Bab I.docx

  • Uploaded by: Nur Aisah
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,999
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan < 2500 gram. BBLR merupakan salah satu indikator untuk melihat bagaimana status kesehatan anak, sehingga sangat berperan penting untuk memantau bagaimana status kesehatan anak sejak dilahirkan, apakah anak tersebut status kesehatannya baik atau tidak. BBLR menjadi masalah kesehatan masyarakat karena merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). AKB adalah salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah akan dapat menimbulkan permasalahan bahkan dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu bayi yang memiliki berat badan lahir rendah perlu diberikan perhatian khusus, sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5) Bayi dengan berat lahir rendah merupakan salah satu akibat dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis sehingga akan berdampak kepada anaknya. Dampak yang dialami anak tidak hanya jangka pendek seperti ikterus atau gangguan pernafasan, namun akan berdampak jangka panjang baik pada psikis maupun fisik anak seperti ganngguan perkembangan, gangguan bicara dan komunikasi, gangguan belajar, kelainan bawaan dan sebagainya. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 10,2%, walaupun lebih rendah dari pada tahun 2010 yaitu sebesar 11,1% namun penurunan dan perubahannya tidak begitu signifikan. Bayi yang BBLR tidak hanya diakibatkan oleh ibu yang menderita kurang energi kronis saja, tapi banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan bayi BBLR dilihat dari segi ibunya atau maternal diantaranya adalah faktor umur ibu saat hamil, paritas, pertambahan berat badan ibu, anemia, interval kehamilan dan banyak faktor lain yang berhubungan dengan kejadian BBLR pada bayi. Interval kehamilan adalah jarak antara kehamilan terakhir dengan kehamilan sebelumnya. Berdasarkan rekomendasi WHO, bahwa kehamilan yang terlalu dekat adalah jarak

1

antara kehamilan satu dengan berikutnya kurang dari 3 tahun, sehingga interval kehamilan yang terlalu dekat dapat melahirkan bayi yang BBLR. Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Kunjungan ANC sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak untuk memantau bagaimana status kesehatan ibu dan anak saat kehamilan, hubungan ANC dengan berat badan lahir bayi dijabarkan oleh Fitrah Ernawati, Djoko Kartono dan Dyah Santi Puspitasari (2011) menyatakan ibu yang melakukan kunjungan antenatal care lebih dari 4 kali mempunyai peluang untuk tidak melahirkan anak BBLR sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan ibu yang melakukan antenatal care kurang dari 4 kali. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh S. D. Singh, S. Shrestha, S. B.Marahatta dengan judul Incidence and risk factors of low birth weight babies born in Dhulikhel Hospital mengatakan bahwa ANC dengan BBLR memiliki hubungan yang signifikan Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa prevalensi kejadian BBLR di dunia, Asia Tenggara, Indonesia, Sumatera Barat dan Kota Padang masih tinggi dan masih menjadi penyumbang terbanyak kematian neonatus, sehingga perlu diberikan perhatian khusus supaya dampak yang ditimbulkan serta faktor-faktor yang dapat mengakibatkan BBLR terutama dari faktor ibunya atau faktor maternal dapat ditangggulangi, untuk itu peneliti tertarik meneliti bagaimana hubungan faktor maternal dengan kejadian BBLR.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari BBLR? 2. Apa saja etiologi dari BBLR? 3. Bagaimana epidemiologi pada BBLR? 4. Apa saja klasifikasi dari BBLR? 5. Apa saja tanda gejala dari BBLR? 6. Bagaimana patofisiologi dari BBLR? 7. Bagaimana pathway dari BBLR? 8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada BBLR? 9. Apa saja penatalaksanaan pada BBLR?

2

10. Apa saja komplikasi dan dampak terhadap kebutuhan dasar manusia pada BBLR? 11. Bagaimana asuhan keperawatan teori pada BBLR?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari BBLR 2. Untuk mengetahui etiologi dari BBLR 3. Untuk mengetahui epidemiologi pada BBLR 4. Untuk mengetahui klasifikasi dari BBLR 5. Untuk mengetahui tanda gejala dari BBLR 6. Untuk mengetahui patofisiologi dari BBLR 7. Untuk mengetahui pathway dari BBLR 8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada BBLR 9. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada BBLR 10. Untuk mengetahui komplikasi dan dampak terhadap kebutuhan dasar manusia pada BBLR 11. Untuk mengatahui asuhan keperawatan teori BBLR

1.4 Manfaat 1. Manfaat bagi institusi Manfaat makalah ini bagi Institusi pendidikan kesehatan adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam mengetahui pada BBLR. 2. Manfaat bagi mahasiswa Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun maupun pembaca adalah untuk menambah wawasan mahasiswa dalam mengetahui tentang BBLR. 3. Manfaat bagi masyarakat Manfaat makalah ini bagi masyarakat adalah untuk menambah wawasan masysrakat mengenai infeksi saluran pernafasan atas.

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda, Hardhi 2013). Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan). Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir( Sofian, Amru 2012). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk 2010).

2.2 Etiologi Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati, 2010). a. Faktor ibu 1) Penyakit a) Mengalami

komplikasi

kehamilan,

seperti

anemia,

perdarahan

antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih. b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung. c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol. 2) Ibu a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1tahun). c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

4

3) Keadaan sosial ekonomi a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. b) Aktivitas fisik yang berlebihan c) Perkawinan yang tidak sah b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar. c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini. d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

2.3 Epidemiologi Prevalensi bayi lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di Dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbilitas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.

2.4 Klasifikasi 1. Prematuritas murni Prematuritas murni adalah bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan untuk masa kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKBSMK). Karateristik bayi premature adalah berat lahir sama dengan atau kurang dari

5

2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kelahiran kurang dari 37 minggu. Lebih dari 60% BBLR terjadi akibat bayi lahir premature. Semakin awal bayi lahir, semakin belum sempurna perkembangan organorgannya, semakin rendah berat badannya saat lahir dan semakin tinggi resikonya mengalami berbagai komplikasi berbahaya. 2. Dismaturitas Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu. Dismaturitas ini dapat pula neonatus kurang bulan kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK), neonatus cukup bulan cukup kecil masa kehamilan (NCB-KMK), dan neonatus lebih bulan kecil masa kehamilan (NLB-KMK). Setiap bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10 th persentil untuk masa kehamilan pada Denver Intra Uterin Growthcurves, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).

2.5 Tanda Gejala 1) Sebelum bayi lahir a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati. b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan. c. Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut. d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya . e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan ante partum. 2) Setelah bayi lahir a. Berat lahir < 2500 gram b. Panjang badan < 45 cm c. Lingkaran dada < 30 cm d. Lingkaran kepala < 33 cm

6

e. Umur kehamilan < 37 minggu f. Kepala relatif lebih besar dari badannya g. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak h. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus i. Tangisnya lemah dan jarang j. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apneak. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi l. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan kepala mengarah ke satu sisi. m. Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif n. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan o. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama p. Kulit mengkilat, licin, pitting edema q. Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit.

2.6 Patofisiologi Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Kurang gizi yang kronis pada masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang akan menyebabkan bentuk tubuh yang “Stunting/Kuntet” pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi BBLR. Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan

janin

melalui

efek

buruk

yang

menimpa

ibunya,

atau

mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR. Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya.

Makin

pendek

masa

kehamilannya

makin

kurang

sempurna

pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya.

7

2.7 Pathway (terlampir)

2.8 Pemeriksaan Penunjang 1 Radiologi a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white lung (Masjoer, dkk, 2000). b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka (Merenstein, 2002). 2 Laboratorium a. Darah Rutin 1) Hematokrit (HCT) a) Bayi usia 1 hari 48-69% b) Bayi usia 2 hari 48-75% c) Bayi usia 3 hari 44-72%. 2) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl. 3) Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb. 4) Hb F a) Bayi usia 1 hari 63-92% b) Bayi usia 5 hari 65-88% c) Bayi usia 3 minggu 55-85% d) Usia 6-9 minggu 31-75%. 5) Jumlah leukosit a) Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( L)

8

b) Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( L) c) Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( L). b. Bilirubin 1) Total (serum) a) Tali pusat < 2,0 mg/dl b) 0-1 hari 8,0 mg/dl c) 1-2 hari 12,0 mg/dl d) 2-5 hari 16,0 mg/dl e) Kemudian 2,0 mg/dl. 2) Direk (terkonjugasi) a) 0,0-0,2 mg/dl c. Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi glukosa plasma < 50 mg/dl. 1) Serum a) Tali pusat 45-96 mg/dl b) Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl c) Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl. d. Analisa gas darah 1) Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg 2) Tekanan parsial O2 (PO2) a) Lahir 8-24 mmHg b) 5-10 menit 33-75 mmHg c) 30 menit 31-85 mmHg d) > 1 jam 55-80 mmHg e) 1 hari 54-95 mmHg f) Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg. 3) Saturasi oksigen (SaO2) a) Bayi baru lahir 85-90% b) Kemudian 95-99%. 4) pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50. e. Elektrolit darah (k/p) 1) Natrium

9

a) Serum atau plasma 1.1) Bayi baru lahir 136-146 mEq/L 1.2) Bayi 139-146 mEq/L. b) Urine 24 jam 40-220 mEq/L. 2) Kalium a) Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L b) Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L c) Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit). 3) Klorida a) Serum/plasma 1.1) Tali pusat 96-104 mEq/L 1.2) Bayi baru lahir 97-110 mEq/L.

f. Tes kocok/shake test Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap berdiri. Interpretasi hasil: 1). (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk

cincin

artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup. 2). (-)

: Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan

artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan. 3). Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang. 2.9 Penatalaksanaan Setelah bayi lahir dilakukan: 1. Tindakan Umum a. Membersihkan jalan nafas. b. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.

10

c. Perawatan tali pusat dan mata. 2. Tindakan Khusus a) Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila (tambah 0,5 oC pada pengukuran rektal)), pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat, bayi dengan BBL 2000 gram dirawat dalam inkubator atau dengan boks kaca menggunakan lampu. b) Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui sindroma aspirasi mekonium. c) Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila  60x/mnt lakukan foto thoraks. d) Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat. e) Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan darah). f) Awasi keseimbangan cairan. g) Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan keadaan umum baik h) Tindakan pencegahan infeksi: 1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. 2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan. 3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat. 4) Pemberian antibiotik 5) Membatasi tindakan seminimal mungkin. g. Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian. Berikan dukungan psikologis dengan perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care) bagi BBLR yang memungkinkan (tidak terpasang infus maupun mengalami masalah pernafasan), atau dengan sentuhan terapeutik dari pemberi perawatan termasuk orang tua bayi.

3.0 Komplikasi a. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna. b. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna .

11

c. Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.

3.1 Asuhan Keperawatan Teori 1. Pengkajian a. Anamnesa riwayat kehamilan Usia kehamilan < 37 minggu, ANC, riwayat hamil resiko tinggi. b. Anamnesa riwayat persalinan Melahirkan BBLR/gemeli sebelumnya, cara melahirkan, lama nifas, komplikasi nifas. c. Anamnesa riwayat keluarga Riwayat kelahiran dengan BBLR/gemeli, ststua sosial-ekonomi. d. Tanda-tanda vital. e. Pengkajian fisik. 1) Pengkajian umum a) Berat badan lahir  2500 gram, panjang badan  45 Cm, lingkar dada  30 Cm, lingkar kepala  33 Cm. b) Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala relatif lebih besar dari badan. 2) Pernafasan a) Pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea. b) Refleks batuk belum sempurna. c) Tangisan lemah. 3) Kardiovaskuler a) Pengisian kapiler (< 2 sampai 3 detik), perfusi perifer. b) Bayi dapat tampak pucat/sianosis. c) Dapat ditemui adanya bising jantung atau murmur pada bayi dengan kelainan jantung/penyakit jantung bawaan. 4) Gastrointestinal a) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna sehingga masih lemah.

12

b) Gambaran belum maturnya fungsi hepar berupa ikterik dan fungsi pankreas berupa hipoglikemia. c) Gambarkan jumlah, warna, konsistensi dan bau dari adanya muntah. 5) Genitourinaria a) Genetalia immatur. 6) Neurologis-Muskoloskeletal a) Otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan. b) Lebih banyak tidur daripada bangun. c) Refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna (lemah). d) Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar. 7) Suhu a) Pusat pengaturan suhu tubuh (hipothalamus) belum matur dimanifestasikan dengan adanya hipotermi atau hipertermi. 8) Kulit a) Kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit. b) Tekstur dan turgor kulit; kering dan pecah terkelupas, turgor kulit dalam rentang baik s/d jelek. 2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan energi dan keletihan b. Termoregulasi tidak efektif b.d kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan c. Resiko infeksi b.d pertahanan imuniligis yang kurang d. Resiko gangguan integritas kulit b.d struktur kulit imatur, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif e. etidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna puisi f. Nyeri b.d prosedur, diagnosa dan tindakan

13

BAB III PENUTUP 4.1 Kesimpulan Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus. Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi. 4.2 Saran 1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR. 2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan BBLR. 3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

14

Daftar Pustaka Betz, C.L., Sowden, L.A. 2000. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia Wong, L. D. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC. Jakarta

15

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Bab 2.docx
July 2020 17
Bab I.docx
July 2020 12
Bi.docx
July 2020 12
Refleksi Cetakan.docx
October 2019 44