BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dokumentasi adalah bagian dari keseluruhan tanggung jawab perawat untuk perawatan klien. Catatan klinis memfasilitasi pemberian perawatan,
meningkatkan
kontinuitas
perawatan,
dan
membantu
mengkoordinasikan pengobatan dan evaluasi klien (Lyer & Camp, 2004). Dokumentasi merupakan suatu catatan yang asli yang dapat dijadikan bukti hukum, jika suatu saat ditemukan masalah yang berhubungan dengan kejadian yang terdapat dalam catatan tersebut. Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan perawat yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis (Hutahaean, 2010). Dokumentasi proses asuhan keperawatan bagian dari media komunikasi antara perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan perawat lain atau dengan tenaga kesehatan lain, serta pihak-pihak yang memerlukannya dan yang berhak mengetahuinya (Dinarti, 2009). 1. Tujuan dan Manfaat Dokumentasi Menurut Potter & Perry (2005) menjelaskan tentang tujuan dalam pendokumentasian yaitu :
6
a. Komunikasi
sebagai
mengkomunikasikan
cara
bagi
(menjelaskan)
tim
kesehatan
perawatan
klien
untuk
termaksud
perawatan individual, edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan. b. Tagihan finansial dokumentasi dapat menjelaskan sejauh mana lembaga perawatan mendapatkan ganti rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan bagi klien. c. Edukasi dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalam berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien. d. Pengkajian catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi
dan
mendukung
diagnosa
keperawatan
dan
merencanakan intervensi yang sesuai. e. Riset perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu. f. Audit dan pemantauan tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klien memberi dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dalam suatu institusi. g. Dokumentasi legal pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan. Dokumentasi
keperawatan
sangat
bermanfaat
dalam
asuhan
keperawatan yang profesional, antara lain sebagai berikut :
7
a. Meningkatkan
mutu
asuhan
keperawatan
karena
dokumentasi
merupakan suatu kesinambungan informasi asuhan keperawatan yang sistematis terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan. b. Sebagai bahan pertanggungjawabkan dan pertanggunggugatan di depan hukum jika diperlukan. c. Sebagai alat pembinaan dan pertahan akuntabilitas perawat dengan keperawatan. d. Sebagai sarana komunikasi terbuka antara perawat dan klien. e. Sebagai sarana komunikasi antar perawat atau perawat dengan profesi lain. f. Sebagai sumber data untuk penelitian dan pengembangan keperawatan. g. Mengawasi, mengendalikan dan menilai kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat (sesuai dengan kompetensi masingmasing perawat). 2. Standar Dokumentasi Standar dokumentasi adalah pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi dipertimbangkan secara baik untuk memperkuat pola pencatatan
dan
sebagai
petunjuk
atau
pedoman
khususnya
pendokumentasian dalam tindakan keperawatan. Perawat memerlukan standar dokumentasi sebagai petunjuk dan arah sebagai penyimpangan dan teknik pencatatan yang benar. (Ghofur, 2015)
8
Pemenuhan kebutuhan klien dan askep harus memenuhi standar profesi. Standar perlu diobservasi sehingga perawat, pasien akan dilindungi dari kesalahan. (Ghofur, 2015) 3. Komponen Dokumentasi Menurut Handayaningsih (2009), ada beberapa komponen dari dokumentasi yaitu sebagai berikut : a. Komunikasi untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan seorang perawat perlu memahami teknik komunikasi yang benar. Dokumentasi merupakan komunikasi secara tertulis sehingga perawat dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan dokumentasi
yang
efektif
mengkomunikasikan
kepada
memungkinkan tenaga
kesehatan
perawat lainnya
untuk dan
menjelaskan apa saja yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat. b. Proses keperawatan Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian,
identifikasi
masalah,
perencanaan
tindakan
dan
pelaksanaan tindakan, kemudian perawat mengevaluasi respon klien terhadap proses dan hasil tindakan keperawatan secara subjektif maupun objektif. c. Standar Dokumentasi Keperawatan Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi
yang
dipertimbangkan secara akurat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar dokumentasi
9
d. Memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas dokumentasi keperawatan. 4. Prinsip-Prinsip Dokumentasi Menurut Hutahaean (2010), pendokumentasian proses keperawatan perlu dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah selesai melakukan kegiatan keperawatan, yaitu mulai dari pengkajian pertama, diagnosa keperawatan, rencana dan tindakan serta evaluasi keperawatan. b. Bila memungkinkan, catat setiap respon klien ataupun keluarga tentang informasi atau data yang penting tentang keadaannya. c. Pastikan kebenaran setiap data yang akan dicatat. d. Data klien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat. e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, serta respon klien terhadap bimbingan perawat. f. Hindari dokumentasi yang baku, karena sifat individu atau klien adalah unik dan setiap klien mempunyai masalah yang berbeda g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat. h. Data harus ditulis secara sah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan pensil, agar tidak mudah dihapus.
10
i. Untuk memperbaiki kesalahan dalam pencatatan atau salah tulis, sebaiknya data yang salah dicoret dan diganti dengan data yang benar, kemudian tanda tangani. j. Untuk setiap dokumentasi, cantumkan waktu, tanda tangan, dan nama jelas penulis. k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota tim kesehatan yang lain, sebelum menulis data terakhir yang akan dicatat l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap. 5. Model Dokumentasi Keperawatan Hutahaean (2010) menyatakan model dokumentasi keperawatan merupakan model dokumentasi dimana data-data klien dimasukkan dalam suatu format, catatan dan prosedur dengan tepat yang dapat memberikan gambaran perawatan secara lengkap dan akurat. Model dokumentasi keperawatan tersebut terdiri dari komponen yaitu sebagai berikut (Hutahaean, 2010) : a.
Model Dokumentasi SOR (Source-Oriented-Record) Model dokumentasi SOR merupakan model dokumentasi yang berorientasi pada sumber. Model ini dapat diterapkan pada klien rawat inap, yang didalamnya terdapat catatan pesan dokter yang ditulis oleh dokter, dan riwayat keperawatan yang ditulis oleh perawat. Namun demikian, secara umum catatan ini berisi pesan dari dokter. Catatancatatan dalam model ini ditempatkan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pendokumentasian. Model dokumentasi SOR
11
terdiri dari lima komponen yaitu lembar penerimaan berisi biodata, lembar intruksi dokter, lembar riwayat medik atau penyakit, catatan perawat, serta catatan dan laporan khusus. (Putra, 2017) Keuntungan model dokumentasi SOR : 1. Menyajikan data yang berurutan dan mudah diidentifikasi. 2. Memudahkan perawat melakukan cara pendokumentasian. 3. Proses pendokumentasian menjadi sederhana. Kerugian model dokumentasi SOR 1. Sulit untuk mencari data sebelumnya. 2. Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan memerlukan waktu yang banyak 3. Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan intervensi yang akan diberikan kepada klien. 4. Perkembangan klien sulit dipantau b. Model Dokumentasi POR (Problem-Oriented-Record) Model dokumentasi POR (Problem-oriented record) merupakan model dokumentasi yang berorientasi pada masalah, dimana model ini berpusat pada klien yang didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien. Komponen-komponen model dokumentasi POR adalah data dasar, daftar masalah, daftar rencana awal asuhan keperawatan, dan perkembangan. (Putra, 2017) Keuntugan Model dokumentasi POR (Problem-oriented record) : 12
1. Fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan pada masalah klien
dan
proses
penyelesaian
masalah
daripada
tugas
dokumentasi. 2. Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan secara kontinu. 3. Evaluasi dan penyelesaian masalah didokumentasikan dengan jelas 4. Daftar masalah merupakan check list untuk masalah klien. Kerugian model dokumentasi POR (Problem-Oriented record) : 1. Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus dimasukkan dalam daftar masalah 2. Pencatatan dengan menggunakan bentuk SOAPIER, dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu. 3. Perawat yang rutin dalam memberikan asuhan keperawatan makin diabaikan dalam pendokumentasian proses keperawatan ini. c. Model Keperawatan POR (Progress-Oriented record) : Model keperawatan POR (Progress-Oriented record) merupakan model dokumentasi yang berorientasi pada perkembangan dan kemajuan klien. (Putra, 2017) d. Model Dokumentasi CBE (Charting By Exception) Model dokumentasi CBE (Charting by exception) adalah system dokumentasi yang hanya mencatat hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal tubuh. Penyimpangan yang dimaksud dalam hal ini menyangkut keadaan yang sehat yang menganggu kesehatan klien. (Putra, 2017) 13
e. Model Dokumentasi PIE (Problem-Intervension-Evaluation) Model
dokumentasi
PIE
(problem-intervension-evaluation)
merupakan suatu pendekatan orientasi proses pada dokumentasi keperawatan dengan penekanan pada masalah keperawatan, intervensi dan evaluasi keperawatan. (Putra, 2017) f. Model Dokumentasi POS (Process-Oriented-System) Model dokumentasi POS (process-oriented-system) yang disebut juga dengan model dokumentasi
focus
adalah suatu
model
dokumentasi yang berorientasi pada proses keperawatan mulai dari pengumpulan data klien, diagnosis keperawatan, penyebab masalah, dan definisi karakteristik yang dinyatakan sesuai dengan keadaan klien. (Putra, 2017) g. System Dokumentasi Core System dokumentasi core merupakan system dokumentasi pusat yang merupakan bagian terpenting dari system dokumentasi dalam proses keperawatan. Komponen system dokumentasi core adalah pengkajian, flow sheet, masalah keperawatan, catatan keperawatan atau catatan perkembangan serta ringkasan (informasi mengenai diagnosis, konseling, kebutuhan untuk follow up). (Putra, 2017) B. Tinjauan Umum Tentang Motivasi Perawat 1. Pengertian Motivasi Motivasi menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008), motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar
14
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usahausaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005), motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil kerja yang optimal. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku (Nursalam, 2014). Sbortell dan Kaluzny mengartiakan motivasi adalah perasaan atau pikiran
yang mendorong seseorang
melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku (Triwibowo, 2013). Oleh sebagian besar ahli, proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan atau hasil yang dicari karyawan dipandang sebagai kekuatan yang bisa menarik orang. Memotivasi orang adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak (Suarli dan Bahtiar, 2010). Dari berbagai pendapat mengenai definisi motivasi maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya
15
untuk
melakukan
suatu
pekerjaan
dengan
semangat
tinggi
menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya yang bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja sehingga mencapai kepuasaan sesuai dengan keinginannya. 2. Bentuk Motivasi Menurut Suarli dan Bahtiar (2010), menurut bentuknya motivasi terdiri atas : a. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu. b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari luar diri individu. c. Motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali. 3. Unsur Motivasi Motivasi mempunyai tiga unsur utama yaitu : a. Kebutuhan,
kebutuhan
terjadi
bila
individu
merasa
ada
ketidakseimbangan antara apa yang mereka miliki dengan apa yang mereka harapkan. b. Dorongan, dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. c. Tujuan, tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi. Pada dasarnya motivasi mempunyai sifat siklus (melingkar) yaitu
16
motivasi timbul, memicu perilaku tertuju kepada tujuan dan akhirnya setelah tujuan tercapai, motivasi itu berhenti. Tapi itu akan kembali pada kesadaran semula apabila ada suatu kebutuhan lagi (Nursalam, 2014). 4. Berbagai Teori Motivasi Landy dan Becker mengelompokkan banyak pendekatan modern pada teori dan praktik menjadi lima kategori : teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan, dan teori penetapan sasaran (Nursalam, 2014). a. Teori Kebutuhan Teori kebuthan berfokus pada kebutuhan orang untuk hidup berkecukupan. Dalam praktiknya, teori kebutuhan berhubungan dengan apa yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut teori kebutuhan, motivasi dimiliki seseorang pada saat belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dalam kehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan tidak akan lagi menjadi motivator. Teori-teori yang termasuk dalam teori kebutuhan adalah : 1) Teori Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow Teori ini dikembangkan oleh Abraham Maslow yang terkenal dengan kebutuhan Fakha (Fisiologis, Aman, Kasih Sayang, Harga Diri dan Aktualisasi Diri) dimana dia memandang
manusia
sebagai
hierarki
lima
macam
17
kebutuhan, mulai dari kebutuhan fisiologis yang paling mendasar sampai kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri. Menurut
Maslow,
individu
akan
termotivasi
untuk
memenuhi kebutuhan yang paling menonjol atau paling kuat bagi mereka pada waktu tertentu (Nursalam, 2014). 2) Teori ERG Teori ERG adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa orang bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan
tentang eksistensi (Existence, kebutuhan
mendasar
dari
Maslow), kebutuhan keterkaitan (Relatednes, kebutuhan hubungan antar pribadi) dan kebutuhan pertumbuhan (Growth, kebutuhan akan kreativitas pribadi atau pengaruh produktif). Teori ERG menyatakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi mengalami kekecewaan, kebutuhan yang lebih rendah akan kembali walau sudah terpuaskan (Nursalam, 2014). 3) Teori Tiga Macam Kebutuhan John W. Atkinson, mengusulkan ada tiga dorongan mendasar dalam diri orang yang termotivasi, kebutuhan untuk mencapai prestasi (need for achievement), kebutuhan kekuatan (need for power) dan kebutuhan untuk berafiliasi (need
for
affilation).
Penelitian
McClelland
juga
mengatakan bahwa manajer dapat mencapai tingkat
18
tertentu, menaikkan kebutuhan untuk berprestasi dari karyawan dengan menciptakan lingkungan kerja yang memadai (Nursalam, 2014). 4) Teori Motivasi Dua Faktor Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg dimana dia menyakini bahwa karyawan dapat dimotivasi oleh pekerjaannya sendiri dan didalamnya
terdapat
kepentingan yang disesuaikan dengan tujuan organisasi. Dari
penelitiannya
Herzberg
menyimpulkan
bahwa
ketidakpuasaan dan kepuasan dalam bekerja muncul dari dua faktor yang terpisah (Nursalam, 2014). b. Teori Keadilan Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika hal yang mereka dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka kerjakan (Nursalam, 2014). c. Teori Harapan Teori ini menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternative tingkah laku berdasarkan harapannya (apakah ada keuntungan yang diperoleh dari tiap tingkah laku). Teori harapan terdiri atas dasar sebagai berikut :
19
1) Harapan hasil prestasi Individu mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku mereka. Harapan ini nantinya akan mempengaruhi keputusan tentang bagaimana cara mereka bertingkah laku (Nursalam, 2014). 2) Valensi Hasil dari suatu tingkah laku tertentu mempunyai valensi atau kekuatan untuk memotivasi. Valensi ini berasal dari satu individu ke individu yang lain (Nursalam, 2014). 3) Harapan prestasi usaha Harapan orang mengenai tingkat keberhasilan mereka dalam melaksanakan tugas yang sulit akan berpengaruh pada tingkah laku. Tingkah laku seseorang sampai tingkat tertentu akan bergantung pada tipe hasil yang diharapkan. Beberapa hasil berfungsi sebagai imbalan intrinsik yaitu imbalan yang dirasakan langsung oleh orang yang bersangkutan. Imbalan intrinsik yaitu imbalan yang dirasakan langsung oleh orang yang bersangkutan. Imbalan ekstrinsik (missal : bonus, pujian, dan promosi) diberikan oleh pihak luar seperti supervisior atau kelompok kerja (Nursalam, 2014).
20
d. Teori Penguatan Teori penguatan, yang dikaitkan dengan ahli psikologi B.F Skiner dengan teman-temannya, menunjukkan bagaimana konsekuensi tingkah laku dimasa lampau akan mempengaruhi tindakan dimasa depan dalam proses belajar siklis. Proses ini dapat dinyatakan sebagai berikut : Rangsangan → Respon → Konsekuensi→Respon Masa Depan Dalam pandangan ini, tingkah laku sukarela seseorang terhadap suatu situasi atau peristiwa merupakan penyebab dari konsekuensi tertentu. Teori penguatan menyatakan ingatan orang mengenai pengalaman rangsangan respon konsekuensi. Menurut teori penguatan seseorang akan termotivasi jika dia memberikan respons pada rangsangan pada pola tingkah laku yang konsisten sepanjang waktu (Nursalam, 2014). e. Teori Prestasi (McClelland) Pada tahun 1961 bukunya, The Achieving Society, David McClelland menguraikan tentang teorinya. Dia mengusulkan bahwa kebutuhan individu diperoleh dari waktu ke waktu dan dibentuk
oleh
pengalaman
hidup
seseorang.
Dia
menggambarkan tiga jenis kebutuhan motivasi (Marquis dan Huston, 1998; dalam Nursalam, 2014). Dalam sebuah study motivasi McClelland mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia yaitu sebagai berikut :
21
1) Need for achievement (Kebutuhan untuk berprestasi) Kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. 2) Need for affiliation (Kebutuhan untuk berafliasi) Afiliasi
menunjukkan
bahwa
seseorang
mempunyai
kebutuhan berhubungan dengan orang lain. 3) Need for power (Kebutuhan untuk berkuasa) Kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. Dalam interaksi sosial seseorang akan mempunyai kebutuhan untuk berkuasa (power).
22