Bab Ii 2.doc

  • Uploaded by: Nurul Arini
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii 2.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 1,998
  • Pages: 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Menurut Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, baik hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Dimyati (2009: 45) belajar yang baik adalah belajar melalui pengamatan langsung, dalam hal tersebut siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati, terlibat langsung dalam proses pembuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Gulo dalam ( Dadang, 2009: 1) menjelaskan makna belajar sebagai seperangkat kegiatan mental intelektual, yang hakikatnya sebagai usaha untuk mengubah tingkah laku. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan melalui pengamatan langsung yang melibatkan pengalaman pribadi dengan lingkungannya. Menurut Suprijono (dalam Thobroni, 2016: 20), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi, dan keterampilan. Dimyati dan Mudjiono (2013:3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Gagne & Briggs dalam Jamil Suprihatiningrum (2013:37), yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penmpilan siswa. Berdasarkan beberapa definisi hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan maupun pengetahuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran sampai akhir hingga menghasilkan skor penilaian siswa. 2. Pengukuran hasil belajar Nana Sudjana (2011: 35) pengukuran hasil belajar adalah proses menentukan nilai atau objek. Dari segi alatnya pengukuran hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu tes dan nontes. Tes sebagai alat penilaian adalah pernyataan-pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa. Tes pada umumnya digunakan untuk mengukur dan menilai hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif afektif dan psikomotoris. Hasil belajar tidak hanya dinilai dari tes, baik tes uraian maupun tes objektif tetapi juga dapat dinilai dnegan alat-alat nontes. a. Tes Tes merupakan salah satu bentuk insrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Tes terdiri dari sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, atau semua benar atau sebagian benar. Tujuan melakuan tes adalah untuk mengetahui

pencapaian belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta didik untuk bidang tertentu. Hasil tes merupakan informasi karakteristik seseorang atau sekelompok orang. Karakteristis ini bisa berupa kemampuan kognitif atau keterampilan seseorang. Kegiatan pengetesan merupakan salah satu cara untuk menaksir tingkat kemampuan peserta didik secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan. Hasil tes diharappkan menghasilkan data dengan kesalahan sekecil mungkin. Oleh karena itu agar diperoleh data yang akurat dibutuhkan tes yang sahih (valid) dan andal (reliabel) Djamri Mardapi (2017: 94). Menurut Arikunton (dalam Dadang, 2009: 179) tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan oleh seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Sedangkan menurut Nurkencana (dalam Dadang, 2009: 179-180) tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Dari beberapa devinisi di atas, tes pada umumnya digunakan untuk menilai kemampuan siswa. Tes ini dapat dibagi dua, yaitu tes uraian dan tes objektif. Tes uraian adalah pernyataan menurut siswa

dan dijawab dalam bentuk uraian, menjelaskan, mendiskusikan, membuat pernyataan dengan menggunakan bahasa sendiri. Tes objektif soal-soal yang memiliki jawaban singkat, benar-salah menjodohkan, dan plihan ganda. b. Nontes Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui tes uraian maupun tes objektif, tetapi dapat juga dinilai dari alat-alat nontes atau bukan tes. Alat-alat bukan tes yang sering digunakan antara lain ialah kuesioner dan wawancara, skala (skala penilaian, skala sikap, skala minat), observasi atau pengamatan, studi kasus dan sosiometri, Nana Sudjana (2011:67) 1. Wawancara dan kuesioner Wawancara dan kuesioner sebagai alat penilaian digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa. Cara yang dilakukan ialah dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan beberapa cara. Apabila pertanyaan dijawab secara lisan maka cara ini disebut wawancara. Bila pertanyaan yang diajukan dijawab oleh siswa secara tertulis, disebut kuesioner, bentuk pertanyaan bisa objektif bisa pila esai (Nana Sudjana 2011:67-68). 2. Skala Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat dan perhatian, dll. Yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan a. Skala penilaian

Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinuum atau suatu kategori yang bermakna nilai Nana Sudjana (2011:77) b. Skala sikap Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu, hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif) menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakkikatnya adalah kecenderungan berperilaku kepada seseorang. Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap stimulus yang datang pada dirinya Nana Sudjana (2011: 80)

3. Observasi Observasi atau pengematan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Ada tiga jenis observasi, yakni observasi langsung, observasi dengan alat (tidak langsung), dan observasi partisipasi Nana Sudjana (2011: 84-85) 3. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Slameto (Dalam Suwardi & Daryanto, 2017: 80) ada dua faktor yang mempengaruuhi belajar, yaitu faktor inter dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individiu yang sedang belajar, sedangkakn faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa) diantaranya: 1) Faktor Jasmaniah Pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar. Kondisi organ-organ khusus pada siswa seperti tingkat kesehatan indra pendengaran, indra penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di depan kelas

. 2) Faktor Psikologis Faktor yang dipengaruhi oleh intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, dan kesiapan yang diperoleh siswa dalam belajar b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), faktor ekstern terdiri dari dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. 1) Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Seorang guru yang memberikan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperhatikan suritauladan akan mendorong siswa ke dalam hal yang positif dalam proses pembelajaran. Pada lingkungan sosial lebih mempengaruhi kegiatan belajar dari lingkungan rumah atau lingkungan keluarga. Bagaimana orangtua dalam mendidik maka akn terlihat bagaimana minat siswa dalam motivasi belajarnya. 2) Faktor lingkungan nonsosial Lingkungan nonsosial terdiri atas gedung sekolah, tempat tinggal dan waktu belajar. Dari fenjelasan di atas, faktor intern dan faktor eksten sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Istilah motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya tujuan. Bahkan motivasi dapat diartikan sebagai kondisi kesiapsiagaan (Ihsana, 2017: 111) Syamsuddin (dalalm Makmun, 2017: 241) mengatakan bahwa pada esensinya motivasi adalah suatu kekuatan atau suatu keadaan yang kompleks dan kesediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Menurut Sartain (dalam Ngalim, 2010: 61) motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri peserta didik untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi peserta didik dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat timbul dari luar diri peserta didik/motivasi ekstrinsik (Uzer Usman dalam Ihsana, 2017: 111-112). Dalam pembelajaran di sekolah motivasi adalah syarat mutlak dalam proses belajar. Di sekolah sering kali terdapat anak-anak yang malas,

tidak bersemangat, tidak menyenangkan, dan sebagainya. Dalam hal demikian guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong siswa agaar dapat belajar dengan segenap tenaga dan pikirannya. Dari beberapa pengertian di atas motivasi belajar adalah suatu dorongan yang mengarahkan, menggerakan dan menjaga perilaku siswa sehingga ujuan belajarnya dapat tercapai. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang tinggi akan mendapat hasil belajarnya tercapai, namun sebaliknya jika seseorang belajar dengan motivasi yang rendah hasil belajarnya tidak akan tercapai. 2. Fungsi Motivasi Hasil belajar akan optimal jika ada motivasi yang diberikan. Dengan demikian motivasi memengaruhi kegiatan belajar. Menurut Sadirman (2011: 85) fungsi dari motifasi yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat, yakni sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di capai. c. Menyeleksi perbuatan,

yakni

menentukan

perbuatan-

perbuatan yang harus dikerjakan guna mencapapi tujuan, dengan

menyisihkan

perbuatan-perbuatan

yang

tidak

bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong siswa untuk menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan hingga mencapai hasil belajar. 3. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Dalam proses interaksi belajar mengajar, motivasi diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar. Menurut Djamarah (2008: 158) ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas sebagai berikut: 1) Memberi angka Angka dimaksudkan adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka atau nilai merupakan

alat

motivasi

yanng

cukup

memberikan

rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka di masa mendatang. 2) Hadiah Dalam dunia pendidikan hadiah bisa dijadikan motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada peserta didik yang berprestasi tinggi.

3) Kompetisi Kompetisi adalah persaingan, dapat dijadikan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah untuk belajar. 4) Memberi Ulangan Ulangan dapat dijadikan motivasi, anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan, dari hasil belajarnya tersebut akan memudahkan siswa untuk mengerjakan soal. 5) Pujian Pujian adalah bentuk motivasi positif yang baik. Guru memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan peserta didik dalam mengerjakan pekerjaan sekolah, pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja anak. 4. Mengukur Motivasi Belajar Siswa Untuk mengukur motivasi belajar siswa dapat diukur dari indikator atau unsur dari motivasi siswa. Dimyati dan Mudjiono (2013:97)

mengatakan

bahwa

terdapat

enam

unsur

yang

mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut: (1) cita-cita atau aspirasi siswa; (2) kemampuan siswa; (3) kondisi siswa; (4) kondisi lingkungan siswa; (5) unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran; (6) upaya guru dalam membelajarkan siswa. Untuk peningkatan motivasi belajar menurut Abin Syamsudin M (dalam Ghulam & Lisa: 2011)

yang dapat kita lakukan adalah

mengidentifikasi beberapa indikatoryna dalam tahap-tahap tertentu. Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2) Frekuensi kegiatan, 3) Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6) Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, 7) Tingkat kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dapat diukur dengan indikator. Indikator yang peneliti gunakan yaitu durasi kegiatan, frekuensi kegiatan, presistensinya pada tujuan kegiatan, ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, tingkat kualifikasi prestasi, arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan, cita-cita atau aspirasi siswa. 5. Definisi Konsepsual Definisi konsepsional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Hasil belajar adalah kemampuan keterampilan maupun pengetahuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran sampai akhir hingga menghasilkan skor penilaian siswa.

b. Motivasi

belajar

adalah

suatu

dorongan

yang

mengarahkan,

menggerakan dan menjaga perilaku siswa sehingga tujuan belajarnya dapat tercapai. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang tinggi akan mendapat hasil belajarnya tercapai, namun sebaliknya jika seseorang belajar dengan motivasi yang rendah hasil belajarnya tidak akan tercapai. Menurut asumsi terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar. Kerangka berpikir penulis disajikan secara sederhana dalam bentuk bagan berikut

Motivasi Belajar Siswa

Hasil Belajar

6. Hipotesis penelitian Sumanto, (2014: 51) hipotesis adalah penjelasan yang bersifat sementara untuk tingkah laku kejadian atau peristiwa yang sudah atau akan terjadi. Berdasarkan kerangka berpikir maka hipotesis penelitian ini adalah “ terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar bahasa Indonesia kelas X IPS SMA Negeri 9 Samarinda Tahun Ajaran 2017/2018”

Related Documents

Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47
Bab Ii
July 2020 48
Bab Ii
June 2020 44
Bab Ii
October 2019 82

More Documents from "Mohamad Shodikin"

Tema 2.docx
November 2019 25
Bab I.docx
November 2019 31
Rpp.docx
November 2019 15
Bab Ii 2.doc
November 2019 21
Strategi Kontrol Ptm 3.docx
November 2019 22