengan proses desalination. 2. Pada waktu proses di desalination plant tersebut terjadi penguapan. Karena adanya vakum uap tersebut tertarik ke atas lebih cepat dan menyentuh pipa-pipa diatasnya yang dialiri oleh air laut yang temperaturnya lebih dingin sehingga terjadilah kondensasi disebut air. 3. Kemurnian air belum 100% karena masih mengandung unsur-unsur garam (NaCI) yang terbawa uap air dan masih terbawa garam, sehingga air akan diproses lagi di water treatment plant. Air tersebut dipompa dengan water pump kemudian ditampung di raw water tank.Di PLTU unit 3 & 4 ada 4 raw water tank, tangki 1 dan 2 dipakai 1. Untuk service water sedangkan tangki 3 dan 4 ini yang akan dipakai untuk water treatment plant. 2. Air dari raw water tank 3 dan 4 dipompa oleh supply water pump melewati pre filter kemudian ke mix bed. Di dalam mix bed ini ada resin anion dan kation, dimana anion mengikat ion-ion positif yang selanjutnya melewati resin kation, dimana kation

mengikat ion. Setelah proses di mix bed selanjutnya hasilnya (demin water) di simpan di make-up water tank. 3. Air dari make-up water tank dipompa oleh make-up water transfer pump untuk ditampung di hotwell kondensor. 4. Air kondensat dipompa oleh condensate pump melalui SJAE dan GSC menuju LP 1 heater (pemanas awal tekanan rendah) kemudian ke LP 2 heater untuk dipanaskan lagi. 5. Setelah itu air dialirkan ke deaerator untuk dipanaskan secara langsung dengan uap pemanas dari extraction steam 3 turbin. Di deaerator ini gas-gas 𝑂2 dihilangkan dengan menginjeksikan hydrazine pada saat satrt-up unit kemudian ditampung di deaerator storage tank. 6. Level deaerator dipertahankan oleh level control (LC). Pada kondisi air kondesat dialirkan ke deaerator maka LV-53 akan membuka dan FV-23 menutup, namun jika air di deaerator sudah penuh maka FV-23 membuka sehingga aliran air dikembalikan lagi ke hotwell. 7. Air dari deaerator di pompa oleh BFP (Boiler Feed Pump) untuk dialirkan ke HP heater. 8. HP 4 heater (pemanas tekanan tinggi) memanaskan air tersebut kemudian ke HP 5 heater sehingga air pengisi mendekati air dalam boiler. 9. Air masuk ke economizer untuk pemanasan terakhir dimaksudkan untuk menaikkan efisiensi boiler. Di economizer, air dipanaskan dengan gass panas buang ruang bakar (furnance) yang keluar dari super heater 1 sebelum dibuang ke atmosfir melalui cerobong. 10. Untuk mengontrol kebutuhan air boiler, drum dipasang Level Control (LC) sebelum air pengisi masuk ke HP heater yaitu FV-20. Untuk mengontrol kualitas air, drum boiler dipasang saluran injeksi bahan kimia dan saluran pembuangan (blowdown). Injeksi phospate berfungsi untuk menaikkan Ph air di drum jika terjadi penurunan Ph air akibat kebocoran di sisi kondensor. 11. Pembakaran di boiler dilakukan secara kontinyu di dalam furnance dengan alat pembakar (burner) menggunakan bahan bakar dan udara dari luar. 12. FDF (Forced Draft Fan) menghisap udara dari atmosfir dan dialirkan ke Steam Coil Air Heater (SCAH). SCAH memanasi udara dengan uap dari HP auxiliary steam header boiler sampai mencapai 115C. Kemudian udara panas dialirkan ke air heater

untuk dipanasi dengan gas buang dari furnance. Setelah udara dipanasi di air heater kemudian masuk kedalam windbox dan selanjutnya didistribusikan ke tiap-tiap burner untuk proses pembakaran. 13. HSD digunakan sebagai bahan bakar pembakaran awal. Sedangkan residu digunakan sebagai bahan bakar utama yang disimpan dalam Residu Oil storage tank. 14. Untuk kesempurnaan proses pembakaran, maka HSD yang disemprotkan ke ruang bakar diatomisasi (dikabutkan) dengan menggunakan udara dari SAC (Service Air Compressor). 15. Sebelum mengalirkan residu dari Residu Oil storage tank ke burner digunakan Residu Oil preheater untuk pemanasan awal kemudian dipompa dengan Residu Oil transfer pump ke dalam Residu Oil service tank. 16. Setelah itu residu dipompa dengan Residu Oil Pump dan dimasukkan ke Residu Oil heater untuk menurunkan kekentalan residu agar dapat disemprotkan ke ignition burner. Pengaturan aliran residu ke ignition burner dengan katup pengatur (FV-26) dilakukan sebelum burner. 17. Sebagaimana pada HSD untuk kesempurnaan reaksi pembakaran, maka residu diatomisasi dengan menggunakan uap dari HP auxiliary steam header boiler atau extraction steam turbin secara mekanik pada burner. Jika beban sudah tinggi maka atomisasi residu menggunakan extraction steam dari turbin. 18. Uap dari drum boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu dialirkan ke superheater I (primary SH) superheater II (secondary SH), dan juga dialirkan ke outlet header yang selanjutnya digunakan sebagai auxiliary steam. 19. Apabila uap melebihi batas kerjanya, maka de superheater spray (attemperator) menyemprotkan air kondesat untuk menurunkan uap sesuai dengan yang diijinkan (510C). 20. Uap jenuh dari superheater dengan tekanan dan temperature tinggi mengalir melalui nozzle. Uap dengan tekanan 88 kg/𝑐𝑚2 dan 510C ini yang akan mendorong sudusudu turbin sehingga menakibatkan poros turbin berputar. 21. Uap tersebut diatur ileh MSV (Main Stop Valve) yang berfungsi sebagai katup penutup cepat jika turbin trip atau katup pengisolasi turbin terhadap uap masuk. MSV bekerja dalam dua posisi, yaitu menutup penuh atau membuka penuh.

22. Turbin harus dapat beroperasi dengan putaran yang konstan pada beban yang berubah-ubah. Untuk membuat agar putaran turbin selalu tetap diguanakan control valve yang bertugas untuk mengatur aliran uap masuk turbin sesuai dengan bebannya. 23. Uap jenuh yang masuk ke turbin akan menggerakan sudu-sudu turbin sehingga poros turbin ikut berputar. Generator yang dikopel langsung dengan turbin akan menghasilkan tegangan listrikmketika turbin berputar. 24. Uap ekstraksi (extraction steam) turbin dibagi menjadi 5. Extraction steam 1 dialirkan ke HP 5 heater, extracton steam 2 dialirkan ke HP 4 heater, extraction steam 3 dialirkan ke deaerator, extraction steam 4 dialirkan ke LP 2 heater, dan extraction steam 5 dialirkan ke LP 1 heater. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi unit (heat balance). 25. Uap yang telah menggerakkan sudu-sudu turbin, tekanan dan temperaturnya turun hingga kondisinya menjadi uap basah. Uap tersebut dialirkan ke dalam kondensor yang dalam keadaan vakum. 26. Proses kondensasi (perubahan fase dari fase uap ke fase air) di kondensor terjadi dengan mengalirkan air pendingin dari cooling water pump ke dalam pipa-pipa kondensor sehingga uap-uap dari turbin yang berada di luar pipa-pipa terkondensasi menjadi air kondensat dan ditampung di hotwell. 27. Air di hotwell ini dipompa oleh condesate pump menuju deaerator melalui SJAE (Steam Jet Air Ejector) dan GSC, LP 1 heater dan LP 2 heater. Starting Ejector berfungsi untuk mernarik vakum kondensor pada saat awal hingga vakum kondensor mencapai 650 mmHg, kemudian vakum di condensor ini dipertahankan oleh SJAE. 28. Uap panas di SJAE yang berasal dari HP auxiliary steam header boiler ini bertemu dengan air kondesat sehingga mengalami kondensasi kemudian air kondensasinini dialirkan kembali ke hotwell. 29. GSSR (Grand Steam Seal Regulator) bekerja sebagai pengatur tekanan uap yang berasal dari HP auxiliary steam header boiler untuk perapat turbin dengan setting yaitu 0.08 kg/𝑐𝑚2 , tekanan selalu konstan pada sisi turbin tekanan tinggi (HP) untuk mencegah uap turbin agar tidak bocor keluar dan sisi tekanan rendah (LP) untuk mencegah udara luar masuk ke exhaust turbin karena vakum. 30. Uap perapat yang telah dipakai turbin tadi ditarik oleh GSEB (Gland Steam Exhaust Blower) agar tidak terjadi kondensasi di labirin-labirin turbin uap perapat tersebut. Menyentuh pipa pipa yang dialiri air kondensat maka terjadilah terkondensasi di GSC

( Gland Steam Condenser) dan kondnsasinya dialirkan ke hotwell. Sedangkan uap yang tidak terkondensasi di GSC dihisap oleh GSEB di buang ke atmosfer. 31. untuk air pendingin, air laut disaring melalui bar screen untuk memisahkan air dari kotoran/sampah laut, kemudian air laut diinjeksi dengan chlorine untuk melemahkan biota laut agar tidak berkembang biak di dalam kondensor sebelum air laut disaring lagi melalui traveling screen untuk menyaring kotoran-kotoran yang lolos dari bar screen sebelum dipompa oleh circulating water pump. 32. saringan traveling screen dibersihkan secara otomatis oleh water spray yang dihasilkan oleh screen wash pump yang dikontrol oleh timer tiap 4 jam selama 25-40 menit beroperasi atau perbedaan tinggi permukaan air sebelum atau sesudah saringan. 33. CWP (Circulating Water Pump) akan mengalirkan air melalui kanal atau pipa-pipa besar yang dilapisi karet masuk ke kondensor untuk proses kondensasi,selain itu juga di alirkan ke CWHE (Cooling Water Heat Exchanger) untuk mendinginkan air tawar sebagai cooling water. Air tawar dari CWHE ini dipompa oleh cooling water pump untuk digunakan sebagai pendingin auxiliary machines seperti condensate pump, boiler feed pump, circulating water pump, air heater, forced draft fan, service air compressor, instrument air compressor, lube air cooler, dan 𝐻2 gas generator cooler. 34. Proses konversi di dalam generator adalah dengan memutar medan magnet di dalam kumparan. Rotor generator sebagai medan magnet menginduksi kumparan yang dipasang pada stator sehingga timbul tegangan diantara kedua ujung kumparan generator. Untuk membuat rotor agar menjadi medan magnet, maka dialirkan arus DC ke kumparan rotor. Sistem pemberian aurs DC ke kumparan rotor. Sistem pemberian arus DC kepada rotor agar menjadi magnet ini disebut eksitasi. 35. Untuk menjaga agar tegangan keluaran generator stabil, maka AVR ( Automatic Voltage Range) untuk mengontrol tegangan keluar generator selalu tetap walaupun beban berubah-ubah sekaligus manjaga mesin berada dalam sinkronisme. 36. Untuk menyalurkan listrik yang dihasilkkan dari generator, maka generator harus dihubungkan ke jaringan (transmisi) yang disebut sinkronisasi. 37. PLTU tidak dapat dijalankan (start awal) tanpa adanya suplai tegangan dari luar

(jaringan) memalui starting transformer. Dalam kondisi operasi normal (pemakaian sendiri), suplai listrik untuk kebutuhan alat-alat bantu (auxiliary common) diambil dari auxiliary transformer yang disuplai dari generator.

Related Documents

Bab Ii Data Pjb.docx
May 2020 13
Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47
Bab Ii
July 2020 48
Bab Ii
June 2020 44

More Documents from ""

2.docx
May 2020 11
Bab Ii.docx
May 2020 15
Bab Ii Data Pjb.docx
May 2020 13
Damper Types.docx
May 2020 13
Biaya Yogya.docx
June 2020 16