BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah 2.2.1
Pengertian Sampah Menurut definisi World Health Organization (WHO), sampah adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2015). Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia atau proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang maupun membersihkannya memerlukan biaya yang relatif besar (Zulkifli, 2014). Beberapa pengertian sampah yang ada antara lain sebagai berikut : a.
Radyastuti (1996), menyatakan bahwa sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai.
b.
Menurut Suprihatin (1999), sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
c.
Berdasarkan SK SNI 19-2454 (2002: 1), sampah adalah limbah yang padat yang terdiri atas zat organik dan anorganik yang dianggap tidak
berguna lagi dan terus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. d.
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah menyatakan sampah adalah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.
e.
Menurut Mubarak dan Nurul. C. (2009), sampah dapat diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia serta tidak terjadi dengan sendirinya.
2.2.2 Sumber Sampah Menurut Chandra (2014), sampah yang ada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut : a.
Pemukiman Penduduk Sampah disuatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota, jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (Rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.
b.
Tempat Umum dan Tempat Perdagangan Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan.
7
Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya. c.
Sarana Layanan Masyarakat Milik Pemerintah Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (mis., rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
d.
Industri Berat dan Ringan Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.
e.
Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahanbahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
8
2.2.3
Klasifikasi Sampah Menurut Dirjen Cipta Karya (1992) dalam Fadhilah dkk (2011),
sampah diklasifikasikan sebagai berikut : a.
Sampah basah (garbage), yaitu sampah yang berasal dari sisa hasil pengolahan, sisa makanan atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan sebagai makanan organisme lainnya.
b.
Sampah kering (rubbish), yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk. Sampah kering dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk tetapi mudah terbakar.
c.
Sampah lembut, yaitu sampah yang berasal dari berbagai jenis abu, merupakan partikel-partikel kecil yang mudah berterbangan dan dapat mengganggu pernafasan dan mata.
d.
Sampah berbahaya, terdiri dari sampah patogen (berasal dari rumah sakit atau klinik), sampah beracun (yaitu sampah sisa-sisa pestisida, kertas bekas pembungkus bahan-bahan beracun, dan lain-lain), sampah radioaktif (sampah dari bahan nuklir), dan sampah yang dapat meledak (petasan, mesin, dan sebagainya).
e.
Sampah balokan (bulky waste), seperti mobil rusak, kulkas rusak, pohon tumbang, balok kayu, dan sebagainya.
f.
Sampah jalan, yaitu sampah atau kotoran yang berserakan disepanjang jalan seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, dan daun.
g.
Sampah binatang mati, seperti bangkai tikus, ayam, dan lain-lain.
9
h.
Sampah bangunan, seperti potongan kayu, pecahan atap genteng, bata, buangan adukan.
i.
Sampah industri, merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri.
j.
Sampah khusus, yaitu sampah dari benda-benda berharga, atau sampah dokumentasi.
k.
Sampah kandang atau pemotongan hewan, dapat pula berupa kotoran hewan, sisa makanannya, sisa-sisa daging, tulang, isi perut, dan sebagainya.
l.
Sampah lumpur, yaitu sampah setengah padat yang dapat berasal dari lumpur selokan, riol, lumpur dari bangunan pengolahan air buangan, septic tank, dan sebagainya. Zulkifli (2014), sampah dapat diklasifikasi menjadi 3 bagian yaitu
a.
Berdasarkan karakteristik 1) Garbage, adalah sampah yang dapat terurai, berasal dari pengolahan makanan misalnya rumah makan, rumah tangga, hotel. 2) Rubbish,
adalah
sampah
yang
berasal
dari
perkantoran,
perdagangan, baik yang mudah terbakar maupun yang tidak mudah terbakar. 3) Ashes, adalah hasil sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar seperti hasil pembakaran padi yang sudah dipanen pada masyarakat petani, abu rokok, dan hasil pembakaran sampah tebu.
10
4) Large Wastes, yaitu berupa barang-barang hancuran dari bangunan, bahan bangunan, (seperti pipa, kayu, batu, batu bata), mobil, perabotan rumah, kulkas, dan lain-lain. 5) Dead animals, adalah bangkai binatang yang mati karena faktor alam, tertabrak kendaraan, atau sengaja dibuang orang. 6) Sewage treatment process solids, misalnya pengendapan kotoran. 7) Industrial solid waste, adalah sampah yang berasal dari aktivitas industri atau hasil buangan pabrik-pabrik, seperti bahan-bahan kimia, cat, bahan beracun dan mudah meledak. 8) Mining wastes, misalnya logam, batu bara, dan bijih besi. 9) Agricultur wastes, misalnya pupuk kandang, sisa-sisa hasil panen, dan lainnya. b.
Berdasarkan jenis atau zat kimia yang terkandung 1) Sampah organik, misalnya makanan, daun, sayur, dan buah. 2) Sampah anorganik, misalnya logam, abu, dan kertas.
c.
Berdasarkan sifatnya 1) Sampah yang mudah terurai atau membusuk (degradable wastes), misalnya sisa makanan, potongan daging dan daun. 2) Sampah yang sukar membusuk atau terurai (non-degradable wastes), misalnya plastik, kaleng dan kaca. 3) Sampah yang mudah terbakar (combustible), misalnya plastik, kertas, dan daun kering.
11
4) Sampah yang tidak mudah terbakar (Non-combustible), misalnya besi, kaleng, dan gelas. Menurut Dirjen Cipta Karya (1992) dalam Fadhilah dkk (2011), sampah mempunyai karakteristik yang berbeda antara lain sebagai berikut : a.
Komposisi Sampah Komposisi sampah dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1) Komposisi fisik Komposisi fisik sampah mencakup besarnya persentase dari komponen pembentuk sampah yang terdiri dari organik, kertas, kayu, logam, kaca, plastik, dan lain-lain. 2) Komposisi kimia Umumnya komposisi kimia sampah terdiri dari unsur Karbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur, Fosfor, serta unsur lainnya yang terdapat dalam protein, karbohidrat, dan lemak. Komposisi kimia
sampah
erat
kaitannya
dengan
pemilihan
alternatif
pengolahan dan pemanfaatan tanah. Sampah mempunyai masa lapuk yang berbeda-beda. Masa lapuk adalah waktu yang dibutuhkan suatu benda untuk hancur. Berikut beberapa jenis benda beserta masa lapuknya (Zulkifli, 2014). 1) Kertas
: 2,5 tahun
2) Kulit jeruk
: 6 bulan
3) Kain
: 6 bulan sampai 1 tahun
4) Kardus
: 5 tahun
12
b.
5) Permen karet
: 5 tahun
6) Filter rokok
: 10-12 tahun
7) Kayu dicat
: 10-20 tahun
8) Kulit sepatu
: 25-40 tahun
9) Nilon
: 30-40 tahun
10) Plastik
: 50-80 tahun
11) Aluminium
: 80-100 tahun
12) Logam (kaleng)
: lebih dari 100 tahun
13) Gelas/Kaca
: 1.000.000 tahun
14) Karet ban
: tidak bisa diperkirakan
15) Sterofoam
: tidak akan hancur
Kadar Air Sampah Kadar air sampah merupakan perbandingan antara berat air dengan berat sampah total atau berat kering sampah tersebut.
2.2.4
Pengelolaan Sampah Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2007) dalam Zulkifli
(2014), Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan. Tantangan dimasa datang dalam pengelolaan sampah ini adalah sebagai berikut : a.
Peningkatan volume sampah diperkotaan yang sangat cepat sejalan dengan cepatnya pertambahan jumlah penduduk dan pola konsumsi serta produksi yang tidak berkelanjutan.
13
b.
Kesadaran dan pengetahuan dalam mengelola sampah di kalangan publik (masyarakat, dunia usaha, dan pemerintahan) yang relatif masih rendah.
c.
Permasalahan tempat pengolahan atau pembuangan sampah yang selain terbatas juga menimbulkan kerawanan sosial serta berdampak terhadap nilai dan fungsi lingkungan hidup.
d.
Pendekatan pengelolaan sampah yang cenderung masih mengedepankan end of pipe (kumpul-angkut-buang). Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU No. 18 Tahun 2008
dalam Zulkifli (2014), tentang pengelolaan sampah meliputi kegiatankegiatan berikut : a.
Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya) serta daur ulang sampah disumbernya dan/atau di tempat pengolahan. Kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah : 1) Menetapkan sasaran pengurangan sampah 2) Mengembangkan teknologi bersih dan label produk 3) Menggunakan bahan produksi yang dapat didaur ulang (recycle) atau digunakan ulang (reuse) 4) Fasilitas kegiatan recycle dan reuse 5) Mengembangkan kesadaran program recycle dan reuse.
b.
Penanganan sampah, yaitu rangkaian penanganan sampah yang mencakup pemilahan (pengelompokkan dan pemisahan sampah menurut
14
jenis dan sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat pengolahan smpah terpadu), pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu), pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemrosesan aktif kegiatan pengolahan
sampah
residu
hasil
pengolahan
sebelumnya
agar
dikembalikan ke media lingkungan. Menurut
Zulkifli (2014),
ada
beberapa
upaya
yang
dapat
dilakukan untuk mengurangi volume sampah, empat (4R) prinsip yang dapat digunakan dalam menangani masalah sampah antara lain sebagai berikut : a.
Reduce (mengurangi), yakni upayakan meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan.
b.
Reuse (menggunakan kembali), yakni pilihlah barang yang bisa dipakai kembali hindari pemakaian barang yang sekali pakai (disposable).
c.
Recycle (mendaur ulang), yaitu barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang sehingga bermanfaat serta memiliki nilai tambah. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis.
d.
Replace (mengganti), yakni mengganti barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Selain itu, menggunakan barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya,
15
mengganti kantong keresek dengan keranjang bila berbelanja, dan menghindari penggunaan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa terdegradasi secara alami. 5.
Pengangkutan Sampah Menurut Juju (2013), pengangkutan sampah merupakan salah satu komponen penting dan membutuhkan perhitungan yang cukup teliti, dengan sasaran mengoptimalkan waktu angkut yang diperlukan dalam sistem tersebut, khususnya bila: a. Terdapat sarana pemindahan sampah dalam skala cukup besar yang harus menangani sampah b. Lokasi titik tujuan sampah relatif jauh c. Sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari berbagai area d. Ritasi perlu diperhitungkan secara teliti Masalah lalui-lintas jalur menuju titik sasaran tujuan sampah Menurut Juju (2013) dengan optimasi sub-sistem ini diharapkan pengangkutan sampah menjadi mudah, cepat, dan biaya relatif murah. Di negara
maju,
pengangkutan
sampah
menuju
titik
tujuan
banyak
menggunakan alat angkut dengan kapasitas besar, yang digabung dengan pemadatan sampah, seperti yang terdapat di Cilincing Jakarta. Persyaratan alat pengangkut sampah antara lain adalah: 1) Alat pengangkut harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring.
16
2) Tinggi bak maksimum 1,6 m. 3) Sebaiknya ada alat ungkit. 4) Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/kelas jalan yang akan dilalui. 1) Metode Pengangkutan Sampah Bila
mengacu
pada
sistem
di
negara
maju,
maka
pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu: Hauled Container System (HCS) adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya dapat dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pembuangan akhir. HCS ini merupakan sistem wadah angkut untuk daerah komersial (juju, 2013). Hauled Container System dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Konvensional: wadah sampah yang telah terisi penuh akan diangkut
ke
tempat
pembongkaran,
kemudian
setelah
dikosongkan wadah sampah tersebut dikembalikan ke tempatnya semula. b. Stationary Container System (SCS): wadah sampah yang telah terisi penuh akan diangkut dan tempatnya akan langsung diganti oleh wadah kosong yang telah dibawa. 2) Operasional Pengangkutan Sampah Untuk mendapatkan sistem pengangkutan yang efisien dan efektif maka operasional pengangkutan sampah sebaiknya mengikuti prosedur sebagai berikut:
17
a. Menggunakan rute pengangkutan yang sependek mungkin dan dengan hambatan yang sekecil mungkin. b. Menggunakan kendaraan angkut dengan kapasitas/daya angkut yang semaksimal mungkin. c. Menggunakan kendaraan angkut yang hemat bahan bakar. d. Dapat memanfaatkan waktu kerja semaksimal mungkin dengan meningkatkan jumlah beban kerja semaksimal mungkin dengan meningkatkan jumlah beban kerja/ritasi pengangkutan. Untuk
sistem
door-to-door,
yaitu
pengumpulan
sekaligus
pengangkutan sampah, maka sistem pengangkutan sampah dapat menggunakan pola pengangkutan sebagai berikut: a. Kendaraan keluar dari pool dan langsung menuju ke jalur pengumpulan sampah. b. Truk sampah berhenti di pinggir jalan di setiap rumah yang akan dilayani, dan pekerja mengambil sampah serta mengisi bak truk sampah sampai penuh. Setelah terisi penuh truk langsung menuju ke tempat pemerosesan atau ke TPA. Dari lokasi pemerosesan tersebut, kendaraan kembali ke jalur pelayanan berikutnya sampai shift terakhir, kemudian kembali ke Pool. Untuk sistem pengumpulan secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan Transfer Depo (TD), maka pola pengangkutan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
18
a. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi TD, dan dari TD sampah-sampah tersebut langsung diangkut ke pemerosesan akhir b. Dari pemerosesan tersebut, kendaraan kembali ke TD untuk pengangkutan ritasi berikutnya. Dan pada ritasi terakhir sesuai dengan yang ditentukan, kendaraan tersebut langsung kembali ke pool. 2) Pola Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan individual langsung (door to door) yaitu pola pengangkutan sampah sistem individual langsung, seperti : a. Truk pengangkut sampah berangkat dari pool menuju titik sumber sampah pertama untuk mengambil sampah b. Selanjutnya truk tersebut mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya sampai truk penuh sesuai dengan kapasitasnya. c. Sampah diangkut ke lokasi pemerosesan atau ke TPA d. Setelah pengosongan sampah di lokasi tersebut, truk menuju kembali ke lokasi sumber sampah berikutnya sampai terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan. 3) Macam-macam pola pengangkutan a. Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer
19
1) Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke pemerosesan atau TPA. 2) Dari sana kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju ke lokasi kedua untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke pemerosesan. 3) Demikian seterusnya sampai pada rit terakhir. 4) Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari pemerosesan atau TPA menuju ke lokasi kontainer pertama. 5) Sistem ini diberlakukan pada kondisi tertentu, misal pengambilan pada jam tertentu atau mengurangi kemacetan lalu lintas. b. Pola pengangkutan sampah dengan sistem pengosongan 1) Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju ke lokasi kontainer isi untuk mengganti/mengambil dan langsung membawanya ke Pemerosesan atau ke TPA. 2) Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju ke kontainer isi berikutnya. 3) Demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir. c. Pola pengangkutan sampah dengan sistem kontainer tetap Kontainer tetap biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk compactor.
20
1) Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan ke dalam truk compactor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong. 2) Kendaraan menuju ke kontainer berikutnya sehingga truk penuh, untuk kemudian langsung ke pemerosesan atau ke TPA. 3) Demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir. 4) Pengangkutan sampah hasil pemilahan yang bernilai ekonomi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Penentuan rute pengangkutan sampah dimaksudkan agar kegiatan operasional pengangkutan sampah dapat terarah dan terkendali dengan baik. Untuk menentukan rute pengangkutan ini, maka perlu diperhatikan: 1)
Lebar-jalan yang akan dilalui.
2)
Peraturan lalu lintas yang berlaku.
3)
Waktu-waktu padat. Dengan selalu mengikuti peraturan lalu lintas yang berlaku,
diusahakan agar rute pengangkutan adalah yang sependek mungkin. Untuk Indonesia yang menggunakan peraturan lalu lintas jalur kiri (left way system), maka rute pengangkutan diusahakan untuk menghindari belokan ke kanan, namun karena panjangnya rute, maka belokan
21
melawan sistem ini seringkali tidak dapat dihindari. Akan tetapi diusahakan agar hal tersebut terjadi sesedikit mungkin. 4) Beberapa Jenis Kendaraan Angkut Beberapa jenis kendaraan angkut yang biasa digunakan dalam sistem pengelolaan sampah di kota, khususnya di Negara maju, adalah sebagai berikut: a.
Truk terbuka: a) Hanya sebagai pengangkut sampah, tanpa ada perlakuan lain. b) Perlu penutupan timbunan sampah di truk agar tidak beterbangan. c) Tidak dianjurkan kecuali bila dana terbatas.
b.
Arm-roll truck, Roll-on truck, Multi-loader truck: a) Truk pengangkut yang dilengkapi mesin pengangkat kontainer. b) Dianjurkan untuk daerah pasar dan sumber sampah besar lainnya.
c.
Compactor truck a) Truk pengangkut yang dapat mengkompaksi sampah sehingga dapat menampung banyak sampah. b) Untuk kota-kota besar dan metropolitan
d.
Dump truck: a) Truk pengangkut sampah yang dilengkapi dengan penutup kontainer.
22
b) Dianjurkan, karena lebih mudah dalam pembongkaran sampah di tujuan Disamping
itu,
kadangkala
penanganan
sampah
membutuhkan perlakuan khusus, dengan alat angkut yang secara khusus disesuaikan kebutuhan, seperti untuk: a) Limbah yang akan didaur -ulang: botol, kertas, dsb b) Limbah yang bervolume besar, seperti mebel, batang pohon, puing bangunan, dsb c) Lumpur hasil pengolahan limbah cair Limbah berbahaya Contoh jenis-jenis sarana pengumpulan dan pengangkurtan sampah terlihat dalam gambar-gambar berikut:
Gambar 2.9: Contoh Kontainer Dan Truk Pengangkut Di Negara Maju
Gambar 2.10: Jenis Truk Pengangkut Multi-Loader Truck, ArmRoll Truck, Dan Roll-On Truk
23
2.2.5
Sanitasi Sarana Tempat Penampungan Sampah
a. Persyaratan teknis pewadahan sampah Wadah sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara di sumber sampah, sedangkan pewadahan sampah adalah kegiatan menampung
sampah
sementara
sebelum
sampah
dikumpulkan,
dipindahkan, diangkut, diolah, dan dilakukan pemrosesan akhir sampah di TPA (Kementeri Pekerjaan Umum RI, 2013). Tujuan utama dari pewadahan adalah : 1) Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga tidak berdampak buruk kepada kesehatan, kebersihan lingkungan, dan estetika. 2) Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas pengumpul sampah. b. Pola pewadahan Menurut Kementerian Pekerjaan Umum RI (2013) pola pewadahan terbagi menjadi: 1) Pola pewadahan individual Diperuntukan bagi daerah permukiman tinggi dan daerah komersial. Bentuk
yang
dipakai
tergantung
pengadaannya dari pemiliknya 2) Pola Pewadahan Komunal
24
setara
dan
kemampuan
Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman kota, jalan pasar. Bentuknya ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannnya adalah umum. c. Pemilihan sarana pewadahan sampah Hal
yang
perlu
dipertimbangkan
dalam
pemilihan
sarana
pewadahan sampah sebagai berikut (Kementeri Pekerjaan Umum RI, 2013): 1) Volume sampah 2) Jenis sampah 3) Penempatan 4) Jadwal pengumpulan 5) Jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan d. Penentuan Ukuran Wadah Penentuan ukuran volume ditentukan berdasarkan: 1) Jumlah penghuni tiap rumah 2) Timbulan sampah 3) Frekuensi pengambilan sampah 4) Cara pemindahan sampah 5) Sistem pelayanan (invidual atau komunal) d. Kebersihan pewadahan sampah 1) Bersih 2) Bebas vektor dan binatang pengganggu 3) Tidak berlumut
25
e. Penempatan lokasi pewadahan sampah Lokasi wadah harus diusahakan di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkutnya seperti di depan dan belakang pekarangan rumah, tepi trotoar jalan, dan sebagainya. Penempatan kontainer ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jenis perumahan, fasilitas pertokoan atau industri, ruang yang tersedia, akses untuk kegiatan pengumpulan/pengangkutan (Kementeri Pekerjaan Umum, 2013). Penempatan kontainer di daerah pertokoan dan industri ditetapkan berdasarkan ruang yang tersedia dan faktor kemudahan pengumpulan. Bilamana pelayanan pengumpulan bukan merupakan tanggung jawab pengelola bangunan, maka jenis kontainer dan lokasi penempatannya ditentukan bersama oleh pihak swasta yang menangani pengumpulan sampah dan pengelola bangunan (Kementeri Pekerjaan Umum RI, 2013). Pengelolaan Sampah Perkotaan menyebutkan bahwa penempatan wadah kontainer sampah sebaiknya: 1) Kontainer individual a) Di halaman muka (tidak di luar pagar) b) Di halaman belakang (untuk sumber sampah dari hotel dan restoran) 2) Kontainer Komunal a) Tidak mengambil lahan trotoar (kecuali kontainer pejalan kaki) b) Tidak di pinggir jalan protokol
26
c) Sedekat mungkin dengan sumber sampah d) Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya e) Ditepi
jalan
besar,
pada
lokasi
yang
mudah
untuk
pengoperasiannya
2.2 Faktor –Faktor Yang Mempegaruhi Kondisi Sanitasi TPS 2.2.1
Karakeristik Petugas pegangkut sampah Menurut Caragih (2013) karakteristik merupakan ciri atau karateristik yang secara alamiah melekat pada diri seseorang yang meliputi umur, jenis kelamin, ras/suku, pengetahuan, agama/ kepercayaan dan sebagainya. a
Pegetahuan Pegetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakuakan peginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pegetahuan merupakan domain yang sangat penring dalam membentuk tindakan sesorang (overt behavior) pegetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai tindakan,yakni : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengigat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.termasuk kedalam pegetahuan tingkat ini adalah mengigat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima,kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau
27
tentang apa yang di pelajari antara lain menyebutkan, mengurai, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya 2. Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari 3. Aplikasi (Application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi sebenarnya, aplikasi disini dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain 4. Analisis (Analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,tetapi masih dapat suatu struktur organisasi dan masi ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan
analisis
ini
dapat
menggambarkan,
membedakan memisahkan,melaporkan dan sebagainya.
28
5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungakan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk
keseluruhan
yang baru.
Misalnya
dapat
menyususn, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilain-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri untuk menggunakan kriteria-kriteria yang di tentukan sendiri untuk menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada Seseorang yang mempunyai pengetahuan baik tentang
pengolahan
sampah
disini
diartikan
sebagai
pengetahuan yang terdiri dari pegertian sampah, jenis sampah, sumber sampah, faktor yang mempengaruhi produksi sampah, pengaruh
sampah
terhadap
kesehatan,
masyarakat
dan
lingkungan, syarat tempat sampah, kegiatan operasional pegolahan sampah dan alat yang di gunakan dalam pegolahan sampah dan cara membuang sampah, maka mereka akan mempunyai perilaku yang baik pula (Azrul Azwar, 2012)
29
b
Umur Umur
individu.
sangat berpengaruh terhadap karateristik biografis
Perbedaan
umur
akan
membedakan
seberapa
besar
produktivitas individu tersebut akan semakin menurun. Umur banyak mempengaruhi dalam individu seperti terhadap produktivitas, kepuasan kerja, pengunduran diri, dan tingkat keabsenan. Jenis dan perhitungan umur 1. Usia terhadap produktivitas Sebagian berasumsi bahwa semakin bertambahnya usia maka produktivitas akan menurun, namun tidak kajian lain menyatakan bahwa antara usia dan kinerja tidak ada hubungan, sebab usia yang bertambah biasanya akan dapat ditutupi dengan pengalaman yang cukup lama. 2. Usia Terhadap Kepuasan Kerja Terdapat bermacam hasil penelitian, sebagian penelitian menunjukkan hubungan positif antara bertambahnya usia dengan kepuasan kerja sampai pada umur 60 tahun, namun sebagian penelitian mencoba memisahkan antara karyawan professional dengan non profesional, bahwa karyawan yang profesional kepuasannya akan terus menerus meningkat seiring bertambahnya usia, dan karyawan yang non profesional merosot selama usia setengah baya dan kemudian naik lagi pada tahun-tahun berikutnya.
30
3. Usia Terhadap Tingkat Pengunduran diri semakin tua maka tingkat pengunduran diri semakin rendah. 4. Usia Terhadap Tingkat Keabsenan semakin tua maka tingkat keabsenan akan semakin rendah, namun tidak selalu demikian, karyawan tua mempunyai tingkat keabsenan dapat dihindari lebih rendah dibanding yang muda, namun karyawan tua mempunya tingkat kemangkiran tak terhindarkan lebih tinggi. Budiman dan Agus (2013) menyatakan bahwa usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Tetapi menurut Maryam (2008) yang menyatakan bahwa pada lansia mengalami kemunduran kemampuan kognitif antara lain berupa berkurangnya ingatan (suka lupa). c
Pendidikan Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain (Wikipedia, 2015).
31
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah (Fitriani, 2012). Menurut (Notoadmojo, 2010), pendidikan adalah derajat tertinggi jenjang pendidikan yang diselesaikan berdasarkan ijazah yang diterima dari sekolah formal terakhir dengan sertifikat kelulusan. Pendidikan merupakan suatu usaha atau pengaruh yang diberikan bertujuan untuk proses pendewasaan. Pendidikan dapat dipengaruhi terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna pesan dan informasi yang disampaikan (Notoatmodjo, 2007). Menurut UU RI No. 20 Tahun 2010, tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga antara lain: a
Formal 1) Pendidikan Dasar Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat
32
2) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat 3) Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas b
Jalur Non-formal Pendidikan non-formal ialah pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di luar dari pada sistem pendidikan formal. Pendidikan ini boleh diperoleh melalui program seperti latihan, kursus dalam, seminar, bengkel, forum dan persidangan. Menurut definisi yang diberikan oleh PBB (Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu) mengenai UNESCO, (pendidikan, sains dan kebudayaan) program pendidikan yang bercorak vokasional, teknikal dan kecakapan dikategorikan sebagai pendidikan non-formal di mana program tersebut menyediakan orang dewasa didalam sesuatu bidang kerja yang baru (Nanda, 2013).
c
Jalur Informal Pendidikan informal ialah proses pendidikan pembelajaran sampingan yang berlangsung secara spontan dan tanpa struktur. Seseorang itu akan memperoleh
dan
menambahkan
pengetahuan,
kemahiran
dan
membentuk sikap serta pandangan berdasarkan pengetahuannya tiaptiap hari sama ada di tempat bekerja, di sekolah atau di tempat rekreasi.
33
Umpamanya, jika seseorang mendapat pengalaman dan merubah perlakuan melalui membaca dan menonton televisi, maka ia boleh dikatakan mendapat pendidikan informal dari pada media massa. Pendidikan informal banyak disalurkan melalui media massa dan juga melalui interaksi dengan masyarakat (Suparyanto, 2010). d
Lama kerja Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) menyatakan bahwa, Masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1984), Pengalaman kerja didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Suma’mur (1996), menyatakan bahwa semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Menurut Kreitner dan Kinicki (2004) menyatakn bahwa, mas kerja cenderung membuat seorang pegawai lebih merasa betah dalam suatu organisasi,
hal
ini
disebabkan
karena
telah
beradaptasi
dengan
linngkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai akan merasa nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan dari instansi atau perusahaan mengenai jaminan hidup dihari tua. Menurut WHO (2007) dalam Affan (2016) menyatakan bahwa, masa kerja juga mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang terhadap
34
pekerjaannya. Semakin lama seseorang bekerja, semakin baik pengetahuan dan pengalaman yang dia dapat dari tempatnya bekerja. Lamanya waktu kerja yang telah dihabiskan di lingkungan kerja akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin berani orang tersebut untuk bertindak dengan segala risiko yang akan dihadapinya. Tindakan pekerja yang baik maupun tidak baik dipengaruhi oleh lama kerja karyawan di suatu tempat atau perusahaan.Hal ini disebabkan karena proses adjusment yaitu proses mengubah lingkungan (pekerja baru) agar sesuai dengan tindakan pekerja lama (Sarlito, 2009). e. Tindakan Tindakan merupakan salah satu rana (domain) perilaku, berikut penjelasan mengenai tindakan menurut Notoadmodjo (2014): a.
Pengertian Tindakan Menurut Notoatmodjo (2014), praktik atau tindakan adalah respon atau reaksi konkrit seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action), yang melibatkan aspek psikomotor, atau seseorang setelah mempraktekkan (practice) apa yang diketahui atau disimpan.
b.
Tingkatan-tingkatan tindakan Menurut Notoatmodjo (2014), praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya yaitu : a) Praktik terpimpin (guided respon)
35
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Contoh seorang anak kecil menggosok gigi namun selalu diingatkan oleh ibunya. b) Praktik secara mekanisme (mechanism) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. Misalnya seorang anak secara otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh ibunya. c) Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi melainkan dengan tehnik-tehnik yang benar. e. Pengukuran Tindakan Menurut Notoatmodjo (2014), mengukur perilaku terbuka, praktek atau tindakan, relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan mengukur perilaku tertutup (pengetahuan dan sikap). Sebab praktek atau tindakan mudah diamati secara konkret dan langsung maupun melalui pihak ketiga. Secara garis besar mengukur perilaku terbuka atau praktek dapat dilakukan melalui dua metoda, yakni : a)
Langsung Mengukur perilaku terbuka secara langsung, berarti peneliti langsung mengamati atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti. Untuk
36
memudahkan pengamatan, maka hal-hal yang akan diamati tersebut dituangkan atau dibuat lembar tilik atau (check list). b) Tidak Langsung Pengukuran secara tidak langsung ini, berarti peneliti secara tidak langsung mengamati perilaku orang yang diteliti (responden). Oleh sebab itu metoda pengukuran secara tidak langsung ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni : (1) Metode mengingat kembali atau “recall” (2) Melalui orang ketiga atau orang lain yang “dekat” dengan subjek atau responden. (3) Melalui “indikator” (hasil perilaku) responden. 2.2.2 Sikap Masyarakat Terhadap pegolahan Sampah a
Pegalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah membentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan
b
Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformi suatu searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
37
c
Pengaruh kebudayaan Tanpa
disadarai kebudayaan telah
menanamkan garis
pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebuadayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat begitu pula dalam membuang sampah degan budaya masyarakat yang biasa membuangan sampah sembaragn d. Ketersediaan Sarana Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia maka perlu pengaturan
pembuangannya.Tempat
sampah
adalah
tempat
untuk
menyimpan sampah sementara setelah sampah dihasilkan, yang harus ada pada setiap sumber atau penghasil sampah, seperti sampah rumah tangga. Syarat tempat sampah yang sehat adalah: a. Penampungan sampah di tempat pembuangan sampah tidak boleh melebihi 3 hari dan segera dibuan b. Penempatan tempat sampah hendaknya di tempatkan pada jarak terdekat yang banyak mengahsilkan sampah. c. Kalau halaman rumah luas, maka pembuangan sampah dapat dibuat lubang sampah dan bila sudah penuh dapat ditutup kembali dengan tanah atau dibakar sedikit demi sedikit. d. Tempat sampah tidak menjadi sarang aau tempat berkembangnya serangga ataupun binatang penular penyakit (vektor) e. Sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang basah tidak
38
berceceran airnya sehingga tidak mengundang datangnya lalat Sarana fisik merupakan faktor yng berpengaruh dalam kejiwaan seseorang yang tercermin pada praktik atau tindakannya, keluarga yang mempunyai sarana tempat pembuangan sampah cenderung akan membuang dan mengelola sampah dengan baik yang nantinya tercermin dari kehidupanyya sehari-hari (Soekidjo Notoatmojo, 2012) Ketersediann fasilitas-fasilitas berpengaruh terhadap perilaku seseorang
kelompok
masyarakat.
Pengaruh
ketersediaan
fasilitas
pengelolaan sampah terhadap perilaku pembuangan sampah dapat bersifat positif atau negatif (Azrul Azwar, 2012)
39
2.3 Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang dikembangkan mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petugas Pengangkut Sampah Dengan Kondisi Sanitasi Tempat Berdasarkan teori yang didapatkan dalam tinjauan pustaka, maka kerangka teori yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2014) dapat dilihat pada bagan 2.1 berikut ini :
Faktor Mempermudah (Predisposing Factors): 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Keyakinan nilai-nilai
Faktor Pemungkin (Enabling Factors): 1. Ketersediaan fasilitas 2. Lingkungan fisik
Perubahan Perilaku
Faktor Penguat (Reinforsing Factors): 1. Peran petugas kesehatan 2. Tindakan tokoh masyarakat 3. Tindakan tokoh agama 4. Undang-undang
Bagan 2.1: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubaha Perilaku
40
2.4 Kerangka Teori Penampung Sampah Di Wilayah Panyabungan Kota, Mandailing Natal Tahun 2019” dapat dilihat pada Bagan 2.2 berikut ini:
Faktor- faktor yang mempegaruhi petugas pengakut sampah 1. 2. 3. 4.
Kondisi Sanitasi Tempat Penampungan Sampah
Pegetahuan Lama Kerja Pendidikan Tindakann
Bagan 2.2: Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petugas Pengangkut Sampah Dengan Kondisi Sanitasi Tempat Penampung Sampah Di Wilayah Panyabungan Kota, Mandailing Natal Tahun 2019”
Berdasarkan konsep permasalahan dan tujuan penelitian, maka dibuatlah kerangka konsep bahwa karakteristik umum dan tindakan petugas pengangkut sampah sebagai variabel independen. Selain itu kondisi sanitasi tempat penampungan sampah sebagai variabel dependen 2.6 Hipotesa Penelitian Hipotesa adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara
yang
kebenarannya
akan
dibuktikan
dalam
penelitian
tersebut
(Notoatmodjo, 2010). 1. Hipotesis Null (Ho) a.
Ada Pengaruh antara pegetahuan, pendidikan,lama kerja dan tindakan petugas pengangkut sampah dengan kondisi sanitasi tempat penampungan
41
sampah sementara (TPS) Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2019. Denagn tingkat signifikansi α = 0,05 jika α ≤ 0,05 maka H0 di tolak berarti Ha diterima 2. Hipotesis Alternatif (H) a. Tidak ada Pengaruh antara pegetahuan, pendidikan,lama kerja dan tindakan pengangkut sampah dengan kondisi sanitasi tempat penampungan sampah sementara (TPS) Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2019. Denagn tingkat signifikansi α = 0,05 jika α ≤ 0,05 maka H0 di tolak berarti Ha diteri
42