BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia dalam kehamilan merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak dialami dan cukup tinggi yang berkisar antara 10-20%. Menurut sistem kesehatan nasional (SKN) tahun 2001 angka anemia pada ibu hamil sebesar 40%, kondisi ini mengatakan bahwa anemia cukup tinggi di Indonesia bila di perkirakan pada tahun 2003-2010 prevalensi anemia masih tetap di atas 40% maka angka kematian ibu sebanyak 18.000 pertahun yang disebabkan perdarahan setelah melahirkan. Hal ini terlihat dari tingginya angka kematian ibu (AKI) di Asia Tenggara pada tahun 2005 yaitu berkisar 290,8 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian anemia ini adalah; kurang gizi, selain itu anemia pada ibu hamil disebabkan karena kehamilan berulang dalam waktu singkat, cadangan zat besi ibu sebenarnya belum pulih, terkuras oleh keperluan janin yang dikandung berikutnya. Tingginya anemia yang menimpa ibu hamil memberikan dampak negatif terhadap janin yang dikandung dari ibu dalam kehamilan, persalinan maupun nifas yang diantaranya akan lahir janin dengan berat badan lahir rendah (BBLR), partus premature, abortus, pendarahan post-partum, partus lama dan syok.
Hal ini
tersebut berkaitan dengan banyak faktor antara lain; status gizi, umur, pendidikan, dan pekerjaan. B. Tujuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
pengertian anemia menurut para ahli patofisiologi klasifikasi anemia dalam kehamilan macam-macam anemia tanda dan gejala anemia pengaruh anemia pada kehamilan, persalinan, nifas, dan janin diagnosa anemia pencegahan dan penanganan anemia tinjauan tentang faktor yang berhubungan dengan anemia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anemia Pada Ibu Hamil 1. Pengertian Anemia Menurut Para Ahli a. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trismester I dan II atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr % pada trimester II ( Saifuddin. A. B. 2001 hal 281 ). b. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana kadar hemoglobin kurang dari 10 gr / 100 ml ( Wiknjaksatro, 2002. Hal 405 ). c. Anemia adalah Kondisi dimana berkurangnya sel darah merah(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya
sebagai
pembawa
oksigen
keseluruh
jaringan.(Wasnidar, 2007.hal 20). d. Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin atau sel darah merah < 11 gr % atau suatu keadaan dengan junlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun (Maimunah 2005 ). e. Anemia adalah turunnya kadar hemoglobin < dari 12,0 g/100 ml darah pada wanita yang tidak hamil dan kurang dari 10,0 g/100 ml darah pada wanita hamil (Varney Helen, 2002 hal 152). 2. Patofisiologi Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia). Hypervolemia merupakan hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga member efek yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml. Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan kerja jantung.
Hemodulusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr % maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%. 3. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat dibagi menjadi 4 kategori yaitu:
Hb > 11 gr% Tidak anemia (normal)
Hb 9-10 gr% Anemia ringan
Hb 7-8 gr%
Anemia sedang
Hb <7 gr%
Anemia berat
4. Macam-Macam Anemia a. Anemia Defisiensi Besi Anemia yang paling sering dijumpai yang disebabkan karena kekurangan unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan absorpsi, kehilangan zat besi yang keluar dari badan yang menyebabkan perdarahan. b. Anemia megaloblastik Anemia karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B. Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi makanan. c. Anemia Hipoplastik Disebabkan oleh karena sum-sum tulang kurang mampu membuat selsel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar roentgen, racun dan obat-obatan. d. Anemia hemolotik Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya biasa menjadi lebih
berat. Sebaliknya mungkin pula pada kehamilan menyebabkan krisis hemolitik
pada
wanita
yang
sebelumnya
tidak
menderita
anemia.menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. 5. Tanda dan Gejala Anemia Berkurangnya konsentrasi hemoglobin selama masa kehamilan mengakibatkan suplay oksigen keseluruh jaringan tubuh berkurang sehingga menimbulkan tanda dan gejala anemia secara umum, sebagai berikut: Lemah, mengantuk, pusing, lelah, malaise, sakit kepala, nafsu makan turun, mual dan muntah, konsentrasi hilang dan nafas pendek (pada anemia yang parah). Pada pemerikasaan tanda-tanda dan gejala anemia dapat meliputi: kulit pucat, mukosa, gusi, dan kuku-kuku jari pucat, takikardi/murmut lambat (pada anemia yang parah), rambut dan kuku rapuh (pada anemia yang parah) dan juga lidah licin (pada anemia yang parah). 6. Pengaruh Anemia pada Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Janin a. Bahaya Anemia dalam Kehamilan 1.
Resiko terjadi abortus
2.
Persalinan permaturus
3.
Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4.
Mudah menjadi infeksi
5.
Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr %)
6.
Mengancam jiwa dan kehidupan ibu
7.
Mola hidatidosa
8.
Hiperemesis gravidarum
9.
Perdarahan anterpartum
10. Ketuban pecah dini (KPD) b. Bahaya Anemia dalam Persalinan 1.
Gangguan kekuatan his
2.
Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
3.
Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
4.
Kala tiga dapat di ikuti retensio placenta dan perdarahan postpartum karena atonia uteri.
5.
Kala empat dapat terjadi perdarahan post-partum sekunder dan atonia uteri.
c. Bahaya anemia dalam masa nifas 1.
Perdarahan post-partum karena atonia uteri dan involusio uteri memudahkan infeksi puerperium
2.
Pengeluaran ASI berkurang
3.
Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
4.
Mudah terjadi infeksi mammae
d. Bahaya anemia terhadap janin Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai keutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolism tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dan bentuk : 1.
Abortus
2.
Terjadi kematian intra uteri
3.
Persalinan prematuritas tinggi
4.
Berat badan lahir rendah (BBLR)
5.
Kelahiran dengan anemia
6.
Dapat terjadi cacat bawaan
7.
Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
8.
Intelengensi rendah, oleh karena kekurangan oksigen dan nutrisi yang menghambat pertumbuhan janin.
7. Diagnosa Anemia Diagnosa anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan dengan : a. Anamnese Pada anemnese akan didapatkan keluhan lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual, muntah lebih berat pada hamil muda. Bila terdapat keluhan lemah, Nampak pucat, mudah pingsan, sementara masih dalam batas normal, maka perlu dicurigai anemia defesiensi zat besi. b. Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah Hb dan darah tepi akan memberikan kesan pertama. Pemeriksaan Hb dengan Spektofotometri merupakan standar, kesulitan adalah alat ini hanya tersedia di kota. Di Indonesia penyakit kronik seperti: malaria dan tuberculosis (TBC) masih relatif sering dijumpai sehingga pemeriksaan khusus darah tepi dan sputum perlu dilakukan. Dengan pemeriksaan khusus untuk membedakan dengan defisiensi asam folat dan thalassemia. Pemeriksaan Mean Corpuscular Volume (MCV) penting untuk menyingkirkan thalassemia. Bila terdapat batas MCV < 80 uL dan kadar ROW (red cell distribution width) > 14% mencurigai akan penyakit ini kadar Hemoglobin Fetal (HbF) >2% dan HbA2 yang abnormal akan menentukan jenis thalassemia. 8. Pencegahan dan Penanganan Anemia a. Pencegahan Anemia Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit.
b. Penanganan pada Anemia sebagai berikut: 1. Anemia Ringan Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih di anggap ringan sehingga hanya perlu di perlukan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari. 2. Anemia Sedang Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi feros 600-1000 mg/hari seperti sulfat ferosus atau glukonas ferosus. 3. Anemia Berat Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg, 6 bulan selama hamil, dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan. B. Tinjauan Tentang Faktor yang Berhubungan dengan Anemia 1. Umur Umur ibu adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan sampai ibu tersebut hamil. Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi pada masa kehamilan diantaranya adalah umur ibu pada saat hamil. Jika umur ibu terlalu muda yaitu usia kurang dari 20 tahun, secara fisik dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian pada masa kehamilan, dimana pada usia kurang dari 20 tahun ibu takut terjadi perubahan pada postur tubuhnya atau takut gemuk. Ibu cenderung mengurangi makan sehingga asupan gizi termasuk asupan zat besi kurang yang berakibat bisa terjadi anemia. Sedangkan pada usia di atas 35 tahun, kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi rahim mulai menurun, serta meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan sampai persalinan. 2. Paritas Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Paritas 1-3 merupakan paritas I paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal paritas I dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian lebih tinggi. Resiko pada paritas 1 dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. Setelah kehamilan yang ketiga resiko anemia (kurang darah) meningkat.
Hal
disebabkan karena pada
kehamilan
yang berulang
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan dinding uterus yang biasanya mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin. 3. Status Gizi Ibu Hamil Anemia merupakan salah satu masalah utama penyebab angka kematian ibu di Indonesia dan sering terjadi pada ibu hamil. Biasanya Anemia ditemukan pada wania hamil yang jarang mengkonsumsi sayuran segar, khususnya jenis daun-daunan hiaju yang mentah ataupun makanan yang kandungan protein hewani. Status gizi dinilai berdasarkan perhitungan Antropometri WHO NCHS (National Center of Health Statistic), yaitu pengukuran dan berbagai dimensi fisik tubuh seperti barat terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan dikelompokkan. Menurut klasifikasi Departemen Kesehatan Indonesia menjadi gizi buruk (BB/U < 60 %), gizi kurang (BB/U 60-80%) dan gizi lebih (BB/U > 110%). Ibu hamil memerlukan jumlah zat gizi yang relative besar. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan janin di dalam kandungan. Peningkatan kebutuhan zat gizi ini terutama berupa vitamin B1, (Thiamin), Vitami E2 (Riboflapin), Vitamin A,D dan B1, Mineral,La, dan Fe. Kondisi gizi dan komsumsi ibu hamil yang kurang akan menyebabkan anemia dan berpengaruh terhadap kondisi janin dan bayi yang di lahirkan. Kekurangan gizi pada saat hamil akan menimbulkan berbagai kesulitan. Oleh karena itu, kecukupan gizi yang dianjurkan bayi ibu hamil harus dapat terpenuhi.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organorgan vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah dan penyakit-penyakit kronik. Gejala anemia adalah lemah, pucat, dan mudah pingsan. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah: keguguran (abortus), kelahiran prematur, persalinan lama, perdarahan post-partum. Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan atau mengkonsumsi suplemen zat besi. B. Saran Diperlukannya penangangan yang tepat terhadap faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi), terlebih faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi.
DAFTAR PUSTAKA Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Mochtar, Rustam. 1998, Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: Bina. Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.