Bab I.docx

  • Uploaded by: usep
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,957
  • Pages: 14
PRAKATA

Puji syukur kepada Allah atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan Produk Cair Torefaksi untuk Meningkatkan Kualitas Produk Padat Torefaksi” Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

2.

Ibu Prof. Zuchra Helwani S.T., M.T., Ph.D selaku pembimbing karya tulis ini yang selalu menginspirasi, senantiasa memberikan banyak masukan, dorongan, motivasi, dan ilmu-ilmu yang bermanfaat sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik.

3.

Dosen-dosen teknik kimia yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

4.

Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, dorongan dan do’a yang tiada tara sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

5.

Teman-teman seperjuangan Teknik Kimia Universitas Riau atas dukungan yang telah diberikan

6.

Keluarga besar URC, UKMI DH, Capuyuak, Itsmafaza, dan semua orang yang menyentuh hidup penulis, atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat terbuka atas kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis juga berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat untuk banyak semua orang, InshaAllah, aamiin. Pekanbaru, 28 Februari 2019

Penulis

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Dalam industri besar maupun kecil, arang aktif sangat diperlukan karena dapat

mengabsorbsi bau, warna, gas, dan logam. Seiring pertumbuhan industri dalam masyarakat kita, maka permintaan penyediaan arang aktif akan meningkat pula. Industri di Indonesia khususnya, penggunaan arang aktif masih relatif tinggi. Sayangnya, pemenuhan akan kebutuhan arang aktif masih dilakukan dengan cara mengimpor. Padahal, apabila kita dapat meninjau sumber daya alam di Indonesia yang melimpah, maka sangatlah mungkin kebutuhan arang aktif dapat dipenuhi dengan produksi dari dalam negeri. Agroindustri kelapa sawit berkembang pesat dikawasan Asia Tenggara terutama Indonesia dan Malaysia disebabkan meningkatnya konsumsi minyak dunia (Hansen, 2015). Kegiatan disektor ini akan menghasilkan limbah biomassa dengan volume yang cukup besar berupa tempurung biji sawit 5,5-7%, tandan kosong 22-23%, pelepah sawit 13,515%. Limbah biomassa umumnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler pada industri minyak sawit (Kong, 2014). Pemanfaatan limbah biomassa tidak hanya digunakan

sebagai bahan bakar,

limbah biomassa mempunyai potensi yang lebih besar untuk dikonversi sebagai bioadsorben yang berkualitas yaitu bernama arang aktif. Bioadsorben tersebut dapat digunakan dalam pengolahan air, pengolahan air limbah, dan remediasi tanah. Bioadsorben yang baik mempunyai karakteristik fisik dan kimia yaitu porositas yang tinggi, stabilitas fisik kimia, dan luas area permukaan besar (Yahya, dkk. 2015). Untuk menghasilkan bioadsorben karbon aktif maka dilakukan proses pembuatan arang yang biasa dilakukan yaitu proses karbonisasi. Selain karbonisasi ada proses lain yang dapat digunakan untuk pembuatan bahan baku arang aktif yaitu torefaksi. Salah satu penelitian pada tahun 2016 dengan judul “Meningkatkan Mass Yield dan Energy Yield Pelepah Sawit melalui Proses Torefaksi menggunakan Reaktor Fixed Bed melakukan proses torefaksi dalam sebuah reaktor fixed bed horizontal dengan rentang suhu torefaksi 225-275°C dengan waktu tinggal 15-45 menit. Nitrogen dialirkan selama proses torefaksi berlangsung dengan laju alir 50-150 mL/menit. Produk torefaksi yang dihasilkan pada penelitian tersebut dapat diolah menjadi arang aktif melalui proses 2

pirolisis. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan diharapkan kualitas produk yang dihasilkan lebih baik secara kualitas dibandingkan dengan produk arang aktif dari bahan baku lain.

1.2

Permasalahan yang akan diteliti Limbah pelepah sawit pada umumnya hanya dibiarkan begitu saja membusuk tanpa

ada perlakuan pengolahan lebih lanjut oleh masyarakat Provinsi Riau. Selama ini pelepah sawit hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pupuk kompos, dan dibiarkan di area perkebunan (Hidayanto, 2013). Untuk meningkatkan nilai jual pelepah sawit, maka pelepah sawit harus diproses menjadi produk yang mempunyai nilai jual tinggi. Pelepah sawit dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku arang aktif yang dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Salah satu proses untuk mendapatkan arang adalah torefaksi yang dapat dimanfaatkan sebagai proses untuk menggantikan proses karbonisasi dan aktivasi yang selama ini banyak digunakan karena energi yang dibutuhkan rendah dan menghasilkan abu yang relatif sedikit. Zhang, dkk., (2016), telah melakukan penelitian yang fokus pada efek torefaksi pada hasil dan kualitas arang pirolisis dan penerapannya pada persiapan mengaktivasi karbon dengan metode aktivasi kimia menggunakan NaOH. Ditemukan bahwa torefaksi meningkatkan karakteristik bahan bakar sekam padi. Selain itu, dengan meningkatnya suhu torefaksi, hasil pirolisa arang berdasarkan sampel sekam padi kering meningkat, dan hasil produk cair menurun, sementara hasil produk gas tetap tidak berubah. Dapat dilihat bahwa torefaksi memiliki efek ringan pada karakteristik bahan bakar pirolisa arang. Selanjutnya torefaksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap yield dan kualitas karbon aktif. Karbon aktif yang dihasilkan menunjukkan yield tertinggi (23,0%), luas permukaan spesifik (2679 m2/gram) dan volume pori total (1,883 cm3/gram), menunjukkan aplikasi potensial sebagai adsorben. Namun, pada penelitian tersebut digunakan sekam padi. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan bahan baku potensial daerah Provinsi Riau yaitu pelepah sawit dan melanjutkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

3

1.3

Tujuan Penelitian

1. Pemanfaatan produk torefaksi pelepah sawit sebagai bahan baku arang aktif melalui proses pirolisis. 2. Bahan baku arang aktif dapat dimanfaatkan langsung sebagai agen penyerap atau absorben. 3. Produksi produk torefaksi pelepah sawit sebagai bahan baku arang aktif sehingga bermanfaat dalam bidang industri dan kesehatan.

1.4

Gagasan Kreatif Karya tulis ini sangat penting untuk memberikan nilai tambah kepada bahan baku

yaitu pelepah sawit yang banyak ditemukan di perkebunan sawit provinsi Riau dan produk dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan arang aktif. Arang aktif banyak digunakan dalam proses pemurnian air baik dalam proses produksi air minum maupun dalam penanganan limbah (Wu, 2004). Bahan baku untuk pembuatan arang aktif dapat digunakan dari produk torefaksi yaitu teknologi yang menghasilkan arang dengan karakteristik yang baik untuk bahan baku arang aktif, terutama pelepah sawit yang selama ini di Provinsi Riau tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Torefaksi memiliki potensi untuk meningkatkan daya saing biomassa sebagai suatu energi yang terbaharukan melalui suatu proses thermal menggunakan gas inert atau nitrogen pada suhu rendah sekitar 200-300°C. Keuntungan yang diperoleh dari proses ini adalah nilai kalor atau energi densitas yang tinggi, rasio atom O/C, H/C dan kandungan air rendah, serta tahan terhadap air atau hidropobik (Basu, 2013). Arang aktif dengan luas permukaan yang besar dapat digunakan untuk berbagai aplikasi yaitu sebagai penghilang warna, penghilang rasa dan bau dan agen pemurni dalam industri makanan. Selain itu juga banyak digunakan dalam proses pemurnian air baik dalam proses produksi air minum maupun dalam penanganan limbah.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Pelepah Sawit Pelepah sawit merupakan salah satu biomassa limbah yang cukup banyak

dihasilkan dari perkebunan sawit. Umumnya limbah pelepah sawit dibiarkan begitu saja membusuk tanpa ada perlakuan pengolahan lebih lanjut. Jumlah pelepah sawit yang dipotong dapat mencapai 40-50 pelepah/pohon/tahun dengan bobot pelepah sebesar 4,5 kg berat kering per pelepah. Dalam satu hektar sawit diperkirakan dapat menghasilkan 64007500 pelepah per tahun dengan nilai kalor dari biomassa pelepah sawit berkisar 17200 kJ/kg (Simanihuruk, dkk., 2008).

2.2

Potensi Sawit di Provinsi Riau Sumber biomassa yang sangat mudah dijumpai sekarang ini adalah limbah padat

perkebunan sawit yang selama ini belum dimanfaatkan secara baik. Limbah padat ini berupa pelepah, tandan kosong, batang dan cangkang. Perkembangan sektor pertanian sampai saat ini cukup pesat sekali di Indonesia, terutama subsektor perkebunan yang dikembangkan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Khusus di Provinsi Riau, kelapa sawit merupakan komoditas primadona yang banyak diusahakan oleh masyarakat maupun badan usaha. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (2014), luas perkebunan sawit di Indonesia adalah yang tertinggi dari komoditi lain yaitu 10.95 juta Ha. Sedangkan di Provinsi Riau secara nasional menempati posisi teratas di Indonesia seluas 2,3 juta Ha. Selama periode tahun 2000-2014 tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 8,08% per tahun, sementara komoditas perkebunan lainnya seperti karet dan kelapa justru mengalami penurunan.

2.3

Torefaksi Torefaksi merupakan proses pengolahan biomassa pada rentang suhu 200-300ºC

pada tekanan atmosfer tanpa kehadiran oksigen. Pada suhu ini terjadi pelepasan hemiselulosa dan zat-zat volatil, sehingga akan mengurangi kadar O/C dan H/C. Pengurangan kadar O/C dan H/C akan meningkatkan mass yield dan energi yield. Tujuan dari torefaksi adalah meningkatkan nilai kalor serta memaksimalkan mass yield dan energy 5

yield (Basu, 2013). Torefaksi pada biomassa berhasil memperbaiki karakteristik biomassa sebagai bahan bakar, yang ditandai dengan meningkatnya nilai kalor, densitas energi yang tinggi, kandungan air yang rendah, dan hidrofobia (Sulaiman dan Anas, 2012). Biomassa yang telah mengalami proses torefaksi terbukti memiliki sifat hidrofobik (tahan terhadap penyerapan air), tahan terhadap kelembaban dan dapat disimpan diluar ruangan (Uemura, dkk., 2011).

2.4

Pirolisis Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan

tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolis bertujuan untuk meningkatkan nilai kalor dari suatu bahan. Nilai kalor meningkat karena terjadinya pelepasan kandungan air dan juga pembentukan tar yang bisa berfungsi sebagai coating film yang mencegah terjadinya penyerapan kembali kandungan air oleh bahan. Hasil akhir dari proses pirolis adalah berupa arang (karbon padat), tar (cairan minyak yang berwarna hitam pekat) dan gas seperti metana dan hidrogen. Jika dilihat dari tingkat kecepatan laju reaksinya, maka pirolis dibagi menjadi dua, yaitu pirolisis lambat dan pirolis cepat. Pirolisis lambat akan terjadi pada kisaran suhu 150-300ºC. Pada pirolisis cepat (diatas 300ºC), reaksi keseluruhan menghasilkan uap air, arang, gas, dan 50%-70% uap minyak pirolisis yang menyusun ratusan senyawa monomer, oligomer, monomer penyusun selulosa dan lignin (Zhang, dkk., 2016).

2.5

Arang Aktif Arang aktif merupakan padatan berpori yang mengandung 85% - 95% arang yang

telah mengalami reaksi dengan gas atau dengan penambahan bahan kimia (KOH, NaOH, ZnCl2) sebelum, selama atau setelah karbonisasi untuk meningkatkan sifat serapnya. Karbon aktif memiliki sifat penting yaitu daya serap/adsorpsi. Arang aktif tersebut dapat dihasilkan dari biomassa seperti bambu, tembakau, sagu, biji buah ceri, dan kacang almond. Bahan-bahan yang mengandung unsur arang dapat menghasilkan arang aktif dengan cara memanaskannya pada suhu tinggi. Arang aktif dapat dimanfaatkan sebagai agen penyerap, elektroda, katalis, pengolahan limbah cair atau gas/waste treatment, sebagai 6

penyimpan gas/gas adsorptive strorage dan proses pemurnian air baik dalam proses produksi air minum maupun dalam penanganan limbah (Wu, 2004).

7

BAB III ANALISIS DAN SINTESIS 3. 1

Potensi Sawit dan Pemanfaatan Limbah Sawit di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sawit terbesar di dunia. Indonesia

menduduki peringkat pertama di Asia Tenggara dalam menghasilkan sawit sebagai komoditas andalannya. Indonesia mampu memproduksi sawit sebanyak 35.359.384 ton di setiap tahunnya dengan luas wilayah perkebunan sawit yang ada di Indonesia sebesar 12.307.677 Ha. Provinsi Riau khususnya, menjadi daerah terbesar dalam proses produksi sawit yang ada di Indonesia. Produksi sawit yang terbilang sangat besar di daerah Riau, menghasilkan sebanyak 8.721.148 ton setiap tahun dengan wilayah seluas 2.493.176 Ha (Dirjen Perkebunan Indonesia, 2016) Banyaknya jumlah sawit yang diproduksi oleh perkebunan Indonesia akan berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan. Limbah sawit yang ada di setiap perindustrian sawit masih belum dapat diolah secara maksimal. Limbah pelepah sawit khususnya, umumnya masih dibiarkan begitu saja membusuk tanpa ada perlakuan pengolahan lebih lanjut oleh masyarakat. Selama ini pelepah sawit hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pupuk kompos, dan dibiarkan di area perkebunan (Hidayanto, 2013). Untuk meningkatkan nilai jual pelepah sawit, maka pelepah sawit harus diproses menjadi produk yang mempunyai nilai jual tinggi. Pelepah sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku arang aktif yang dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Salah satu proses untuk mendapatkan arang aktif adalah melalui torefaksi yang dapat dimanfaatkan sebagai proses untuk menggantikan proses karbonisasi dan aktivasi yang selama ini banyak digunakan, mengingat torefaksi melibatkan kebutuhan energi yang relatif rendah dan menghasilkan abu yang sedikit. 3. 2

Peluang Keunggulan Proses yang digunakan Pada tahun 2016, Zhang, dkk melakukan penelitian pembuatan arang aktif dari bahan

baku Sekam Padi. Proses pembentukan arang aktif melalui dua tahap utama yaitu tahap torefaksi dan pirolisis. Suhu torefaksi yang digunakan berkisar antara 220- 280◦C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan awal dengan tahap torefaksi dapat 8

meningkatkan karakteristik bahan bakar sekam padi dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil dan kualitas char yang dihasilkan dari tahap pirolisis. Dengan meningkatnya suhu torefaksi, maka hasil char pada tahap pirolisis akan meningkat, dan hasil produk cair akan menurun, sedangkan hasil produk gas tetap tidak berubah. Proses torefaksi memiliki efek yang kecil pada karakteristik bahan bakar dari pirolisis arang. Namun, memiliki efek signifikan pada struktur internal pirolisis arang yang dapat digunakan sebagai prekursor untuk persiapan karbon aktif. Penelitian dari sampel sekam padi ini memperoleh data produk ditorefaksi pada suhu 280◦C mempunyai luas permukaan spesifik sebesar 2679 m2/g dan volume pori 1,8883 cm3 / g yang menunjukkan pengaplikasian yang sangat potensial sebagai adsorben. Pada tahun 2017, Chen, dkk mengkaji mengenai pendekatan yang dapat meningkatkan produk biomassa dari proses pirolisis berdasarkan pencucian cairan torefaksi. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah batang kapas yang ditorefaksi pada suhu 250◦C selama 30 menit, kemudian produk cair proses torefaksi digunakan kembali untuk mencuci tangkai kapas. Pirolisis tangkai kapas dilakukan pada suhu 500◦C selama 15 menit dalam reaktor unggun tetap. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan ini mengurangi spesies logam dalam tangkai kapas, menurunkan kadar air, asam serta fenol dalam bio-minyak, menurunkan kadar abu dalam biochar yang dihasilkan, serta meningkatkan nilai pemanasan dari gas yang tidak terkondensasi. Penelitian ini mampu menurunkan kadar abu pada suatu bahan sebesar 3.92% dan kandungan fixed carbon yang dihasilkan sebesar 60.38%.

Pada tahun 2018, Nadhella, dkk melakukan penelitian pembuatan bahan baku arang aktif dari bahan baku pelepah sawit menggunakan proses torefaksi dan pirolisis. Proses torefaksi dilaksanakan pada suhu 275◦C selama 15 menit. Proses ini menunjukkan adanya peningkatan nilai kalor dan luas permukaan produk yang dihasilkan dari proses torefaksi. Produk torefaksi yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai bahan untuk proses pirolisis pada rentang suhu 500-600◦C selama 15 menit. Proses pirolisis ini menghasilkan adanya peningkatan yield produk yang besar, mampu menurunkan kadar abu produk yang dihasilkan, dimana nantinya akan diaktivasi sebagai arang aktif yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Penelitian ini menghasilkan yield produk pirolisis sebesar 44.36% dengan luas permukaan arang aktif yang dihasilkan sebesar 6.950 m2/g. Besarnya luas permukaan 9

yang dihasilkan, sangat meyakinkan untuk pengaplikasian arang aktif ini sebagai adsorben dan peningkatan nilai karbon pada tanah yang kurang ternutrisi. Pada penulisan karya tulis ilmiah ini, akan dilakukan inovasi berkelanjutan dari penelitian sebelumnya, dimana proses pembuatan arang aktif akan dilakukan berdasarkan pada pemanfaatan produk cair torefaksi untuk meningkatkan kualitas dari produk padat torefaksi. Dilakukan tiga tahapan penting dalam pembentukan arang aktif, yaitu tahapan proses torefaksi, pencucian produk torefaksi, dan proses pirolisis. Penggunaan bahan baku pelepah sawit dalam pembuatan arang aktif dapat menghasilkan nilai luas permukaan sebesar 6.950 m2/g yang mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai adsorben dan penutrisi karbon pada tanah. Produk cair torefaksi yang pada umumnya jarang dimanfaatkan, akan dimanfaatkan untuk mencuci produk padat torefaksi yang dapat meningkatkan nilai kalor produk torefaksi tersebut. Sehingga, dapat diharapkan bahwa arang aktif yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik, meliputi kadar abu, kadar air dan volatile yang rendah, nilai kalor dan fixed carbon yang tinggi dan luas permukaan yang lebih besar.

10

3. 3

Flow Chart

Pelepah Sawit

Pengecilan Ukuran dan Pengeringan

Torefaksi

Produk Torefaksi Padat

Produk Torefaksi Cair

Pencucian Produk Torefaksi

Pirolisis

Persiapan Arang Aktif

Nilai Kalor i Kalor

Analisis Proksimat

Analisis BET

11

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Luasnya daerah perkebunan sawit yang ada di Indonesia, menyebabkan adanya peningkatan produksi sawit yang dihasilkan Indonesia di setiap tahunnya. Banyaknya produksi sawit, akan berbanding lurus dengan limbah sawit yang dihasilkan. Limbah sawit yang pada umunya masih dimanfaatkan sebagai pupuk dan pakan ternak, dapat diolah menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Arang aktif, contohnya. Pembuatan arang aktif dari limbah pelepah sawit ini didasarkan pada peningkatan kualitas produk padat torefaksi menggunakan produk cair torefaksi. Proses ini dilakukan melalui tiga tahapan utama yang meliputi torefaksi pelepah sawit, pencucian produk padat torefaksi menggunakan produk cair torefaksi dan pirolisis produk pencucian torefaksi. Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah dilakukan oleh penulis, peningkatan produk padat torefaksi dengan pemanfaatan produk cair torefaksi sebagai bahan baku Arang Aktif akan menghasilkan kualitas yang sangat baik, mengingat kemungkinan luas permukaan yang dihasilkan akan jauh lebih besar dari pada arang aktif biasa yang dipergunakan oleh umum, dengan nila kalor yang tinggi dan kadar fixed carbon yang besar. Baiknya kualitas produk torefaksi ini akan menghasilkan arang aktif yang berpotensi untuk didistribusikan ke seluruh penjuru dunia dengan harga yang terbilang cukup besar.

12

DAFTAR PUSTAKA Basu, P. 2013. “Biomass Gasification, Pyrolysis and Torrefaction (2nd ed)”. New York: Elsevier Inc. s Direktorat Jenderal Perkebunan RI. 2016. “Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa Sawit 2015-2017”. Jakarta: Dirjen Perkebunan. Hansen, S.B., Padfields, R., Sgayuti, K., Evers, S., Zakariyah, Z., dan Mastura, S. 2015. Trends In Global Palm Oil Sustainability Research. Journal of Cleaner Production 100: 140-149. Hidayanto, M, 2013. “Limbah Kelapa Sawit sebagai Sumber Pupuk Organik dan Pakan Ternak”,Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur, Halaman 84-90. Kong, S.H., Loh, S.K., Bachman. R.T., Rahim, S.A., dan Salimon, J.. 2014. Bichar From Oil Palm Biomass, A Review of Its Potential And Challenges. Renewable and Sustainable Energy 39: 729-739. Simanihuruk, K., Junjungan, dan Tarigan, A. 2008. “Pemanfaatan Pelepah sKelapa Sawit Sebagai Pakan Basal Kambing Kacang Fase Pertumbuhan”. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Jakarta Sulaiman, S.A dan Anas, M.I. 2012. Torrefaction of Oil Palm Fronds for Enhancement of Fuel Quaility. Trends Applied Sciences Research 73: 248-255. Susanty, W., Helwani, Z., dan Zulfansyah. 2016. Torefaksi Pelepah Sawit : Pengaruh Kondisi Proses terhadap Nilai Kalor Produk Torefaksi. JOM FTEKNIK Volume 3 No. 1 Februari 2016. Uemura, Y., Omar, W., Yusup, S., dan Tsutsui, T., 2011. Torrefaction of Oil Palm Wastes. J. Fuel 90: 2585-2591. Wu, J. 2004. “Modeling Adsorption of Organic Compounds on Activated Carbon, Multivariate Approach”. Sweden: Unema University.

13

Yahya, M.A., Al-Qodah, Z., dan Ngah, C.W.Z. 2015. Agricultural Bio-Waste Material As Potential Sustainable Precursors Used For Activated Carbon Production. A Review of Its Potential And Challenges 56: 218-230. Zhang, S., Hu, B., Zhang, L., dan Xiong, Y. 2016. Effects of Torrefaction on Yields and Quality of Pyrolysis Char and its Application on Preparation of Activated Carbon. Jurnal of Analytical and Applied Pyrolysis: 7-13.

14

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"