Bab I.docx

  • Uploaded by: Maria Agni
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,104
  • Pages: 31
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Manusia dalam suatu sistem bekerja dan berinteraksi dalam suatu lingkungan, dan dalam perspektif ergonomi keterkaitan dan interaksi antara manusia dan lingkungannya dikenal dengan istilah Environmental Ergonomics atau ergonomi lingkungan. Wignjosoebroto (2008) menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan, dalam arti segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari diri sendiri (intern), dapat juga dari pengaruh luar (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan kerja, yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia. Parson (2000) mengemukakan bahwa pada prinsipnya ergonomi lingkungan mencakup kondisi sosial, kondisi psikologis, budaya dan organisasi dari lingkungan. Kesemuanya ini akan membahas bagaimana reaksi manusia terhadap kondisi lingkungan kerja yang akan memberikan respon psikologis dan respon fisiologis sehingga dalam perancangan produk yang sering digunakan di lingkungan kerja yang ekstrim, dapat memperhitungkan faktor lingkungannya, dan dalam kehidupan bahwa antara lingkungan fisik dan manusia saling mempengaruhi. Furnace area atau tungku peleburan merupakan area kerja yang memiliki risiko besar terjadinya heat stress karena lingkungan kerja yang penuh risiko dengan temperatur yang tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi durasi kerja dan beban kerja itu sendiri. Penggunaan pakaian pelindung diri dengan standar yang lebih tinggi menjadi suatu keharusan untuk area kerja ini. Setelan

1

2

pakaian pelindung diri harus cocok dengan kondisi lingkungan, khususnya terhadap temperatur yang yang akan mempengaruhi heat stress. Heat stress yang terus- menerus akan berpotensi menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Menurut Pulat (1992) bahwa reaksi fisiologis tubuh (heat strain) karena peningkatan temperatur udara di luar comfort zone adalah vasodilatasi, denyut jantung meningkat, temperatur kulit meningkat, suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat. Suhu lingkungan kerja yang tinggi menyebabkan temperatur tubuh pekerja meningkat selanjutnya akan mengakibatkan tekanan panas (heat stress) pada pekerja sehingga akan mempengaruhi produktivitas pekerja. Di lingkungan kerja yang ekstrim, pakaian pelindung diri atau personal protective clothing (PPC) dijadikan sebagai salah satu faktor penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Performansi pekerja ketika menggunakan PPC menjadi hal penting untuk dikaji McLellan (2006) melakukan sebuah penelitian terkait dengan penurunan range of motion (ROM) pekerja ketika menggunakan pakaian pengaman (safety wear) pada pemadam kebakaran, pekerja pengolahan limbah, tentara, dan untuk pekerja yang penuh risiko lainnya dengan suhu ekstrim 40C. Kemudian, banyak penelitian yang terkait dengan evaluasi PPC terhadap lingkungan kerja. Adams etal, (1994) mulai mencari keterkaitan antara efek pakaian kerja dengan performansi pekerja itu sendiri, meskipun

didapatkan

kesimpulan

bahwa

masih

cukup

sulit

untuk

memprediksikan keterkaitan antara efek dari pakaian kerja dengan performansi pekerja. Penelitian tersebut memperkenalkan sebuah kerangka penelitian tentang hubungan antara lingkungan, pakaian kerja, dan performansi kerja. Kang et al, (2001) membuat pemodelan lingkungan panas dan respon manusia pada daerah iklim tropis yang berguna untuk desain dan evaluasi lingkungan bangunan non AC (non air conditioned building environments). Penelitian tentang lingkungan panas juga dilakukan Muflichatun (2006), dalam penelitiannya tersebut menyatakan bahwa ada hubungan antara tekanan panas (heat stress) dengan produktifitas dan denyut nadi.

3

Tekanan panas pada pekerja dapat dikendalikan dengan memperbaiki lingkungan kerja perusahaan atau dengan melakukan perbaikan pada seragam pekerja. Holmer (2006) dalam penelitiannya berpendapat bahwa PPC di lingkungan kerja yang panas sangat erat kaitannya dengan heat stress serta berpengaruh pada performansi pekerja yang diakibatkan oleh pengaruh lingkungan panas dan ketidaknyamanan dari PPC itu sendiri. Lingkungan kerja yang ekstrim tidak hanya area peleburan pada pabrik tertentu, tapi bagi mereka yang bekerja di sebagai petugas pemadam kebakaran juga erat dengan terjadinya heat stress. Mclellan (2006) mengevaluasi pengaruh tekanan panas pada pakaian pelindung selama operasi pemadam kebakaran. Gasperin (2008) merancang sebuah model untuk mengevaluasi pakaian pelindung diri anti api yang melakukan protocol test (simulation) dengan menggunakan manekin untuk menguji ketahanan pakaian pelindung diri yang tahan api. Raimundo dan Figueiredo (2009) telah membuat suatu pedoman yang berguna tentang penentuan pengaruh sifat-sifat pakaian pelindung diri selama operasi pemadaman kebakaran. Dari beberapa penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan yang sama yaitu tekanan panas pada pekerja akan mempengaruhi performansi pekerja dan juga mempengaruhi kesehatan pekerja itu sendiri. Penelitian terkait dengan lingkungan kerja juga diteliti oleh Furtado et al. (2007), penelitian tersebut juga melakukan sebuah eksperimen dengan mengukur performansi pekerja yang bekerja di lingkungan yang panas (trial outdoors) dan yang bekerja di dalam ruangan. Dari kedua lingkungan yang berbeda ini, tolak ukur penelitian adalah bagaimana performansi pekerja ketika menggunakan PPC dan tidak menggunakan PPC pada dua lingkungan kerja yang berbeda. Penelitian ini melakukan pendekatan fisiologi kerja yang menganalisa performansi pekerja dengan mengukur denyut jantung (HR). Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Kim et al. (2007) dengan kondisi lingkungan yang dingin. Penelitian Kim etal. (2007) fokus pada analisis beban kerja dalam pemindahan material dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan skenario eksperimen.

4

Dari hasileksperimen yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa performansi manusia akibat lingkungan yang dingin, akan mempengaruhi beban kerjanya dan mempengaruhi respon fisiologis manusia. Di India, juga dilakukan pengukuran beban kerja dengan mengambil sampel dari pekerja bangunan yang berjenis kelamin perempuan. Penelitian Maiti (2008) ini melakukan pengukuran langsung dimana yang menjadi pelaku eksperimen adalah para pekerja tersebut. Kondisi kerja yang manual dan tanpa pakaian pelindung diri merupakan aspek utama dalam penelitian Maiti (2008). Ketika beberapa peneliti sebelumnya melakukan penelitian dengan melakukan studi eksperimen fisiologi kerja, lain halnya dengan Tian et al. (2011). Pada penelitian Tian et al. (2011) mengkombinasikan aspek fisiologi kerja dan psikologi kerja dari manusia. Untuk aspek fisiologis kerja, penelitian tersebut melakukan eksperimen seperti penelitian lainnya, dan untuk aspek psikologis kerja akan diberikan kuisioner kepada responden terkait respon mereka terhadap lingkungan panas. Dari beberapa penelitian tersebut di atas sangat erat kaitannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan yang berada di lingkungan ekstrim tertentu. Outdoor activitiesdan juga pemadaman kebakaran merupakan beberapa dari sekian banyak contoh lingkungan kerja yang memiliki suhu di atas normal. Namun, dari pemaparan di atas, belum ditemui adanya penelitian yang memfokuskan pada lingkungan pabrik, khususnya di area peleburan. Mereka yangbekerja di area peleburan, akan berada di area dengan suhu yang panas dalam waktu yang cukup lama sesuai dengan shift kerja mereka. Sehingga, kondisi kesehatan pekerja akan erat kaitannya dengan keselamatan pekerja, dengan mengidentifikasi potensi bahaya dalam satu lingkungan kerja maka dapat mengurangi risiko penyakit hyperthermia. Sehingga, untuk mencapai tingkat keselamatan kerja atau yang biasa dikenal dengan istilah zero accident diperlukan kontribusi yang besar antara perusahaan dan karyawan. Beranjak dari ide penelitian Furtado et al. (2007), Kim et al. (2007), Maiti (2008), dan Tian et al.(2011), tentang analisis keterkaitan antara lingkungan kerja, beban

5

kerja, fisiologis kerja, psikologis kerja, pakaian pelindung, maka penelitian tesis ini akan merancang model penliaian potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam mempengaruhi kinerja karyawan pada lingkungan kerja ekstrim. Sebab itu pengukuran suhu pada tempat kerja sangat diperlukan mengingat suhu dapat mempengaruhi ke efektivisan kerja dan kondisi pekerja baik pekerjaan yang berada didalam ruangan maupun di luar luar ruangan.

B. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian Tekanan Panas 2. Untuk mengetahui pengertian Iklim Kerja 3. Untuk mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi produktivitas pekerja 4. Untuk mengetahui faktor-faktor pertukaran panas 5. Untuk mengetahui akibat dari suhu tinggi 6. Untuk mengetahui Rumus ISBB 7. Untuk mengetahui alat ukur yang digunakan 8. Untuk mengetahui NAB suhu didalam ruang dan di luar ruang

C. Manfaat 1. Bagi Praktikan a. Dapat memahami cara kerja alat-alat ukur iklim kerja. b. Dapat menggunakan alat iklim kerja dengan baik dan benar. c. Dapat membaca dan mengukur kelembaban suhu basah dan suhu kering serta kelembaban relatif pada heat stress area d. Dapat menentukan nilai NAB (Nilai Ambang Batas) iklim kerja berdasarkan ISBB(Indeks Suhu Basah dan Bola). e. Dapat menerapkan fungsi dari masing-masing alat iklim kerja. 2. Bagi Diploma 4Keselamatan Dan Kesehatan Kerja a. Dapat menentukan pengaruh iklim kerja di tempat kerja. b. Dapat melakukan pencegahan pada tempat kerja yangtekanan panasnya melebihi NAB.

6

c. Dapat memberikan informasi kepada mahasiswa tentang suhu kering dan suhu basah dalam lingkungan kerja. d. Dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dalam mengukur iklim kerja. e. Dapat mengetahui iklim kerja di kampus D4Keselamatan Dan Kesehatan Kerja sehingga dapat dilakukan perbaikan.

7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1.

Pengertian Tekanan Panas Tekanan panas adalah kombinasi antara cuaca kerja ( iklim kerja) dihubungkan dengan produksi panas tubuh. Tekanan panas ini perlu diketahui, karena pengaruhnya pada fisik seseorang tenaga kerja. Iklim kerja adalah kombinasi antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi pada suatu lingkungan kerja.Jika iklim kerja ini tidak diatur dengan baik dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan merupakan beban tambahan adalah tekanan panas. Tekanan panas adalah kombinasi antara iklim kerja dan proses metabolisme. Iklim setempat ditempat kerja diatur senyaman mungkin sesuai dengan sifat pekerjaan yang dilakukan agar tenaga kerja pun dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik, nyaman dan aman.Agar dalam pekerjaan tidak menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan ketidaknyamanan bekerja, iklim setempat di tempat kerja diatur agar nyaman

dan sesuai

dengan sifat

pekerjaan

yang

dilakukan.Sehingga dapat tercipta produktivitas tenaga kerja yang tinggi. Salah satu hal yang mempengaruhi produktivitas pekerja yaitu beban tambahan akibat kerja, yang berupa faktor fisika, kimia, biologi, fisiologis, dan mental psikologis.Pada kegiatan praktikum kali ini membahas salah satu hal yang termasuk dalam faktor fisika beban tambahan akibat kerja, yaitu iklim kerja, yang selanjutnya berhubungan dengan tekanan panas.Iklim kerja merupakan salah satu aspek yang harus dikaji untuk mendapatkan teknik pencegahan dan penanggulangan jika terjadi efek negatif tekanan panas terhadap tenaga kerja. Terdapat beberapa pengertian tentang iklim kerja, antara lain adalah: 1. Menurut Siswanto 1991 dan Suma’mur 1994

7

8

Iklim kerja adalah perpaduan dari suhu kering dan suhu basah, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara atau angin dan suhu radiasi. 2. Menurut Kepmenaker No. Kep/13/MEN/2011 Iklim

kerja

adalah

hasil

perpaduan

antara

suhu,

kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasidengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya, yangdimaksudkan dalam peraturan ini adalah iklim kerja panas. 3. Menurut SNI 16 - 7063 - 2004 Iklim

kerja

adalah

hasil

perpaduan

antara

suhu,

kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi. 4. Keadaan suasana dimana suhu udara, kelembaban udara atau aliran udara dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa mengganggu proses kerja, tidak menimbulkan kelelahan, dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pekerja pada saat bekerja disuatu ruang kerja. Hal-hal yang harus diketahui dalam menilai iklim kerja : 1. Beban kerja di ruang kerja. 2. Aliran udara dan suhu ruangan. 3. Temperatur ruangan. 4. Penataan area kerja atau tempat kerja. 5. Proses produksi. 6. Keadaan lingkungan kerja. 7. Bentuk bangunan. 8. Jumlah tenaga kerja atau karyawan. Iklim kerja pada suatu tempat (lingkungan) berpengaruh terhadap suhu tubuh seseorang.Sebab produksi panas tubuh seseorang salah satunya tergantung dari kegiatan fisik tubuh yang juga dipengaruhi oleh iklim kerja.Faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh dengan sekitarnya adalah konduksi, konveksi, radiasi, dan penguapan.

9

Salah satu faktor fisik yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan merupakan beban tambahan adalah tekanan panas. Tekanan panas adalah kombinasi antara iklim kerja dan proses metabolisme. Tekanan panas merupakan kombinasi dari faktor suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh. 1. Panas tubuh Panas tubuh manusia pada dasarnya : a. Proses panas dari dalam tubuh akibat metabolisme, kegiatan fisik, makanan dan penyakit (gangguan sistem). b. Panas adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu. Penyebaran panas dapat melalui 4 metode, yaitu : 1) Konduksi (Hantaran) Konduksi merupakan transfer panas dari atom ke atom atau dari molekul ke molekul melalui transfer berturut - turut dari energi kinetik. Kehilangan panas melalui konduksi, udara akan menyebarkan panas dari proses produksi yang cukup besar walaupun dalam keadaan normal. Panas adalah suatu energi kinetik dari molekul dan molekul yang menyusun mesin terus - menerus mengalami gerakan vibrasi.Sebagian besar energi dari gerakan ini dipindahkan ke udara bila suhu udara

lebih rendah

dan mengakibatkan

meningkatnya

kecepatan gerakan molekul udara. Suhu mesin yang berlekatan dengan udara menjadikan suhu udara sama dengan suhu permukaan mesin. Jika suhu udara dan permukaan mesin sama, maka tidak terjadi lagi kehilangan panas dari permukaan mesin ke udara. Oleh sebab itu konduksi panas dari permukaan mesin ke udara mempunyai keterbatasan kecuali udara yang dipanaskan bergerak sehingga timbul udara baru.Udara yang tidak panas secara terus menerus

10

disebarkan melalui udara yang bergerak, fenomena semacam ini disebut konveksi udara (Guyton, 2000; Ganong, 2001). 2) Konveksi (Convection) Adalah penyebaran api dan panas melalui pergerakan udara serta cairan. Konveksi dapat juga dapat diartikan perpindahan panas karena perbedaan suhu kulit dengan suhu sekitar dan kecepatan angin.Kehilangan panas melalui konveksi udara disebut konveksi. Panas dapat didapatkan atau dihilangkan dengan jalan konveksi ke udara, air atau cairan lain yang kontak dengan tubuh dan media lain yang berdekatan menghasilkan perpindahan panas dengan konduksi sejalan atau sesuai dengan tingkat panas. Jika media berpindah, panas akan berpindah dengannya. Hal tersebut adalah pertukaran panas dengan cara konveksi, analog dengan pertukaran dari larutan melalui besarnya aliran. Walaupun ketika kita diam tak bergerak, udara di sekitar kita bergerak karena udara mengembang akibat menyerap panas dari tubuh kita. 3) Radiasi (Radiation) Penyebaran panas melalui ruang sampai mencapai objek yang tidak tembus panas.Radiasi dapat juga diartikan sebagai menyerap atau memancarkan panas melalui gelombang elektromagnetik.Radiasi tidak dipengaruhi oleh suhu dan kecepatan angin, tetapi dipengaruhi oleh karena perbedaan suhu kulit dan suhu benda padat di sekitar tubuh.Panas radiasi tidak menyebabkan pemanasan secara langsung pada udara. Perpindahan panas dari proses produksi ke lingkungan kerja terjadi secara radiasi adalah proses perpindahan panas dimana

permukaan

memancarkan

obyek

panas

seluruhnya

dalam

secara

bentuk

konstan

gelombang

elektromagnetik. Laju pancaran ditentukan oleh suhu dari permukaan radiasi (Ganong, 2001).

11

4) Evaporasi Adalah kehilangan panas tubuh melalui penguapan keringat. Penguapan keringat terganggu jika suhu dan kelembaban udara sangat tinggi karena udara telah jenuh dengan uap air, akibatnya suhu tubuh akan meningkat. Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (=homeotermis) oleh suatu system pengatur suhu (=thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat kesetimbangan antara panas yang dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat metabolise dan pertukaran panas di antara tubuh dengan lingkungan sekitar. Produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik dari dalam tubuh, makanan, pengaruh berbagai bahan kimiawi dan gangguan pada sistem pengatur panas, faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh dengan sekitarnya adalah konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Untuk mempertahankan suhu tubuh maka : M ± Kond ± Konv ± R – E = 0 Keterangan : M : panas dari metabolisme Kond : pertukaran panas secara konduksi Konv : pertukaran panas secara konveksi R : panas radiasi E : panas oleh evaporasi. 2. Efek Tekanan Panas Pada Manusia Pola kerja yang terus berubah diikuti pula oleh perubahan-perubahan dalam lingkungan kerja seperti aneka kadar faktor. Faktor fisik, kimia,biologis dan manusia juga mengalami perubahan tersebut. Suhu yang tinggi mengakibatkan heat cramps, heat exhaustion, heat stroke : a. Heat Cramps, ini dialami dalam lingkungan yang suhunya tinggi sebagaiakibat

bertambahnya

keringat

yang

menyebabkan

hilangnya garamnatrium dari tubuh dan sebagai akibat minum

12

banyak air, tetapi tidak diberi garam untuk mengganti garam natrium yang hilang. b. Heat exhausttion, biasanya terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas,terutamabagi mereka yang belum beraklimatisasi terhadap suhu panas. c. Heat stroke, merupakan pengaruh panas kepada pusat temperatur panas di otak. 3. Cara Menetapkan Besarnya Tekanan Panas a. Suhu effektif, yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami seseorang tanpa baju dan kerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhueffektif adalah tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolismetubuh sendiri. b. Indeks suhu basah dan bola (=wet bulb-globe temperatur index) yaitu rumus -rumus sebagai berikut : I.S.B.B : 0,7x suhu basah + 0,2 xsuhu radiasi + 0,1 suhukering (untuk pekerjan dengan sinar matahari) I.S.B.B : 0,7 x suhu basah+ 0,3 x suhu radiasi (untuk pekerjan tanpa penyinaran sinar matahari). c. Indeks kecepaatn keluar keringat selama 4 jam (=predicted– 4 – hours weetrate di singkat PSR) yaitu banyaknya keringat keluar selama4 jam,sebagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan gerakan udara sertapanas radiasi. d. Indeks Belding – Hcth, dihubungkan dengan kemampuan berkeringat dengan orang standard yaitu seseorang muda dengan tinggi 170 cm dan berat 154 pound, dalamkeadan sehat dan memiliki kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap panas. Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memancarkan gelombang panas.Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan panas lewat mekanisme radiasi.Selain itu dan penting sekali, manusia dapat berkeringat yang dengan penguapan di permukaan kulit

13

atau melalui paru - paru tubuh kehilangan panas untuk penguapan. Karena dalam berbagai macam keadaan lingkungan kerja dengan temperatur yang berbeda pula, maka dalam pengukuran iklim kerja diperlukan beberapa macam alat pengukur sebagai berikut : 1. Psycrometer Psychrometer adalah suatu alat untuk mengukur kelembaban nisbi udara dan tekanan partikel uap air di udara. Alat ini terdiri dari dua termometer, yang pertama digunakan untuk mengukur suhu udara yang disebut suhu kering dan yang kedua reservoirnya atau

ujungnya

dibalut

dengan

kain

katun

yang

dalam

penggunaanya, kain katun ini dibasahi dengan air. Karena adanya penguapan air pada kain katun tersebut maka terjadi penurunan suhu. Besarnya penurunan suhu tergantung dari banyaknya penguapan yang terjadi dan ini tergantung dari kelembaban udara. Suhu yang ditunjukkan oleh termometer yang kedua ini disebut suhu basah (tw). Dari perbedaan antara suhu kering dan suhu basah diketahui kelembaban relatif dan tekanan partikel uap air di udara. Ada beberapa jenis psychrometer, antara lain : a. Psychrometer Putar Psychrometer ini terdiri dari dua termometer, satu diantaranya dibalut dengan kain katun dan dilengkapi dengan

pemutar

yang

berguna

untuk

membantu

percepatan penguapan air pada kain katun. b. Psychrometer Hisap Arsaman Parameter Hisap Arsman ini terdiri dari dua termometer, satu diantaranya dibalut dengan kain katun. Alat ini dilengkapi dengan kunci pemutar kipas (fan) untuk membantu mempercepat penguapan air pada kain katun. Apabila pemutar kipas digunakan sebagai sumber tenaga maka alat ini disebut motor drive psychrometer. c. Psychrometer August

14

Psychrometer ini juga terdiri dari dua termometer, satu diantaranya reservoirnya atau ujungnya dibalut dengan kain katun yang agak panjang dan di bawahnya diletakkan botol yang berisi air sehingga ada sebagian kain katun terendam dalam air. Suhu yang ditunjukkan oleh termometer yang dibalut dengan kain menunjukkan suhu basah alami. Panjang kain katun dari ujung termometer sampai dengan permukaan air reservoir adalah

2,5

cm.

Pengukuran

suhu

basah

alami

dimaksudkan untuk pengukuran Wet Body Temperature yaitu perilaku termometer basah yang mempunyai kesamaan perilaku manusia tanpa busana dalam keadaan seluruh permukaan kulit basah. Pada suhu tertentu ada aliran udara maka akan terjadi penguapan air yang membasahi termometer sehingga suhu turun. Sedangkan terhadap suhu yang basah juga akan mengakibatkan penguapan panas tubuh sehingga tubuh menjadi terasa dingin yang disebabkan oleh penguapan air di permukaan kulit. 2. Globe Thermometer Alat ini digunakan untuk mengukur panas radiasi, terdiri dari sebuah bola tembaga dengan diameter 15 cm yang berwarna hitam (tidak mengkilat). Karena sifat warna hitam yang menyerap radiasi, maka suhu dalam bola akan naik yang ditunjukkan oleh termometer. Suhu ini disebut bola yang dengan suatu perhitungan dapat ditentukan besarnya radiasi di tempat kerja. 3. Kata Thermometer Kata

Thermometer

adalah

suatu

thermometer

yang

dilengkapi oleh 2 reservoir, yaitu reservoir utama (di bawah) dan reservoir

pembantu

(di

atas).

Kedua

reservoir

tersebut

dihubungkan oleh pipa kapiler dan pipa kapiler ini terdapat 2 garis

15

batas suhu yang berguna untuk mengetahui lamanya waktu pendinginan (cooling time). Cooling time dihitung dengan menggunakan stopwatch. Kata Thermometer ini berisi alkohol merah. Pada setiap Kata Thermometer terdapat Kata Faktor (F), dimana F adalah faktor kalibrasi untuk tiap Kata Thermometer. Ada 3 jenis Kata Thermometer yang digunakan sesuai dengan suhu ruangan yang diukur, misalnya : a. Untuk suhu normal dengan daerah ukur (range) : 35 o-38o C. b. Untuk suhu sedang dengan daerah ukur (range) : 42 o-50o C. c. Untuk suhu tinggi dengan daerah ukur (range) : 52 o-55o C. Sebagai dasar untuk memilih adalah waktu pendinginan kurang dari 2 menit. Bila dalam ruangan kerja yang diukur terdapat sumber panas radiasi maka harus digunakan Kata Thermometer yang bagian bawahnya dilapisi dengan perak yang berfungsi untuk menahan panas radiasi tersebut. 4. Heat Stress Area (Quest Temp 10o) Selain alat tersebut, diperlukan juga pengetahuan yang dibuat tentang panas metabolisme yang dihasilkan oleh tenaga kerja karena memiliki sifat pekerjaan yang berbeda-beda. Mulai dari pekerjaan ringan, sedang, dan berat. Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya. Jenis pekerjaan yang sifatnya berat akan membutuhkan istirahat lebih sering dan waktu kerja yang pendek. Apabila waktu kerja diperpanjang melebihi kemampuan tenaga kerja dapat menimbulkan kelelahan

Dengan

bekerja maka seseorang tenaga

kerja

menerimabeban sebagai akibat dari aktifitas fisik yang dilakukanya.

akan

16

Pekerjaan bagi manusiamerupakan suatu kebutuhan hidup.Dengan bekerja

seseorang

tenaga

kerja

dapatmandiri,

mengembangkan

kepribadiannya dan mengisi hidup dengan karya setiap pekerjaan adalah beban bagi pelakunya.Beban yang dimaksud adalahfisik, mental dan sosial.Pembebanan fisik yang dibenarkanadalah pembebanan yang tidak melebihi 30 – 40 % dari kemampuan kerja maximal tenaga kerja dalam waktu 8jam sehari. Pembebanan yang lebih berat diperkenankan dalam waktu yang lebih singkat ditambah dengan istirahat. Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengukur beban kerja para karyawan atau pekerja dengan cara merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja. Lingkungan kerja memiliki faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan baik secara alamiah maupun modifikasioleh manusia. Perbaikan lingkungan kerja adalah salah satu upaya untuk menciptakan lapangan kerja yang sehat sehingga tenaga kerja mampu melaksanakan pekerjaanya lebih efisien dan produktif . Tenaga kerja pada pekerjaanya tergantung pada kemampuanya, beban pekerjaan yang menjadi tugasnya, lingkungan kerja, latihan-latihan yang dialamidan adaptasioleh tenagakerja terhadappekerjanya.Disini tenaga kerja dalam pekerjanya akan mengalamiefek-efek jangka pendek berupa cepat lelah, perasaan tidak enak, rasa nyeri dan efekjangka panjang berupa banyaknya angka absensi, rendahnya kapasitas kerja dan pencurian waktu kerja untuk istirahat. Akibat suhu lingkungan tinggi, suhu tubuh akan meningkat (tubuh mendapatkan pemanasan yang berlebihan) sejumlah keringat disekresi ke permukaan kulit oleh kelenjar keringat, keringat mengandung bermacammacam elektrolit terutamaion natrium dan klorida. Keluarnya ion natrium dan

klorida

akan

menyebabkan

penurunan

kekuatan.

Hal

itu

akanmenyebabkan penurunan kontraksi otot sehingga tubuh mengalami

17

kelelahan, karena untuk kontraksi otot dibutuhkan glukosa sebagai sumber energi. Suhu tubuh harus dijaga agar tetap berada pada suhu normal agar seluruh organ tubuh dapat bekerja dengan normal. Jika terjadi perubahan core themperature tubuh maka beberapa fungsi organ tubuh akan terganggu. Sistem metabolisme tubuh secara alami dapat bereakasi untuk menjaga kenormalan suhu tubuh seperti dengan keluarnya keringat, menggigil dan meningkatkan atau mengurangi aliran darah pada tubuh.Untuk pengaturan suhu tubuh secara eksternal ada 7 faktor yang harus dikontrol yaitu : suhu udara, kelembaban, kecepatan udara, pakaian, aktifitas fisik, radiasi panas dari berbagai sumber panas dan lamanya waktu tekanan panas. Berikut adalah keadaan manusia pada berbagai variasi suhu tubuh : 1. Kondisi Panas a. 37°C (98,6°F) : Suhu tubuh normal (36 - 37,5°C/96,8 – 99,5°F). b. 38°C (100,4°F) : Berkeringat, sangat tidak nyaman, sedikit lapar. c. 39°C (102,2°F) : Berkeringat, kulit merah dan basah, dan jantung

berdenyut

kencang,

kelelahan,

merangsang

kambuhnya epilepsy. d. 40°C (104°F)

: Pingsan, dehidrasi, lemah, sakit kepala,

muntah dan berkeringat. e. 41°C (105,8°F) : Keadaan gawat, pingsan, pening, bingung sakit kepala, halusinasi, napas sesak, mengantuk mata kabur dan jantung berdebar. f. 42°C (107,6°F) : Pucat, kulit memerah dan basah, koma, mata

gelap

dan

terjadi

gangguan

hebat,

tekanan

darahmenjadi tinggi atau rendah dan detak jantung cepat. g. 43°C (109,4°F) : Umumnya meninggal, kerusakan otak, gangguan dan goncangan hebat terus menerus, kolaps.

18

h. 44°C (111,2°F) : Hampir dipastikan meninggal namun ada beberapa pasien yang mampu bertahan hingga di atas 46°C (114,8°F). 2. Kondisi Dingin a.

37°C (98,6°F) : Suhu tubuh normal (36 - 37,5°C/96,8 99,5°F).

b.

36°C (96,8°F) : Menggigil ringan hingga sedang.

c.

35°C (95,0°F) : Hipotermia suhu kurang dari 35°C (95°F), menggigil keras, kulit menjadi biru atau keabuan. Jantung menjadi berdegup.

d.

34°C (93,2°F) : Mengggil yang sangat keras, jari kaku, kebiruan dan bingung terjadi perubahan perilaku.

e.

33°C (91,4°F) : Bingung sedang hingga parah, mengantuk, depresi, berhenti menggigil, denyut jantung lemah, napas pendek dan tidak mampu merespon rangsangan.

f.

32°C (89,6°F) : Pada kondisi gawat halusinasi, gangguan hebat, sangat bingung, tidur yang dalam dan menuju koma, detak jantung rendah , tidak menggigil.

g.

31°C (87,8°F) : Comatose, tidak sadar, tidak memiliki reflek, jantung sangat lambat, terjadi gangguan irama jantung yang serius.

h.

28°C (82,4°F) : Jantung berhenti berdetak pasien menuju kematian.

i. 24 - 26°C (75,2 - 78,8°F) or less : Terjadi kematian namun beberapa pasien ada yang mampu bertahan hidup hingga di bawah 24 - 26oC (75,2 -78,8oC). Tekanan panas pada tubuh pertama kali diterima oleh lapisan kulit pada tubuh. Sehingga efek terbesar proses tekanan panas terjadi pada kulit. Jika kulit diterpa panas pada suhu tertentu dan dalam waktu tertentu maka selain akan berakibat pada terjadinya heat strain pada tubuh juga matinya atau kerusakan sel - sel tubuh.

19

Dengan matinya sel-sel tubuh maka akan menyebabkan terjadinya gangguan pada panca indera manusia, regenerasi sel terhambat dan akhirnya terjadi proses penuaan lebih cepat seiring kurang optimalnya fungsi organ tubuh. Contoh dalam faktor fisik yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan merupakan beban tambahan adalah tekanan panas. Tekanan panas adalah kombinasi antara iklim kerja dan proses metabolisme. Dalam British Thermal Unit (BTU) yaitu banyaknya panas yg diperlukan untuk menaikkan suhu satu pound air 1oF. Untuk nilai 1.000 BTU = 252 Kcal. Panas karena proses metabolisme dari orang dengan BB ± 154 pound, TB ± 172 cm, luas permukaan kulit 1,85 m2, beraklimatisasi terhadap panas. Proses produksi dengan suhu tertentu (terlalu panas). Dalam iklim kerja terdapat hal-hal yang berhubungan dengan pengukurannya antara lain : 1. Suhu kering (dry-bulb temperature). adalah suhu udara yang ditunjukkan oleh suatu termometer yang akurat (setelah panas radiasi yang dapat mempengaruhi hasil pembacaan dikoreksi). 2. Suhu

basah

(wet-bulb

temperature).

adalah

suhu

yang

menunjukkan udara telah jenuh dengan uap air. 3. Suhu basah alami. adalah suhu yang ditunjukkan oleh thermometer dimana di ujung bagian bawahnya dibalut dengan kain katun dan termometer tersebut dicelupkan ke dalam erlenmeyer yang berisi aquades. 4. Suhu basah psikrometrik. adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer berbola basah dari suatu psychrometri. 5. Suhu Bola (globe temperature).

20

adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer yang dipasang di bagian tengah suatu bola yang terbuat dari tembaga dengan diameter 15 cm dan permukaan luarnya di cat hitam. Beban tambahan akibat kerja yang berupa panas dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada tenaga kerja, diantaranya adalah heat cramps, heat stroke, miliari, heat exhaustion, dehidrasi, heat syncope, kelainan kulit (heat rash), dan lain-lain. Heat cramps dialami pada lingkungan yang suhunya tinggi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilang nya garam natrium dari dalam tubuh dan sebagai akibat banyak minum air tapi tidak diberi garam untuk mengganti garam natrium yang hilang. Heat cramps terasa sebagai kejang-kejang otot tubuh dan perut yang sangat sakit. Disamping kejang-kejang tersebut terdapat pula gejalagejala yang biasa pada heat stress, yaitu pingsan, kelemahan, mual, dan muntah-muntah. Heat exhaustion biasanya terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara yang sangat panas.Penderita berkeringat sangat banyak sedangkan suhu badan normal atau subnormal.Tekanan darah menurun dan nadi lebih cepat.Penderita merasa lemah, mungkin pingsan, kadang-kadang lethargik. Heat stroke jarang terjadi dalam industri namun bila terjadi sangatlah hebat.Biasanya yang terkena adalah laki-laki yang pekerjaannya berat dan belum beraklimatisasi.Gejala-gejala yang terpenting adalah suhu badan naik sedangkan kulit kering dan panas.Gejala-gejala saraf pusat dapat terlihat, seperti vertigo, tremor, konvulsi, dan delirium. Menurunkan suhu badan dengan kompres atau selimut kain basah dan dingin adalah pengobatan utama. Sebab heat stroke adalah pengeruh panas pada pusat pengatur panas di otak.Miliari adalah kelainan kulit sebagai akibat keluarnya keringat yang berlebih-lebihan. Agar tenaga kerja dapat terhindar dari gangguan kesehatan maka telah ditentukan batasan untuk tenaga kerja bekerja pada suatu tempat kerja

21

Selain gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebih seperti yang tersebut di atas. Adapula dampak negatif lain, menurut (Pulat, 1992) bahwa reaksi fisiologis tubuh (Heat Strain) oleh karena peningkatan temperatur udara diluar comfort zoneyaitu : a. Vasolidasi. b. Denyut jantung meningkat. c. Temperatur kulit meningkat. d. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat dan lain-lain. Dengan demikian jelas bahwa tekanan panas ditempat kerja sangatlah berpengaruh terhadap tenaga kerja karena dengan adanya tekanan panas yang berlebihan akan menyebabkan dampak-dampak negatif seperti yang dipaparkan diatas.

B. Perundang-undangan 1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal 13, “Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.” 2. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal 3 ayat

1

huruf

g,

“Mencegah

dan

mengendalikan

timbul

atau

menyebarluasnya suhu, kelembaban, suhu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, sinar radiasi, suara dan getaran.” 3. Kepmenaker No Kep. 13/ MEN/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja, Pasal 9, ”Peninjauan Nilai Ambang Batas faktor fisik ditempat kerja dilakukan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.” 4. Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja. 5. Tiap tenaga kerja berhak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan, moral kerja, kesusilaan sesuai martabat dan moral agama.

22

6. Pemerintah membina perlindungan kerja. 7. Kepmenaker Nomor : KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat Kerja. Pasal 1 ayat 5, ”iklim kerja yaitu hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerak udaradan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaan”. 8. SNI 16-70063-2004, tentang NAB Iklim Kerja (panas), Kebisingan, Getaran Tangan Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja.

23

BAB III HASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja dan Prosedur Pengukuran 1. Gambar Alat Heat Stress Area

Keterangan dan fungsi : a. Globe : Untuk mengukur suhu globe b. Suhu basah : Untuk mengukur suhu basah c. Suhu kering : Untuk mengukur suhu kering d. Tombol On / Off :Untuk menghidupkan dan mematikan alat. e. Tombol WBGT In / Out : Untuk mentukan pengukuran di dalam atau di luar ruangan

f. Tombol Dry Bulb g. Tombol Wet Bulb

2. Cara Kerja Heat Stress Area

23

24

Cara kerjanya : 1) Menyiapkan alat dan merangkai pada statif. 2) Memberi air pada wet sensor bar, lalu menekan ON dan membiarkan sekitar 10 menit untuk kalibrasi. 3) Menekan tombol, memilih dalam 0C atau 0F. 4) Menekan tombol WBGT In/Out (sesuai dengan tempat yang akan diukur). 5) Menekan tombol yang akan diukur. Lalu perhatikan angka di display, mencatat. 6) Jika sudah selesai matikan alat dengan menekan OFF.

3. Prosedur Pengukuran Menentukan iklim kerja pada luar ruangan : a. Menentukan alat ukur pada tempat ruangan kerja. b. Meletakan alat ukur pada tempat ruangan kerja yang sebelumnya dikalibrasi dengan waktu sesuai dengan alat ukur. c. Mengukur iklim kerja dan tekanan panas pada luar ruangan dengan alat pengukur tekanan panas. d. Catat hasilnya e. Menghitung dengan rumus ISBB diluar ruangan.

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan 1. HasilPengukuran Pengukuran dilaksanakan pada : hari/tanggal

: Rabu, 5 November 2014

tempat

: Ruang Kuliah 4 D.IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Hotspot Area

waktu

: pukul 14.40 – 15.06 WIB

cuaca

: Cerah Panas

Didapatkan data sebagai berikut : Cuaca

Indikator

Hasil Pengukuran

25

Cerah

Cerah

WBGT in

29,3 oC

Globe

35,0 oC

Dry Bulb

34,5 oC

Wet Bulb

27,0 oC

WBGT in

31,8 oC

Globe

44,2 oC

Dry Bulb

37,3 oC

Wet Bulb

27,2 oC

Nb : dilakukan pengukuran diluar ruangan depan ruang kuliah 1, cuaca berawan.

2. Perhitungan a. Hasil Perhitungan ISBB Seorang apoteker bekerja di laboratorium dengan 10 denyut nadi istirahat dalam waktu 7 detik dan dengan 10 denyut nadi setelah bekerja dalam waktu 6 detik. Adapun data dari pekerja tersebut bernama Mawar berumur 30 tahun, berat badan 48kg, tinggi 156 cm. Jam kerja Mawar dimulai dari jam 08.00 s/d 16.00 dengan 1 jam waktu istirahat.

Hasil Perhitungan: -

Beban Kerja Apoteker

Denyut Nadi istirahat →

10 7

𝑥60 = 85,7

Denyut Nadi setelah bekerja →

10 6

𝑥60 = 100

Denyut Nadi maksimum = 200 − 𝑢𝑠𝑖𝑎 = 200 − 30 = 170 100 𝑥 𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎−𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑖𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡

% CVL = 𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑖𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡 =

100 𝑥( 100−85,7) 170−85,7 100 𝑥 14,3

= 170−85,7 1430

= 84,3

26

= 16,96 -

Kategori beban kerja →Sedang

-

Variasi kerja 75% Kerja – 25% Istirahat NAB : 30,6

2. a)

Didalam : pekerja mebel bagian finishing, wanita berumur 48

tahun, berat badan 56 Kg, dengan waktu kerja selama 7jam/hari. b)

diluar

: workshop, seorang laki-laki 28 tahun dengan berat

55kg bekerja selama 6jam/hari, dengan denyut nadi ketika bekerja 100/menit, istirahat 70/menit.

Hasil Perhitungan: -

Beban kerja tukang kayu Kebutuhan kalori = (Penggergajian kayu manual) 6,86 kkal Kalori/jam Kalori x Berat Badan = 6,86 x 54 = 370,44 → Kategori beban kerja Ringan

-

Variasi kerja 75% Kerja – 25% Istirahat NAB : 25,9oC

27

BAB IV PEMBAHASAN

Pengukuran tekanan panas dilaksanakan pada: hari/tanggal

: Rabu, 5 November 2014

tempat

: RuangKuliah 1 D.IVKeselamatan dan Kesehatan Kerja dan Depan Koprasi Mahasiswa

waktu

: pukul 14.40 – 15.06 WIB

cuaca

: Cerah Panas Berdasarkan perhitungan ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) yang

didapatkan, dapat dianalisa dengan membandingkan nilai ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) yang didapatkan dengan nilai ambang batas ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) dalam nilai ambang batas iklim kerja menggunakan parameter ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) yang tercantum dalam Lampiran I : Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Nomor : KEP-13/MEN/2011, NAB Faktor Fisika di tempat kerja yaitu :

ISBB (oC) Pengaturan waktu kerja setiap jam

Beban Kerja Ringan

Sedang

Berat

75% - 100%

31,0

28,0

-

50 % - 75%

31,0

29,0

27,5

25% - 50%

32,0

30,0

29,0

0% - 25%

32,2

31,1

30,5

Sumber :Permenakertrans Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011

Berdasarkan data diatas dan hasil perhitungan dapat dikatakan bahwa : 1. Pekerja laboratorium obat atau apoteker dengan hasil ISBB = 29,3oC dan NAB yang ditetapkan untuk kerja sedang dengan prosentase kerja 75% dan istirahat 25% adalah 29,0 oC, maka dapat disimpulkan bahwa pekerja

27

28

tersebut masuk dalam kategori sedangdan berpotensi dapat terkena dampak yang serius apabila pekerja terus menerus terpapar tekanan panas. Penanganan khusus atau pengendalian terhadap pekerja ini lebih baik pekerja dihindarkan dari paparan panas yang terus menerus sehingga pekerja dapat terhindar dari bahaya potensi yang dihasilkan oleh tekanan penas tersebut. selain itu dapat dilakukan berbagai pengendalian tekanan panas, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Menghindari kontak lama dengan sumber panas. b. Penempatan tenaga kerja berdasarkan ukuran tubuh (besar atau kurus) dan umur. c. Penyediaan pakaian kerja yang mudah menyerap panas misalnya pemakaian bahan katun atau kaos. d. Pemeriksaan

kesehatan,

pemeriksaan

kesehatan

dapat

dilakukan secara bertahap ataupun secara khusus sehingga kesehatan pekerja dapat terpantau serta menghindari terjadinya penularan penyakit pada tiap pekerja. Terhadap lingkungan kerja juga dapat dilakukan berbagai hal berikut : 1. Memasang atap yang tidak memantulkan panas ke pekerja, contohnya pemasangan asbes atau seng diganti dengan genting batu bata ddan ketinggiannya juga di perhitungkan. 2. Pemasangan kipas atau blower agar pekerja tidak stress 3. Menyediakan minum untuk pekerja dan ditempatkan ditempat yang strategis agar pekerja mudah menjangkaunya. 4. Engineering Control 2. Pekerja mebel dengan hasil pengukuran ISBB = 31,8oC dan NAB yang ditetapkan untuk kerja ringan dengan prosentase kerja 75% dan istirahat 25% adalah 31oC, maka dapat ditarik disimpulkan bahwa pekerja tersebut masuk dalam kategori ringan dan tidak melebihi NAB yang telah ditetapkan sehingga tidak ada perlakuan khusus untuk pekerja tersebut.

29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Tekanan panas adalah kombinasi antara cuaca kerja ( iklim kerja) dihubungkan dengan produksi panas tubuh. 2. Iklim kerja adalah kombinasi antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi pada suatu lingkungan kerja. 3. Salah satu hal yang mempengaruhi produktivitas pekerja yaitu beban tambahan akibat kerja, yang berupa faktor fisika, kimia, biologi, fisiologis, dan mental psikologis. 4. Faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh dengan sekitarnya adalah konduksi, konveksi, radiasi, dan penguapan. 5. Suhu yang tinggi mengakibatkan heat cramps, heat exhaustion, heat stroke 6. Rumus ISBB in-door = 0,7tnwb + 0,3tg 7. Rumus ISBB out-door = 0,7tnwb + 0,2tg + 0,1ta 8. Alat ukur yang digunakan adalah Heat Stress Area 9. NAB untuk pekerja apoteker adalah 30,6 oCsementara NAB untuk tukang kayu adalah 25,9 oC 10. ISBB pekerja apoteker adalah 29,55oC dan ISBB tukang kayu adalah 31,61oC

B. Saran 1. Sebaiknya iklim ditempat kerja diatur agar nyaman sesuai dengan sifat pekerjaan yang dilakukan. 2. Sebaiknya dalam mengatur tempat kerja sangat perlu diperhatikan aliran udara atau suhu ruangan agar pekerja merasa nyaman dan tercipta efisiensi kerja yang tinggi sehingga diperoleh produktivitas yang tinggi.

29

30

3. Sebaiknya pengukuran iklim kerja menggunakan alat pengukur yang tepat dan perhitungan waktu yang tepat sehingga diperoleh data yang akurat. 4. Praktikan sebagai ahli K3 harus memperhatikan faktor - faktor yang dapat mempengaruhi dalam pengukuran serta mengerti cara penanggulangan iklim kerja yang sifatnya menggangu. 5. Praktikan sebagai ahli K3 harus lebih cermat dan teliti dalam membaca hasil pengukuran pada alat pengukur dan tabel. 6. Praktikan sebagai ahli K3 harus mengetahui bagaimana cara kerja alat alat yang digunakan dan mampu melakukan pengukuran iklim kerja. 7. Praktikan sebagai ahli K3 harus mampu menganalisis suatu tempat apakah sudah memenuhi syarat - syarat atau sesuai dengan nilai ambang batas.

31

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, 2012. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Suma’mur. 2014. Higene Perusahaan dan KesehatanKerja (HIPERKES). Jakarta: CV.Sagung Seto.

Martha.2009.tekanan

panas.http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-18800-

2509204202-Chapter1.pdf(5 November 2014)

Ummi

Farida.2008.Landasan

Toeri

Tekanan

Panas.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/9/jtptunimus-gdl-s1-2008ummifarida-443-3-bab2.pdf(5 November 2014)

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Working At Height
December 2019 18
Bab I-v Laprak Debu.docx
December 2019 17
Cover Laporan Kunjungan.docx
December 2019 26
Bab I.docx
December 2019 13
Bab I Indah.docx
December 2019 12