Bab Ii

  • Uploaded by: Siwi Mangesti
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii as PDF for free.

More details

  • Words: 1,434
  • Pages: 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2

Penurunan Resiko Pasien Jatuh Keselamatan Pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Rumah Sakit. Jumlah

kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap. Rumah Sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cedera jika sampai jatuh. Evaluasi resiko jatuh menggunakan skala resiko jatuh. Pasien yang dirawat di RS akan selalu memiliki resiko jatuh terkait dengan kondisi dan penyakit yang diderita, contohnya pada pasien dengan kelemahan fisik akibat dehidrasi, status nutrisi yang buruk, perubahan kimia darah (hipoglikemi, hipokalemi); perubahan gaya berjalan pada pasien usia tua dengan gaya jalan berayun/tidak aman, langkah kaki pendek-pendek atau menghentak; pasien bingung atau gelisah yang mencoba untuk turun atau melompati pagar tempat tidur yang dipasang; pada pasien dengan diare atau inkontinensia. Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi pasien jatuh, contohnya lantai kamar mandi yang licin, tempat tidur yang terlalu tinggi, pencahayaan yang kurang. Sedangkan dampak dari insiden jatuh yang dialami pasien secara fisik adalah cidera ringan, sampai dengan kematian, secara financial memperpanjang waktu rawat dan tambahan biaya pemeriksaan penunjang (CT Scan kepala, rontgen, dll) yang seharusnya tidak perlu dilakukan, dan dari segi hukum berisiko untuk timbulnya tuntutan hukum bagi rumah sakit. Meski demikian, resiko jatuh dapat dicegah dan banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pasien jatuh dan meminimalkan cidera akibat jatuh. Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh, melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh, merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat. Resiko jatuh dapat dicegah, namun mencegah resiko jatuh bukan berarti pasien harus membatasi mobilitas dan aktivitasnya (contohnya berjalan, mandi, BAB, BAK, dsb) dan mengharuskan pasien untuk berada di tempat tidur saja. Oleh karena itu pencegahan resiko jatuh membutuhkan intervensi dan modifikasi sesuai kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil pengkajian terhadap faktor resiko jatuh pasien. Dalam upaya mengurangi resiko pasien cedera karna jatuh kita perlu memperhatikan beberapa hal seperti usia, riwayat jatuh, aktivitas, defisit (penglihatan, pendengaran), kognitif, pola BAB dan BAK, mobilitas/motori. Kita harus memperhatikan usia karena resiko jatuh

orang yang lanjut usia misal 65 tahun akan lebih tinggi dibanding pada usia dewasa, biasanya semakin bertambah tua usia seseorang tingkat penglihatannya akan menurun, penurunan ini pun harus kita perhatikan karna penurunan penglihatan jelas dapat mengganggu orang tersebut beraktivitas dan dapat menyebabkan suatu cedera. Pengurangan resiko pasien jatuh memerlukan komitmen yang tinggi dari pimpinan dan seluruh staf. Rumah sakit harus memiliki budaya aman agar setiap orang sadar dan memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan pasien karena pencegahan pasien jatuh merupakan tanggung jawab seluruh staf di RS baik medik maupun non medik, tetap dan tidak tetap. Seluruh karyawan harus waspada terhadap risiko jatuh pasien dan berpartisipasi dalam melakukan tindakan pencegahan diseluruh area rumah sakit dimana pasien berada, baik area klinis/perawatan maupun area non klinis (contohnya: area parkir, ruang tunggu, koridor RS, ruang administrasi, dll).

2.2

Pengertian Jatuh Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang

melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 2005). Selain cedera fisik yang berkaitan dengan jatuh, individu dapat mengalami dampak psikologis, seperti takut terjatuh kembali, kehilangan kepercayaan diri, peningkatan kebergantungan dan isolasi sosial (Downton dan Andrews, 2006). Berdasarkan beberapa pengertian jatuh di atas, dapat disimpulkan bahwa jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk di lantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Jatuh merupakan

pengalaman

pasien

yang

tidak

direncanakan

untuk

terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat/dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya.

2.3

Etiologi

1.

Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi rapuh dan dapat mencetuskan fraktur.

2.

Perubahan refleks baroreseptor

3.

Cenderung membuat lansia mengalami hipotensi postural, menyebabkan pandangan berkunang-kunang, kehilangan keseimbangan, dan jatuh.

4.

Perubahan lapang pandang, penurunan adaptasi terhadap keadaan gelap dan penurunan penglihatan perifer, ketajaman persepsi kedalaman, dan persepsi warna dapat menyebabkan salah interpretasi terhadap lingkungan, dan dapat mengakibatkan lansia terpeleset dan jatuh.

5.

Gaya berjalan dan keseimbangan berubah akibat penurunan fungsi sistem saraf, otot, rangka, sensori, sirkulasi dan pernapasan.

Semua

perubahan

ini

mengubahpusat

gravitasi,

mengganggu

keseimbangan tubuh dan menyebabkan limbung, yang pada akhirnya mengakibatkan jatuh. Perubahan keseimbangan dan properosepsi membua lansia sangat rentan terhadap perubahan permukaan lantai (contoh lantai licin dan mengkilat). Akhirnya, usia yang sangat tua atau penyakit parah dapat mengganggu fungsi refleks perlindungan dan

membuat

individu

yang

bersangkutan

berisiko

terhadap

jatuh

(Lord,

2005).

2.4

Faktor resiko

a.

Faktor intrinsik Faktor instrinsik adalah variablevariabel yang menentukan mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing (Lumbantobing, 2004).

b.

Faktor Ekstrinsik Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya) diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung bendabenda (Nugroho, 2000). Faktor-faktor ekstrinsik tersebut antara lain lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo, 2004).

2.5

Komplikasi Menurut Kane (1996), yang dikutip oleh Darmojo (2004), komplikasi-komplikasi jatuh

adalah : a.

Perlukaan (injury) Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas.

b.

Disabilitas Disabilitas

mengakibatkan

penurunan

mobilitas

yang

berhubungan

dengan

perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak.

2.6

Pencegahan Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3 usaha pokok untuk

pencegahan jatuh yaitu : a.

Identifikasi faktor resiko Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda benda kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.

b.

Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait) Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada

saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan. c.

Mengatur/ mengatasi faktor situasional. Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik. Faktor situasional bahaya

lingkungan

dapat

dicegah

dengan

mengusahakan

perbaikan

lingkunganfaktorsituasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai den gan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

2.7

Penerapan pada keperawatan

Contoh-contoh dalam penerapannya antara lain : 1.

Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang disamping tempat tidur.

2.

Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan jumlah pasien.

3.

Obat-obatan (perawat melihat efek samping obat yang memungkinkan terjadinya jatuh)

4.

Penglihatan menurun (perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat menyebabkan jatuh menggunakan kacamata, sehingga pasien dapat berjalan sendiri, misalnya pada malam hari.

5.

Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.

6.

Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh misalnya sepatu atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya.

7.

(Jatuh dilantai) perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh, misalnya terlalu banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidarasi (perawat menganjutkan untuk minum 6-8 gelas perhari).

8.

Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi yang ada

9.

Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak

10.

Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari

11.

Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan

12.

Berikan alas kaki yang tidak licin

13.

Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin

Related Documents

Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47
Bab Ii
July 2020 48
Bab Ii
June 2020 44
Bab Ii
October 2019 82

More Documents from "Mohamad Shodikin"