Bab I.docx

  • Uploaded by: Dena Adiestia
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 807
  • Pages: 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi Intravena (IV) adalah menempatkan cairan steril melalui jarum, langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat (Brunner & Sudarth, 2002). Pemberian melalui infus diartikan sebagai pemberian obat secara perlahan-lahan dengan jangka waktu lama, sehingga didapatkan keseimbangan antara kecepatan masuknya obat ke sirkulasi sistemik dengan kecepatan eliminasi obat. Tujuan dari pemberian obat melalui infus terutama adalah agar didapatkan kadar terapetik yang terpelihara (konstan), yang memang diperlukan pada keadaan keadaan tertentu. Untuk itu, perlu dibedakan pemberian obat bersama infus atau pemberian obat secara perlahan-lahan. Pada saat akan dimulainya pemberian suatu obat secara infus, kadar obat dalam tubuh adalah nol. Kemudian diberikan infus, maka kadar obat akan naik, setelah waktu tertentu proses eliminasi akan seimbang dengan kecepatan masuknya obat, sehingga didapatkan keadaan yang disebut “steady state” atau “plateau”. Steady state ini dapat dipertahankan, apabila kecepatan infus diatur sedemikian rupa sehingga seimbang dengan kecepatan eliminasi. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini dilakukan pengujian pemberian obat secara infuse untuk melihat profil farmakokinetik.

1.2 Rumusan Masalah  Mengetahui profil farmakokinetik pemberian obat secara infus  Menentukan beberapa parameter farmakokinetik pemberian obat secara infus

1.3 Tujuan  Bagaimana profil farmakokinetik pemberian obat secara infus?  Bagaimana parameter farmakokinetik pemberian obat secara infus?

Selanjutnya dilakukan perhitungan parameter-parameter farmakokinetik dari simulasi yang telah dilakukan, dimana semua nilai yang memiliki satuan waktu dikonversikan ke dalam jam agar memudahkan dalam perhitungan, sehingga dari data kecepatan aliran iinfus, konsentrasi larutan parasetamol, volume distribusi dan klirens dapat dihitung nilai konstanta eliminasi parasetamol untuk mencari waktu paruh dari parasetamol, berdasarkan hasil yang didapatkan, waktu paruh parasetamol sebesar 0,231 jam. Selain itu, juga dapat dihitung nilai konsentrasi parasetamol pada steady state yang merupakan konsentrasi maksimal parasetamol pada waktu tak terhingga serta nilai konsentrasi parasetamol pada tiap waktu pengujian, dimana nilai Css sebesar 1100 ppm yang dapat disimpulkan bahwa pada simulasi yang dilakukan, obat parasetamol belum mencapai fase steady state dan pemberian infus langsung diberhentikan sehingga konsentrasi obat langsung turun dan mengikuti profil injeksi intravena. Nilai konsentrasi parasetamol tiap waktu yang telah dihitung menggunakan rumus perhitungan konsentrasi pada pemberian injeksi infus intravena menunjukkan bahwa nilai yang didapatkan lebih besar hampir dua kalinya dibandingkan dengan nilai konsentrasi yang dihitung menggunakan persamaan regresi kurva parasetamol standar. Hasil yang didapatkan kemungkinan memiliki perbedaan nilai hampir dua kalinya untuk semua perhitungan konsentrasi, dimana konsentrasi parasetamol yang digunakan hanyalah 500 ppm, tetapi hasil perhitungan konsentrasi maksimal parasetamol pada waktu tak terhingga atau pada fase steady state bernilai 1100 ppm, begitupun dengan perhitungan konsentrasi pada tiap waktu pengujian yakni pada waktu 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit. Hal ini kemungkinan disebabkan karena human error oleh praktikkan maupun sensitivitas alat yang digunakan, tetapi hasil tetap menunjukkan nilai yang konstan dimana dari waktu 10 – 40 menit merupakan kurva pemberian secara infus karena konsentrasi terus meningkat dan ingin mencapai fase steady state, dan pada waktu 50 dan 60 menit, konsentrasi berkurang yang menyerupai kurva pemberian secara intravena diakibatkan karena diberhentikannya pemberian infus.

(Ka) Tetapan kecepatan absorbsi menggambarkan kecepatan absorbsi, yaitu masuknya obat ke dalam sirkulasi sistemik dari absorbsinya (saluran cerna pada pemberian oral, jaringan otot pada pemberian intramuskular).

Cl Klirens adalah volume darah yang dibersihkan dari kandungan obat per satuan waktu (Neal, 2006). Vd Volume distribusi adalah volume yang menunjukkan distribusi obat (Neal, 2006). Model

Vd tergantung harga Cp0 , bila harga Cp0 kecil dan dosis obat yang diberikan tetap, maka nilai Vd besar, hal ini terjadi karena sebagian besar obat terikat oleh komponen jaringan atau cairan ekstavaskular. Waktu paruh eliminasi (t1/2) Waktu paro adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat di dalam tubuh menjadi seperdua selama eliminasi (atau selama infus yang konstan) (Katzung, 2001). Tetapan kecepatan eliminasi (Kel) Kecepatan eliminasi adalah fraksi obat yang ada pada suatu waktu yang akan tereliminasi dalam satu satuan waktu. Tetapan kecepatan eliminasi menunjukkan laju penurunan kadar obat setelah proses kinetik mencapai keseimbangan (Neal, 2006). Waktu mencapai kadar puncak (tmaks) Nilai ini menunjukkan kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai puncak. tmaks adalah waktu konsentrasi plasma mencapai puncak dapat disamakan dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi obat maksimum setelah pemberian obat. Waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi maksimum tidak tergantung pada dosis tetapi tergantung padatetapan laju absorpsi (Ka) dan eliminasi (K). Semakin besar tetapan kecepatan absorbsi, semakin kecil nilai tmaks. Kadar puncak (Cpmaks) Kadar puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah atau serum atau plasma. Nilai ini merupakan hasil dari proses absorbsi, distribusi dan eliminasi dengan pengertian bahwa pada saat kadar mencapai puncak proses-proses tersebut berada dalam keadaan seimbang. Luas daerah di bawah kurva kadar obat dalam sirkulasi sistemik vs waktu (AUC) Nilai ini menggambarkan derajad absorbsi, yakni berapa banyak obat diabsorbsi dari sejumlah dosis yang diberikan. Area dibawah kurva konsentrasi obat-waktu (AUC) berguna sebagai ukuran dari jumlah total obat yang utuh tidak berubah yang mencapai sirkulasi sistemik (Shargel dan Yu, 2005).

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"