1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hemodialisis merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan menggunakan selaput membran semi permeabel (dialiser), yang berfungsi seperti nefron sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolisme dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal (Black & Hawks, 2005). Dialisis atau transplantasi ginjal diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien gagal ginjal kronis. Dialisis dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan ginjal untuk membantu mendapatkan kembali fungsi ginjal yang seharusnya (Smeltzer dan Bare).
Angka kejadian gagal ginjal di dunia secara global lebih dari 500 juta orang dan yang harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah (hemodialisis) 1,5 juta orang. Prevalensi di Amerika Serikat yang terkena gagal ginjal sebanyak 300 ribu dengan hemodialisis sebanyak 220 ribu orang. Jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia sekitar 150 ribu orang dan yang menjalani hemodialisis 10 ribu orang ( YAGINA, 2007 cit. Yuliyanti, 2010). Pernefri (2011) melaporkan prevalensi di DKI Jakarta sebesar 3.471 orang menjalani hemodialisis tertinggi kedua di Indonesia setelah provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data di Rumah Sakit
2
Islam Jakarta pasien yang menjalani hemodialisis sebanyak 4729 pasien terhitung dari bulan Januari-Maret (RSIJ, 2017).
Hemodialisis adalah suatu cara untuk memisahkan darah dari sampah metabolisme dan racun tubuh bila ginjal sudah tidak berfungsi, disini digunakan ginjal buatan yang berbentuk mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan proses eliminasi sisa-sisa produk metabolisme (protein) dan koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara kompartemen darah dan dialisat melalui selaput membran semipermiabel yang berperan sebagai ginjal buatan. Proses pengobatan tersebut dapat membantu memperbaiki homeostatis tubuh, namun tidak untuk mengganti fungsi ginjal yang lainnya, sehingga untuk mempertahankan hidupnya, pasien harus melakukan hemodialisis secara berkesinambungan dua sampai tiga kali seminggu sepanjang hidupnya (www.wikipedia.com).
Hemodialisis memiliki resiko kematian yang cukup tinggi. Beberapa pasien mengalami permasalahan-permasalahan yang bersifat fisik, psikologis, dan sosial yang dirasakan sebagai kondisi yang menekan (www.wikipedia.com). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Steven D. Weibord et, didapatkan bahwa penderita ginjal pada umumnya memperlihatkan permasalahan fisik seperti merasa lelah, kulit dan mulut menjadi kering, gatal, tulang atau sendi terasa sakit. Selain itu keluhan fisik lainnya berupa penurunan fungsi seksual, sembelit, sakit
3
kepala, penurunan selera makan dan kesakitan pada otot (Clinical Journal of the American Society of Nephrology, 2009).
Dari beberapa masalah klinis penurunan fungsi fisik dan mental merupakan masalah yang
sering
dikeluhkan pasien karena mengakibatkan perubahan
kualitas hidup pasien yang sedang menjalani hemodialisis. Hal
tersebut
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Mittal SK1, et al (2016) dengan judul “Self-assessed physical and mental function of haemodialysis patients” pada 134 responden yang menjalani hemodialisis mengalami penurunan status fisik dan mental (63.4%) dengan usia rata-rata 60,9 ± 14,3 tahun. Hasil studi yang dilakukan oleh peneliti di salah satu rumah sakit pada 134 pasien hemodialisis 78 pasien mengalami penurunan status fisik dan mental. Penurunan status fisik dan mental ditandai dengan keadaan aktifitas fisik atau masalah
emosional
menganggu aktifitas sosial. Pasien
yang mengalami
masalah dengan gangguan kesehatan akan berdampak pada status fisik dan mental. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nível de atividade física, et all (2014) dengan judul “Physical activity level and depressive symptoms
in
patients undergoing hemodialisis” pada 101 pasien yang menjalani terapi hemodialisis diantaranya terdiri atas 63, 8% yang mengalami penurunan fisik dan 57.5% yang memiliki masalah dengan depresi. studi ini menemukan bahwa gejala depresi lebih umum di kalangan tidak aktif. Hasil penelitian ini
4
menunjukkan bahwa pasien yang menjalani Hemodialisis memiliki aktifitas fisik yang rendah dan relatif dengan gejala depresi. Untuk mengatasi masalah yang sering terjadi antara lain aktifitas fisik dan mental ada beberapa intervensi keperawatan yaitu reflexiologi, stretching exercise dan pilates exercise, tetapi pilates exercise memiliki menjadi pilihan bagi pasien sakit kronis karena meminimalkan risiko yang melekat dari cedera otot dan sendi. Menurut Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahimimoghadam, et all (2016) dengan
judul “Effect of Pilates exercise on general health of hemodialisis
patient” pada 50 pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisis. Sebuah studi uji klinis dilakukan. 50 pasien Hemodialisis berpengaruh terhadap kesehatan pada pasien yang menjalani hemodialisis. Pilates exercise dapat meningkatkan aktifitas fisik pada orang yang ingin meningkatkan aktifitas fisik dan telah dibuktikan berdasarkan penelitian oleh Soidan-Garcia, et al (2014) dengan judul “Does pilates exercise increase physical activity, quality of life, latency, and sleep quality in middle-aged people” pada 99 responden berusia tengah, bahwa pilates exercise dapat meningkatkan aktifitas fisik, kualitas hidup, dan kualitas tidur. Pilates exercise juga berpengaruh terhadap responden wanita muda pada fisik dan psikologis yang dilakukan oleh Tolnai, et al. (2016) dengan judul “Physical and psychological benefitsof once-a-week pilates exercise in young sedentary a
5
women” bahwa pilates exercise berpengaruh meningkatkan 22.5% pada aktifitas fisik dan psikologis. Intervensi masalah aktivitas status fisik dan mental yang belum banyak dilakukan perawat dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman dalam mengenali perubahan masalah klinis dan psikologi pasien hemodialisis. Perawat yang bekerja di unit hemodialisis harusnya berfokus pada pelayanan secara holistik yang memiliki kemampuan untuk mengenali respon yang ditimbulkan pasien. Sampai saat ini, belum ada intervensi penelitian di Indonesia untuk meningkatkan aktivitas status fisik dan mental pasien hemodialisis. Oleh karena itu melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat dalam memberikan intervensi tambahan pilates exercise pada pasien hemodialisis.
B. Rumusan Masalah Hemodialisis adalah mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Proses hemodialisis ini dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian. Untuk mengatasi penurunan status fisik dan mental, pilates exercise direkomendasikan untuk pasien hemodialisis, mempermudah aktifitas fisik, mengatasi gejala penyakit ( Jung dan Park, 2011 ). Oleh karena itu, olahraga dan ahli rehabilitasi telah sering menyarankan pilates exercise untuk mengatasi masalah pasien yang berkaitan dengan berolahraga program ( Caldwell et al, 2010 ).
6
Berdasarkan penelitian oleh Kucukcakir, et all (2013) dengan judul “Effect of Pilates exercises on pain, functional status and quality of life in women with postmenopausal osteoporosis ” bahwa pilates exercise berpengaruh pada nyeri, status fungsional dan kualitas hidup pada wanita
dengan osteoporosis
pascamenopause.
Untuk mencari jawaban atas permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektifitas Pilates Exercise terhadap peningkatan status fisik dan mental Pada Pasien Hemodialisis Di RS Islam Jakarta Cempaka Putih.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektifitas pilates exercise terhadap peningkatan status fisik dan mental pada pasien hemodialisis di RS Islam Jakarta Cempaka Putih.
2.
Tujuan Khusus a) Mengidentifikasi gambaran karakteristik responden berdasarkan data demografi pasien hemodialisis di RS Islam Jakarta Cempaka Putih. b) Mengidentifikasi gambaran karakteristik status fisik dan mental sebelum diberikan intervensi pilates exercise di RS Islam Jakarta Cempaka Putih.
7
c) Mengidentifikasi gambaran karakteristik status fisik dan mental sesudah diberikan intervensi pilates exercise di RS Islam Jakarta Cempaka Putih. d) Mengidentifikasi efektifitas pilates exercise terhadap peningkatan status fisik dan mental pada pasien hemodialisis di RS Islam Jakarta Cempaka Putih.
D. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak, yaitu : 1. Instansi Pelayanan Keperawatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu pelayanan keperawatan seperti halnya dalam memberikan edukasi kepada pasien hemodialisis serta memberikan exercise kepada pasien agar dapat melakukan pilates exercise baik secara bersama-sama maupun secara mandiri sehingga status fisik dan mental pasien hemodialisis dapat meningkat. 2. Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pendidikan dalam proses pembelajaran mahasiswa/i keperawatan sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata terkait efektifitas pilates exercise
8
terhadap peningkatan status fisik dan mental pada pasien hemodialisis di RS Islam Jakarta Cempaka Putih. 3. Pengembangan Ilmu Keperawatan Diharapkan
hasil
penelitian
ini
dapat
digunakan
sebagai
dasar
pengembangan ilmu keperawatan terkait pada pentingnya melakukan pilates exercise terhadap peningkatan status fisik dan mental pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis.