BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menurut Papp (2011), Quality Assurance (QA) atau jaminan mutu adalah program manajemen mencakup semua yang digunakan untuk memastikan keunggulan di bidang kesehatan melalui sistematis pengumpulan dan evaluasi data. Tujuan utama dari program jaminan mutu adalah peningkatan perawatan pasien dalam hal seleksi dan penjadwalan pasien, teknik manajemen, kebijakan dan prosedur departemen, efektivitas dan efisiensi teknis, pendidikan layanan, dan interpretasi citra dengan ketepatan waktu laporan. Program Quality Assurance (QA) atau jaminan mutu ditekankan pada petugas radiografer yang bisa menyebabkan variasi dalam perawatan yang berkualitas. Dengan adanya Quality Assurance bukan berarti petugas harus merasa bingung dalam Quality Assessment, yang merupakan tingkat pengukuran kualitas dengan menggunakan waktu di beberapa kasus tanpa ada usaha untuk mengubah atau meningkatkan tingkat perawatan. Salah satu program Quality Assurance (QA) atau jaminan mutu di bidang kesehatan juga diterapkan dalam pelayanan Instalasi Radiologi. Instalasi ini merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang berada di rumah sakit. Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan Instalasi Radiologi termasuk bagian penunjang medis
yang
memberikan
layanan
1
pemeriksaan
radiologi
dengan
2
memanfaatkan sinar-X dalam menghasilkan foto atau gambar (radiografi) untuk membantu dokter dalam penegakan diagnosa. Dalam menghasilkan foto atau gambar tersebut, sering terjadi penolakan film radiografi yang mengakibatkan kerugian material dan dosis yang diterima pasien menjadi bertambah. Penolakan film radiografi dapat terjadi karena foto atau gambar tidak dapat terbaca oleh faktor peralatan, tenaga kerja, pergerakan, faktor eksposi, kamar gelap dan lain-lain. Menurut Papp (2011), untuk menganalisis jumlah penolakan film radiografi yang terjadi maka dilakukan sebuah program jaminan mutu yaitu mencakup keseluruhan dari program yang digunakan untuk menjamin mutu yang baik dalam perawatan atau peningkatan kesehatan baik secara sistematis maupun penilaian atau evaluasi dari data yang ada salah satunya adalah RAP (Reject Analysis Programme). Reject analisis adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan film yang ditolak (reject film), efektivitas radiografer dan biaya serta bahan dalam menghasilkan radiografi yang berkualitas. World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan tingkat penolakan film radiografi yang diperbolehkan yaitu ≤ 5%, namun Conference of Radiographic Control Programme Directorate (CRCPD'S) yang merupakan komisi Quality Assurance (QA) merekomendasikan tingkat penolakan film radiografi tertinggi yaitu 10%. Menurut Papp (2011), persentase reject film yang diperbolehkan adalah ≤ 4%-6% dari seluruh pemeriksaan radiografi konvensional yang dilakukan perbulannya. Sedangkan menurut standar Keputusan Menteri Kesehatan nomor 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, frekuensi pengumpulan data minimal 1
3
bulan dan periode analisisnya minimal 3 bulan dengan jumlah persentase penolakan film radiografi yang diperbolehkan selama periode 1 bulan yaitu ≤ 2% dari jumlah film yang digunakan pada bulan tersebut. Apabila melebihi dari ketentuan tersebut maka tidak sesuai dengan standar pelayanan minimal rumah sakit. Namun, penolakan film radiografi yang terjadi di Instalasi Radiologi sering melebihi yang diperbolehkan maka harus dilakukan identifikasi faktor penyebab penolakan film radiografi, sehingga kerugian dapat diminimalkan. Menurut Usha (2013), studi reject analisis perlu dilakukan pada radiografi konvensional untuk mengetahui kejadian dan faktor penyebab reject sehingga perlu diambil langkah untuk menghindari faktorfaktor tersebut yang dapat mengakibatkan berkurangnya pengulangan film sehingga mengurangi biaya dan radiasi pada pasien dan personil yang bekerja di Instalasi Radiologi. Faktor penyebab penolakan film radiografi yang dibahas dalam jurnalnya mengarah pada Faktor Artefak, Faktor Eksposi, Radiografi Konvensional, Kamar Gelap, dan Positioning. Menurut pengamatan yang dilakukan penulis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati untuk proses pencucian film masih menggunakan processing film konvensional dengan rata-rata jumlah penggunaan film berkisar lebih dari 120 lembar film tiap bulannya. Pada bulan Agustus 2015 jumlah pemakaian film sebanyak 125 film dengan total penolakan radiografi sebesar 29 film sehingga didapatkan persentase sebesar 23,2%, pada bulan September 2015 jumlah pemakaian film sebanyak 143 film dengan total penolakan radiografi sebesar 26 film sehingga didapatkan persentase sebesar 18,2% dan pada bulan Oktober 2015 jumlah pemakaian film sebanyak 161 film dengan total penolakan
4
radiografi sebesar 15 film sehingga didapatkan persentase sebesar 9,3%. Dari uraian di atas, jumlah pemakaian film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati pada bulan Agustus-Oktober 2015 sebanyak 429 film dengan total penolakan radiografi sebesar 70 film sehingga didapatkan persentase sebesar 16,32%. Berdasarkan total persentase penolakan radiografi pada bulan Agustus-Oktober 2015
sebesar 16,32%
sudah
melebihi batas yang diperbolehkan yaitu ≤ 5% (WHO), ≤ 10% (CRCPD'S), ≤ 4-6% (Papp, 2011) dan ≤ 2% (KMK nomor 129, 2008) dari jumlah pemakaian film yang digunakan. Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati belum melakukan program reject analisis, tetapi setiap ada radiografi yang ditolak radiografer menulis reject yang ada namun belum dihitung jumlah persentase dan belum ditulis faktor penyebab penolakan film radiografi tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut ke dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ANALISIS PENOLAKAN FILM RADIOGRAFI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG PATI”. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan penulis angkat dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah : 1.2.1 Berapa jumlah persentase penolakan film radiografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati? 1.2.2 Faktor apa saja yang mempengaruhi penolakan film radiografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin didapat penulis dari Proposal Karya Tulis Ilmiah
5
ini adalah : 1.3.1 Mengetahui jumlah persentase penolakan film radiografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati. 1.3.2 Mengetahui dan memahami faktor apa saja yang mempengaruhi penolakan film radiografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin didapat penulis dari penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah : 1.4.2 Manfaat teoritis a. Bagi penulis Untuk memenuhi mata kuliah Tugas Akhir, serta menambah wawasan pengetahuan bagi penulis terutama tentang Analisis Penolakan Film Radiografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati. b. Bagi pembaca Dapat menambah wawasan tentang Analisis Penolakan Film Radiografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati. 1.4.3 Manfaat praktis Dapat digunakan sebagai masukan dan saran serta menambah kepustakaan dan pertimbangan referensi tentang Analisis Penolakan Film Radiografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati. 1.5 Keaslian Penelitian Keaslian penelitian yang terkait dengan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
6
Tabel 1.1 Penelitian yang terkait dengan Analisis Penolakan Film Radiografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati No. 1
Peneliti dan Tahun Usha, dkk (2013) NJR I, Volume 3 I, No. 2 I, Issue 5 I, July-Dec 2013
Judul Penelitian Reject Analysis Conventional Radiography
in
Rumusan Masalah dan Metode Apa faktor peluang terjadinya penolakan (reject) pada radiografi konvensional di Rumah Sakit Tertiary Care? Metode : Pendekatan studi cross-sectional
2
Samsul (2014)
Hariadi
Prodi D III Teknik Rontgen STIKES Widya Husada Semarang
Analisa Penolakan Radiograf di Instalasi Radiologi RSUD RAA SOEWONDO PATI
1. Bagaimana hasil analisa penolakan radiograf di Instalasi Radiologi RSUD RAA Soewondo Pati? 2. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya penolakan radiograf di Instalasi Radiologi RSUD RAA Soewondo Pati? Metode : Kuantitatif dengan pendekatan survey dan observasi
Hasil Penelitian Dari 15.388 radiografi tereksposi yang digunakan di Rumah Sakit Tertiary Care terdapat 3.404 radiografi yang ditolak dengan persentase 22,12%. Faktor peluang terjadinya penolakan (reject) disebabkan oleh kesalahan Exposure (84%), Pemilihan KV-Penetration (32%), kesalahan positioning pasien (12,7%), dan terjadinya rotasi (4,1%). Selain faktor-faktor tersebut, peluang terjadinya reject juga disebabkan oleh collimation, centering, dan penggunaan ukuran film dengan jumlah persentase 2,4%, 1,08%, 0,02%. Penolakan radiografi karena artefak memiliki persentase 51% dari reject yang sering terjadi karena processing (24%), artefak removable (18,8%), kerusakan film akibat penyimpanan dan perawatan memiliki persentase 3,5% dan 4,7%.Artefak karena terjadinya pergerakan memiliki jumlah persentase 0,6%. 1. Analisa penolakan radiograf di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati menunjukkan jumlah film yang ditolak pada bulan Januari-Juni 2014 yaitu 262 lembar film dari keseluruhan total 6699 lembar film. Dari hasil analisa penulis, didapatkan persentase penolakan radiograf sebanyak 3,91%. Persentase ini merupakan nilai yang tinggi dan melebihi batas ambang penolakan radiograf yaitu 2 persen.
7
Tabel 1.1 Lanjutan
3
Nofprihatin Hi. Yusuf (2014) Prodi D III Teknik Rontgen STIKES Widya Husada Semarang
Analisa Penolakan Radiograf di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
1. Berapakah besar persentase penolakan radiograf pada bulan AprilJuni 2014 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Semarang? 2. Apa faktor penyebab penolakan radiograf terbesar pada bulan April-Juni 2014 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Semarang? Metode dengan survey
4
Evista Aditya Binawati (2016) Prodi D III Teknik Rontgen STIKES Widya Husada Semarang
Analisis Penolakan Film Radiografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati
:
Kuantitatif pendekatan
1. Berapa jumlah persentase penolakan film radiografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi penolakan film radiografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Agung Pati?
2. Urutan faktor penyebab penolakan film dari persentase terbesar sampai terkecil yaitu faktor eksposi, faktor posisi pasien, faktor pasien, faktor prosessing, dan faktor lainnya. 1. Persentase penolakan radiograf selama bulan April-Juni 2014 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Semarang dengan jumlah pemakaian film sebanyak 791 lembar dan penolakan radiograf sebanyak 31 lembar, sehingga diperoleh persentase penolakan selama 3 bulan adalah sebesar 3,9%, persentase ini berada di atas nilai batas penolakan yang diperbolehkan yaitu 2% dari seluruh pemeriksaan yang dilakukan. 2. Faktor penyebab penolakan radiograf terbesar adalah faktor eksposi, yaitu sebesar 11,2%. Masih dalam penelitian.
Metode : Kuantitatif dengan pendekatan observasi partisipasi.
Penelitian yang berjudul “ANALISIS PENOLAKAN FILM RADIOGRAFI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG PATI”, merupakan penelitian yang belum pernah dilakukan namun penelitian sejenis pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu.
8